Anda di halaman 1dari 12

F7.

MINI PROJECT

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Di Indonesia sendiri angka kejadian tentang infeksi nosokomial secara akurat belum ada.

Laporan kejadian infeksi nosokomial berupa infeksi luka operasi adalah di R.S. Hasan Sadikin
Bandung 9,9% (1991, Warko), di R.S. Pirngadi Medan 13,92% (1987), R.S. Dr. Karyadi
Semarang 7,3% (1984), R.S.Dr. Soetomo Surabaya 5,32% (1988) dan RSCM 5,4% (1989).
INOS sangatlah membahayakan karena mampu menularkan penyakit yang berbahaya ataupun
tidak secara langsung maupun tidak. Departemen Kesehatan telah menetapkan beberapa rumah
sakit pemerintah untuk dijadikan pusat pelatihan regional pencegahan dan pengenalian infeksi
ini, antara lain RSUP dr. Soetomo Surabaya, RSUP. Sanglah Denpasar, RSUP Sardjito
Yogyakarta, dan RSUP Hasan Sadikin Bandung.
Masalah higienis lagi-lagi menjadi penyebab utama terjadinya infeksi tersebut. Infeksi ini
dapat ditularkan melalui pasien ke petugas dan sebaliknya, pasien ke pengunjung dan sebaliknya,
antarorang yang tinggal di rumah sakit. Sangat penting sekali mengutamakan kebersihan diri
agar tidak menularkan atau tertular oleh penyakit yang dibawa. Faktor terpenting yang
mempengaruhi tingkat toleransi dan respon tubuh pasien adalah umur, status imunitas penderita,
penyakit yang di derita, obesitas dan malnutrisi, orang yang menggunakan obat-obatan
immunosupresan dan steroid serta intervensi yang dilakukan pada tubuh untuk melakukan
diagnosa dan terapi (baa, JR. Liffe, AJ, 1995).
Cara penularan infeksi nosokomial bisa berupa infeksi silang (cross infection) yaitu
disebabkan oleh kuman yang di dapat dari ornag atau penderita lain di rumah sakit secara
langsung atau tiak langsung. Infeksi sendiri (Self infection, Auto infection) yaitu disebabkan oleh
kuman dari penderita itu sendiri yang berpindah tempat dari satu jaringan ke jaringan lain yaitu
yang disebabkan oleh kuman.

F7. MINI PROJECT

1.2.

Pernyataan Masalah
Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, adapun pernyataan masalah yang ingin

dicapai dalam mini project ini adalah bagaimana upaya kita dalam pelaksanaan perawatan luka
dan pencegahan infeksi pada mitra kerja di puskesmas.
1.2.1. Tujuan
-

Untuk meningkatkan pengetahuan dan kualitas kerja dokter dan mitra kerja di tingkat
Puskesmas Pattalassang dalam hal perawatan luka.

Untuk meningkatkan pengetahuan dan kualitas kerja dokter dan mitra kerja di tingkat
Puskesmas Pattalassang dalam hal pencegahan infeksi.

1.2.2. Manfaat
-

Hasil mini project ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi pihak terkait
untuk meningkatkan mutu kesehatan di masa mendatang menyediakan sarana kesehatan
yang cukup , serta melakukan kegiatan promotif bagi pasien yang ditangani.

Hasil mini project ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan bagi puskesmas
untuk memberikan pelayanan puskesmas sesuai dengan basic ilmu.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan kita dan dapat
dijadikan sebagai salah satu bahan edukasi serta acuan bagi mitra-mitra kerja di tingkat
manapun.

