Anda di halaman 1dari 17

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN MOTIVASI SISWA PADA

PEMBELAJARAN MATEMATIKA KOMPETENSI DASAR PENJUMLAHKAN


DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT
MELALUI METODE DEMONSTRASI
DI KELAS IV SD NEGERI 02 KEBON GEDE
KECAMATAN BANTARBOLANG KABUPATEN PEMALANG
TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Inayatul Uliya
uliyainayatul@gmail.com
Abstrak: Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana
metode demonstrasi pada materi penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat dapat meningkatkan prestasi hasil
belajar siswa, bagaimana
metode demonstrasi dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa, dan bagaimana
peningkatan hasil belajar dan motivasi siswa selama
pembelajaran dengan alat peraga manik-manik. Penelitian ini
dilakukan dalam dua siklus. Hasil penelitian menunjukkan
peningkatan hasil belajar dan motivasi siswa. Hasil siklus I,
rata-rata kelasnya 71,18% dengan siswa tuntas 11 (64,71%)
dan siklus II rata-rata kelas 81,47% dengan siswa tuntas 15
(88,24%).
Kata Kunci : Motivasi, Hasil Belajar, Manik-manik, Demonstrasi.
PENDAHULUAN
Matematika merupakan mata pelajaran pokok dalam kurikulum di sekolah
dasar. Matematika juga merupakan suatu ilmu yang berperan penting dalam
menunjang ilmu-ilmu yang lain, dan mempelajari masalah yang berkaitan dengan
hitung menghitung dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kegiatan pembelajaran
seorang guru mengharapkan kondisi pembelajaran yang kondusif, agar siswa
merasa nyaman dalam belajarnya, tidak merasa bosan, jauh dari ketakutan dan
hal-hal yang bersifat negatif. Kondisi seperti ini sangat diharapkan oleh berbagai
pihak, terutama adalah orang tua yang menginginkan anaknya berhasil dalam
pendidikan, begitupun seorang guru sangat berkeinginan agar peserta didiknya
berhasil dalam memahami apa yang dipelajarinya pada pelajaran matematika.
Pada

pembelajaran

matematika

khususnya

materi

penjumlahan

dan

pengurangan bilangan bulat sebagian siswa kelas IV SD Negeri 02 Kebon Gede


Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang mendapatkan nilai rendah,
hanya

beberapa

siswa

saja

yang

mendapatkan

nilai

tinggi.

Padahal

pembelajaran dikatakan berhasil apabila seorang siswa mampu menguasai


materi yang diberikan guru, dengan tingkatan penguasaan materi telah mencapai
80% atau lebih. Dari pengalaman mengajar dikelas IV SD Negeri 02 Kebon Gede
Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang, pada materi penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat masih banyak siswa yang memperolah nilai dibawah
KKM.
Berdasar latar belakang itulah, penulis memandang perlu melakukan perbaikan
pembelajaran khususnya pada mata pelajaran Matematika materi penjumlahan
dan pengurangan bilangan bulat melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Rumusan masalah penelitian ini adalah 1) bagaimanakah melalui metode
demonstrasi pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dapat
meningkatkan prestasi

hasil belajar

dan motivasi Siswa Kelas IV SDN

02

Kebon Gede Kecamatan bantarbolang, 2) bagaimanakah metode demonstrasi


dapat meningkatkan motivasi pembelajaran penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat di SD Negeri 02 Kebon Gede Kecamatan Bantarbolang, dan 3)
bagaimanakah metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar dan
motivasi siswa kelas IV SDN 02 Kebon gede.
Tujuan penelitian ini adalah 1) mendeskripsikan hasil belajar dan motivasi
siswa pada aspek kognitif materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat
melalui metode demonstrasi. 2) mendeskripsikan hasil belajar dan motivasi siswa
pada aspek afektif materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat melalui
metode demonstrasi. 3) mendeskripsikan hasil belajar dan motivasi siswa pada
aspek psikomotor materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat melalui
metode demonstrasi .
Manfaat penelitian berdasarkan Penelitian Tindakan Kelas ini, terdapat dua
manfaat diantaranya, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. 1) manfaat
teoritis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah manfaat yang diambil untuk
pemahaman teori tentang peningkatan hasil belajar matematika materi
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat melalui metode demonstrasi
menggunakan alat peraga manik-manik yang diharapkan nanntinya guru dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. 2) manfaat praktis dalam penelitian tindakan
kelas ini adalah manfaat yang secara langsung dapat diambil oleh pihak-pihak
yang terkait yaitu siswa, guru, peneliti dan sekolah. Adapun manfaat bagi siswa
antara lain : 1) meningkatkan partisipasi siswa dalam belajar matematika, 2)
siswa

