Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien
Nama

: Ny. N

Jenis Kelamin

: Perempuan

Umur

: 52 tahun

Pekerjaan

: IRT

Alamat

: Jln. Cempaka Baru No. 4

Status Pernikahan

: Menikah

Suku Bangsa

Tanggal Berobat

Autoanamnesis (Tanggal
Keluhan Utama

Oktober 2016 )
: Bercak Kemerahan yang meninggi dan bersisik tebal, berlapislapis berwarna putih pada kedua tangan, punggung dan hidu
yang disertai rasa gatal.

Keluhan Tambahan

: -

Riwayat Perjalanan Penyakit :


Pasien datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumkit Tk II M. Ridwan Meuraksa
dengan keluhan muncul bercak Kemerahan yang meninggi dan bersisik tebal, berlapis- lapis
berwarna putih pada kedua tangan, punggung dan hidung yang disertai rasa gatal sejak 5 bulan
yang lalu. Awalnya pertama kali pasien mengeluhkan bercak kemerahan sebesar uang koin 100
rupiah yang terdapat pada lengan kanannya lama kelamaan bercak tersebut semakin gatal,
melebar lalu membentuk bercak bercak kemerahan yang meninggi, bersisik tebal dan berlapis
berwarna putih dan tidak berminyak. Jika bercak bercak kemerahan terasa gatal pasien
mengaruk nya dan mengakibatkan jadi mengelupas. Bila keringatan dan pada malam hari terasa
lebih gatal sehingga menggaruknya sampai berdarah, kemudian pasien berobat ke Poliklinik
Kulit dan Kelamin Rumkit Tk II M. Ridwan Meuraksa lalu diberikan obat dan salep.
Pada 2 bulan yang lalu pasien merasa keluhan tersebut berkurang sehingga pasien tidak
pernah berobat lagi dan tidak mengambil obat lagi, kemudian lama kelamaan muncul kembali
bercak bercak kemerahan disertai dengan gatal dan bersisik tebal dan berlapis berwarna putih
sepertih serpihan ketombe jika di garuk, dan makin meluas ke bagian punggung bercak bercak

kemerahan yang sedikit meninggi yang terasa gatal dan mulai terdapat di kedua tungkai pasien,
Pasien tidak demam sebelumnya. Akhir-akhir ini pasien mengeluh sedang banyak pikiran, ia
sedang memiliki masalah dengan anaknya. Akhirnya pasien memutuskan kembali untuk berobat
ke Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumkit Tk II M. Ridwan Meuraksa.
Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya 5 bulan yang lalu.

Tidak ada riwayat diabetes.

Riwayat Alergi

Alergi udara dingin

Alergi debu

Alergi makanan

Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama seperti Pasien.
Pemeriksan Fisik (Tanggal 1 November 2016)
Status Generalis
Keadaan Umum

: Tampak sakit ringan

Kesadaran

: Kompos Mentis

Tanda Vital

Tekanan Darah

: 130/70 mmHg

Nadi

: 78x/i

Pernafasan

: 20x/i

Suhu

: 36,5 C

Kepala

:
Bentuk

: Normochepali

Mata

: Konjungtiva anemis (-/-),

sklera ikterik (-/-).


Pupil isokor kiri kanan
Hidung

: Septum deviasi (-), sekret (-)

Mulut

: Bibir kering (-),


dinding faring hiperemis (-)

Telinga

: Normal, tanda radang (-)

Leher

: Pembesaran kelenjar getah bening (-)

Thoraks

Inspeksi

: Bentuk normal, gerak nafas kedua dada Simetris, lesi kulit (-)

Palpasi

: Vokal fremitus (+/+) simetris

Perkusi

: Sonor dikedua paru

Auskultasi

Jantung

: BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru

: SN vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

Abdomen

Inspeksi

: Datar, tampak lesi kulit

Palpasi

: Hepar dan lien tidak teraba membesar

Perkusi

: Timpani

Auskultasi

: Bising usus (+) normal

Ekstremitas

: akral hangat, oedem (-), sianosis (-)

Status Dermatologis
1. Diistribusi

: Regional

2. Regio

: Kedua tangan, punggung, hidung ( deksripsi regio)

