SENTRIFUGAL
MODUL II
PENGUJIAN POMPA SENTRIFUGAL
SEMESTER GANJIL
2016/2017
SEMESTER GANJIL
2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pompa merupakan mesin konversi energi yang mengubah bentuk energi
mekanik poros menjadi energi spesifik (head) fluida yang memiliki wujud air.
Energi mekanik pompa yang menunjukkan kemampuan dari suatu pompa
mengangkat fluida untuk mencapai ketinggian tertentu adalah berupa head
pompa, ditunjukkan oleh besarnya perbedaan antara energi fluida di sisi isap
dengan energi fluida di sisi tekan. Energi fluida merupakan jumlah dari energi
tekanan, energi kinetik dan energi karena elevasi.
Spesifikasi pompa dinyatakan dengan jumlah fluida yang dapat dialirkan
persatuan waktu (debit atau kapasitas pompa) dan head (tinggi energi angkat).
Pada umumnya pompa dapat digunakan untuk bermacam-macam keperluan,
untuk menaikkan fluida ke sebuah reservoir, untuk mengalirkan fluida dalam
proses industry, untuk pengairan, irigasi, dan sebagainya.
Dalam praktikum ini digunakan pompa sentrifugal, karena banyak
digunakan dalam kehidupan manusia sehari-hari, terutama pada bidang industri.
Pada industri minyak bumi, sebagian besar pompa yang digunakan dalam fasilitas
gathering station, suatu unit pengumpul fluida dari sumur produksi sebelum
diolah dan dipasarkan, ialah pompa bertipe sentrifugal. Pada industri perkapalan
pompa sentrifugal banyak digunakan untuk memperlancar proses kerja di kapal.
Dalam pelaksanaan operasinya pompa sentifrugal dapat bekerja secara
tunggal, seri, dan paralel. Karakteristik pompa harus terlebih dahulu diketahui
agar didapatkan sistem yang optimal.
1.2
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari pengujian pompa sentrifugal ini adalah untuk
b.
c.
SEMESTER GANJIL
2016/2017
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.1.1
Keterangan :
P
: Head tekanan (m)
Pd
: Head tekanan fluida pada sisi tekan (m)
SEMESTER GANJIL
2016/2017
Ps
b. Head kecepatan
Adalah perbedaan antara head kecepatan zat cair pada sisi tekan dengan
head kecepatan zat cair pada sisi isap. Head kecepatan dituliskan dengan rumus
sebagai berikut:
V 2d V 2s
hk =
2 g 2g
(19)
Keterangan :
hk
V 2d
2g
V 2s
2g
Z =Z d Z s
(20)
Keterangan :
Z : Head statis total (m)
Zd
: Head statis pada sisi tekan (m)
Zs
2.1.2
fluida melalui pipa dari satu tempat ke tempat lain. Dalam menjalankan fungsinya
tersebut, pompa mengubah energi mekanik poros yang menggerakkan sudu-sudu
pompa mejadi energi kinetik dan tekanan pada fluida.
Spesifikasi pompa dinyatakan dengan jumlah fluida yang dapat dialirkan
per satuan waktu (kapasitas) dan energi angkat (head) dari pompa.
a.
Kapasitas (Q)
Merupakan volum fluida yang dapat dialirkan persatuan waktu. Dalam
pengujian ini pengukuran dari kapasitas dilakukan dengan menggunakan
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA
TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEMESTER GANJIL
2016/2017
venturimeter. Satuan dari kapasitas (Q) yang digunakan dalam pengujian ini
adalah m3/s.
b.
Putaran (n)
Yang dimaksud dengan putaran disini adalah putaran poros (impeler)
pompa, dinyatakan dalam satuan rpm. Putaran diukur dengan menggunakan
tachometer.
c.
Torsi (T)
Torsi
didapatkan
dari
pengukuran
gaya
dengan
Daya (P)
Daya dibagi menjadi dua macam, yaitu daya poros yang merupakan
daya dari motor listrik, serta daya air yang dihasilkan oleh pompa. Satuan daya
adalah Watt.
Efisiensi ( )
e.
Pengertian Kavitasi
Kavitasi adalah gejala menguapnya zat cair yang sedang mengalir, karena
SEMESTER GANJIL
2016/2017
isapnya. Kavitasi akan timbul jika tekanan isapnya terlalu rendah. Kavitasi di
dalam pompa dapat mengakibatkan:
a.
b.
c.
kavitasi perlu dihindari. Adapun cara-cara untuk mencegah kavitasi antara lain:
a)
b)
c)
penyebabnya yaitu:
1. Suction cavitation (kavitasi pada suction)
Kavitasi jenis ini terjadi akibat kekurangan NPSH A (NPSH aktual).
Aturan umumnya adalah NPSHA minimal harus sama atau lebih besar dari
NPSHR (NPSH yang dibutuhkan) untuk menghindari suction cavitation.
Perbedaan yang besar antara NPSH A dengan NPSHR dapat menyebabkan
SEMESTER GANJIL
2016/2017
resiko kerusakan pada pompa terutama pada air yang relatif dingin (kurang
dari 150 F).
