OLEH
KELOMPOK IX
WADI OPSIMA (O111 13 310)
Puji syukur kami ungkapkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
Perjanjian
Perdagangan dunia
Regulasi /
Kata Pengantar
..............................................................................
Daftar Isi .........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ................................................................
I.1.Latar Belakang
....................................................................
I.2.Rumusan Masalah
I.3.Tujuan Kamian
..............................................................
.................................................................
................................................................
............ ............................................................
ii
iii
1
2
2
3
4
4
6
7
12
13
14
15
17
17
17
18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Hewan dan produk hewan merupakan komoditi pokok dan
strategis sebagai bahan pangan dan bahan baku Industri di Indonesia,
dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia. Dengan hal tersebut
dapat dibayangkan bahwa dengan jumlah penduduk dan kebutuhan pangan
bagi penduduk yang begitu besar jumlahnya ditambah lagi bahwa sebagian
orang mengkonsumsi daging dan memiliki pendapatan dari peternakan
hewan, dan bagi pemerintah yang mempunyai peranan untuk dapat
memenuhi kebutuhan bahan pangan yang berasal dari hewan dan produk
hewan itu agar pencapaian ketahanan pangan dan swasembada pangan di
dalam negeri dapat terwujud sehingga dapat mensejahterakan rakyat
Indonesia.
Untuk mencapai swasembadaya pangan khususnya produk asal hewan
pemerintah mempunyai peranan untuk menjaga kesehatan lingkungan
dengan menjamin higiene dan sanitasi juga merupakan kewajiban pemerintah
dan pemerintah daerah dengan cara pengawasan, inspeksi, dan audit
terhadap tempat produksi, rumah pemotongan hewan, tempat pemerahan,
tempat penyimpanan, tempat pengolahan, dan tempat penjualan atau
penjajaan serta alat dan mesin produk hewan. Selain itu jugapemerintah juga
harus mengawasi proses impor dan ekpor.
Indonesia adalah salah satu negara anggota Persatuan Bangsa-bangsa (PBB),
dimana setiap proses impor dan ekspor telah ditentukan oleh World Trade
Organization (WTO), termasuk hewan dan produk asal hewan. Hal ini diatur
oleh Sanitary and Phytosanitary Agreements.
1.2.
Tujuan Kamian
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
II.1
BAB II
PEMBAHASAN
Etiologi Infectious Bursal Disease (IBD)
Infectious Bursal Disease (IBD) atau gumboro adalah penyakit
menular yang sering menyerang ayam
umur
3-6
minggu
ditandai
kelompok
RNA dari
familia
Birnaviridae. Kelompok
virus
familia ini
IBD, yakni
serotipe 1 dan 2.
Berdasarkan atas
Serotipe 1 bersifat
mendukung
permisif dalam jumlah besar. Infeksi letal biasanya terjadi pada ayam
umur 3-8 minggu pada saat bursa fabrisius mencapai
maksimum.
perkembangan
terhadap
Gambar 2. Bursa Fabricius embrio ayam umur 15 hari pada kelompok kontrol
(A), kelompok yang divaksin IBD intermediet plus lokal (B), kelompok yang divaksin
IBD intermediet komersial (C) : folikel limfoid sudah terbentuk (kepala panah),
ditemukan sel heterofil (panah) dan ditemukan edema (asterik) pada jaringan interstisial.
Insert perbesaran dari sel heterofil pada jaringan interstisial (Sutiastuti et al, , 2011).
mild, intermediate,
intermediate plus,
wabah
penyakit ini, hanya oleh karena penyakit ini masih belum banyak
diketahui oleh peternak peternak, maka sebagian besar belum
curiga
vaksinasi
karena
immunosupression
sehingga
ayam
mudah
(Decker, 2000).
Penyakit ini sangat menular dan penularan terjadi melalui kontak langsung antara
yang sakit dengan yang sehat. Disamping itu melalui ekskresi yang mencemari
peralatan kandang dan alas kandang. Kandang tercemar menjadi sumber
penularan yang potensial. Virus ini tidak pernah dikeluarkan melalui saluran
5
Kerusakan ini
menyebabkan terjadi
penekanan
respon imunhumoral primer yang berat pada ayam yang terinfeksi dan kurang
memberikan respon terhadap vaksinasi (Acribasi et al, 2010).
Efek immunosupresi yang ditimbulkan, diawali dengan adanya
infeksi virus IBD tipe very virulent yang secara langsung menginfeksi
dan melakukan perbanyakan diri (depopulasi atau replikasi) pada bursa
Fabricius dan timus
memiliki maternal antibodi (kekebalan yang berasal dari induk tetapi sebenarnya
terjadi kerusakan dan pembinasaan sel B yang terdapat pada bursa Fabricius
(Lastiati, 2008).