3. Sifat lesi

: Multiple, anular, regular, sirkumskrip, aktif, numular-plakat

4. Efloresenso

: Makula hipopigmentasi, plak eritematosa, skuama berlapis-lapis

diatasnya (psoriasiformis).
GAMBARNYAAA

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Anjuran yang disarankan:
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium disini tujuannya untu menyingkirkan diagnosa banding.
Misalnya KOH 10% untuk menyikirkan diagnosis dermatofitosis. Caranya diambil kerokan
di bagian yang terkena kemudian diteteskan KOH 10% dan dilihat diatas miskoskop
pembesaran mulai dari 10x kemudian 40x dan dilihat akan terlihat hifa dan spora terlihat
gambaran hifa sebagai dua garis sejajar terbagi oleh sekat dan bercabang maupun spora
berderet (artrospora) pada Tinea (Dermatofitosis) dan terlihat campuran hifa pendek dan
spora spora bulat yang dapat berkelompok ( gambaran Meat ball and spagheti) pada Pitiriasis
Versikolor (panu), pada psoriasis tidak terlihat gambaran hifa.
2. Pemeriksan tetes lilin
Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi putih pada goresan,
seperti lilin yang digores, disebabkan oleh berubahnya indeks bias. Cara menggores dapat
dengan pinggir gelas alas.
3. Pemeriksan Auspitz
Pada fenomena Auspitz tampak serum atau darah berbintik-bintik yang disebabkanoleh
papilomatous. Cara mengerjakannya demukian : skuama yang berlapis-lapis dikerok,
misalnya dengan pinggir gelas alas. Setelah skuamanya habis, maka pengerokan harus
dilakukan perlahan-lahan, jika terlalu dalam tidak akan tampak perdarahan yang berbintikbintik, melainkan perdarahan yang merata.
4. Pemeriksan kobner
Fenomena Kobner trauma pada kulit penderita psoriasis misalnya oleh garukansehingga
menimbulkan kelainan yang sama dengan kelainan psoriasis. Timbulkira-kira setelah 3
minggu.1,2,4,5
5. Pemeriksaan Histopatologi1,2,3,4
Pemeriksaan histopatologi, yaitu dengan cara mengambil potongan jaringan yang akan
diperiksa. Jaringan yang sudah dipotong difiksasi dengan larutan fiksasi seperti formalin 10%
supaya sel menjadi keras dan sel-selnya mati. Pewarnaan dilakukan dengan Hematosilin

Eosin (HE) atau dengan orselin dan giemsa Psoriasis memberikan gambaran histopatologi,
yaitu perpanjangan (akantosis) reteridges dengan bentuk clubike, perpanjangan papila
dermis, lapisan sel granuler menghilang, parakeratosis, mikro abses munro (kumpulan
netrofil leukosit polimorfonuklear yang menyerupai pustul spongiform kecil) dalam stratum
korneum, penebalan suprapapiler epidermis (menyebabkan tanda Auspitz), dilatasi kapiler
papila dermis dan pembuluh darah berkelok-kelok, infiltrat inflamasi limfohistiositik ringan
sampai sedang dalam papila dermis atas.1,2,5,6
Resume
Ny.N perempuan berumur 52 tahun, Pasien datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumkit Tk
II M. Ridwan Meuraksa dengan keluhan muncul bercak Kemerahan yang meninggi dan bersisik
tebal, berlapis- lapis berwarna putih pada kedua tangan, punggung dan hidung yang disertai rasa
gatal sejak 5 bulan yang lalu. Awalnya pertama kali pasien mengeluhkan bercak kemerahan
sebesar uang koin 100 rupiah yang terdapat pada lengan kanannya lama kelamaan bercak
tersebut semakin gatal, melebar lalu membentuk bercak bercak kemerahan yang meninggi,
bersisik tebal dan berlapis berwarna putih dan tidak berminyak. Jika bercak bercak kemerahan
terasa gatal pasien mengaruk nya dan mengakibatkan jadi mengelupas. Bila keringatan dan pada
malam hari terasa lebih gatal sehingga menggaruknya sampai berdarah, kemudian pasien berobat
ke Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumkit Tk II M. Ridwan Meuraksa lalu diberikan obat dan
salep.
Pada 2 bulan yang lalu pasien merasa keluhan tersebut berkurang sehingga pasien tidak
pernah berobat lagi dan tidak mengambil obat lagi, kemudian lama kelamaan muncul kembali
bercak bercak kemerahan disertai dengan gatal dan bersisik tebal dan berlapis berwarna putih
sepertih serpihan ketombe jika di garuk, dan makin meluas ke bagian punggung bercak bercak
kemerahan yang sedikit meninggi yang terasa gatal dan mulai terdapat di kedua tungkai pasien,
Pasien tidak demam sebelumnya. Akhir-akhir ini pasien mengeluh sedang banyak pikiran, ia
sedang memiliki masalah dengan anaknya. Akhirnya pasien memutuskan kembali untuk berobat
ke Poliklinik Kulit dan Kelamin Rumkit Tk II M. Ridwan Meuraksa. Pernah mengalamin
penyakit yang sama 5 bulan lalu, tidak ada riwayat DM, keluarga tidak ada penyakit seperti
pasien.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien ini meliputi pemeriksaan secara umum dan
pemeriksaan dermatologis. Pada pasien ini, secara umum tidak ada kelainan. Pada status

dermatologis, Diistribusi

Regional. Regio pada kedua tangan, punggung, hidung ( deksripsi

regio). Sifat lesinya diantaranya multiple, anular, regular, sirkumskrip, aktif, numular-plakat.
Efloresenso : makula hipopigmentasi, plak eritematosa, skuama berlapis-lapis diatasnya
(psoriasiformis).
.
Diagnosis Banding
1. Psoariasis vulgaris
2. Tinea Corporis
3. Ptiriasis rosea
4. Liken simplek kronik
5. Parapsoriasis
Diagnosis Kerja
Psoriasis vulgaris
Penatalaksanaan

Umum
Penatalaksanaan umum yaitu dengan memberikan edukasi kepada pasien, seperti:1,2,5,7

menjelaskan kepada pasien tentang penyakit dan penatalaksanaannya.

