Inayatul Uliya
uliyainayatul@gmail.com
Abstrak: Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana
metode demonstrasi pada materi penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat dapat meningkatkan prestasi hasil
belajar siswa, bagaimana
metode demonstrasi dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa, dan bagaimana
peningkatan hasil belajar dan motivasi siswa selama
pembelajaran dengan alat peraga manik-manik. Penelitian ini
dilakukan dalam dua siklus. Hasil penelitian menunjukkan
peningkatan hasil belajar dan motivasi siswa. Hasil siklus I,
rata-rata kelasnya 71,18% dengan siswa tuntas 11 (64,71%)
dan siklus II rata-rata kelas 81,47% dengan siswa tuntas 15
(88,24%).
Kata Kunci : Motivasi, Hasil Belajar, Manik-manik, Demonstrasi.
PENDAHULUAN
Matematika merupakan mata pelajaran pokok dalam kurikulum di sekolah
dasar. Matematika juga merupakan suatu ilmu yang berperan penting dalam
menunjang ilmu-ilmu yang lain, dan mempelajari masalah yang berkaitan dengan
hitung menghitung dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kegiatan pembelajaran
seorang guru mengharapkan kondisi pembelajaran yang kondusif, agar siswa
merasa nyaman dalam belajarnya, tidak merasa bosan, jauh dari ketakutan dan
hal-hal yang bersifat negatif. Kondisi seperti ini sangat diharapkan oleh berbagai
pihak, terutama adalah orang tua yang menginginkan anaknya berhasil dalam
pendidikan, begitupun seorang guru sangat berkeinginan agar peserta didiknya
berhasil dalam memahami apa yang dipelajarinya pada pelajaran matematika.
Pada
pembelajaran
matematika
khususnya
materi
penjumlahan
dan
beberapa
siswa
saja
yang
mendapatkan
nilai
tinggi.
Padahal
hasil belajar
02
memperoleh
pembelajaran
matematika
yang
aktif,
kreatif,
dan
pendidikan baik yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik
yang bersifat eksplisit maupun implisit ( tersembunyi ). Slameto, (2010 : 2) belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan
uraian diatas dapat disimpulkan belajar adalah suatu proses perubahan suatu
tingkah laku pada individu. Akan tetapi perubahan tingkah laku yang timbul akibat
proses kematangan, keadaan gila, mabuk, lelah dan jenuh tidak dapat disebut
sebagai proses belajar.
Menurut Sudjana,(2009:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan
Menurut Purwanto, (2011:34) hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa
akibat belajar. Perubahan itu diupayakan dalam proses belajar mengajar untuk
mencapai tujuan pendidikan. Proses belajar dapat melibatkan aspek kogmitif,
afektif, dan psikomotor. Pada belajar kognitif, prosesnya mengakibatkan
perubahan dalam aspek kemampuan berpikir (cognitive), pada belajar afektif
mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan merasakan (afektive),
sedang belajar psikomotor memberikan hasil belajar berupa ketrampilan
(psychomotoric) Purwanto, (2011:42). Secara umum dapat diambil kesimpulan
bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa setelah ia memperoleh
pengalaman didalam proses belajar mengajar.
Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan
atau mempertunjukan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu
yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai
dengan penjelasan lisan (Djamarah, 2010:90).
Alat Peraga Manik-manik
Menurut Elly Estiningsih dalam Pujiati (2004:3) alat peraga merupakan
media yang mengandung atau membawakan ciri-ciri dari konsep yang dipelajari.
Sedangkan menurut Rahadi (2003:10), alat peraga adalah alat (benda) yang
digunakan untuk memeragakan fakta, konsep, prinsip, atau prosedur tertentu
agar tampak lebih nyata/konkret. Adapun pengertian lain menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2008) Alat peraga adalah alat bantu untuk mendidik atau
mengajar supaya apa yang diajarkan mudah dimengerti anak didik.
Dari pemgertian-pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa yang
dimaksud alat
yang
riil
(nyata)
sehingga
memperjelas
pembelajaran
siswa.
Didalam
diberi dua warna yaitu warna hijau dan merah untuk warna hijau menunjukan
bilangan positif sedangkan yang warna merah menunjukan bilangan negatif.
Bentuk alat peraga yang digunakan
Guru:
Kondisi
awal
Belum menggunakan
metode demonstrasi dan
alat peraga nyata
Tindakan
Menggunakan metode
demonstrasi dan alat
peraga nyata
Siklus I
Kondisi
Akhir
Evaluasi siswa
meningkat
Siklus II
hasil belajar
dan
Menurut Arikunto (PTK), 2006:16), secara garis besar tindakan kelas terdapat
empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi,
dan refleksi. Adapaun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah
sebagai berikut:
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan
perencanaan
Refleksi
pelaksanaan
SIKLUS II
pengamatan
?
mengetahui
hasil
belajar
siswa
setelah
melaksanakan
kegiatan
untuk
mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar dan
motivasi siswa dalam menggunakan metode demonstrasi dan alat peraga manikmanik.
Interval nilai
Frekuensi
Prosentase
Kategori
67 - 100
47,06%
Tuntas
< 67
52,94%
Belum Tuntas
Jumlah
17
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Tuntas
Tidak tuntas
Nilai Siswa
Gambar 4.1 Grafik Nilai Pra Siklus
70,59
Cukup aktif
15
17,65
88,24
Sangat aktif
17
11,76
100,00
No
Jumlah
17
K%
100,00
Dari data di atas, dapat dilihat bahwa tingkat penguasaan siswa terhadap
materi pembelajaran masih rendah dan belum mencapai ketuntasan belajar.