Gejala penyakit Gumboro yang menyerang anak ayam umur 3-6
minggu di antaranya anak ayam lesu dan mengantuk, bulu kusam dan
bulu di sekitar dubur kotor, kotoran encer berlendir dan berwarna keputihputihan seperti pasta, anak ayam sering mematuk dubur, tubuh ayam
menjadi kering karena kehilangan cairan, serta apabila tidur, paruhnya
diletakkan di lantai. Ayam yang telah mati bangkainya cepat membusuk.
Selain itu, terjadi pembengkakan di daerah bursa Fabricius yang besarnya
bisa mencapai 2-3 kali ukuran normal dan terjadi
penurunan tingkat
proventrikulus dengan
infeksi, bursa akan mengalami atrofi dan ukurannya akan menurun sampai
sepertiga dari ukuran normal (Decker, 2000).
9
makanan, air
tercemar virus gumboro. Virus gumboro bersifat stabil dan tahan hidup
sampai beberapa bulan. Penularan melalui telur jarang terjadi (Blackwell
et al, 2007).
II.4
10
Perdarahan pada otot dada dan otot paha (Acribasi et al., 2010), bursa Fabricius
membengkak, lumen bursa Fabricius berisi cairan berwarna kekuningan seperti
gelatin, serta perdarahan petechial dan ecchymotic pada permukaan mucosa dan
serosa bursa Fabricius (Blackwell et al, 2007).
Infeksi virus gumboro pada ayam dapat berakhir dengan kematian
(Park et al., 2009), dan apabila ayam bertahan hidup, kekebalan ayam
terhadap serangan penyakit lain akan menurun. Tingkat morbiditas dan
mortalitas sangat bervariasi tergantung jenis ayam dan tingkat keganasan
virus. Tingkat kematian dapat mencapai 56,09% pada ayam pedaging dan
25,08% pada ayam petelur (Decker, 2000).
Infeksi buatan pada ayam specific pathogen free umur tiga minggu,
kematian dapat mencapai 60%, bahkan dapat mencapai 100% pada ayam
spf umur empat dan enam minggu yang diinfeksi dengan vvIBD strain rB.
Gejala pertama yang terlihat berupa penurunan konsumsi pakan dan
minum. Bulu Ayam mejadi kusam, dan diare berlendir yang mengotori
bulu pantat. Anak ayam lesu, pantat sendiri di patuk, tidur dengan paruh
di letakan di lantai dan terganggu keseimbangannya. Bentuk klinis di
jumpai pada anak ayam umur 4-8 minggu. Pada anak ayam kurang dari
3 minggu biasanya subklinis dan tidak menimbulkan kematian. Angka
kematian bila tanpa komplikasi dengan penyakit lain bervariasi antara 5%
- 80 % , sedangkan angka kesakitan dapat bervariasi mencapai 100%.
Anak ayam mungin tidak mati, tetapi kurus dan lebih rentan terhadap
infeksi sekunder yang terjadi di kemudian hari. Virus gumboro merusak
sistem kebal asal bursa. Pembuatan antibodi terjadi dari sel kebal asal
bursa, sehingga tanggap kebal oleh ayam yang sembuh dari Gumboro
menurun sesuai dengan kerusakan bursa yang terjadi (Decker, 2000).
Ayam-ayam terserang gumboro mempunyai tingkat morbiditas 40
sampai 60 % dan mortalitas bisa mencapai 2-31,8 % dengan rata-rata 7,78
% (broiler) dan 7,34 % (petelur). Tingkat mortalitas paling tinggi terjadi
pada hari ke-4 dan ke-5 pascainfeksi dan kesembuhan terjadi setelah hari
ke-5 sampai ke-12. Ayam-ayam yang sembuh akan memiliki antibodi yang
11
tinggi dan bertahan lebih dari 1 tahun serta tidak ada pengaruh terhadap
respon vaksinasi ND dan produksi telur (Blackwell et al, 2007).
II.5
dikirim ke Laboratorium
dikirimkan dalam keadaan segar dingin untuk isolasi virus (Decker, 2000).
Diagnosis banding beberapa penyakit yang mempuyai gejala
sangat
mirip
chicken
infectious
anemia,
pengamatan
patognomosis
dari
perubahan
organ
patologi
bursa
anatomi
fabrisius
yang
(seperti
bersifat
terjadinya
IBD
12
ditemukan kasus IBD dapat ditemukan kasus yang sama jika sanitasi
kandang tidak diperhatikan dengan baik (Soejoedono, 2004).
Pencegahan terhadap serangan IBD adalah dengan melakukan
vaksinasi rutin di lapangan pada saat maternal antibodi terhadap IBD
mulai menurun, yaitu memasuki minggu ke-3 umur ayam. Vaksinasi IBD
yang sering digunakan saat ini adalah vaksin hidup yang dilemahkan, dari
jenis hot intermediet yang masih patogenik. Vaksin jenis ini digunakan
karena umumnya mempunyai sifat imunogenik dan imunoprotektif lebih
tinggi dibandingkan vaksin intermediet yang lain dan tergolong masih
aman (Syahroni et al., (2007)
Vaksin hot intermediet ini menyebabkan atropi bursa Fabricius. Jika
biosekuritas tidak dilaksanakan secara ketat, maka ayam yang divaksin
gumboro mudah mendapatkan infeksi sekunder. Pengendalian penyakit
IBD yang paling efektif adalah melalui vaksinasi. Progam vaksinasi
yang ditawarkan kepada peternak tidak seragam tergantung pada produsen
vaksin. Progam vaksinasi penyakit IBD aktif maupun vaksin inaktif .