memperoleh

pembelajaran

matematika

yang

aktif,

kreatif,

dan

menyenangkan, dan 3) meningkatkan hasil belajar siswa. Manfaat penelitian bagi


guru, diantaranya : 1) memperoleh masukan dalam meningkatkan mutu
pendidikan, 2) memperoleh acuan dalam menentukan strategi belajar yang tepat
dan sesuai terutama dalam menerapkan metode, dan media dalam proses
belajar mengajar, 3) memperoleh pengalaman profesional dalam pembelajaran
dengan metode demonstrasi, dan 4) memperoleh materi untuk menulis penelitian
tindakan kelas mengenai kesulitan belajar siswa. Selain itu penelitian ini juga
bermanfaat bagi sekolah, yaitu : 1) meningkatkan proses pembelajaran melalui
metode yang tepat dan menggunakan alat peraga yang menarik sehingga hasil
belajar siswa akan meningkat, dan 2) meningkatkan mutu pendidikan.
LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Motivasi
Menurut Weiner (1990) yang dikutip Ellio et al. (2000), motivasi
didefinisikan sebagai kondisi internal yang membangkitkan kita untuk bertindak,
mendorong kita mencapai tujuan tertentu, dan membuat kita tetap tertarik dalam
kegiatan tertentu. Sedangkan menurut Uno (2007), motivasi dapat diartikan
sebagai dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan
dengan adanya ; hasrat dan minat; dorongan dan kebutuhan; harapan dan citacita; penghargaan dan penghormatan. Motivasi menjadi suatu kekuatan, tenaga
atau daya, atau suatu keadaan yang kompleks dan kesiapsediaan dalam diri
individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak
disadari(makmun, 2003). Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi
adalah daya penggerak atau pendorong yang menjamin terjadinya kelangsungan
kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehungga tujuan
yang diingkan dapat tercapai.
Pengertian Belajar
Menurut

Sagala S, (2011:11) belajar merupakan komponen ilmu

pendidikan baik yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik
yang bersifat eksplisit maupun implisit ( tersembunyi ). Slameto, (2010 : 2) belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan
uraian diatas dapat disimpulkan belajar adalah suatu proses perubahan suatu
tingkah laku pada individu. Akan tetapi perubahan tingkah laku yang timbul akibat

proses kematangan, keadaan gila, mabuk, lelah dan jenuh tidak dapat disebut
sebagai proses belajar.
Menurut Sudjana,(2009:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan
Menurut Purwanto, (2011:34) hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa
akibat belajar. Perubahan itu diupayakan dalam proses belajar mengajar untuk
mencapai tujuan pendidikan. Proses belajar dapat melibatkan aspek kogmitif,
afektif, dan psikomotor. Pada belajar kognitif, prosesnya mengakibatkan
perubahan dalam aspek kemampuan berpikir (cognitive), pada belajar afektif
mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan merasakan (afektive),
sedang belajar psikomotor memberikan hasil belajar berupa ketrampilan
(psychomotoric) Purwanto, (2011:42). Secara umum dapat diambil kesimpulan
bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa setelah ia memperoleh
pengalaman didalam proses belajar mengajar.
Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan
atau mempertunjukan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu
yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai
dengan penjelasan lisan (Djamarah, 2010:90).
Alat Peraga Manik-manik
Menurut Elly Estiningsih dalam Pujiati (2004:3) alat peraga merupakan
media yang mengandung atau membawakan ciri-ciri dari konsep yang dipelajari.
Sedangkan menurut Rahadi (2003:10), alat peraga adalah alat (benda) yang
digunakan untuk memeragakan fakta, konsep, prinsip, atau prosedur tertentu
agar tampak lebih nyata/konkret. Adapun pengertian lain menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2008) Alat peraga adalah alat bantu untuk mendidik atau
mengajar supaya apa yang diajarkan mudah dimengerti anak didik.
Dari pemgertian-pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa yang
dimaksud alat

peraga adalah alat-alat

yang

digunakan dalam proses

pembelajaran dengan tujuan untuk memperjelas apa yang disampaikan sehingga


mudah dimengerti oleh peserta didik.
Alat peraga adalah suatu alat yang digunakan untuk menunjukan sesuatu
yang

riil

(nyata)

sehingga

memperjelas

pembelajaran

siswa.