Membersihkan serta memotong kuku.

mencegah garukan dan gosokan

cukup istirahat

menghindari faktor pencetus.

minum obat dan kontrol ke dokter secara teratur

Khusus
Penatalaksanaan khusus yaitu dengan memberikasn farmakologi, berupa:
-

Sistemik:
metilprednisolon 3 x 4 mg per hari 7 hari
cetirizine 1 x10 mg tablet per hari selama 7 hari jika gatal
Topikal:

Betamethason dipropionat 0.05% salep yang di oleh tipis tipis pada lesi yang
diberikan 2 kali sehari terutama pada pagi dan malam hari.
Prognosis
Quo Ad vitam

: Bonam

Quo Ad functionam

: Bonam

Quo Ad sanationam

: Bonam

3. PEMBAHASAN
Psoriasis Vulgaris merupakan penyakit autoimun, bersifat kronik dan residif, ditandai
dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama kasar, berlapis-lapis dan
transparan; disertai dengan fenomenon tetesan lilin, Auspitz, dan Kobner.1,2 Pada Pasien ini
didapatkan dari anamnesis terdapat bercak bercak kemerahan yang meninggi yang disertai sisik
tebal dan berlapis lapis, dan pasien juga pernah mengalamin penyakit yang sama jadi
kemungkinan penyakit pasien ini bersifat residif, dari hasil pemeriksaan penunjang nya
dilakukan fenomena tetesan lilin dengan menggoreskan penggaris pada lesi primer lalu tampak
skuama putih seperti lilin yang digores, pemeriksaan auspitz dengan cara lesi primer dikerok
dengan penggaris , hingga skuama berlapis lapis tersebut habis lalu akan tampak bintik bintik
perdarahan, dan tidak dilakukan pemeriksan Kobner.
Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, auspitz dan kobner (isomorfik) kedua
fenomena yang disebutkan lebih dahulu dianggap khas, sedangkan fenomena kobner tidak khas,
hanya kira kira 47 % yang positif dan didapatkan pula penyakit lain, misalnya liken planus dan
veruka plana juvenils.
Secara epidemiologi dua kelompok usia yang terbanyak adalah pada usia antara 20 30
tahun dan yang lebih sedikit pada usia antara 50 60 tahun. 8 Insiden pada orang kulit putih lebih
tinggi daripada penduduk kulit berwarna. Faktor-faktor lain yang diduga menimbulkan penyakit
ini antara lain genetik, imunologik, dan beberapa faktor pencetus lainnya seperti stres psikik,
infeksi lokal, truma, gangguan metabolik, obat, juga alkohol dan merokok. 2,3,4Pada kasus ini usia
Tn.R 20 tahun merupakan faktor dalam insiden tertinggi dan dari anmnesis didapatkan bahwa
Tn. R mengeluhkan banyak pikiran dan merupakan perokok aktif ini bisa menjadi faktor
pencetus terjadinya psoriasis vulgaris. Dalam keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan

yang sama seperti yang dialami oleh pasien, berdasarkan teori faktor genetik dan imunologik
turut berperan dalam etipatogenesis psoriasis. Bila orang tua tidak menderita psoriasis resiko
menederita 12%, sedangkan jika salah satu menderita psoriasis resiko mencapai 34 39%. Defek
genetik pada psoriasis dapat diekspresikan pada salah satu dari tiga jenis sel yaitu limfosit T, sel
penyaji antigen (dermal) atau keratinosit.
Pasien mengaku pernah berobat 3 bulan yang lalu kemudian pasien tidak mengambil obat
lagi dan penyakit nya kambuh lagi , hal ini terjadi kerena sifat penyakit psoriasis yang residif.
Psoriasis Vulgaris mengeluh adanya bercak kemerahan yang menonjol pada kulit dengan
pinggiran merah, tertutup dengan sisik keperakan, dengan ukuran yang bervariasi, makin
melebar, bisa pecah dan menimbulkan nyeri, bisa juga timbul gatal-gatal. 3 Pada stadium
penyembuhannya sering eritema yang di tengah menghilang dan hanya terdapat di pingir. 2,6
Skuama berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih seperti mika (mica-like scale), serta transparan.
Plak eritematous yang tebal menandakan adanya hiperkeratosis, parakeratosis, akantosis,
pelebaran pembuluh darah dan inflamasi.2,6,8 Besar kelainan bervariasi dari milier, lentikular,
numular, sampai plakat, dan berkonfluensi. Pada kasus ini didapatkan dari pemeriksaan hanya di
temukan plak eritematosa multiple dengan ukuran numular disertai dengan skuama yang berlapis
lapis (psoriaformis) jadi pada kasus ini sesuai dan didapatkan juga hipopigmentasi multiple
dengan ukuran numular disebabkan krn penyembuhan dari plak eritematosa dari psoriasis
vulgaris dalam teori nya seharusnya tahap penyembuhannya eritema yang ditengahnya harusnya
menghilang dan hanya dipinggir saja.
Tempat predileksi pada ekstremitas bagian ekstensor terutama (siku, lutut, lumbosakral),
daerah intertigo (lipat paha, perineum, aksila), skalp, perbatasan skalp dengan muka, telapak kaki
dan tangan, tungkai atas dan bawah, umbilikus, serta kuku.1,2,5,6 Pada pasien ini hanya terdapat di
punggung, kedua lengan atas dan bawah, kedua tungkai atas bawah berarti sesuai dengan tempat
predikleksi psoriasis.

