Anda di halaman 1dari 17

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

Sistem perpajakan yang lama tenyata sudah tidak sesuai lagi dengan tingkat kehidupan sosial
ekonomi masyarakat indonesi, baik dari segi kegotngroyongan nasional maupun dari laju
pembangunan nasional yang telah dicapai. Oleh karena itu,pemerintah menciptakan sistem perpajakan
yang baru yaitu dengan lahirnya Undang-undang perpajakan baru, yang terdiri atas: UU No.6 tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, UU No.7 tahun 1983 Tentang Pajak
Penghasilan dan UU No.8 tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah, UU No.12 tahun 1985 tentang pajak Bumi dan Bangunan dan UU
NO.13 tahun 1985 tentang Bea Materai.
Undang-undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dilandasi falsafah
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, yang didalamnya tertuang ketentuan yang menjungjung
tinggi hak warga negara dan menematkan kewajiban perpajakan sebagai kewajiban kenegaraan.
Sejalan dengan perubahan ekonomi, teknologi informasi, sosial, dan politik, disadari bahwa
perlu dilakukan perubahan Undang-undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Perubahan tersebut bertujuan untuk lebih memberikan keadilan, meningkatkan pelayanan keada Wajib
Pajak, meningkatkan kepastian dan penegakan hukum serta mengantisipasi kemajuan dibidang
teknologi informasi dan perubahan ketentan material di bidang perpajakan.
Dengan berpegang teguh pada prinsip kepastian hukum, keadilan, dan kesederhanaan, arah
dan tujuan perubahan Undang-undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan ini
mengacu pada kebijakan pokok sebagai berikut:
1. Meningkatkan efisiensi pemungutan pajak dalam rangka mendukung penerimaan negara.
2. Meningkatkan pelayanan, kepastian hukum dan keadilan bagi masyarakat guna meningkatkan
daya saing dalam bidang penanaman modal, dengan tetap mendukung pengembangan usaha
kecil dan menengah.
3. Menyesuaikan tuntutan perkembangan sosial ekonomi masyarakat serta perkembangan
4.
5.
6.
7.

dibidang teknologi informasi.


Meningkatkan keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Menyederhanakan prosedur administrasi perpajakan.
Meningkatkan penerapan prinsip self assessment secara akuntabel dan konsisten; dan
Mendukung iklim usaha kearah yang leih kondusif dan kompetitif.

Dengan dilaksanakannya kebijakan pokok tersebut diharapkan dapat meningkatkan penerimaan


negara dalam jangka menengah dan panjang seiring dengan meningkatnya kepatuhan sukarela
dan membaiknya iklim usaha.

Dasar Hukum

Dasar hukum ketentuan umum dan tata cara perpajakan adalah Undang-undang No.6 Tahun 1983
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No.16 Tahun 2009.

PENGERTIAN-PENGERTIAN
1. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkab imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
2. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayaran pajak, pemotongan pajak,
dan pemungutan pajak, yang mempunyai hak dankewajiban perpajakan sesuai dengan
ketentun peraturan perundang-undangan perpajakan.
3. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha.\
4. Masa pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung,
menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang dalam suatu jangka waktu tertentu
sebagaimana ditentukan dalam Undang-undang KUP.
5. Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila Wajib Pajak
menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.
6. Bagian Tahun Pajak adalah bagian dari jangka waktu 1 (satu) Tahun Pajak.
7. Pajak yang Terutangadalah pajak yang harus dibayar, pada suatu saat, dalam Masa Pajak,
dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
8. Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak.
9. Kredit Pajak untuk Pajak Penghasilan adalah pajak yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak
ditambah dengan pokok pajak yang terutang dalam Surat Tagihan Pajak

karena pajak

penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar.


10. Kredit Pajak untuk Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan
setelah dikurangi dengan pengambilan pendahuluan kelebihan pajak atau setelah dikurang
dengan pajak yang telah dikomposisikan, yang dikurangi dari pajak yang terutang.
11. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimoun dan mengolah data keterangan,
dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesionank berdasrkan suatu standar
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk
tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
12. Bukti Permulaan adalah keadaan, perbuatan , dan/atau bukti berupa keterangan, tulisan, atau
benda yang dapat memberikan petunjuk adanyadugaan kuat bahwa sedang atau telah terjadi
suatu tindakan pidana.
13. Pemeriksaan Bukti Permulaan adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapat bukti
permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindakan pidana pidana di bidang perpajakan.

14. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran
pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
15. Penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menilai kelengkapan pengisian
Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya termasuk penilaian tentang penlisan dan
penghitungnnya.

TAHUN PAJAK.
Pada umumnya tahun pajak sama dengan tahun kakwim atau tahun klender. Akan tetapi Wajib Pajak
dapat menggunakan tahun pajak idak sama dengan tahun takwim dengan syarat konsisten (taat asas)
selama 12 bulan, dan melapor/memberitahukan ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama setempat. Cara
menentukan suatu tahun pajak adalah sebagai berikut.
1. Tahun pajak sama dengan tahun takwim.
Pembukuan dimulai 1 Januari 2010 dan berakhir 31 Desember 2010, Disebut tahun pajak
2010.
2. Tahun Pajak Tidak Sama Dengan Tahun Takwim
a. Pembukuan dimulai 1 Juli 2009 dan berakhir 30 Juni 2010. Disebut tahun pajak 2009
karena 6 bulan pertama jatuh pada tahun 2009.
b. Pembukuan dimulai 1 April 2009 dan berakhir 31 Maret 2010. Disebut tahun pajak 2009
karena lebih dari 6 bulan jatuh pada tahun 2009.
c. Pembukuan dimulai 1 oktober 2009 dan berakhir 30 September 2010. Disebut tahun
pajak 2010 karena lebih dari 6 bulan jatuh pada tahun 2010.
NOMOR POKOK WAJIB PAJAK
Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam
adminstrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak
dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan.
FUNGSI NPWP
a. Sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak
b. Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi
perpajakan.
PENCANTUMAN NPWP
Dalam hal berhubungan dengan dokumen perpajakan, wajib pajak diwajibkan mencantumkan
Nomor Pokok Wajib Pajak yang dimilikinya.

Pendaftaran NPWP
Semua wajib pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan berdasarkan system self
assessment, wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak untuk dicatat sebagai
Wajib Pajak sekaligus untuk mendapatkan nomor pokok Wajib Pajak. KUP: Pasal 2 ayat (2)
Kewajiban mendaftarkan diri tersebut berlaku pula untuk wanita kawin yang dikenai
pajak secara terpisah karena hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim atau dikehendaki
secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta. KUP: Pasal 2 ayat (1)
Direktur jenderal pajak menErbitkan Nomor Wajib Pajak dan/atau mengukuhkan
pengusaha kena pajak secara jabatan apabila wajib pajak atau pengusahakena pajak tidak
melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan/ atau ayat (2). KUP:
Pasal 2 ayat (3)
Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP dibatasi jangka waktunya,
karena hal ini berkaitan dengan saat pajak terutang dan kewajiban mengenai pajak terutang.
Jangka waktu pendaftaran NPWP tersebut adalah:

Bagi Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan
Wajib Pajak badan, paling lambat 1 (satu) bulan setelah usaha mulai dijalankan.

Bagi Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
apabila sampai dengan satu bulan yang jumlahnya melebihi PTKP setahun, wajib
mendaftarkan diri paling lambat pada akhir bulan berikutnya.

SANKSI
Setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP atau
menyalahgunakan tanpa hak NPWP, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan
Negara, dipidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 6 tahun dan denda paling
sedikit 2 kali pajak terutaang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 kali jumlah
pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar. KUP: Pasal 39 ayat (1) huruf a.
Pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditambahkan 1 kali menjadi 2 kali sanksi
pidana apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana dibidang perpajakan sebelum lewat 1