2. Recirculation Cavitation
Recirculation cavitation diakibatkan oleh laju aliran (flow rate) yang
rendah pada pompa. Ada dua tipe dari recirculation cavitation yaitu suction
side dan discharge side dimana bisa terjadi pada saat yang bersamaan ataupun
terpisah. Keduanya terjadi akibat fenomena yang sama yaitu aliran balik pada
jarak yang berdekatan satu sama lain.
2.1.4
Pengertian NPSH
Net Positive Suction Head (NPSH) adalah tekanan awal bernilai positif
yang terdapat pada sisi inlet pompa. Seperti diuraikan sebelumnya, bahwa kavitasi
akan terjadi apabila tekanan statis suatu aliran zat cair turun sampai di bawah
tekanan uap jenuhnya. Untuk menghindari kavitasi harus diusahakan agar tidak
ada satu bagian dari aliran di dalam pompa yang mempunyai tekanan statis lebih
rendah dari tekanan uap jenuh cairan pada temperatur yang bersangkutan. Dalam
hal ini perlu diperhatikan dua macam tekanan yang memegang peranan. Pertama,
tekanan yang ditentukan oleh kondisi lingkungan dimana pompa dipasang. Kedua,
tekanan yang ditentukan oleh keadaan aliran di dalam pompa.
Oleh karena itu, didefinisikan suatu tekanan kavitasi atau jika dinyatakan
dalam satuan Head disebut dengan Net Positive Suction Head (NPSH). Jadi,
NPSH dapat dinyatakan sebagai ukuran keamanan pompa terhadap kavitasi.
SEMESTER GANJIL
2016/2017
Gambar 2.1 NPSH bila tekanan atmosfer bekerja pada permukan air yang dihisap.
Sumber: Sularso (2000:44)
a.
P a Pv
hs hl
(21)
Keterangan:
h sv
Pa
Pv
hl
dengan hs bertanda positif (+) jika pompa terletak di atas permukaan zat cair
yang dihisap dan negatif (-) jika pompa terletak di bawah permukaan zat cair
yang dihisap.
SEMESTER GANJIL
2016/2017
Gambar 2.2 NPSH bila tekanan uap bekerja di dalam tangki air hisap yang
.tertutup.
Sumber: Sularso (2000:44)
Jika zat cair dihisap dari tangki tertutup seperti pada gambar 2.2, maka
Pa menyatakan tekanan absolut yang bekerja pada permukaan zat cair di dalam
tangki tertutup tersebut. Jika tekanan di atas permukan zat cair sama dengan
tekanan uap jenuhnya, maka Pa = Pv, sehingga :
h sv=h shl
(22)
Harga hs adalah negatif (-) karena permukaan zat cair dalam tangki
lebih tinggi daripada sisi isap pompa. Pemasangan pompa semacam ini
diperlukan untuk mendapatkan harga h sv atau NPSH yang positif (+).
b.
SEMESTER GANJIL
2016/2017
Klasifikasi Pompa
Menurut prinsip kerjanya, pompa diklasifikasikan menjadi dua macam,
yaitu:
A.
SEMESTER GANJIL
2016/2017
Rotary Pump
Tekanan yang dihasilkan dari pompa ini adalah akibat gerak putar
dari elemen-elemennya atau gerak gabungan berputar. Bagian utama dari
pompa jenis ini adalah :
SEMESTER GANJIL
2016/2017
Prinsip kerja dari pompa ini adalah berputarnya dua buah roda
gigi berpasangan yang terletak dalam rumah pompa akan menghisap
dan menekan fluida yang dipompakan. Fluida yang mengisi ruang antar
gigi ditekan ke sisi buang. Akibat diisinya ruang antar sisi tersebut
maka pompa ini dapat beroperasi. Aplikasi dari pompa ini adalah pada
sistem pelumasan, karena pompa ini menghasilkan head yang tinggi
dan debit yang rendah. Contoh pompa roda gigi terdapat pada gambar
2.4.
Pompa Aksial
Prinsip kerja dari pompa ini adalah berputarnya impeler akan
menghisap fluida yang dipompakan dan menekannya ke sisi tekan dalam
arah aksial. Pompa ini cocok untuk aplikasi yang membutuhkan head
rendah dan kapasitas tinggi, seperti pada sistem pengairan. Contoh pompa
aksial terdapat pada gambar 2.5.
SEMESTER GANJIL
2016/2017
Pompa Sentrifugal
Elemen pokok dari pompa ini adalah sebuah rotor dengan sudusudu yang berputar pada kecepatan tinggi. Fluida yang masuk dipercepat
oleh impeler yang menaikkan tekanan maupun kecepatannya, dan
melempar fluida keluar melalui volute atau rumah siput. Pompa ini
digunakan untuk memenuhi kebutuhan head medium sampai tinggi
dengan kapasitas aliran medium. Dalam aplikasinya, pompa sentrifugal
banyak digunakan untuk proses pengisian air pada ketel dan pompa rumah
tangga. Bagian-bagian dari pompa sentrifugal adalah stuffling box,
packing, shaft, shaft sleeve, vane, casing, eye of impeller, impeller, casing
wear ring dan discharge nozzle.