Gambar 6. Daerah Predileksi Psoriasis vulgaris


Penilaian luasnya area yang terkena dengan derajat keparahan eritema,
desquamasi dan indurasi dapat dilakukan dengan menggunaka Skor Psoriasis area severity index
(PASI). Untuk perhitungan PASI, empat area utama yang di nilai adalah kepala, badan,
extremitas atas dan ekstremitas bawah. Psoriasis Area and Severity Index, terdiri atas 4 bagian
( P / Presentase ) :
1.
2.
3.
4.

Kaki ( 40% = 0. 4 )
Badan ( 30% = 0.3 )
Lengan ( 20% = 0.2 )
Kepala ( 10% = 0.1 )

AREA :
Setiap Area tubuh, dihitung persentasi daerah yg terkena , skor 0 6
Persentase Cakupan Area yang Terkena = Skor / Nilai ( A )

0%=0
< 10 % = 1
10 29 % = 2
30 % 49 % = 3
50 % 69 % = 4
70 % 89 % = 5
90 % 100 % = 6

Jadi Tn. R yang terkena :

1.
2.
3.
4.

kepala terkena sekitar70-89% % Skor pada kepala : Akepala adalah : 0


Lengan terkena sekitar 50-69% skor pada lengan : Alengan adalah : 4
Badan terkena sekitar 50-69% skor pada badan : Abadan adalah : 4
kaki terkena sekitar 50-69% skor pada kaki : Akaki adalah : 4

KEPARAHAN Dihitung berdasar 3 parameter :


Eritema ( E )
Scaling ( S )
Indurasi ( I )
Setiap parameter ini dihitung berdasarkan tingkat keparahan
Non = 0 Ringan = 1 Sedang = 2 Berat = 3 Amat Berat = 4
Total PASI di hitung dr penjumlahan :
1. Kepala : (E.kepala+S.kepala+I.kepala) x A.kepala x 0.1 = Total kepala = >(0.1) x 0 x
(3+3+1) = 0
2. Lengan : (E.lengan+S.lengan+I.lengan) x A.lengan x 0.2 = Total lengan =>(0.2) x 4 x
(2+1+1) = 3,2
3. Badan : (E.badan+S.badan+I.badan) x A.body x 0.3 = Totalbadan = >(0.3) x 4 x (3+3+1)
= 8,4
4. Kaki : (E.kaki+S.kaki+I.kaki) x A.kaki x 0.4 = Totalkaki =>(0.4) x 4 x (2+2+1) = 8
PENILAIAN PASI
PASI< 7 Ringan PASI 7 12 Sedang PASI > 12 Berat
Jadi total PASI pada Tn. R adalah 19,6 berat
Penilaian beradasarkan PASI bersifat subjektif, karena tidak ada standar pengukuran
yg pasti, jenis plaque atau eritema bisa berubah, sehingga sulit menginterpretasikannya.
Pasien mengaku merasa gatal dan mengaruk sampai mengakibatkan terkelupas. Gatal
dalam prosiasi ini ada lah sifat nya kronik, mekanisme yang mendasari berbagai jenis pruritus
kronis yang kompleks. Sejumlah mediator yang terlibat dalam sensasi gatal Sinyal gatal
ditularkan terutama oleh kecil, gatal merupakan selektif serat C yang bermylin berasal di kulit
kemudian akan memicu histamin neuron - neuron dan dipicu non histamin mungkin terlibat.
Mereka membentuk sinaps dengan neuron sekunder yang menyeberang ke traktus
spinotalamikus kontralateral dan naik ke beberapa daerah otak yang terlibat dalam sensasi ,
proses evaluatif , emosi , penghargaan , dan memori. Daerah ini akan di hantar kan sebagai
respon dari nyeri. Pasien dengan gatal kronis sering memiliki perifer serta hypersensitivitas saraf

pusat. Dalam keadaan ini, saraf gatal peka bereaksi berlebihan terhadap rangsangan berbahaya
yang biasanya menghambat gatal, seperti panas dan menggaruk .
Diagnosa banding pada kasus ini yaitu psoariasis vulgaris adalah tinea coporis, ptiriasis
rosea, liken simplek kronis, parapsoriasis.