Didalam

pembelajaran materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat kali ini


menggunakan alat peraga manik-manik. Pada alat peraga ini, manik-manik yang

diberi dua warna yaitu warna hijau dan merah untuk warna hijau menunjukan
bilangan positif sedangkan yang warna merah menunjukan bilangan negatif.
Bentuk alat peraga yang digunakan

untuk operasi hitung penjumlahan dan

pengurangan bilangan bulat adalah sebagai berikut::


ALAT PERAGA MANIK-MANIK

Gambar 2.1 Alat peraga manik-manik


Keterangan gambar diatas adalah:
: Warna hijau untuk bilangan positif (+)
: Warna merah untuk bilangan negatif ( - )
Kerangka Berpikir
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang menarik dan
mudah karena matematika konsep belajarnya menggunakan ilmu pasti, akan
tetapi dianggap sulit oleh siswa, dan sebagian siswa menganggap bahwa
matematika adalah mata pelajran yang penuh dengan rumus-rumus yang sulit
untuk dipelajari dan dihitung. Konsep agar siswa senang dengan pelajaran
matematika yaitu, kesan pertama menarik siswa terlebih dahulu yaitu dengan
menggunakan alat peraga yang menarik bagi siswa, sehingga nantinya pelajaran
matematika akan dianggap mata pelajran yang menyenangkan dan mudah untuk
dipelajari.
Pada Siswa kelas IV pembelajaran matematika operasi hitung penjumlahan
dan pengurangan bilangan bulat masih mengalami kesulitan, karena kurang
tepatnya metode dan alat peraga yang digunakan dalam pembelajaran tersebut.
Oleh karena itu, perlu untuk menggunakan pembelajaran lain yang dianggap
paling tepat untuk meningkatkan hasil belajar yakni dengan menggunakan alat
peraga manik-manik dan menggunakan metode demonstrasi. Dengan adanya
alat peraga manik-manik diharapkan dapat membantu siswa untuk memahami
konsep penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.

Berdasarkan dasar pemikiran diatas, maka dalam penelitian ini dapat


dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut:
Siswa :

Guru:
Kondisi
awal

Belum menggunakan
metode demonstrasi dan
alat peraga nyata

Hasil evaluasi siswa


rendah

Tindakan

Menggunakan metode
demonstrasi dan alat
peraga nyata

Siklus I

Kondisi
Akhir

Evaluasi siswa
meningkat

Siklus II

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir


Karya I.G.A. K Wardani 2006
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berfikir diatas, dapat dirumuskan hipotesis tindakan
sebagai berikut: 1) metode demonstrasi pada materi penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat dapat meningkatkan prestasi

hasil belajar

dan

motivasi Siswa , 2) metode demonstrasi dapat meningkatkan motivasi


pembelajaran penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, dan 3) metode
demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada semester II Tahun Pelajaran 2014/2015.
Selama 2 bulan yaitu bulan April sampai dengan Mei 2015. Penelitian ini adalah
penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas ( Action Research) dan diadakan
dikelas sehingga disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan
Kelas menurut Arikunto (2006) adalah merupakan suatu studi yang sistematis
yang dilakukan dalam upaya memperbaiki praktik-praktik dalam pendidikan
dengan melakukan tindakan praktis serta refleksi dan tindakan-tindakan tersebut.

Menurut Arikunto (PTK), 2006:16), secara garis besar tindakan kelas terdapat
empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi,
dan refleksi. Adapaun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah
sebagai berikut:
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS I

Pelaksanaan
Pengamatan
perencanaan

Refleksi

pelaksanaan

SIKLUS II
pengamatan
?