SEMESTER GANJIL
2016/2017
2.2.1
zat cair yang keluar dari impeler akan melalui sebuah bidang tegak lurus poros
pompa. Konstruksi dari pompa sentrifugal dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
SEMESTER GANJIL
2016/2017
Impeler Tertutup
Disebut sebagai impeler tertutup karena baling-baling pada impeler
tetutupi oleh mantel di kedua sisi. Jenis impeler ini banyak digunakan pada
pompa air dengan tujuan mengurung air agar tidak berpindah dari sisi
pengiriman ke sisi penghisapan. Impeler jenis ini memiliki kelemahan pada
kesulitan yang akan didapat jika terdapat rintangan atau sumbatan.
Impeler Terbuka dan Semi Terbuka
Dengan kondisinya yang terbuka atau semi terbuka, maka
kemungkinan adanya sumbatan pun jauh berkurang. Hal ini memungkinkan
adanya pemeriksaan impeler dengan mudah. Namun, jenis impeler ini
hanya dapat diatur secara manual untuk mendapatkan setelan terbaik.
Impeler Pompa Berpusar/Vortex
Pompa yang digunakan untuk memompa bahan-bahan yang lebih
padat ataupun berserabut dari fluida cair, impeler vortex dapat menjadi
pilihan yang baik. Pompa jenis ini 50% kurang efisien dari rancangan
konvensionalnya.
yang dilemparkan impeler. Akibat gaya sentrifugal yang menuju sisi tekan,
2.
pada
sisi
3.
SEMESTER GANJIL
2016/2017
SEMESTER GANJIL
2016/2017
dapat berupa baris tungal atau ganda. Bantalan rol banyak dipakai untuk poros
pompa berukuran besar. Skema bantalan poros ditunjukkan oleh gambar 2.10.
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 2.10 Bantalan praktis untuk pompa (a) rol, (b) horizontal, (c) vertikal dan
(d) kingsbury
Sumber: Edward (1996:22)
f. Selongsong Poros
Berfungsi utuk mencegah kebocoran udara ke dalam pompa bila
beroperasi dengan tinggi isap (suction lift) dan untuk mendistribusikan cairan
perapat secara merata di sekeliling ruang cincin (anular space) antara lubang
peti dan permukaan selongsong poros. Selongsong poros disebut juga sangkar
perapat atau cincin lantern. Skema selongsong poros pompa ditunjukkan oleh
gambar 2.11.
SEMESTER GANJIL
2016/2017
SEMESTER GANJIL
2016/2017
2.3.1
Persamaan Bernoulli
Syarat syarat berlakunya persamaan Bernoulli adalah:
Aliran steady
Aliran incompressible
(v), dan beda ketinggian (z) mempunyai energi aliran fluida sebesar :
Persamaan energi :
m v2
m. g . z + P . +
=c
2
(23)
m m v2
+
=c
(24)
m. g . z + P .
(25)
P v2
+ =c (m)
g 2 g
(26)
P
v
P
v
z1 1 1 z 2 2 2
g 2g
g 2g
dengan :
(27)
SEMESTER GANJIL
2016/2017
P
g adalah head tekanan
v2
2g
Sebagai contoh
mempunyai tekanan P1, luas penampang A1, dan kecepatan v1. Perubahan bentuk
energi akan terjadi bila pada posisi 2 penampangnya diperkecil. Dengan demikian,
kecepatan air akan naik menjadi v2 dan tekanan P2 akan berkurang. Hal ini dapat
terlihat jelas apabila letak pipa dalam keadaan horizontal (z1=z2).
Jadi, persamaan bernoulli dapat dinyatakan sebagai berikut:pada tiap saat
dan tiap posisi yang ditinjau dari suatu aliran di dalam pipa tanpa gesekan yang
tidak bergerak akan mempunyai jumlah energi ketinggian tempat, tekanan, dan
kecepatan yang sama besarnya.
2.3.2
Persamaan Kontinuitas
Disebut juga hukum kekekalan massa, menyatakan bahwa laju perubahan
massa fluida yang terdapat dalam ruang yang ditinjau pada selang waktu t harus
sama dengan perbedaan antara jumlah massa yang masuk dan laju massa yang
keluar ke dan dari elemen fluida yang ditinjau.