F7. MINI PROJECT

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Infeksi yang terjadi di sarana kesehatan salah satu faktor resikonya adalah pengelolaan
alat kesehatan atau cara dekontaminasi dan disinfeksi yang kurang tepat. Meskipun tidak semua
alat kesehatan yang digunakan dalam pelayanan medis pada pasien harus disterilkan, tetapi
pengelolaannya harus dengan cara yang benar dan tepat.
Keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit dan lembaga medis lainnya harus
diperhatikan. Demikian pula, pengelolaan faktor-faktor yang berpotensi berbahaya yang ada di
rumah sakit dan bagaimana mengembangkan program keselamatan dan kesehatan kerja yang
harus dilaksanakan, seperti perlindungan yang lebih baik terhadap pengolahan limbah,penyakit
menenular dan non-menular secara medis, penggunaan peralatan pelindung diri dan sebagainya.
Selain pekerja medis Keselamatan dan Kesehatan Kerja di rumah sakit yang harus di perhatikan
juga adalah keselamatan dan hak-hak pasien yang terdaftar dalam program patien safety di
rumah sakit.
Mengacu pada kebijakan pemerintah tentang keselamatan dan kesehatan di tempat kerja,
pedoman ini diambil dari berbagai sumber best practices (praktek yang baik) yang berlaku di
tingkat internasional, seperti Institut Nasional untuk Keselamatan dan Kesehatan (NIOSH),
Centers for Disease Control (CDC), Keselamatan dan Kesehatan Kerja Administration (OSHA),
U. S. Environmental Protection Agency (EPA), dan lain-lain. Data dapat di lihat dari tahun 1988,
4% dari pekerja di Amerika Serikat adalah dokter. Menurut laporan dari The National Safety
Council (Dewan Keamanan Nasional )(NSC), ada 41% dari petugas medis tidak hadir akibat
penyakit dan kecelakaan, dan jumlah ini jauh lebih besar dibandingkan industri lain. Survei Yang
dilakukan dari 165 laboratorium klinik di Minnesota telah menunjukkan bahwa cedera adalah
luka jarum suntik sebagian besar (63%), diikuti oleh peristiwa lain seperti luka dan lecet (21%).
Selain itu, pekerja di rumah sakit sering mengalami stres, yang merupakan faktor predisposisi
untuk kecelakaan. Ketegangan otot dan distorsi atau keseleo merupakan representasi dari low
back injury (cedera punggung bawah )yang banyak di dapatkan pada para staf rumah sakit.
Cara pencegahan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
-

Cuci tangan sebelum dan sesudah berinteraksi dengan pasien.

Menggunakan APD (Alat Pelindung Diri: masker. Sarung tangan, dsb)


3

F7. MINI PROJECT

Meindungi pasien dengan menggunakan antibiotika yang adekuat, nutrisi cukup, dan
vaksinasi.

Mengontrol resiko penularan dari lingkungan.

Berkaitan dengan alat yang digunakan kepada pasien seperti canul nasal, ambubag,
tempat tidur, alat makan, dsb dipastikan bersih.

Menjaga kebersihan lingkungan rumah sakit.

F7. MINI PROJECT

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.

Jenis mini project


Metode mini project yang dilakukan adalah memberikan edukasi kesehatan kepada

dokter , mitra kerja yang bertugas di Puskesmas Pattalassang Kabupaten Takalar.


3.2.

Lokasi penelitian
Mini project ini dilakukan di Puskesmas Pattalassang Kabupaten Takalar.

3.3.

Waktu penelitian
Pelaksanaan mini project dilakukan satu hari pada tanggal 24 Februari 2014.

3.4.

Sasaran
Semua pegawai kesehatan dan yang terlibat diikutsertakan dalam kegiatan ini.

3.5.

Penyajian
Disajikan dalam bentuk presentasi powerpoint serta dilakukan diskusi terbuka untuk

menilai sejauh mana tingkat ketidakpahamannya.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

F7. MINI PROJECT

Telah dilakukan presentasi mengenai perawatan luka dan pencegahan infeksi pada
tanggal 24 Februari 2014 di Puskesmas Pattalassang Kabupaten Takalar yang dihadiri oleh mitra
kerja dokter seperti perawat, bidan, dokter gigi, pegawai tata dan pegawai administrasi. Pada
mini project ini akan dibahas beberapa hal principal dalam hal :
-

Perawatan luka

Pencegahan infeksi
Menurut kami kedua hal yang kami angkat ini sangat penting menyadari bahwa hal

tersebut masih sering diabaikan oleh beberapa sejawat dan mitra kerja. Berdasarkan pengamatan
kami selama menjalani internsip di puskesmas ini sarana dan prasana masih sangat kurang. Dan
kami pun sepakat untuk membahasnya kembali.
4.1. Perawatan Luka
Berdasarkan pengertiannya luka adalah cedera atau ruda paksa yang terjadi pada setiap
jaringan tubuh yang berakibat terputusnya kontinuitas jaringan. Adapun luka yang dibagi
berdasarkan bentuk luka terbagi atas :
a. Luka tertutup
Yaitu dimana tidak terjadi hubungan antara luka dengan dunia luar. Contohnya luka
memar (vulnus contusum) .
b. Luka terbuka
Luka yang berhubungan langsung dengan dunia luar, contohnya vulnus excoriatum,
vulnus scisum, vulnus ictum, vulnus laceratum.
Fase Penyembuhan Luka
-

Fase 1 ( respon inflamasi 1-5 hari)


Terjadi eksudasi cairan plasma yang mengandung protein, sel-sel darah merah, fibrin dan
antibiotika luka. Eksskroisasi terbentuk dipermukaan luka untuk menutupi cairan eksudat
tadi dengan tujuan menghindari invasi mikrobakteri