tahun, terhitung sejakselesainya menjalani pidana penjara yang dijatuhkan. KUP: Pasal 39
ayat (2).
Setiap orang melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana menyalahgunakan atau
menggunakan tanpa hak NPWP sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, dalam rangka
mengajukan permohonan restitusi atau melakukan kompensasi pajak atau pengkreditan pajak,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 2 tahun dan denda
paling sedikit 2 kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau kompensasi atau
pengkreditan yang dilakukan dan paling banyak 4 kali jumlah restitusi tersebut.
Setiap orang melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana menyalahgunakan atau
menggunakan tanpa hak pengukuhan Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf b, dalam rangka mengajukan permohonan restitusi atau melakukan kompensasi
pajak atau pengkreditan pajak, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 bulan dan
paling lama 2 tahun dan denda paling sedikit 2 kali jumlah restitusi yang dimohonkan
dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan dan paling banyak 4 kali dari jumlah
restitusi tersebut.
Penghapusan NPWP
Penghapusan NPWP dilakukan oleh Direktur Jendral Pajak apabila:
a. Diajukan pemohonan penghapusan NPWP oleh WP dan/atau ahli warisnya apabila
WP sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objek sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Wajib Pajak badan likuidasi karena penghentian atau penggabungan usaha.
c. Wanita yang sebelumnya telah memiliki NPWP dan menikah tanpa membuat
perjanjian pemisahan harta dan penghasilan dalam hal suami dari wanita tersebut
telah terdaftar sebagai Wajib Pajak.
d. Wajib Pajak bentuk usaha tetap menghentikan kegiatan usahanya di Indonesia.
e. Dianggap perlu oleh Direktur Jendral Pajak untuk penghapusan NPWP dan WP dari
WP yang sudah tidak amemenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Format NPWP
NPWP terdiri dari 15 digit, yaitu 9 digit pertama merupakan Kode Wajib Pajak dan 6 digit
berikutnya merupakan Kode Administrasi Perpajakan. Formatnya sebagai berikut:

XX.XXX.XXX.X-XXX.XXX
PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK
Fungsi Pengukuhan Pengusaha Kena Paja
a.
b.

Sebagai identitas Pengusaha Kena Pajak yang bersangkutan;


Sebagai sarana pengawasan dalam melaksanakan hak dan kewajiban PK di bidang

PPN dan PPn-BM


c. Pengawasan administrasi perpajakan.
Tempat Pengukuhan PKP
Bagi wajib pajak sebagaimana yang memenuhi syarat sebagai PKP wajib melaporkan
usahanya ke KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat kegiatan usaha Wajib Pajak atau ke
Kantor Pelayanan Pajak tertentu sesuai dengan ketentuan Peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Pencabutan Pengukuhan
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dapat dilakukan dalam hal:
a. Pengusaha Kena Pajak pindah alamat ke wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak lain
atau:
b. Sudah tidak memenuhi persyaratan sebagai PKP.
Sanksi
Setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak atau menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam)
tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang
dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang
dibayar. KUP : Pasal 39 ayat (1) huruf a.
Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (satu) ditambahkan 1 (satu) kali menjadi 2 (dua)
kali sanksi pidana apabila seseorang melakukan lagi tindak pidana dibidang perpajakan

sebelum lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak selesainya menjalani pidana penjara yang
dijatuhkan. KUP: pasal 39 ayat (2).

Setiap orang yang melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana atau
menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dalam rangka mengajukan restitusi atau
merlakukan kompensasi pajak atau pengkreditan pajak, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua)
kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau kompensasi atau pengkreditan yang
dilakukan dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau
kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan. KUP :Pasal 39 ayat (3)
Saurat Pemberitahuan (SPT)
Surat pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan
penghitungan dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan.
Fungsi SPT
Fungsi SPT bagi WP penghasilan adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan
mempertanggung jawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk
melaporkan tentang:
a.
b.
c.
d.

Pembayaran atau pelunasan pajak


Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atay bukan objek pajak
Harta dan kewajiban
Pembayaran dari pemotongan atau pemungutan tentang pemotongan atau pemungutan
pajak orang pribadi atau badan

Jenis SPT
Secara garis besar SPT dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Surat pemberitahuan Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak
b. Surat Pemberitahuan Tahunan adalah surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak
atau Bagian Tahun Pajak.
SPT meliputi:

a. SPT Tahunan Pajak Penghasilan


b. SPT Masa
SPT dapat berbentuk formulir kertas dan atau e-SPT
Batas Waktu Penyampaian SPT
a. Untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir masa
pajak.
b. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan WP orang pribadi paling lama
3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak.
c. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan WP badan, paling lama 4
(empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak
Sanksi Terlambat atau Tidak Menyampaikan SPT
a. Rp 500.000,- ( lima ratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai.
b. Rp 100.000,- (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa Lainnya.
c. Rp 1000.000,- ( satu juta rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan WP badan.
d. Rp 100.00,- (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan WP orang pribadi.