Terdapat aliran fluida pada satu saluran dengan perubahan luas penampang
seperti terlihat pada gambar 2.13. Pada fluida tak termampatkan, massa jenis
fluida selalu sama di setiap titik yang dilaluinya. Massa fluida yang mengalir
dalam pipa dengan luas penampang A1 selama selang waktu tertentu:
=
m
V
(28)
SEMESTER GANJIL
2016/2017
m=V
(29)
m1= V 1
(30)
V 1 = A 1 L1= A 1 v 1 t
(31)
m
1= A 1 v 1
(32)
Mengingat bahwa dalam aliran tunak, massa fluida yang masuk sama
dengan massa fluida yang keluar, maka:
m
1=m
2
A 1 v 1= A 2 v 2
A 1 v 1= A 2 v 2
Keterangan:
A 1= Luas penampang 1
A 2= Luas penampang 2
v 1= Kecepatan aliran fluida pada penampang 1
v 2= Kecepatan aliran fluida pada penampang 2
Av = Laju aliran volume V/t atau debit
2.3.3
(33)
(34)
(35)
Segitiga Kecepatan
Fluida mengalir kedalam pompa dikarenakan terhisap oleh impeler yang
berputar. Diasumsikan bahwa aliran fluida yang terjadi adalah aliran dua dimensi,
dan bahwa fluida mengikuti sudu-sudu impeler dengan tepat, maka kecepatan
masuk dan keluar untuk suatu impeler yang mempunyai sudu-sudu mengarah ke
belakang ditunjukkan pada gambar 2.14. u adalah kecepatan keliling suatu titik
pada impeler, w adalah kecepatan partikel fluida relatif terhadap impeler, dan c
adalah kecepatan absolut fluida (kecepatan relatif suatu titik pada impeler relatif
terhadap frame yang diam / tanah). c merupakan hasil penjumlahan secara vektor
dari u dan w. Diagram segitiga kecepatan masuk dan keluar impeler dapat dilihat
pada gambar 2.14.
SEMESTER GANJIL
2016/2017
fluida dengan nilai head tekanan yang sangat tinggi dengan kapasitas fluida
yang rendah. Grafik pada gambar 2.16 menunjukkan bahwa head total yang
tinggi pada pompa yang tersusun seri diperoleh dengan menjumlahkan head
pompa 1 dengan head pompa 2:
Htotal = H1 + H2
(36)
SEMESTER GANJIL
2016/2017
b.
Pompa Paralel
Instalasi pompa yang disusun paralel bertujuan untuk memperoleh
fluida dengan kapasitas yang tinggi namun head tekanan yang diperoleh
rendah. Pada gambar 2.17 didapatkan kapasitas (Q) aliran yang tinggi
diperoleh dengan cara menjumlahkan kapasitas aliran pompa 1 (Q1) dengan
kapasitas aliran pompa 2 (Q2).
Qtotal= Q 1 + Q2
(37)
SEMESTER GANJIL
2016/2017
2.4
Rumus Perhitungan
2.4.1
Pompa Tunggal
1. Head (H)
H=
Pd Ps
(m)
(38)
Keterangan:
Pd : Tekanan buang (N/m2)
Ps : Tekanan buang (N/m2)
: berat jenis air = water . g (N)
2. Kapasitas (Q)
0,189
Q
h (m 3 / s )
1000
(39)
Keterangan:
h = beda ketinggian fluida pada manometer (mmHg)
3. Putaran (n)
Satuan : rpm
T F L 4. Torsi (T)
(40)
Keterangan:
F = Gaya / beban (N)
L = Panjang lengan momen = 0,179 m
5. Daya (W)
Daya Poros (W1) :
W1 F
n
k
(Watt )
(41)
Keterangan:
k = konstanta brake = 53,35
n = putaran (rpm)
Daya Air (W2) :
W 2=( P dP s ) .Q ( Watt )
(42)
6. Efisiensi ( )
W2
100%
W1
(43)
2.4.2
Pompa Seri
1. Head
SEMESTER GANJIL
2016/2017
P d 1P s1
P d 2P s 2
H 2=
H 1=
H Total H 1 H 2
( m)
(44)
2. Kapasitas (Q)
Q
0,189
h
1000
(m 3 / s)
Keterangan:
h = beda ketinggian fluida pada manometer (mmHg)
3. Torsi (T)
T1 F1 L ( N .m)
T2 F2 L ( N .m)
TTotal T1 T2
(45)
Keterangan:
F = Gaya / beban (N)
L = Panjang lengan momen = 0,179 m
4. Daya (W)
Daya Poros (W1) :
n
W1,1 F1 1 (Watt )
k
n
W1, 2 F2 2 (Watt )
k
W1, Total W1,1 W1, 2 (Watt )
Keterangan:
k = konstanta brake = 53,35
n = putaran (rpm)
Daya Air (W2) :
W2,1 ( Pd 1 Ps1 ) Q (Watt )
W2, 2 ( Pd 2 Ps 2 ) Q (Watt )
5. Efisiensi ( ) :
2.4.3
W2 ,Total
W1, Total
(Watt )
100%
Pompa Paralel
1. Head
SEMESTER GANJIL
2016/2017
H Total
H1 H 2
2
H1
Pd 1 Ps 1
( m)
H2
Pd 2 Ps 2
( m)
( m)
(46)
2. Kapasitas (Q)
Q
0,189
h
1000
(m 3 / s)
Keterangan:
h = beda ketinggian fluida pada manometer (mmHg).