Fase II (migrasi I proliferasi 5-14 hari)

Fase III (maturasi/remodeling hari ke 14 sampai dengan penyembuhan komplit)

Bentuk- Bentuk Penyembuhan Luka


6

F7. MINI PROJECT

Penyembuhan luka yang terisi dengan jaringan granulasi dan kemudian ditutup jaringan
epitel dan disebut penyembuhan sejunder. Penyembuhan luka dengan jaringan parut yang
minimal biasanya dilakukan dengan bantuan dari luar yakni penjahitan yang bertujuan untuk
mempertautkan ke dua tepi luka. Ini disebut dengan penyembuhan primer .
Perawatan Luka
1. Evaluasi Luka
Anamnesis dan pemeriksaan fisik (lokasi dan eksplorasi).
2. Tindakan Antiseptik
Prinsipnya untuk desinfeksi kulit luka. Untuk melakukan pencucian/pembersihan luka
digunakan larutan antiseptik seperti:
Povidon Yodium (Betadine, septadine dan isodine), merupakan kompleks yodium dengan
polyvinylpirrolidone yang tidak merangsang, mudah dicuci karena larut dalam air dan
stabil karena tidak menguap.
3. Pembersihan Luka
Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam pembersihan luka yaitu :
-

Irigasi dengan sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk membuang jaringan mati


dan benda asing.

Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan mati.

Berikan antiseptik

Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan dengan pemberian anastesi lokal

Bila perlu lakukan penutupan luka.

4. Penjahitan Luka
Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang dari 8 jam boleh
dijahit primer, sedangkan luka yang terkontaminasi berat dan atau tidak berbatas tegas
sebaiknya dibiarkan sembuh per sekundam atau per tertim.

5. Penutupan Luka
Adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada luka sehingga proses
penyembuhan berlangsung optimal.
7

F7. MINI PROJECT

6. Pembalutan
Menutup dan membalut luka tergantung pada penilaian kondisi luka. Pembalutan
berfungsi sebagai pelindung terhadap penguapan, infeksi, mengupayakan lingkungan
yang baik bagi luka dalam proses penyembuhan.
7. Profilaksis Tetanus
Diberikan suntikan TT 0.5-1 cc per im.
8. Pemberian Antibiotik
Prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada luka terkontaminasi
atau kotor maka perlu diberikan antibiotik.
9. Pengangkatan Jahitan
Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi. Waktu pengangkatan jahitan
tergantung dari berbagai faktor seperti, lokasi, jenis pengangkatan luka, usia, kesehatan,
sikap penderita dan adanya infeksi .
4.2.

Pencegahan Infeksi
Kewaspadaan universal adalah upaya pencegahan infeksi yang telah mengalami

perjalanan panjang, dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman
bagi petugas kesehatan dan pasien karena petugas kesehatan bertanggung jawab atas dirinya
sendiri dan pasien serta risiko penularan penyakit infeksi. Setiap cairan tubuh pasien harus
dianggap infeksiud tanpa memandang status pasien.
Prinsip utama prosedur ini adalah hygiene individu, ruangan dan sterilisasi alat.
Kegiatannya sebagai berikut :
-

Cuci tangan guna mencegah infeksi silang

Menggunakan larutan antiseptik

Pemakaian alat pelindung guna mencegah kontak dengan darah dan cairan tubuh

Pengelolaan alat kesehatan seperti, cuci, dekontaminasi, sterilisasi/DTT

Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

Cuci tangan

F7. MINI PROJECT

Dilakukan sebelum dan sesudah tindakan. Sarana cuci tangan yaitu air mengalir, sabun dan
deterjen, serta larutan antiseptik. Larutan antiseptik berguna untuk menghambat aktivitas &
membunuh mikroorganisme pada kulit.
Jenis larutan antiseptik:
-

Alkohol 60-90%

Chlorhexidin 4% (HibitaneR, HibsscrubR)

Hexachlorophen 3% (PhisohexR)

Yodophor (BetadineR)

Sentrimid & klorheksidin glukonat (Savlon)

Paraklorometaksilenol (R/ Dettol)

Alat Pelindung Diri


-

Sarung tangan

Pelindung wajah/masker/kaca mata

Penutup kepala

Gaun pelindung

Sepatu pelindung

Sarung Tangan
Harus selalu digunakan pada saat melakukan tindakan kontak yang diperkirakan
menimbulkan kontak dengan darah, cairan tubuh, selaput lendir dan terkontaminasi.
Dikenal 3 jenis sarung tangan yaitu: sarung tangan bersih, steril, dan rumah tangga.