Tinea Coporis
Tinea coporis adalah infeksi dermatofita superfisial yang ditandai oleh baik lesi inflamsi
maupun non inflamasi pada glabrous skin ( kulit tubuh yang tidak berambut) seperti muka,
leher, badan, lengan, tungkai dan gluteal. Kelainan klinis merupakan lesi bulat atau lonjong,
terpisah satu dengan yang lain, berbats tegas terdiri atas eritema, skuama, kadang kadang
dengan vesikel dan papul di tepi, dapat pla terlihat sebagai lesi dengan pinggir yang polisiklik.
Daerah tengahnya biasanya lebih tenang, kadang kadang terlihat erosi dan krusta akibat
garukan pada permulaan penederita merasa sangat gatal, akan tetapi kelainan yang menahun
tidak menimbulkan keluhan pada penderita. Pemeriksaan sediaan langsung KOH diperoleh
positif.1,2,5,6 Pada kasus ini tempat predileksi dari tinea coporis sama dengan psoriasis, pada
psoriasis didapatkan plak eritema dengan skuama yang tebal, kasar dan berlapis lapis
sedangkan pada tinea coporis hanya terdapat eritema dengan skuama yang halus untuk
menyikirkan diagnosis banding dilakukan pada psoriasis fenomena tetesan lilin, auspitz,
kobner sedangkan untuk tinea coporis di lakukan pemeriksan dengan KOH 10%.

Ptiriasis rosea
Ptiriasis rosea adalah penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya, dimulai dengan
sebuah lesi insial berbentuk eritema dan skuama halus, kemudian disusul oleh lesi lesi yang
lebih kecil dibadan, lengan dan paha atas dan dilipatan kulit biasanya sembuh dalam waktu 3
8 minggu. Tempat predileksi pada daerah yang tertutup seperti daerah dada, punggung,
lengan atas dan paha. Penderita mengeluh kan gatal ringan dan lesi nya umumnya eritema
yang berbentuk oval dan anular dengan skuama halus dipinggir, gambaran yang khas yang
membedkan dengan psoriasis vulgaris adalah lesi yang tersusun sejajar dengan kosta,
sehingga menyerupai pohon cemara terbalik. 1,2,5,6 pada kasus ini ruam nya sama eritema
dengan skuama yang halus dan bisa tebal jika sering terjadi gesekan atau tekanan, tempat
predileksi nya hampir sama dengan psoriasis vulgaris, hanya yang mebedakan nya adalah
pada psoriasis skuama yang berlapis lapis dan tedapat fenomena tetesan lilin dan auspitz

dan kobner sedang kan pada ptriasis rosea ruam nya skuama nya halus dan biasanya
menyerupai seperti pohon cemara terbalik dan terdapat papul papul milier.

Liken Simplek Kronis


Liken Simplek kronis atau juga dikenal dengan Neurodermatitis sirkumkripta merupakan
suatu peradangan kronis, gatal, sirkumskrip, ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak
menonjol (likenifisikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan atau gosokan yang
berulang-ulang karena berbagai rangsangan pruritogenik. Keluhan dan gejala dapat muncul
dalam waktu hitungan minggu sampai bertahun-tahun. Keluhan utama yang dirasakan pasien
dapat berupa gatal dan seringkali bersifat paroxismal. Untuk membedakan dengan psoriasis
vulgaris biasanya dari lesiny tunggal pada awalnya berupa plak eritematosa, sedikit
edematosa, lambat laun edema dan eritema menghilang, bagan tengah berskuama dan
menebal, terdapat likenifikasi dan ekskoriasi, sekitarnya hiperpigmentasi, batas dengan kulit
normal tidak jelas.1,2,5,6

Parapsoriasis
Parapsoriasis merupakan penyakit kulit yang blum diketahui penyebabnya, tempat predikleksi
nya badan, lengan atas dan paha, tidak terdapat pada kulit kepala, muka dan tangan. Biasanya
pasien mengeluhkan eritema dan skuama dapat hemoragik sedangkan pada pasien psoriasis
didapatkan skuama yang berlapis lapis dan tebal, kadang kadang berkonfluensi dan
umumnya simetrik.1,2,5,6
Penatalaksanaan dari psoriasis vulgaris secara primer adalah menghindari pasien dari

kebiasaan menggaruk dan menggosok secara terus-menerus. Ini dapat dilakukan dengan berbagai
cara, seperti memotong kuku pasien, memberikan antipruritus, glukokortikoid topical atau
intralesional, obat sitostatik, levodopa, DDS, Etretinat, Siklosporin, dan pemberian obat topikal
seperti preparat tar, kortikosteroid, ditranol, pengobatan dengan penyinaran, calcipotriol,
tazaroten, emolien.
1. Pengobatan sistemik

Kortikosteroid
Kortikosteroid dapat mengontrol psoriasis, pada kortikosteroid ada yang kerja
singkat, sedang dan kerja lama. Pada psorisis bisa diberika prednison dengan
dosis ekuivalen 30 mg per hari, setelah membaik dosis diturunkan perlahan
lahan, kemudian bisa diberika dosis pemeliharan, bisa juga diberikan

metilprednisolon dengan dosis mulai dari 4 mg 48 mg perhari, dosis tunggal/


terbagi.