3. Torsi (T)
T1 F1 L ( N .m)
T2 F2 L ( N .m)
TTotal T1 T2
Keterangan:
F = Gaya / beban (N)
L = Panjang lengan momen = 0,179 m
4. Daya (W)
Keterangan:
k = konstanta brake = 53,35
n = putaran (rpm)
Q
W2,1 = (Pd1 Ps1). 2 (Watt)
Q
W2,2 = (Pd2 Ps2). 2 (Watt)
W2,total = W2,1 + W2,1 (Watt)
o Jika n berbeda
W2,1 = (Pd1 Ps1). Q1 (Watt)
W2,2 = (Pd2 Ps2). Q2 (Watt)
W2,total = W2,1 + W2,1 (Watt)
5. Efisiensi ( )
W2, Total
W1, Total
100%
SEMESTER GANJIL
2016/2017
SEMESTER GANJIL
2016/2017
BAB III
METODOLOGI PENGUJIAN
3.1
3.1.1
dipengaruhi variabel lain. Dalam percobaan pompa sentrifugal ini, variabel bebas
yang diamati adalah besarnya kecepatan putaran poros dan putaran katup.
3.1.2
Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang nilainya dipengaruhi variabel bebas.
Variabel Terkontrol
Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan
sehingga variabel bebas dan variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar
yang diteliti. Variabel kontrol dalam percobaan pompa sentrifugal ini adalah
besarnya kecepatan putaran motor yang dijaga konstan.
3.2
Serial No.
: TE 83/5806
Date
: 8 Maret 1982
Suplied to
Electrical Supply
1st Stage
Neco Shunt
2nd Stage
Neco Shunt
SEMESTER GANJIL
2016/2017
Serial no.
Speed
Power
Electrical control
type
Pump type
Max head
Max flow
C 166415.C
Variable 0 to 3000
C 166415.B
Variable 0 to 3000
rev/min
0,75 KW (1 HP)
Neco electrical 2AF
rev/min
0,75 KW (1 HP)
Neco electrical 2AF
ISO
Stuart no 25/2
13 m
130 L/minute
ISO
Stuart no 25/2
13 m
130 L/minute
Watts
Power Constant
Tachometer
Venturi
Calibration
: v 0,2 h
Diameters D = 37,5 mm dan d = 22,2 mm
3.3
Note
Literature
SEMESTER GANJIL
2016/2017
SEMESTER GANJIL
2016/2017
yang dihubungkan dengan neraca pegas. Sebuah panel pengaturan dan alat ukur
(manometer raksa dan manometer bourdon). Jaringan pipa dilengkapi dengan dua
katup isap yaitu katup pompa I (A) dan katup pompa II (B). Instalasi percobaan
juga dilengkapi dengan sebuah katup pengatur aliran tunggal, seri dan paralel (C),
sebuah katup pengatur keluaran (D) dan sebuah venturi (V).
3.4
Langkah Percobaan
1.
2.
3.
4.
5.
Pompa I dihidupkan .
6.
7.
Dalam keadan katup buang tertutup, catat data pada alat ukur.
8.
9.
10.
dari pompa I masuk ke sisi isap pompa II. Pompa I dan pompa II dihidupkan.
Lakukan langkah 7 - 9 untuk proses pengambilan data.
Pada pengujian pompa paralel, katup C diubah kedudukannya 180 o
11.
Percobaan selesai.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
LABORATORIUM MESIN-MESIN FLUIDA
TEKNIK MESIN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
4.1
4.2.1
Contoh Perhitungan
a. Pompa Tunggal
1. Head (H)
H=
Pd Ps
H=
650000
9,8 1000
(m)
H=6,6326 m
2. Kapasitas (Q)
Q=
0, 189
h(m3 /s )
1000
Q=
0.189
0
1000
Q=0 m3 /s
3. Torsi (T)
T =F . L(Nm)
T =1,6 0,179
T =0,2864 Nm
4. Daya (W)
5. Efisiensi ()
SEMESTER GANJIL
2016/2017
W2
100
W1
0
100
65,979
=0
b. Pompa Seri
1. Head (H)
H 1=
P d 1P s1
(m)
H 1=
650000
9,8 1000
H 1=6,6326 m
H 2=
P d 2P s 2
(m)
H 2=
12900070000
9,8 1000
H 2=6,0204 m
H total=H 1 + H 2
H total=6,6326+6,0204
H total=12,653 m
2. Kapasitas (Q)
Q=
0,189
h(m3 /s)
1000
Q=
0,189
0
1000
Q=0 m3 /s
3. Torsi (T)
T 1 =F 1 . L( Nm)
T 1 =1,7 .0,179
T 1 =0,3034 Nm
T 2 =F 2 . L
T 2 =1,85. 0,179
SEMESTER GANJIL
2016/2017
T 2 =0,33115 Nm
T total =T 1 +T 2
T total =0,3034+0,33115
T total =0,63545
4. Daya
W 2, total
100
W 1, total
0
100
142,924
=0
SEMESTER GANJIL
2016/2017
c. Pompa Paralel
1. Head (H)
H 1=
P d 1P s1
(m)
H 1=
710000
9,8 1000
H 1=7,237 m
H 2=
P d 2P s 2
(m)
H 2=
7100015000
9,8 1000
H 2=5,7084 m
H total=H 1 + H 2
H total=7,237+5,7084
H total=12,9457 m
2. Kapasitas (Q)
Q=
0,189
h(m3 /s)
1000
Q=
0,189
0
1000
Q=0 m3 /s
3. Torsi (T)
T 1 =F 1 . L( Nm)
T 1 =1,8. 0,179
T 1 =0,322 Nm
T 2 =F 2 . L
T 2 =1,4 . 0,179
T 2 =0,2506 Nm
T total =T 1 +T 2
T total =0,322+0,2506
T total =0,5728
4. Daya
SEMESTER GANJIL
2016/2017
5. Efisiensi ()
=
W 2, total
100
W 1, total
0
100
129,334
=0
SEMESTER GANJIL
2016/2017
4.2.2
SEMESTER GANJIL
2016/2017
SEMESTER GANJIL
2016/2017
Kapasitas
0.0004
0.0006
0.0008
0.001
0.0012
Poly. (Tunggal)
Tunggal
0.0002
Head
Grafik diatas menunjukkan hubungan antara kapasitas dan head pada
pompa tunggal. Secara teori, head merupakan tinggi energi angkat yang juga
dapat dinyatakan sebagai perbandingan antara energi yang dikandung dalam
SEMESTER GANJIL
2016/2017
setiap satuan berat fluida dimana head dapat di ukur dengan cara mengukur beda
tekanan antara pipa isap dan pipa buang pada pompa. Sedangkan kapasitas adalah
jumlah fluida yang dapat dialirkan per satuan waktu.