Pelindung Wajah
Masker dan kaca mata. Melindungi hidung, mulut, dan mata dari percikan darah cairan
tubuh. Masker dikenakan sebelum APD dan cuci tangan

Penutup Kepala
Mencegah jatuhnya mikroorganisme rambut/kulit kepala. Melindungi rambut dan kepala
petugas dari percikan bahan

Gaun/Baju Pelindung
Tujuannya untuk melindungi dari percikan/genangan darah dan cairan tubuh.

Sepatu pelindung

F7. MINI PROJECT

Melindungi kaki petugas dari tumpukan darah. Mencegah tusukan / kejatuhan benda
tajam. Menutupi seluruh ujung dan telapak kaki
Pengelolaan Alat Kesehatan
Dalam pengelolaan alat kesehatan, dapat dilakukan:

Dekontaminasi
Tahap-tahap dalam melakukan dekontaminasi alat kesehatan yaitu:

Gunakan larutan klorin 0,5% (pakai air matang 0,1%)

Kumpulkan & rendam instrumen (gunakan sarung tangan)

Rendam selama 10 menit

Bersihkan dan rendam sarung tangan didalam klorin 0,5%

Cuci tangan

Pencucian
Dalam pencucian alat kesehatan, harus dilakukan:
-

Gunakan sarung tangan tebal

Pindahkan instrumen yang sudah didekontaminasi ke tempat cuci

Lakukan penyikatan di dalam air dan sabun

Bilas dengan air mengalir hingga bersih

Letakkan diatas kain bersih, lalu keringkan.

10

F7. MINI PROJECT

Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)


Yang dimaksud dengan DTT adalah usaha untuk membunuh semua mikroorganisme
termasuk virus hepatitis B dan HIV tetapi tidak dapat membunuh endospora dengan
sempurna seperti tetanus dan gas gangrene. Terdapat 3 cara dalam melakukan disinfeksi
tingkat tinggi/DTT yaitu: merebus alat kesehatan dalam air mendidih selama 20 menit,
rendam dalam disinfektan kimiawi ex: formaldehid 8 % dan DTT dengan uap (kukus).

Sterilisasi
Sterilisasi adalah usaha menghilangkan seluruh mikroorganisme dari alat kesehatan
termasuk endospora bakteri. Sterilisasi adalah cara yang paling aman dan paling efektif
digunakan untuk alat kesehatan yang langsung berhubungan dengan darah atau jaringan

F
o
r
m
a
l
d
e
h
i
A u to c l a v e : O v e n :

tubuh subkutan (steril). Jenis sterilisasi yaitu dengan menggunakan pemanas basah
(autoclave), pemanas kering (oven), dan kimiawi.

Penyimpanan Alat Kesehatan


-

Cara penyimpanan dapat berupa dibungkus/tidak dibungkus.

Disimpan dalam lemari tertutup, tidak sering dijamah dengan udara sejuk/
kering/kelembaban rendah .

Simpan alat dalam keadaan kering.

11

F7. MINI PROJECT

Jangan menyimpan alat (skalpel atau jarum) dalam larutan, karena mikroorganisme
dapat tumbuh/ berkembang biak pada larutan antiseptik & disinfektan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.

Kesimpulan
Dari hasil presentasi yang dilakukan terhadap sejawat dan mitra kerja di puskesmas di

Pattalassang Kabupaten Takalar pada tanggal 24 Februari 2014, maka dapat disimpulkan bahwa
tingkat kepatuhan sejawat dan mitra kerja di puskesmas masih terbatas oleh minimnya
ketersediaan alat-alat serta bahan. Pengadaan telah dilakukan namun tidak bertahan lama, oleh
sebab itu ada tingkat dimana masih perlu meningkatkan kesadaran diri tentang perawatan luka,
pencegahan infeksi dan strelisasai.
5.2.

Saran
Setelah melakukan presentasi ini mengenai perawatan luka dan pencegahan infeksi maka

dapat diberikan saran berupa :


-

Perlunya kesadaran individu, apabila menemukan pasien yang akan ditindaki maka tetap
menggunakan alat pelindung diri .

Perlunya peran aktif seluruh anggota puskesma untuk serta membuat kebijakan dalam
upaya pencegahan infeksi agar tidak meluas lebih banyak lagi dikalangan masyarakat
dalam hal ini promosi pola hidup yang sehat.

Perlunya peran serta staf medis dalam memberikan pelayanan usaha promotif dan
preventif terhadap berbagai penyakit yang memungkinkan menular.

Perlunya peran serta staf medis dalam memberikan pelayanan usaha promotif dan
preventif terhadap beberapa penyakit yang infeksius dan tetap menjaga kewaspadaan diri.

12

Anda mungkin juga menyukai