PENDAHULUAN
Standar Nasioal Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa
matematika merupakan kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi yang berfungsi untuk memperoleh kompetensi dasar ilmu pengetahuan
dan teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif, dan
mandiri. Selain itu dalam Standar Isi Matematika Kelas V SD dijelaskan bahwa
tujuan pengajaran matematika di sekolah dasar adalah menumbuhkan dan
mengembangkan keterampilan berhitung dan kemampuan peserta didik yang
dapat dialihgunakan serta membentuk sikap logis, kritis, cermat, dan kreatif.
Kajian inti Matematika di SD mencakup aritmatika (berhitung), pengantar aljabar,
geometri, pengukuran, dan kajian data.
Pada pembelajaran matematika khususnya materi Sifat-Sifat Bangun
Ruang Kelas V SD Negeri 03 Bantarbolang Kecamatan Bantarbolang Kabupaten
Pemalang mendapatkan nilai rendah, hanya beberapa siswa saja yang
mendapatkan nilai tinggi. Padahal pembelajaran dikatakan berhasil apabila
seorang siswa mampu menguasai materi yang diberikan guru, dengan tingkatan
penguasaan materi telah mencapai 80% atau lebih. Dari pengalaman mengajar
dikelas V SD Negeri 03 Bantarbolang Kecamatan Bantarbolang Kabupaten
Pemalang, pada materi sifat-sifat bangun ruang masih banyak siswa yang
memperolah nilai dibawah KKM.
Berdasar latar belakang itulah, penulis memandang perlu melakukan perbaikan
pembelajaran khususnya pada mata pelajaran Matematika materi sifat-sifat
bangun ruang melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Rumusan masalah penelitian ini adalah 1) bagaimanakah melalui metode
discovery pada materi sifat-sifat bangun ruang dapat meningkatkan prestasi
hasil belajar
Kecamatan
2)
bagaimanakah
metode
03 Bantarbolang
discovery
dapat
materi
sifat-sifat
bangun
ruang
melalui
metode
pada aspek
discovery.
3)
mendeskripsikan hasil belajar dan motivasi peserta didik pada aspek psikomotor
sifat-sifat bangun ruang melalui metode discovery.
Manfaat penelitian berdasarkan Penelitian Tindakan Kelas ini, terdapat dua
manfaat diantaranya, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. 1) manfaat
teoritis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah manfaat yang diambil untuk
pemahaman teori tentang peningkatan hasil belajar matematika materi sifat-sifat
bangun ruang melalui metode discovery yang diharapkan nantinya guru dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik. 2) manfaat praktis dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah manfaat yang secara langsung dapat diambil oleh
pihak-pihak yang terkait yaitu peserta didik, guru, peneliti dan sekolah. Adapun
manfaat bagi peserta didik antara lain : 1) siswa memperoleh pembelajaran
matematika yang aktif, kreatif, dan menyenangkan, dan 2) meningkatkan hasil
belajar siswa. Manfaat penelitian bagi guru, diantaranya : 1) menambah
pengalaman dalam menggunakan metode pembelajaran inovatif yang pada
umumnya jarang digunakan oleh guru SD, 2) memperoleh acuan dalam
menentukan strategi belajar yang tepat dan sesuai terutama dalam menerapkan
metode, dan media dalam proses belajar mengajar, 3) memperoleh pengalaman
profesional dalam pembelajaran dengan metode discovery, dan 4) memperoleh
materi untuk menulis penelitian tindakan kelas mengenai kesulitan belajar siswa.
Selain itu penelitian ini juga bermanfaat bagi sekolah, yaitu : 1) memberikan
masukan bagi sekolah dalam usaha perbaikan proses pembelajaran guru, dan 2)
menghasilkan kualitas peserta didik dan lulusan yang siap bersaing.
LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Prestasi Belajar
Menurut Wahyuningsih, (2009:301), prestasi belajar adalah tingkat
penguasaan yang dicapai dan diperoleh peserta didik yang mengikuti program
belajar mengajar sesuai tujuan yang ditetapkan. Prestasi belajar kemampuan
seseorang dalam pencapaian berpikir yang tinggi. Prestasi belajar harus memiliki
tiga aspek, yaitu kognitif, affektif dan psikomotor. Prestasi belajar adalah hasil
yang dicapai sebaik-baiknya pada seorang anak dalam pendidikan baik yang
dikerjakan atau bidang keilmuan. Prestasi belajar adalah hasil pencapaian
maksimal menurut kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap sesuatu yang
dikerjakan, dipelajari, difahami, dan diterapkan.
Sedangkan menurut Sardiman (2000:45), prestasi belajar diartikan
sebagai tingkat keterkaitan peserta didik dalam proses belajar mengajar sebagai
hasil evaluasi yang dilakukan guru. Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha
kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol angka, huruf maupun
kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak
didik dalam periode tertentu.
Pengertian Belajar
Menurut
pendidikan baik yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik
yang bersifat eksplisit maupun implisit ( tersembunyi ). Slameto, (2010 : 2) belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan
uraian diatas dapat disimpulkan belajar adalah suatu proses perubahan suatu
tingkah laku pada individu. Akan tetapi perubahan tingkah laku yang timbul akibat
proses kematangan, keadaan gila, mabuk, lelah dan jenuh tidak dapat disebut
sebagai proses belajar.
Menurut Sudjana,(2009:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan
Menurut Purwanto, (2011:34) hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa
akibat belajar. Perubahan itu diupayakan dalam proses belajar mengajar untuk
mencapai tujuan pendidikan. Proses belajar dapat melibatkan aspek kogmitif,
afektif, dan psikomotor. Pada belajar kognitif, prosesnya mengakibatkan
perubahan dalam aspek kemampuan berpikir (cognitive), pada belajar afektif
mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan merasakan (afektive),
sedang belajar psikomotor memberikan hasil belajar berupa ketrampilan
(psychomotoric) Purwanto, (2011:42). Secara umum dapat diambil kesimpulan
bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa setelah ia memperoleh
pengalaman didalam proses belajar mengajar.
Metode Discovery
Menurut Winataputra, 2008:3.19, belajar penemuan (discovery learning)
merupakan salah satu model pembelajaran / belajar kognitif yang dikembangkan
oleh Bruner. Belajar penemuan adalah proses belajar di mana guru harus
menciptakan situasi belajar yang problematis, menstimulus peserta didik dengan
pertanyaan-pertanyaan, mendorong peserta didik mencari jawaban sendiri, dan
melakukan
eksperimen.
Pembelajaran
discovery
pada
akhirnya
dapat
discovery
diartikan
sebagai
prosedur
mengajar
yang
ialah
proses
mental
di
mana
peserta
didik
mampu
dan
menyelidiki
sendiri
konsep
yang
dipelajari,
sehingga
pemahaman peserta didik bertahan lama. Alhasil prestasi peserta didik dalam
pembelajaran, khususnya pembelajaran Matematika akan meningkat. Kerangka
berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Siswa :
Guru:
Kondisi
awal
Belum menggunakan
metode discovery dalam
pembelajaran
matematika
Tindakan
Menggunakan metode
discovery
Siklus I
Kondisi
Akhir
Evaluasi siswa
meningkat
Siklus II
Pelaksanaan
Pengamatan
perencanaan
Refleksi
SIKLUS II
pelaksanaan
pengamatan
?
Gambar 3.1 Skema Tahapan Siklus dalam PTK
peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar dan motivasi peserta didik dalam
menggunakan metode discovery.
Indikator keberhasilan pembelajaran dinyatakan bahwa pembelajaran
dikatakan berhasil apabila nilai prestasi peserta didik 67 lebih dar 80% atau 19
peserta didik dari 23 peserta didik . Dengan demikian pembelajaran pada siklus II
dapat dikatakan berhasil.