Gambar 3.1 Skema Tahapan Siklus dalam PTK

Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri 02 Kebon


Gede Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang Tahun 2014/2015, yang
berjumlah 17 orang siswa, yang terdiri atas siswa laki-laki 8 siswa dan 9 siswa
perempuan. Sebagian besar orang tuanya bekerja sebagai petani sehingga tidak
memperhatikan pendidikan anaknya.penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus.
Teknik pengumpulan data dalam Penelitian Tindakan Kelas ini data yang
diperoleh yaitu dengan cara teknik tes dan non tes. Dalam Penelitian Tindakan
Kelas ini peneliti menggunakan tes tertulis. Tes tertulis dalam bentuk essay yang
diberikan pada tiap kali pertemuan. Data yang diperoleh dari tes ini digunakan
untuk

mengetahui

hasil

belajar

siswa

setelah

melaksanakan

kegiatan

pembelajaran matematika dengan menggunakan metode demonstrasi dan alat


peraga manik-manik. Untuk cara non tes, observasi dipergunakan

untuk

mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar dan
motivasi siswa dalam menggunakan metode demonstrasi dan alat peraga manikmanik.

Instrumen Penelitian terdiri dari 1) Lembar pengamatan, 2) Lembar Kerja


Siswa (LKS), 3) Lembar evaluasi, dan 4) Lembar Penilaian.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini, yaitu
menggunakan teknik analisis kuantitatif, dan kualitatif. Dan setelah data diperoleh
kemudian data dianalisis dan hasil analisis pada siklus pertama dipakai untuk
siklus berikutnya, dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
siswa.
Indikator keberhasilan pembelajaran dinyatakan bahwa pembelajaran
dikatakan berhasil apabila nilai prestasi siswa 67 lebih dari 80% atau 14 siswa
dari 17 siswa. Dengan demikian pembelajaran pada siklus II dapat dikatakan
berhasil.
Penelitian ini akan direncanakan dalam dua siklus dan setiap siklusnya
terdiri dua kali pertemuan dan dilakukan dengan tiap-tiap siklus terdiri dari empat
kegiatan, yaitu 1) perencanaan (planning), 2) tindakan/pelaksanaan (acting), 3)
observasi, dan 4) refleksi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA
Pra Siklus
Berdasarkan hasil observasi terhadap proses pembelajaran dan prestasi
belajar sebelum tindakan, dapat diperoleh informasi sebagai data awal. Bahwa
dari 17 siswa kelas IV SD Negeri 02 Kebon Gede terdapat 9 siswa yang nilai
prestasi belajarnya masih belum mencapai batas ketuntasan minimal (KKM),
yaitu 67. Setelah dilakukan pemeriksaan dan analisa pada lembar pekerjaan
siswa, ternyata sebagian besar siswa masih belum dapat memahami
penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
Tabel 2.1 Frekuensi Nilai Pra Siklus
SD Negeri 02 Kebon Gede
No

Interval nilai

Frekuensi

Prosentase

Kategori

67 - 100

47,06%

Tuntas

< 67

52,94%

Belum Tuntas

Jumlah

17

11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0

Tuntas
Tidak tuntas

Nilai Siswa
Gambar 4.1 Grafik Nilai Pra Siklus

Tabel 2.2 Aktivitas Belajar Prasiklus


Frekwensi
Persentase
Keaktifan
KF
(F)
(%)
Kurang aktif
12
12
70,59

70,59

Cukup aktif

15

17,65

88,24

Sangat aktif

17

11,76

100,00

No

Jumlah

17

K%

100,00

Dari data di atas, dapat dilihat bahwa tingkat penguasaan siswa terhadap
materi pembelajaran masih rendah dan belum mencapai ketuntasan belajar.
Terbukti dari 17 siswa kelas IV SD Negeri 02 Kebon Gede, terdapat 9 siswa tidak
mencapai KKM dengan rata-rata hasil belajar 52,94%, artinya hanya 8 (47,06%)
siswa yang mendapat nilai di atas KKM yaitu 67.
Rendahnya hasil belajar matematika tersebut dimungkinkan oleh persepsi
siswa terhadap pelajaran matematika bahwa pelajaran matematika itu sulit dan
membosankan. Untuk mengubah persepsi siswa terhadap pelajaran matematika
dari anggapan itu sulit dan membosankan menjadi matematika itu mudah,
mengasyikkan dan menyenangkan perlu peran guru. Mengingat materi
pembelajaran matematika itu bersifat abstrak maka cara yang dipandang efektif
adalah dengan menggunakan alat peraga. Dengan alat peraga siswa menjadi
lebih aktif, pembelajaran lebih mengasyikkan dan menyenangkan sehingga siswa
bergairah dalam mengikuti pembelajaran matematika.