Vaksin Gumboro antara lain : Gumboro Vaccin Nobilis ( Intervet ) berisi
virus hidup strain I.B.D. (PBG 98) yang lemah, Bursavac (Sterwin Lab)
berisi virus hidup strain I.B.D. yang lemah, Gumboro (Esar dan Sons.
Inc) berisi virus strain I.B.A. (LDZ 288), Bio-Burs TM (Agri-Bio) berisi
virus hidup strain Gumboro yang lemah (Jackwood et al, 2009).
Usaha pencehahan supaya yang dapat dilakukan adalah (Hamoud et
al, 2007):
a. Melakukan sanitasi lingkungan secara berkala, dengan disinfektan;
b. Melakukan Vaksinasi Gumboro seawal mungkin pada umur 9 hari
c. Memberikan kondisi nyaman pada ayam terutama pada masa brooder,
suhu brooder sesuaid. dengan kebutuhan anak ayam ( 4 hari pertama 33oC35oC dan 3 mgg 32oC-33oC). Disesuaikan juga kondisi lingkungan, apabila
suhu lingkungan sangat panas suhu brooder bisadisesuaikan.
d. Pemberian pakan berkualitas dan minum dengan vitamin elektrolit dan
anti strees.
13
e. Perlakuan anak kandang yang baik, karena apabila perlakuan tidak baik
dapatmengakibatkan stress pada ayam, dengan stress dapat menurunkan
sistem kekebalan tubuh.
Langkah-langkah pemberantasan yang dapat dilakukan meliputi:
a. Tahap identifikasi, meliputi identifikasi wabah penyakit, strain ayam
tertular, parent stock farm, unit farm tertular dan sumber penularan (uji
kekebalan).
b. Tahap pemberantasan. Ditujukan terhadap farm tertular dengan melakukan
tindakan isolasi ayam-ayam yang sakit dan penutupan sementara farm.
c. Tahap pengamanan dan konsolidasi. Ditujukan terhadap pengamanan
konsumen meliputi pengamanan konsumsi daging dan telur, pengamanan
potensi suplai ayam. Pengamanan terhadap peternakan ayam meliputi
pemasukan ayam baru, lalu lintas dan vaksinasi rutin.
d. Vaksinasi, merupakan cara yang paling efektif untuk mencegah Gumboro.
Ada 2 jenis vaksin yang biasa digunakan yaitu vaksin aktif atau hidup dan
vaksin inaktif.
II.7
ventilasi
harus
lancer
karena
ayam
14
sudah
besar
dan
BAB III
PENUTUP
1.
III.1. Kesimpulan
Infectious Bursal Disease (IBD) atau gumboro adalah penyakit menular
yang sering menyerang ayam umur 3-6 minggu ditandai dengan
pembengkakan organ
15
16
infected highly pathogenic avian influenza in East Java and West Java by
Immunohistochemistry techniques. Animal Sci and Vet J 9: 197203.
Hamoud MM, Villegas P, William SM. 2007. Detection of infectious bursal
disease virus from formalin-fixed paraffin-embedded tissue by
immunohistochemistry and real-time reverse transcription-polymerase chain
reaction. J Vet Diag Invest 19: 35-42.
Hassanzadeh M, Fard MHB, Tooluo A. 2006. Evaluation of the immunogenisity
of immune complex infectious bursal disease vaccine delivered In ovo to
embryonated eggs or subcutaneously to day-old chickens. Int J Poultr Sci 5:
70-74.
Jackwood DJ, Sommer-Wagner SE, Stoute ST, Woolcock PR, Crossley BM,
Hietala SK, Charlton BR. 2009. Characteristics of a very virulent infectious
bursal disease virus from California. Avian Dis 53: 592600.
Soejoedono RD. 2004. Pengaruh Vaksin Gumboro Aktif pada Ayam yang
Diinfeksi dengan Isolat Lapang. Jurnal Veteriner. 5 : 20-24.
Sudaryani T. 2003. Teknik Vaksinasi dan Pengendalian Penyakit Ayam. Edisi ke-5.
Jakarta : Penebar Swadaya.
Summers JD, Lesson S. 2000. Broiler Breeder Production. Kanada : Univ. Books.
Sutiastuti, Wahyuwardani. Dewi Ratih Agung Priyono. Wasmen Manalu. 2011.
Gambaran Patologi Bursa Fabricius Embrio Ayam Pascavaksinasi Gumboro
Secara In Ovo Menggunakan Vaksin Lokal dan Komersial. Jurnal Veteriner
September 2015. Vol. 16 No. 3 : 399-408
17