Dari grafik hubungan antara kapasitas dan head pada pengujian pompa
tunggal dapat dilihat bahwa kurva grafik mengalami penurunan. Semakin
bertambahnya kapasitas fluida maka head akan mengalami penurunan. Hal ini
disebabkan karena hubungan antara head dan kapasitas berbanding terbalik, sesuai
dengan rumus berikut:
H=
P dP s
Dimana :
Pd = Tekanan fluida pada sisi tekan (N/m2)
Ps = Tekanan fluida pada sisi isap (N/m2)
= Berat jenis air = water . g (N)
Beda tekanan akan mempengaruhi kapasitas pada pompa, yaitu pada saat
beda tekanan (Pd Ps) turun, maka kapasitas dari pompa akan bertambah dan
seperti itu juga sebaliknya. Beda tekanan semakin turun disebabkan oleh bukaan
katup yang semakin besar.
SEMESTER GANJIL
2016/2017
Kapasitas
0.0006
0.0008
0.001
0.0012
Poly. (PompaSeri)
Poly. (Pompa2)
Poly. (Pompa1)
PompaSeri
Pompa2
Pompa1
10
12
14
0.0002
0.0004
Gambar 4.2 Hubungan Antara Kapasitas dan Head pada Pompa Seri
Head
Grafik diatas menunjukkan hubungan antara kapasitas dan head pada
pompa seri. Secara teoritis head merupakan energi angkat yang juga dapat
dinyatakan sebagai perbandingan antara energi yang dikandung dalam fluida yang
SEMESTER GANJIL
2016/2017
dapat dialirkan pompa dalam per satuan waktu. Sedangkan kapasitas adalah
jumlah fluida yang dapat dialirkan per satuan waktu. Dari grafik hubungan antara
kapasitas dengan head pada pompa susunan seri dapat dilihat bahwa polinomial
grafik mengalami penurunan dari awal putaran mesin sampai akhir putaran mesin,
dimana semakin bertambahnya kapasitas, maka head akan mengalami penurunan.
Hal ini disebabkan karena hubungan antara head dan kapasitas pompa adalah
berbanding terbalik. Head dapat dirumuskan sebagai berikut:
H=
P dP s
Dimana :
Pd = Tekanan fluida pada sisi tekan (N/m2)
Ps = Tekanan fluida pada sisi isap (N/m2)
= Berat jenis air = water . g (N)
Dari rumus diatas dapat dilihat bahwa nilai head dan beda tekanan
berbanding lurus. Karena nilai beda tekanan yang semakin menurun, maka nilai
head juga ikut menurun. Beda tekanan semakin turun disebabkan oleh bukaan
katup yang semakin besar.
SEMESTER GANJIL
2016/2017
Kapasitas
0.0008
0.0012
0.0016
Poly. (PompaParalel)
Poly. (Pompa2)
Log. (Pompa2)
Linear (Pompa1)
PompaParalel
Pompa2
Pompa1
10
12
14
0.0004
Head
Grafik diatas menunjukkan hubungan kapasitas dan head pada pompa
paralel. Secara teoritis head merupakan energi angkat yang juga dapat dinyatakan
sebagai perbandingan antara energi yang dikandung dalam fluida yang dapat
SEMESTER GANJIL
2016/2017
dialirkan pompa dalam per satuan waktu. Sedangkan kapasitas adalah jumlah
fluida yang dapat dialirkan per satuan waktu.