Siklus I
Kemampuan Penjumlahkan dan Pengurangan Bilangan Bulat Dengan
Menggunakan Manik-manik
Rekapitulasi hasil peningkatan kemampuan penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat siklus I dapat di ketahui dari tabel 2.3. Dari tabel tersebut diketahui
peserta didik yang tuntas belajar ada 11 dari 17 siswa atau 64,71%, siswa yang
belum tuntas belajar ada 6 dari 17 siswa atau 35,29 %.
Aktivitas Belajar Siswa
Keaktifan siswa didik siklus 1 dapat dilihat pada tabel 2.4 berikut ini. Dari
data tabel 2.4 dapat diketahui keaktifan siswa mengalami peningkatan yang
cukup baik. Siswa yang kurang aktif 5 atau 29,41%. Siswa yang cukup aktif ada
12 siswa atau 52,94%, dan siswa yang sangat aktif ada 3 atau 17,65%.
Tabel 2.3 Frekuensi Nilai Setelah Tindakan Siklus I
SD Negeri 02 Kebon Gede
No

Interval nilai

Frekuensi

Prosentase

Kategori

67 - 100

11

64,71%

Tuntas

< 67

35,29%

Belum Tuntas

Jumlah

17

Tabel 2.4 Aktivitas Belajar Siklus I


Frekwensi
Persentase
Keaktifan
KF
(F)
(%)
Sangat aktif
3
3
17,65

17,65

Cukup aktif

12

52,94

70,59

Kurang aktif

17

29,41

100,00

No

Jumlah

17

K%

100,00

Refleksi Siklus I
Dari siklus I diketahui sebanyak 6 siswa dibawah rentang 67 atau 35,29%
artinya belum tuntas, sedangkan sebanyak 11 siswa diatas rentang 67-100 atau
64,71% artinya sudah tuntas, padahal pembelajaran dikatakan berhasil harus
mencapai 85 %. Selain itu tingkat keaktifan siswa juga belum optimal masih ada

10

5 siswa atau 29,41% kurang aktif oleh karena itu dilaksanakan siklus II, agar
hasilnya maksimal. Hal ini dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0

Tuntas
Tidak tuntas

Gambar 4.2 Grafik Nilai Siklus I


Siklus II
Kemampuan Penjumlahkan dan Pengurangan Bilangan Bulat Dengan
Menggunakan Manik-manik
Rekapitulasi hasil peningkatan kemampuan penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat siklus I dapat di ketahui dari tabel 2.5. Dari tabel tersebut diketahui
peserta didik yang tuntas belajar ada 15 dari 17 siswa atau 88,24%, siswa yang
belum tuntas belajar ada 2 dari 17 siswa atau 11,76 %.
Aktivitas Belajar Siswa
Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran siklus II dapat dilihat pada
tabel 2.6. Dari tabel keaktifan siswa siklus II dapat dilihat masih ada 2 siswa atau
11,76% dari seluruh siswa kelas IV yang kurang aktif dalam pembaelajaran. Hasil
obeservasi yang dicatat observer terlihat ada 15 siswa atau 88,24% dari dari
jumlah 17 siswa yang aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Tabel 2.5 Frekuensi Nilai Setelah Tindakan Siklus II
SD Negeri 02 Kebon Gede
No

Interval nilai

Frekuensi

Prosentase

Kategori

67 - 100

15

88,24%

Tuntas

< 67

11,76%

Belum Tuntas

Jumlah

11

17

Tabel 2.6 Aktivitas Belajar Siklus II


Frekwensi
Persentase
Keaktifan
KF
(F)
(%)
Sangat aktif
11
11
64,71

64,71

Cukup aktif

15

23,53

88,24

Kurang aktif

17

11,76

100,00

No

Jumlah

17

K%

100,00

Refleksi Siklus II
Data yang diperoleh melalui observasi dan hasil belajar siswa dikumpulkan
untuk dianalisis. Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan selama proses
pembelajaran, diketahui bahwa pada siklus II sudah menunjukan keberhasilan
dalam pembelajaran, diketahui sebanyak 2siswa dibawah rentang 67 atau
11,76% belum tuntas, sedangkan sebanyak 15 siswa diatas rentang 67-100
atau 88,24% sudah tuntas dan diatas 80%, maka dalam siklus II peneliti sudah
berhasil dalam pembelajaran. Hal ini dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0