Obat sitostatik
Obat yang digunakan adalah metotreksat, mekanisme kerja obat ini yang spesifik
dalam menghambat terjadi inflamasi dan tidak menimbulkan efek samping seperti
obat-obat golongna NSAID. Dosis mulai dari 3 x 2,5mg dengan interval 12 jam
dalam seminggi dengan dosis total 7,5 mg, jika tidak tampak perbaikan dosis
dinaikkan 2,5 mg 5 mg per minggu.

Levodopa
Obat ini di pakai untuk parkinson , diantara nya penderita parkinson sekaligus
psoriasis, dengan dosis 2 x 250 mg 3 x 500 mg, efek samping nya berupa mual,
muntah, anoreksia, hipotensi dan gangguan psikis.

DDS (Diaminodifenilsulfon)
Dipakai untuk pengobatan psoriasis pustulosa tipe barber dengan dosis 2 x 100
mg sehari. Efek samping nya anemia hemolitik, methemoglobinemia dan
agranulositosis.

Etretinat dan asitretin


Etretinat merupakan retinoid aromatik, digunakan bagi psoriasis yang sukar di
sembuhkan dengan obat obat lain menginggat efek sampingnya. Pada psoriasis
obat tersebut mengurangin proliferasi sel epidermal pada lesi psoriasis dan kulit
normal. Dosis pada bulan pertama diberikan 1mg/kgBB, jika belum terjadi
perbaikan dosis dapat dinaikan menjadi 1 mg/kbb.
Asitretin merupakan metabolik aktif etetinat yang utama. Kelebihannya hanya
waktu paruh eliminasinya hanya 2 hari, dibandingkan dengan etretinat yang lebih
dari 100 hari.

Siklosporin
Efeknya ialah imunosupresif, dosis nya 6 mg/kgbb sehari, bersifat nefrototoksik
dan hepatotoksik, hasil pengobtan untuk psoriasis baik, hanya setelah obat
dihentikan dapat terjadi ke kambuhan.

2. Pengobatan topikal

Kortikosteroid1,2,3.5,6,10,11
Kortikosteroid Topikal, sampai saat ini masih merupakan pilihan pengobatan. Pemberiannya
akan lebih efektif jika diaplikasikan kemudian dibalut dengan perban oklusif kering. Yang
menjadi pilihan adalah kortikosteroid dengan potensi tinggi seperti Clobetassol Propionat,
Diflorasone Diasetat, atau bethamethason dipropionat 0,05%, Fluocinolone 0.01% atau
0.025%, hidrokortison valerat 0,2%, triamcinolone, fluocionida.
-

Clobetasol
Topical steroid super poten kelas I, dengan menekan mitosis dan menambah sintesi
protein yang mengurangi inflamasi dan menyebabkan vasokontriksi.2

Betametahasone dipropionate cream 0,05%


Merupakan anti inflamasi kulit yang berespon baik terhadap steroid. Bekerja mengurangi
peradangan dengan menekan migrasi sel leukosit polimorfonuklear dan memperbaiki
permeabilitas kapiler.2

Triamcinolone 0,025%, 0,1%, 0,5% atau ointment


Untuk peradangan kulit yang berespon baik terhadap steroid. Bekerja mengurangi
peradangan dengan menekan migrasi leukosit polimorfonuklear dan memperbaiki
permeabilitas kapiler. Pemberian kortikosteroid berupa Triamcinolone secara intralesi,
biasanya sangat efektif (3mg/ml). Namun harus sangat diperhatikan karena pada
konsentrasi tinggi dapat menyebabkan atropi.2

Fluocinolone 0.01% atau 0.025%


Topical kosrtikosteroid potensi tinggi yang mengahmbat proliferasi sel . mempunyai sifat
imunosupresif dan anti inflamasi.2

Preparat Ter1,2,3,8
Obat topikal yang biasa digunakan adalah preparat ter, yang efeknya adalah anti
radang.Preparat ter berguna pada keadaan-keadaan:
1. Bila psoriasis telah resisten terhadap steroid topikal sejak awal atau takhifilaksis oleh
karena pemakaian pada lesi luas.
2. Lesi yang melibatkan area yang luas sehingga pemakaian steroid topikal kurang
bijaksana.

3. Bila obat-obat oral merupakan kontra indikasi oleh karena terdapat penyakit sistemik.
Ter dari kayu dan batubara yang efektif untuk psoriasis, dimana ter batubara lebih efektif dari
pada ter kayu, sebaliknya kemungkinan memberikan iritasi juga jauh lebih besar. Pada
psoriasis yang menahun lebih baik digunakan ter yang beasal dari batubara, sebaliknya
psoriasis akut dipilih ter dari kayu. Preparat tar seperti liquor carbonis detergent 2-5% dalam
salep dipakai untuk pengobatan psoriasis yang kronis. Diduga mempunyai efek yang
menghambat proliferasi keratinosit. Efeknya akan meningkat bila dikombinasi dengan asam
salisilat 2-5%, akan efektif jika diaplikasikan pada daerah-daerah yang optimal misalnya
lengan, dan kaki.
Asam salisilat merupakan zat keratolitik yang tertua yang dikenal dalam pengobatan topikal,
efeknya ialah mengurangi proliferasi epitel dan menormalisasi keratinisasi yang terganggu.
Konsentrasi rendah (1-2%) mempunyai efek keratoplastik yaitu menunjang pembentukan
keratin yang baru, konsentrasi tinggi 3 -20% bersifat keratolitik dan dipake untuk keadaan
dermatosis yang hiperkeratotik. Pada kasus ini asam salisiat diberikan hanya 3%, efek
desmolitik asam salisilat ini terbukti meningkatkan penetrasi kortikosteroid topikal.