Dari grafik hubungan antara kapasitas dan head pada pengujian pompa
paralel dapat dilihat bahwa kurva grafik mengalami penurunan. Semakin
bertambahnya kapasitas fluida maka head akan mengalami penurunan. Hal ini
disebabkan karena hubungan antara head dan kapasitas berbanding terbalik, sesuai
dengan rumus berikut :
H=
PdPs
Dimana :
Pd = Tekanan fluida pada sisi tekan (N/m2)
Ps = Tekanan fluida pada sisi isap (N/m2)
= Berat jenis air = water . g (N)
Dari rumus di atas dapat kita lihat bahwa antara beda tekanan pompa (Pd Ps) dan kapasitas (Q) adalah berbanding terbalik, sehingga peningkatan dari nilai
kapasitas (Q) akan menimbulkan penurunan beda tekanan pompa. Dalam grafik
telihat bahwa nilai W2 semakin menurun setelah mencapai nilai tertinggi. Hal itu
disebabakan karena setelah melewati nilai puncak, terjadi penurunan nilai (Pd-Ps)
secara signifikan. Penurunan ini disebabkan karena semakin besarnya faktor
mayor losses dan minor losses yang terjadi di saluran fluida yang meliputi
kerugian gesek dan losses saat fluida melewati belokan, katup, perubahan
penampang, dan pada pipa lurus.
4.2.2.4 Hubungan Kapasitas dan Daya Poros (Pompa Tunggal, Seri dan
Paralel)
SEMESTER GANJIL
2016/2017
Kapasitas
Poly. (Paralel)
Poly. (Seri)
Poly. (Tunggal)
Paralel
Seri
Tunggal
50
100
150
200
250
300
350
Gambar 4.4 Hubungan Kapasitas dan Daya Poros Pada Pompa Tunggal, Seri, Paralel
DayaPoros (W1)
Grafik diatas menunjukkan hubungan antara kapasitas dan daya poros
pada pompa tunggal, seri, dan paralel. Dari grafik hubungan antara kapasitas (Q)
dan daya poros (W1) dapat dilihat bahwa polinomial grafik mengalami kenaikan
SEMESTER GANJIL
2016/2017
dan setiap jenis pompa yaitu pompa tunggal, pompa seri dan pompa paralel
dimana semakin tinggi kapasitas (Q) maka semakin tinggi pula nilai daya
porosnya (W1). Hal ini disebabkan karena nilai kapasitas (Q) berbanding lurus
dengan daya poros (W1) dimana sesuai dengan rumus berikut :
W 1=F x
n
watt
k
Dimana :
F = gaya pembebanan (N)
n = putaran mesin (rpm)
k = konstanta brake = 53,35
Dari rumus di atas dilihat bahwa semakin besar nilai kapasitas (Q) maka
gaya yang dibebankan pada pompa juga akan semakin meningkat, sehingga daya
poros (W1) juga akan mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya nilai
kapasitas (Q).
Dari grafik juga dapat dilihat bahwa kurva grafik daya poros (W 1) pada
pompa seri memiliki nilai rata-rata paling tinggi. Hal ini disebabkan dari skema
pompa seri sehingga daya poros pada pompa seri dijumlahkan, dan membuat nilai
daya poros pada pompa seri menjadi lebih besar dibandingkan tunggal maupun
pararel. Akan tetapi pada akhir grafik dapat dilihat daya poros (W 1) pompa
tunggal maupun paralel mengalami penurunan, hal ini disebabkan sifat inersia dari
pompa itu sendiri yang mana mempertahankan putaran dari pompa, sehingga
menyebabkan turunya selisih kenaikan nilai gaya pembebanan
(F) dan
4.2.2.5 Hubungan Kapasitas dan Daya Air (Pompa Tunggal, Seri dan Paralel)
SEMESTER GANJIL
2016/2017
Kapasitas
Poly. (PompaParalel)
Poly. (PompaSeri)
Poly. (PompaTunggal)
PompaParalel
PompaSeri
PompaTunggal
10
20
30
40
50
60
70
Gambar 4.5 Hubungan Kapasitas dan Daya Air pada Pompa Tunggal, Seri, Paralel
DayaAir (W2)
Grafik di atas menunjukkan hubungan antara kapasitas dan daya air pada
pompa tunggal, seri, dan paralel. Dari grafik hubungan antara kapasitas (Q) dan
daya air (W2) dapat dilihat bahwa kurva grafik dari masing-masing pompa
SEMESTER GANJIL
2016/2017
mengalami kenaikan sampai pada titik tertentu, kemudian kurva grafik mengalami
penurunan. Apabila dihubungkan dengan rumus adalah sebagai berikut :
H=
PdPs
Dimana :
( Pd Ps )
Q
Dari rumus di atas dapat kita lihat bahwa antara beda tekanan pompa (Pd Ps) dan kapasitas (Q) adalah berbanding terbalik, sehingga peningkatan dari nilai
kapasitas (Q) akan menimbulkan penurunan beda tekanan pompa.
Dalam grafik telihat bahwa nilai W2 semakin menurun setelah mencapai
nilaitertinggi. Hal itu disebabakan karena setelah melewati nilai puncak, terjadi
penurunan nilai (Pd-Ps) secara signifikan. Penurunan ini disebabkan karena
semakin besarnyafaktor mayor losses dan minor losses yang terjadi di saluran
fluida yang meliputikerugian gesek dan losses saat fluida melewati belokan,
katup, perubahan penampang, dan pada pipa lurus.