Tuntas
Tidak tuntas

Siklus II
Gambar 4.3. Grafik Nilai Siklus II
Dari data di atas, terlihat bahwa pembelajaran siklus II berakhir dengan
hasil yang memuaskan karena ada peningkatan presentase tingkat ketuntasan
belajar secara signifikan, yaitu dari 64,71% menjadi 88,24%. Dengan pencapaian
tersebut di atas maka pembelajaran siklus II dinyatakan telah berhasil karena

12

telah memenuhi kriteria ketuntasan belajar. Hal ini menunjukkan bahwa dengan
menggunakan alat peraga manik-manik dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa.
Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan hasil penelitian mengacu pada perolehan skor yang di capai
oleh siswa dalam penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan
menggunakan manik-manik baik melalui hasil tes maupun hasil nontes.
Kemampuan Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Dengan
Menggunakan Manik-manik pada Siklus I dan Siklus II
Untuk hasil prasiklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 2.7. Dari
tabel data antarsiklus diketahui hasil perolehan nilai kemampuan penjumlahan
dan penguranagan bilangan bulat mengalami peningkatan dari siklus I dan siklus
II dibandingkan dengan keadaan prasiklus. Prasiklus peserta didik yang belum
tuntas 9 siswa atau 52,94 %, pada siklus I yang belum tuntas menurun menjadi 6
siswa atau 35,29%, dan pada siklus II pada akhir penelitian yang belum tuntas 2
siswa atau 11,76%. Dengan penurunan siswa yang belum tuntas menaikkan
angka ketuntasan bealajar siswa di kelas IV, yaitu dari 47,06% pada kondisi
prasiklus menjadi 64,71% pada siklus I, dan 88,24% pada siklus II. Rata-rata
kelas dari kondisi prasiklus 59,71 mengalami kenaikan pada siklus I menjadi
71,18, dan siklus II mengalami kenaikan yang signifikan yaitu 81,47 Kenaikan
ketuntasan belajar peserta didik dapat kita lihat pada diagram berikut:
Tabel 3.1 Perbandingan Nilai Sebelum tindakan, siklus I,dan siklus II
SD Negeri 02 Kebon Gede
No

13

Uraian

Sebelum
Tindakan

Siklus
I

Siklus II Keterangan

Jumlah siswa yang tuntas

11

15

Meningkat

Jumlah siswa yang tidak


tuntas

Menurun

Nilai rata-rata kelas

59,71

71,18

81,47

Meningkat

100
90
80
70
60
50

Tuntas

40

Belum tuntas

30
20
10
0
Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

Gambar 5.1 Grafik Rekapitulasi Nilai Prestasi Belajar Siswa


Diagram di atas menunjukkan ketuntasan hasil belajar Matematika,
kompetensi dasar penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Perbandingan
antara siswa yang tuntas (ditandai diagram batang warna biru) dengan siswa
yang belum tuntas (ditandai diagram batang warna merah) terlihat jelas. Pada
awal pelajaran atau prasiklus diagram merah lebih tinggi dibanding diagram biru,
ini berarti jumlah siswa yang belum tuntas lebih banyak dibanding jumlah siswa
yang tuntas. Tetapi sebaliknya pada akhir tindakan penelitian kelas atau siklus II,
diagram biru lebih tinggi dibanding diagram biru, ini berarti jumlah siswa yang
tuntas lebih banyak daripada peserta didik yang belum tuntas. Kesimpulannya,
penelitian tindakan kelas yang dilakukan berhasil meningkatkan jumlah siswa
tuntas belajarnya.
Aktivitas Belajar Peserta Didik pada Siklus I dan Siklus II
Penggunaan alat peraga manik-manik pada pembelajaran penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat mampu meningkatkan keaktifan siswa pada proses
pembelajaran. Aktivitas siswa antar siklus dapat kita lihat pada diagram berikut.