SURAT SETORAN PAJAK


Pengertian
Surat setoran pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan
dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara melalui
tempat pembayaran yang ditunjuk oleh menteri keuangan. KUP: Pasal 1, angka 4
Fungsi Setoran Surat Pajak Sebagai
a. sarana untuk membayar pajak;
b. Sebagai bukti dan laporan pembayaran pajak

Tempat Pembayaran dan Penyetoran Pajak

Wajib Pajak wajib membayar atau menyetora pajak yang terhutang dengan
mengguanakan Surat Setoran Pajak ke kas negara melalui tempat pembayaran yang diatur
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. KUP : Pasal 10 ayat (1)
Tempat pembayaran tersebut adalah:
a.

Bank-bank yang ditunjuk oleh Direktorat Jendral anggaran;

b.

Kantor pos.

Batas Waktu Pembayaran atau Penyetoran Pajak


a. Pembayaran massa
No.
1
2

Jenis Pajak
PPh pasal 21

Batas Waktu Pembayaran atau Penyetoran


Paling lambat tanggal 10 bulan takwim

PPh pasal 21-impor

berikutnya setelah masa pajak berakhir


Harus dilunasi sendiri oleh wajib pajak
bersamaan dengan pembayaran Bea Masuk.
Apabila Bea Masuk dibebaskan atau ditunda,
harus dilunasi pada saat penyelesaian dokuman

impor
PPh pasal 22-Direktorat1 (satu) hari setelah pemungutan

Jendral Bea dan Cukai dilakukan


PPh
pasal
22-Pada hari yang sama dengan pelaksanaan
Bendaharawan

Pemerintah
PPh pasal

pembayaran
22

dariDilunasi sendiri oleh wajib pajak sebelum Suart

penyerahan

olehPemerintah Pengeluaran Barang (deliveryn

Pertamina
PPh pasal

order) ditebus
yangPaling lambat tanbggal 10 bulan takwim

dipungut
7

pajak

22

oleh

badanberikutnya

tertentu
PPh pasal 23 dan 26

Paling lambat tanggal 10 bulan takwim

PPh pasal 25

berikutnya setelah bulan saat terutangnya pajak


Paling lambat tanggal 15 bulan takwim

berikutnya setelah bulan saat terutangnya pajak


Paling lambat tanggal 15 bulan takwim

PPN dan PPn-Bm

10

berikutnyasetelah masa pajak berakhir


PPN dan PPn-Bm impor Harus dilunasi sendiri oleh wajib pajak
bersamaan dengan pembayaran Bea Masuk.
Apabila Bea Masuk dibebaskan atau ditunda,
harus dilunasi pada saat penyelesaian dokuman

11

PPN

dan

impor
PPn-Bm1 (satu) hari setelah pemungutan

pajak

Direktorat Jendral Beadilakukan


12

dan Cukai
PPN
dan

PPn-BmPaling

lambat

tanggal

bulan

takwim

Bendaharawan
berikutnya setelah masa pajak berakhir
b. Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan
Pembetulan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan
jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, harus dilunasi dalam jangka waktu satu
bulan sejak tanggal diterbitkan.
c. Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkab SPT pajak penghasilan
harus dibayar lunas sebelum Surat Pemberitahuan Pajak Penghasillan disampaikan.
SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR (SKPKB)
Pengertian
SKPKB adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak,
jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi
administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.
Peneritan SKPKB
a.

Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak

atau kurang dibayar.


b.
Surat pemberitahuan tidak disampaikan
ditentukan

dalam jangka waktu yang telah

c.

Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai pajak

Pertambahan Nilai dan pajak penjuakan atas barang mewah ternyata tidak seharusnya
dikompensasikan selisih lebih pajak
d.
Kewajiaban melakukan pembukuan atau pencatatan tidak dipenuhi sehingga
tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang
e.
Kepada wajib pajak diterbitkan NPWP
Sanksi Adminisrasi
Apabila SKPKB dikeluarkan karena alasan pada poin 2a dan 2e, maka jumlah
kekurangan pajak terutang ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar
2% per bulan paling lama 24 bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sampai dengan
diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar.
Apabila SKPKB dikeluarkan karena alasan pada poin 2b, 2c dan 2d, maka
dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar:
-

50% dari PPh yang tidak atau kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak.
100% dari PPh yang tidak atau kurang dipotong, tidak atau kurang dipungut,
tidak atau kurang disetor dan dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang

disetorkan.
100% dari PPN dan PPn BM yang tidak atau kurang dibayar.