4.2.2.6 Hubungan Kapasitas dan Torsi (Pompa Tunggal, Seri dan Paralel)
SEMESTER GANJIL
2016/2017
Kapasitas
Poly. (PompaParalel)
Poly. (PompaSeri)
Poly. (PompaTunggal)
PompaParalel
PompaSeri
PompaTunggal
0.2
0.4
0.6
0.8
1.2
1.4
1.6
Gambar 4.6 Hubungan Kapasitas dan Torsi pada Pompa Tunggal, Seri, dan Paralel
Torsi
Grafik diatas menunjukkan hubungan antara kapasitas dan torsi pada
pompa tunggal, seri, dan paralel. Dari grafik hubungan antara kapasitas (Q)
tehadap torsi (Nm) dapat dilihat bahwa polinomial grafik mengalami peningkatan,
SEMESTER GANJIL
2016/2017
di mana semakin meningkatnya nilai kapasitas (Q), maka torsi (Nm) akan ikut
meningkat. Hal ini disebabkan karena nilai kapasitas Q yang berbanding lurus
dengan nilai torsi (Nm) dimana sesuai dengan rumus:
T =F x L (Nm)
Di mana :
F = gaya pembebanan (Nm)
L = lengan momen = 0,179 m
Sehingga jika kapasitas (Q) mengalami peningkatan maka nilai gaya
pembebanan (F) untuk memindahkan fluida juga akan meningkat, dengan
meningkatnya nilai gaya pembebanan (F) maka akan diikuti pula dengan
meningkatnya nilai torsi (Nm).Dari grafik juga dapat dilihat bahwa kurva grafik
pompa seri memiliki nilai rata-rata paling tinggi. Hal ini disebabkan karena gaya
pembebanan (F) pada pompa seri bernilai lebih besar dibandingkan dengan gaya
pembebanan (F) dan nilai beda tekanan (Pd Ps) pada pompa tunggal dan pompa
paralel.
Pada akhir grafik bisa kita lihat nilai Torsi (Nm) mengalami penurunan.
Hal ini disebabkan karena turunnya gaya pembeban (F) pada pompa tunggal dan
paralel karena gaya inersia pada pompa, yang mana gaya inersia tersebut
cenderung
mempertahankan
putaran
pompa
sehingga
mengurangi
gaya
pembebanannya.
4.2.2.7 Hubungan Kapasitas dan Efisiensi (Pompa Tunggal, Seri dan Paralel)
SEMESTER GANJIL
2016/2017
Kapasitas
Poly. (PompaParalel)
Poly. (PompaSeri)
Poly. (PompaTunggal)
PompaParalel
PompaSeri
PompaTunggal
10
15
20
25
30
35
Gambar 4.7 Hubungan Kapasitas dan Efisiensi pada Pompa Tunggal, Seri, dan Paralel
Efisiensi
Grafik diatas menunjukkan hubungan kapasitas dan efisiensi pada pompa
tunggal, seri, dan paralel. Dari grafik hubungan antara kapasitas (Q) tehadap
SEMESTER GANJIL
2016/2017
efisiensi (%) dapat kita lihat bahwa polinomial grafik mengalami kenaikan hingga
titik tertentu lalu kemudian mengalami penurunan. Untuk pompa paralel
cenderung mengalami kenaikan efisiensi seiring dengan bertambahnya nilai
kapasitas. Hal ini berarti bahwa seiring dengan bertambahnya kapasitas (Q) maka
efisiensi (%) juga akan menigkat pula sampai pada titik tertentu lalu mengalami
penurunan. Dari rumus di atas dapat kita lihat bahwa nilai efisiensi
adalah perbandingan antara daya air (W 2) dengan daya poros
(W1). Hal ini dapat disesuaikan dengan rumus berikut.
W2
100
W1
Di mana :
W1 = Daya poros (Watt)
W2 = Daya air (Watt)
Berdasarkan
persamaan
di
atas,
maka
faktor
yang
SEMESTER GANJIL
2016/2017
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
1. Semakin bertambahnya kapasitas fluida maka head akan mengalami
2.
penurunan
Head pada pompa dengan susunan seri memiliki nilai head yang paling tinggi
3.
4.
5.
6.
7.
(Nm).
Ketika nilai kapasitas bertambah maka nilai efisiensi juga bertambah karena
perbandingan antara daya poros (W1) dan daya air (W2) adalah kecil dan nilai
daya air (W2) hampir mendekati nilai daya poros (W1).
5.2 Saran
1. Sebaiknya sebelum praktikum alat untuk praktikum dipersiapkan dengan
matang terlebih dahulu.
2. Laboratorium disarankan merawat dan memperbaiki alat-alat pompa
sentrifugal, agar pada saat praktikum pengambilan data sesuai dengan yang
diharapkan.
3. Asisten diharapkan menjelaskan kepada praktikan ketika ada praktikan yang