Antihistamin1,2,3,4,6,8
Pemberian antihistamin oral secara luas digunakan untuk mengurangi keluhan pruritus
dengan memblokir efek pelepasan anti histamine secara endogen.namun peran dan
keuntungannya dalam mengatasi pruritus lokal sangat rendah.
Beberapa obat antihistamin lainnya yaitu:2
-

dipenhidramin,untuk mengurangi gejala pruritus yang disebabkan oleh pelepasan


histamine

Loratadine merupakan suatu antihistamin trisiklik yang bekerja cukup lama (Long
acting), mempunyai selektivitas tinggi pada reseptor histamin - H1 perifer dan tidak
menimbulkan efek sedasi atau antikolinergik.

chlorpheniramine, bekerja sama dengan histamin atau permukaan reseptor H1 pada sel
efektor di pembuluh darah dan traktus respiratori

Hidroxyzine, reseptor H1 antagonis di perifer. Dapat menekan aktiviras histamine


diregio subkortikal sistem saraf pusat .

Klonazepam, untuk anxietas yang disertai pruritus. Berikatan dengan reseptor-reseptor


di SSP, termasuk system limbic dan pembentukan reticular. Efeknya bisa dimediasi
melalui reseptor GABA.

Cetirizin HCl adalah antihistamin antagonis H1 generasi kedua, terbukti lebih nyaman
dan menguntungkan karena tidak menimbulkan efek mengantuk sehingga tidak
mengganggu aktifitas pasien.

Ditranol (antralin)
Konsentrasi yang digunakan biasanya 0,2 0,8 % dalam pasta, salep atau krim. Lama
pemakaian hanya - jam sehari sekali untuk mencegah iritasi, penyembuhan dalam 3
minggu.
Tazaroten
Merupakan derivat vitamin A, misalnya etretinat atau acitretin. Mempunyai efek
menghentikan diferensiasi dan proliferasi keratinosit dan bersifat anti inflamasi, dengan
menghambat fungsi netrofil. Dipakai untuk pengobatan psoriasis pustulosa generalisata
ataupun lokalisata, dan eritroderma psoriatik.2,6
Tazaroten tersedia dalam bentuk gel dan krim dengan konsentrasi 0.05 % dan 0,1%. Bila
dikombinasikan dengan steroid topical potensi sedang dan kuat akan mempercepat
penyembuhan dan mengurangin iritasi.
Pengobatan dengan sinar
Sinar ultraviolet mempunyai efek menghambat mitosis, sehingga dapat digunakan untuk
pengobatan psoriasis. Cara yang terbaik adalah dengan penyinaran secara alamiah, tetapi
sayang tidak dapt diukur dan jika berlebihan maka akan memperparah psoriasis. Karena itu,
digunakan sinar ulraviolet artifisial, diantaranya sinar A yang dikenal sebagai UVA. 2 Sinar
tersebut dapat digunakan secara tersendiri atau berkombinasi dengan psoralen (8metoksipsoralen, metoksalen) dan disebut PUVA, atau bersama-sama dengan preparat ter
yang dikenal sebagai pengobatan cara Goeckerman.2,5,6,9,10,11
Karena psoralen bersifat fotoaktif, maka degan UVA akan terjadi efek sinergik. Diberikan
0,6 mg/kgbb secara oral 2 jam sebelum penyinaran ultraviolet. Dilakukan 2x seminggu,
kesembuhan terjadi 2-4 kali pengobatan. Selanjutnya dilakukan pengobatan rumatan
(maintenance) tiap 2 bulan.1,2

Pada kasus ini tatalaksana meliputi tatalaksana umum dan khusus. Penatalaksanaan
umum yaitu dengan memberikan edukasi kepada pasien, seperti:1,2,6
-

menjelaskan kepada pasien tentang penyakit dan penatalaksanaannya

hindari stres dan kelelahan.

mencegah garukan dan gosokan

cukup istirahat

menghindari faktor pencetus.