Fungsi SKPKB
a.
b.
c.

Koreksi atas jumlah yang terutang menurut SPT-nya.


Sarana untuk mengenakan sanksi.
Alat untuk menagih pajak.

Jangka Waktu Penerbitan SKPKB


Dalam jangka waktu lima tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa
Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan
SKPKB. Walaupun jangka waktu lima tahun telah lewat, Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar tetap dapat diterbitkan ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 48%
dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar.
SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR TAMBAHAN (SKPKBT)
Pengertian

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) adalah surat ketetapan
pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
Penerbitan SKPKBT
SKPKBT diterbitkan apabila ditemukan data baru yang mengakibatkan jumlah pajak
yang terutang setelah dilakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka penerbitan
SKPKBT.
Fungsi SKPKBT
- Koreksi atas jumlah yang terutang menurut SPT-nya
- Sarana untuk mengenakan sanksi
- Alat untuk menagih pajak
Sanksi SKPKBT
Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPKBT, ditambah dengan sanks
administrasi berupa kenaikan sebesar 100% dari jumlah kekurangan pajak tersebut.
Sanksi administrasi berupa kenaikan tidak dikenakan apabila SKPKBT diterbitkan
berdasarkan keterangan tertulis dari Wajib Pajak atas kehendak sendiri, dengan syarat
Direktur Jenderal Pajak belum mulai melakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka
penerbitan SKPKBT.
Jangka Waktu Penerbitan SKPKBT
Dalam jangka waktu lima tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa
Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak apabila ditemukan data baru yang
mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang setelah dilakukan tindakan
pemeriksaan dalam rangka penerbitan SKPKBT, Direktur Jenderal Pajak dapat
menerbitkan SKPKBT. Apabila jangka waktu lima tahun tekah lewat, SKPKBT tetap
dapat diterbitkan ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 48% dari jumlah
pajak yang tidak atau kurang dibayar.
SURAT KETETAPAN PAJAK LEBIH BAYAR (SKPLB)
Pengertian
SKPLB adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran
pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau
seharusnya tidak terutang.
Penerbitan SKPLB
SKPLB diterbitkan setelah dilakukan pemeriksaan, jumlah kredit pajak atau jumlah
pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang. SKPLB diterbitkan
untuk:

Pajak Penghasilan apabila jumlah kredit lebih besar daripada jumlah pajak

yang terutang.
PPn apabila jumlah kredit pajak lebih besar daripada jumlah pajak yang
terutang. Jika terdapat pajak yang dipungut oleh Pemungut PPn, jumlah pajak
yang terutang dihitung dengan cara jumlah Pajak Keluaran dikurangi dengan

pajak yang dipungut oleh Pemungut PPn tersebut;atau


Pajak Penjualan atas barang mewah apabila jumlah pajak yang dibayar lebih
besar daripada jumlah pajak yang terutang.

Fungsi SKPLB
Sebagai alat atau sarana untuk mengembalikan kelebihan pembayaran pajak.
SURAT KETETAPAN PAJAK NIHIL (SKPN)
Pengertian
SKPN adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama
besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
Penerbitan SKPN
SKPN diterbitkan apabila setelah dilakukan jumlah kredit pajak atau jumlah pajak
yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang, atau pajak tidak terutang dan
tidak ada kredit pajak atau tidak ada pembayaran pajak.
SURAT TAGIHAN PAJAK (STP)
Pengertian
STP adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa
bunga dan/atau benda.
Penerbitan STP
STP dikerluarkan apabila:
- Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar
- Terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan/atau
-

salah hitung
Wajib pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda dan/atau bunga
Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak yang tidak
mengisi faktur pajak secara lengkap (selain: identitas pembeli, nama dan

tandatangan)
Pengusaha Kena Pajak melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa

penerbitan faktur pajak


Pengusaha Kena Pajak yang gagal berproduksi dan telah diberikan
pengembalian Pajak Masukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat 6a
UU Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya.

Fungsi STP

Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang menurut SPT Wajib Pajak
Sarana mengenakan sanksi administrasi berupa bunga atau denda
Alat untuk menagih pajak

Kekuatan Hukum STP


STP mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan surat ketetapan pajak, sehingga
dalam hal penagihannya dapat juga dilakukan dengan Surat Paksa.