14

80
70
60
50

Kurang aktif

40

Cukup aktif

30

Sangat aktif

20
10
0
Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

Diagram 5.2.
5.2. Aktivitas Belajar Peserta Didik Antarsiklus
Dari diagram di atas terlihat tingkat keaktifan siswa yang semakin meningkat
dibanding dengan kondisi prasiklus. Pada prasiklus terlihat tingginya siswa yang
kurang aktif pada pembelajaran mencapai 70,59%,
7
cukup aktif 17,65%, dan
sangat aktif 11, 76%.
%. Pada
Pad siklus I keadaan berubah, siswa yang cukup aktif
mendominasi yaitu 52,94
2,94% separo dari seluruh siswa kelas IV, siswa kurang aktif
menurun tinggal 5 anak atau 29,41%,
%, dan yang sangat aktif mengalami
peningkatan dari 11,76
1,76% menjadi 17,65%.
Pada siklus II tingkat keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran semakin
baik, diagram menunjukkan warna diagram hijau lebih tinggi dibanding merah
dan biru, ini berarti jumlah siswa sangat aktif lebih banyak diband
dibanding siswa yang
cukup aktif maupun yang kurang
k
aktif. Siswa sangat aktif dan cukup aktif ada 15
siswa atau 88,24%,
%, sedangkan siswa yang kurang aktif tinggal 2 siswa atau
11,76%.
%. Melihat hasil penelitian dan dibandingkan dengan indikator kinerja yang
ditetapkan sebelum penelitian, terlihat semua indikator
indikator dapat terpenuhi. Dengan
demikian tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya. Penelitian tindakan kelas
dengan menggunakan alat peraga manik-manik meningkatkan kemampuan
siswa dalam pembelajaran penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
PENUTUP
Simpulan

15

Berdasarkan hasil hasil penelitian kelas yang telah dilaksanakan dalam dua
siklus dapat disimpulkan 1) terjadi peningkatan menghitung penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat, terbukti siswa tuntas sebanyak 15 siswa atau
88,24%, 2)
Saran
Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan, kemampuan menciptakan
kondisi belajar yang merangsang agar proses belajar mengajar dapat
berlangsung secara efektif dan efisien. Dari hasil hasil penelitian yang
diperoleh, penulis menyampaikan saran sebagai berikut :
Guru hendaknya mempersiapkan secara cermat fasilitas belajar yang
memadai, memberikan penjelasan materi secara pelan, rinci, sabar, dan
menggunakan bahasa yang mudah dipahami siswa, serta melibatkan siswa
dalam pelaksanaan demonstrasi, mengaktifkan siswa melalui tanya jawab, dan
mengaktifkan siswa dalam diskusi.
Siswa hendaknya ikut berperan aktif dalam pembelajaran, mengerjakan
tugas-tugas

dari

guru,

selalu

bekerjasama

saat

kerja

kelompok,

dan

meningkatkan hasil belajar.


Sekolah hendaknya mengupayakan pengadaan alat peraga dalam
pembelajaran pada mata pelajaran matematika khususnya dan alat peraga
pembelajaran

pada

mata

pelajaran

umumnya.

Agar

dapat

menunjang

keberhasilan dalam pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman konsep


matematika serta pemberdayaan penggunaan alat peraga dalam proses
pembelajaran.
Disamping itu, karena terbukti Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa, penulis menyarankan kepada rekan-rekan
guru untuk mempelajari dan menerapkan PTK dikelasnya masing-masing.
Pemahaman PTK dapat didiseminasikan melalui berbagai pertemuan tatap muka
seperti rapat guru, forum Pemantapan kerja Guru (PKG), forum musyawarah
guru mata pelajaran atau melalui Pertemuan kelompok Kerja Guru (KKG).

16

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Arikunto, s. dan Jabar, C.S.A. 2009. Evaluasi Program Pendidikan Pedoman
Teoritis Praktis bagi Mahasiswa dan Praktis Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara
Djamarah, S.B. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu
Pendekatan Teoritis Psikologis. Jakarta: PT Rineka Cipta
Djamarah, S.B. dan Aswan, Z. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta
Elliot et al. 2000. EducationalPsychology: Effective Learning. Singapore : Mc
Graw-Hill Book
Hamzah B Uno. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya : Analisis di Bidang
Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Pujiati. 2004. Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika SMP,
Materi Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SMP jenjang Dasar.
Yogyakarta: Depdiknas
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Sagala, S. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta
Sudiyono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja
Grafindo persada
Syamsuddin, Makmun. 2003. Psikologi kependidikan. Bandung: Rosda Karya
Remaja
Wardani, I.G.A.K, dkk. 2005. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas
Terbuka

17

Anda mungkin juga menyukai