Penelitian ini akan direncanakan dalam dua siklus dan setiap siklusnya
terdiri dua kali pertemuan dan dilakukan dengan tiap-tiap siklus terdiri dari empat
kegiatan, yaitu 1) perencanaan (planning), 2) tindakan/pelaksanaan (acting), 3)
observasi, dan 4) refleksi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA
Pra Siklus
Berdasarkan hasil observasi terhadap proses pembelajaran dan prestasi
belajar sebelum tindakan, dapat diperoleh informasi sebagai data awal. Bahwa
dari 23 speserta didik kelas V SD Negeri 02 Bantarbolang terdapat 12 peserta
didik yang nilai prestasi belajarnya masih belum mencapai batas ketuntasan
minimal (KKM), yaitu 67. Setelah dilakukan pemeriksaan dan analisa pada
lembar pekerjaan peserta didik, ternyata sebagian besar peserta didik masih
belum dapat menyebutkan sifat-sifat bangun ruang dengan benar.
Tabel 2.1 Frekuensi Nilai Pra Siklus
SD Negeri 03 Bantarbolang
No
Interval nilai
Frekuensi
Prosentase
Kategori
67 - 100
11
47,82%
Tuntas
< 67
12
52,18%
Belum Tuntas
Jumlah
23
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Tuntas
Tidak tuntas
hasil belajar matematika pada materi sifat-sifat bangun ruang dapat meningkat.
Tindakan yang peneliti lakukan antara lain : 1) menentukan waktu pelaksanaan
tindakan pada siklus I selama dua kali pertemuan, 2) membuat rencana
pembelajaran siklus I, 3) menyiapkan alat peraga gambar model bangun ruang
yang akan digunakan dalam pembelajaran, 4) menyiapkan lembar kerja siswa, 5)
menyiapkan lembar observasi, dan 6) menyiapkan lembar evaluasi.
Pelaksanaan
Pada kegiatan inti, guru menunjukkan model-model bangun ruang,
melakukan tanya jawab tentang nama-nama bangun ruang tersebut, peserta
didik menunjukkan kembali nama-nama bangun ruang melalui model, Guru
membagi kelompok siswa secara heterogen terdiri 3-4 anak lalu membagikan
lembar kerja siswa dan menjelaskan cara pengerjaannya, Peserta didik
melakukan diskusi kelompok untuk mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang
(prisma segitiga dan segiempat), guru membimbing peserta didik untuk
menemukan sendiri konsep sifat-sifat bangun ruang prisma segitiga dan
segiempat, guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk
membacakan hasil diskusi, guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain
untuk menanggapi hasil diskusi kelompok, guru membimbing peserta didik
menyimpulkan materi, guru membimbing peserta didik meluruskan kesalahan
dan memberi motivasi dan guru menekankan kembali materi dengan tanya
jawab.
Observasi
Dari pelaksanaan Siklus I, guru (peneliti) secara kolaboratif dengan teman
sejawat dan kepala sekolah melaksanaan pengamatan terhadap pelaksanaan
pembelajaran yang telah yang telah dilaksanakan dengan menggunakan alat
bantu berupa lembar observasi yang telah disiapkan dalam kegiatan ini.
Observer
ini
dilakukan
untuk
memperoleh
data
mengenai
kesesuaian
10
No
Interval nilai
Frekuensi
Prosentase
Kategori
67 - 100
15
65,22%
Tuntas
< 67
34,78%
Belum Tuntas
Jumlah
23
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Tuntas
Tidak tuntas
11
peserta didik. Oleh karena itu, peneliti menyusun kembali rencana pelaksanaan
pembelajaran.
Pelaksanaan
Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang
telah disusun sesuai dengan perbaikan dari siklus I pada pelaksanaan
pembelajaran siklus II yaitu dengan menambah soal latihan pada saat
pembelajaran, menggunakan waktu yang efektif dan memberikan bimbingan
pada kegiatan kelompok.