KEBERATAN DAN BANDING


Tata Cara Penyelesaian Keberatan
1. Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Direktur Jenderal Pajak
atas suatu:
- SKPKB
- SKPKBT
- SKPLB
- SKPN
- Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan
2. Pengajuan keberatan yang dituangkan dalam bentuk Surat Keberatan sebagaimana
dan harus memenuhi syarat sebagai berikut:
-

Diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia


Mengemukakan jumlah pajak yang terutang atau yang dipotong atau jumlah
rugi menurut penghituangan Wajib Pajak dengan disertai alasan-alasan yang

menjadi dasar penghitungan


Satu Surat Keberatan hanya untuk satu surat ketetapan pajak, untuk satu

pemotongan pajak, atau untuk satu pemungutan pajak


Wajib Pajak telah melunasi pajak yang masih harus dibayar paling sedikit

sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak


Diajukan dalam jangka waktu tiga bulan sejak tanggal dikirim Surat Ketetapan

Pajak
Surat keberatan ditandatangani oleh Wajib Pajak, apabila bukan Wajib Pajak
maka surat keberatan harus dilampiri dengan surat kuasa khusus

3. Dalam mengajukan keberatan, Wajib Pajak wajib melunasi pajak yang masih harus
dibayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui.

4. Wajib Pajak dapat menyampaikan perbaikan surat keberatan dengan melengkapi


persyaratan yang belum dipenuhi sebelum jangka waktu tiga bulan.
5. Surat keberatan yang tidak memenuhi persyaratan bukan merupakan surat
keberatan sehingga tidak dipertimbangkan dan tidak diterbitkan Surat Keputusan
Keberatan.
6. Pembukuan, catatan data, informasi, atau keterangan lain yang tidak diberikan pada
saat pemeriksaan tidak dipertimbangkan dalam penyelesaian keberatan, kecuali
keterangan lain berada di pihak ketiga dan belum diperoleh Wajib Pajak pada saat
pemeriksaan.
7. Direktorat Jenderal Pajak dalam jangka waktu 12 bulan sejak tanggal Surat
Keberatan diterima, harus memberi keputusan, berupa mengabulkan seluruhnya,
mengabulkan sebagian, menolak, atau menambah besarnya jumlah pajak yang masih
harus dibayar.
8. Apabila dalam jangka waktu 12 bulan telah terlampaui dan Direktur Jenderal Pajak
tidak menerbitkan Surat Keputusan Keberatan, keberatan yang diajukan Wajib Pajak
dianggap dikabulkan dan Direktur Jenderal Pajak wajib menerbitkan Surat Keputusan
Keberatan sesuai dengan keberatan Wajib Pajak.
9. Apabila pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan
pembayaran pajak dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% per
bulan untuk paling lama 24 bulan.
10. Dalam hal keberatan Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak
dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 50% dari jumlah pajak berdasarkan
keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan
keberatan.
11. Tetapi apabila kemudian Wajib Pajak mengajukan permohonan banding atas Surat
Keputusan Keberatan, sanksi tersebut tidak dikenakan.
12. Apabila pengajuan keberatan dikabulkan sebagain atau seluruhnya, yang
menyebabkan kelebihan pembayaran pajak, kelebihan pembayaran tersebut

dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2% per bulan untuk paling
lama 24 bulan.
Tata Cara Penyelesaian Banding
-

Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada badan

peradilan pajak atas Surat Keputusan Keberatan


Putusan Pengadilan Pajak merupakan putusan pengadilan khusus di

lingkungan peradilan tata usaha negara


Permohonan banding diajukan paling lama tiga bulan sejak Surat Keputusan
Keberatan

diterima,

dengan

cara:

tertulis

dalam

bahasa

Indonesia,

mengemukakan alasan-alasan yang jelas, melampirkan salinan Surat


-

Keputusan Keberatan
Jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan permohonan banding
belum merupakan pajak yang terutang sampai dengan Putusan Banding

diterbitkan
Apabila permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak
dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 100% dari jumlah pajak
berdasarkan Putusan Banding dikurangi dengan pembayaran pajak yang telah

dibayar sebelum mengajukan keberatan


Apabila pengajuan keberatan atau banding dikabulkan sebagian atau
seluruhnya, yang menyebabkan kelebihan pembayaran pajak, kelebihan
pembayaran tersebut dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar
2% per bulan untuk paling lama 24 bulan.

Anda mungkin juga menyukai