Penatalaksanaan khusus pada kasus ini yaitu dengan memberikan farmakologi, berupa:

Sistemik:
1. Cetirizin HCl 1 x 10 mg jika gatal.
Alasan Pada pasien ini diberikan antihistamin antagonis H1 generasi kedua,
terbukti lebih nyaman dan menguntungkan karena tidak menimbulkan efek
mengantuk sehingga tidak mengganggu aktifitas pasien, juga tidak menimbulkan
jantung berdebar dan penggunaannya cukup satu kali sehari. Selain itu, obat ini
aman diberikan dalam jangka panjang, mengingat obat ini hanya diberikan jika
diperlukan saja. Efektifitas cetirizin HCl lebih baik jika dibandingkan dengan
antihistamin generasi kedua lain yaitu loratadin dalam hal menurunkan
kemerahan pada kulit.
2. Metilprednisolon 3 x 4 mg selama 7 hari.
Metilprednisolon adalah glukokortioid turunan prednisolon yang mempunyai efek
kerja dan penggunaan yang sama seperti senyawa induknya. Metilprednisolon
tidak mempunyai aktivitas retensi natrium seperti glukokortikoid yang lain. Dosis
metilprednisolon 4 48 mg perhari dengan pemberian 3x4mg/hari diharapkan
dapat mengurangi efek inflamasi yang dapat menimbulkan rasa gatal pada pasien
ini, efek samping nya biasanya terlihat pada pemberian jangka panjang atau
pemberian dalam dosis besar, misalnya gangguan elektrolit dan cairan tubuh,
kelemahan otot, resistensi terhadap infeksi menurun, gangguan penyembuhan
luka, meningkatnya tekanan darah, katarak, gaangguan pertumbuhan pada anakanak, insufisiensi adrenal, cushing syndrome, osteoporosis, tukak lambung.

Topikal:
-

Salep Betametason dipropionat 0,05% yang dioleskan tipis-tipis pada lesi yang diberikan
2 kali sehari terutama pada pagi dan malam hari.
Kerja steroid topikal pada psoriasis diketahui melalui beberapa cara, yaitu:
1. Vasokonstriksi untuk mengurangi eritema.
2. Menurunkan turnover sel dengan memperlambat proliferasi seluler.
3. Efek anti inflamasi, dimana diketahui pada psoriasis, leukosit memegang peranan
dan steroid topikal dapat menurunkan inflamasi.
Alasan pemilihan Betametason dipropionat

0,05% karena obat ini merupakan anti

inflamasi kulit yang berespon baik terhadap steroid. Bekerja mengurangi peradangan
dengan menekan migrasi sel leukosit polimorfonuklear dan memperbaiki permeabilitas
kapiler.
Pada Ny.N ini umumnya tidak menyebabkan kematian, tetapi bersifat kronis dan residif.
Komplikasinya menimbulkan arthitis psoriasis, psoriasis pustulosa, psoriasis eritroderma, secara
umum prognosis dari kasus Ny.N ini adalah baik. 1,2

Diskusi
1. Mengapa diagnosa bandingnya dengan Liken Simplek Kronik ? bagaimana cara
menyingkirkan diangnosa bandingnya?
Jawab :
Liken Simplek kronis atau juga dikenal dengan Neurodermatitis sirkumkripta merupakan
suatu peradangan kronis, gatal, sirkumskrip, ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit
tampak menonjol (likenifisikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan atau gosokan
yang berulang-ulang karena berbagai rangsangan pruritogenik.
Untu menyingkirkan diagnosa bandingnya dalam psoriasis skuama nya berlapis lapis dan
transparan, dan harus dilakukan fenomena tetesan lilin, auspitz.
2. Tujuan di tanyakan pasien banyak pikiran untuk apa?
Jawab :
Kerena sesuai dengan etiopatogenesis dari psoriasis vulgaris dimana salah satu nya adalah
faktor genetik, imunologik dan faktor pencetus lain nya seperti stess psikik, infeksi lokal,
trauma, gangguan metabolik, obat, juga alkohol atau merokok. Salah satu faktor pencetus
dari Ny.N ini adalah stres.
3. Apakah perlu diberikan anti histamin pada pasien ini ?
Jawab :
Dalam patogenesis nya pruritus yang disebabkan oleh mekanisme yang mendasari berbagai
jenis pruritus kronis yang kompleks. Sejumlah mediator yang terlibat dalam sensasi gatal
Sinyal gatal dihantarkan ke selektif serat C yang bermylin berasal di kulit kemudian akan
memicu histamin neuron - neuron dan non histamin mungkin terlibat. Mereka membentuk
sinaps dengan neuron sekunder yang menyeberang ke traktus spinotalamikus kontralateral
dan naik ke beberapa daerah otak yang terlibat dalam sensasi , proses evaluatif , emosi ,
penghargaan , dan memori, daerah ini akan di hantar kan sebagai respon dari nyeri, gatal
sehingga memiliki perifer serta hypersensitivitas saraf pusat. Dalam keadaan ini, saraf gatal
peka bereaksi berlebihan terhadap rangsangan berbahaya yang biasanya menghambat gatal,
seperti panas dan menggaruk .
Jadi dalam kasus ini diberikan antihistamin H1 bermanfaat mengobatin reaksi
hipersensitifitas, sehingga antagonis H1 dapat merangsang maupun menghambat SSP. Anti
histamin antagonis H1 generasi pertam menimbulkan efek samping sedasi dan mempunyai
senyawa koligenik dan adregenik yang tidak diinginkan, jadi pada pasien ini diberikan

antihistamin cetirizin HCL 10 mg kerena lebih nyaman dan tidak menyebabkan mengantuk
sehingga tidak mengganggu aktifitas pasien.

Anda mungkin juga menyukai