Observasi
Pada tahap observasi guru kolaborasi (observer) telah melaksanakan
observasi terhadap apa yang terjadi selama pembelajaran. Observer ini
dilakukan
untuk
memperoleh
data
mengenai
kesesuaian
pelaksanaan
mengetahui
dilaksanakan
seberapa
besar
pembelajaran
yang
dapat
12
Data yang diperoleh melalui observasi dan hasil belajar peserta didik
dikumpulkan untuk dianalisis. Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan
selama proses pembelajaran, diketahui bahwa pada siklus II sudah menunjukan
keberhasilan dalam pembelajaran, diketahui sebanyak 2 peserta didik dibawah
rentang 67 atau 11,76% belum tuntas, sedangkan sebanyak 21 speserta didik
diatas rentang 67-100 atau 88,24% sudah tuntas dan diatas 80%, maka dalam
siklus II peneliti sudah berhasil dalam pembelajaran. Hal ini dapat dilihat pada
tabel dan grafik di bawah ini :
Tabel 2.3 Frekuensi Nilai Setelah Tindakan Siklus II
SD Negeri 03 Bantarbolang
No
Interval nilai
Frekuensi
Prosentase
Kategori
67 - 100
21
88,24%
Tuntas
< 67
11,76%
Belum Tuntas
Jumlah
23
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Tuntas
Tidak tuntas
Siklus II
Gambar 4.3. Grafik Nilai Siklus II
Dari data di atas, terlihat bahwa pembelajaran siklus II berakhir dengan
hasil yang memuaskan karena ada peningkatan presentase tingkat ketuntasan
belajar secara signifikan, yaitu dari 64,71% menjadi 88,24%. Dengan pencapaian
13
alat
peraga
gambar
model-model
bangun
ruang
dapat
14
tindakan siklus II, peserta didik yang memperoleh nilai dengan kategori tuntas
mengalami kenaikan yaitu semula 15 atau 65,22%, meningkat menjadi 21 atau
88,24%, sedangkan peserta didik yang memperoleh nilai dengan kategori belum
tuntas mengalami penurunan yaitu yang semula 8 peserta didik atau 35,29%
menurun menjadi 2 peserta didik atau 11,76%.
Berdasarkan indikator keberhasilan pembelajaran dinyatakan bahwa
pembelajaran dikatakan berhasil apabila nilai prestasi peserta didik 67 lebih
dari 80% atau 19 dari 23 peserta didik. Dengan demikian pembelajaran pada
siklus II dapat dikatakan berhasil.
Peningkatan
kemampuan
menyebutkan
sifat-sifat
bangun
ruang
menggunakan metode discovery melalui alat peraga gambar model bangunbangun ruang pada peserta didik kelas V SD Negeri 03 Bantarbolang kecamatan
Bantarbolang Kabupaten Pemalang dari sebelum tindakan , tindakan siklus I, dan
tindakan siklus II dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini:
Tabel 3.1 Perbandingan Nilai Sebelum tindakan, siklus I,dan siklus II
SD Negeri 03 Bantarbolang
No
Uraian
Sebelum
Tindakan
Siklus
I
Siklus
II
Keterangan
11
15
21
Meningkat
12
Menurun
59,71
71,18
81,47
Meningkat
Dari tabel diatas dapat kita lihat kelas bahwa jumlah peserta didik yang
tuntas semula 11 peserta didik pada waktu sebelum tindakan meningkat menjadi
15 pada siklus I dan meningkat lagi menjadi 21 pada siklus II. Sedangkan jumlah
siswa yang belum tuntas semula 12 peserta didik sebelum tindakan menurun
menjadi 8 peserta didik pada siklus I dan menurun lagi menjadi 2 pada siklus II.
Kemudian nilai rata-rata kelas yang semula 59,71 pada waktu sebelum tindakan
meningkat menjadi 71,18 dan meningkat lagi menjadi 81,47 pada siklus II.
15
100
90
80
70
60
50
40
Tuntas
Tidak tuntas
Rata-rata
kelas
30
20
10
0
Pra siklus
Siklus I
Siklus II
16
pada
mata
pelajaran
umumnya.
Agar
dapat
menunjang
17
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, Muhamad. 2001. Cara Efektif Menulis Karya Ilmiah. Bandung: Alfabeta
Boediono. 2003. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
BSNP. 2006. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
Djamarah, S.B. dan Aswan, Z. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta
Hamzah B Uno. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya : Analisis di Bidang
Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Pujiati. 2004. Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika SMP,
Materi Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SMP jenjang Dasar.
Yogyakarta: Depdiknas
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Sagala, S. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta
Sudiyono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja
Grafindo persada
Syamsuddin, Makmun. 2003. Psikologi kependidikan. Bandung: Rosda Karya
Remaja
Wardani, I.G.A.K, dkk. 2005. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas
Terbuka
18