Terbukti dari 17 siswa kelas IV SD Negeri 02 Kebon Gede, terdapat 9 siswa tidak
mencapai KKM dengan rata-rata hasil belajar 52,94%, artinya hanya 8 (47,06%)
siswa yang mendapat nilai di atas KKM yaitu 67.
Rendahnya hasil belajar matematika tersebut dimungkinkan oleh persepsi
siswa terhadap pelajaran matematika bahwa pelajaran matematika itu sulit dan
membosankan. Untuk mengubah persepsi siswa terhadap pelajaran matematika
dari anggapan itu sulit dan membosankan menjadi matematika itu mudah,
mengasyikkan dan menyenangkan perlu peran guru. Mengingat materi
pembelajaran matematika itu bersifat abstrak maka cara yang dipandang efektif
adalah dengan menggunakan alat peraga. Dengan alat peraga siswa menjadi
lebih aktif, pembelajaran lebih mengasyikkan dan menyenangkan sehingga siswa
bergairah dalam mengikuti pembelajaran matematika.
Siklus I
Kemampuan Penjumlahkan dan Pengurangan Bilangan Bulat Dengan
Menggunakan Manik-manik
Rekapitulasi hasil peningkatan kemampuan penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat siklus I dapat di ketahui dari tabel 2.3. Dari tabel tersebut diketahui
peserta didik yang tuntas belajar ada 11 dari 17 siswa atau 64,71%, siswa yang
belum tuntas belajar ada 6 dari 17 siswa atau 35,29 %.
Aktivitas Belajar Siswa
Keaktifan siswa didik siklus 1 dapat dilihat pada tabel 2.4 berikut ini. Dari
data tabel 2.4 dapat diketahui keaktifan siswa mengalami peningkatan yang
cukup baik. Siswa yang kurang aktif 5 atau 29,41%. Siswa yang cukup aktif ada
12 siswa atau 52,94%, dan siswa yang sangat aktif ada 3 atau 17,65%.
Tabel 2.3 Frekuensi Nilai Setelah Tindakan Siklus I
SD Negeri 02 Kebon Gede
No
Interval nilai
Frekuensi
Prosentase
Kategori
67 - 100
11
64,71%
Tuntas
< 67
35,29%
Belum Tuntas
Jumlah
17
17,65
Cukup aktif
12
52,94
70,59
Kurang aktif
17
29,41
100,00
No
Jumlah
17
K%
100,00
Refleksi Siklus I
Dari siklus I diketahui sebanyak 6 siswa dibawah rentang 67 atau 35,29%
artinya belum tuntas, sedangkan sebanyak 11 siswa diatas rentang 67-100 atau
64,71% artinya sudah tuntas, padahal pembelajaran dikatakan berhasil harus
mencapai 85 %. Selain itu tingkat keaktifan siswa juga belum optimal masih ada
10
5 siswa atau 29,41% kurang aktif oleh karena itu dilaksanakan siklus II, agar
hasilnya maksimal. Hal ini dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Tuntas
Tidak tuntas
Interval nilai
Frekuensi
Prosentase
Kategori
67 - 100
15
88,24%
Tuntas
< 67
11,76%
Belum Tuntas
Jumlah
11
17
64,71
Cukup aktif
15
23,53
88,24
Kurang aktif
17
11,76
100,00
No
Jumlah
17
K%
100,00
Refleksi Siklus II
Data yang diperoleh melalui observasi dan hasil belajar siswa dikumpulkan
untuk dianalisis. Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan selama proses
pembelajaran, diketahui bahwa pada siklus II sudah menunjukan keberhasilan
dalam pembelajaran, diketahui sebanyak 2siswa dibawah rentang 67 atau
11,76% belum tuntas, sedangkan sebanyak 15 siswa diatas rentang 67-100
atau 88,24% sudah tuntas dan diatas 80%, maka dalam siklus II peneliti sudah
berhasil dalam pembelajaran. Hal ini dapat dilihat pada grafik di bawah ini :
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Tuntas
Tidak tuntas
Siklus II
Gambar 4.3. Grafik Nilai Siklus II
Dari data di atas, terlihat bahwa pembelajaran siklus II berakhir dengan
hasil yang memuaskan karena ada peningkatan presentase tingkat ketuntasan
belajar secara signifikan, yaitu dari 64,71% menjadi 88,24%. Dengan pencapaian
tersebut di atas maka pembelajaran siklus II dinyatakan telah berhasil karena
12
telah memenuhi kriteria ketuntasan belajar. Hal ini menunjukkan bahwa dengan
menggunakan alat peraga manik-manik dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa.
Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan hasil penelitian mengacu pada perolehan skor yang di capai
oleh siswa dalam penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dengan
menggunakan manik-manik baik melalui hasil tes maupun hasil nontes.
Kemampuan Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Dengan
Menggunakan Manik-manik pada Siklus I dan Siklus II
Untuk hasil prasiklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 2.7. Dari
tabel data antarsiklus diketahui hasil perolehan nilai kemampuan penjumlahan
dan penguranagan bilangan bulat mengalami peningkatan dari siklus I dan siklus
II dibandingkan dengan keadaan prasiklus. Prasiklus peserta didik yang belum
tuntas 9 siswa atau 52,94 %, pada siklus I yang belum tuntas menurun menjadi 6
siswa atau 35,29%, dan pada siklus II pada akhir penelitian yang belum tuntas 2
siswa atau 11,76%. Dengan penurunan siswa yang belum tuntas menaikkan
angka ketuntasan bealajar siswa di kelas IV, yaitu dari 47,06% pada kondisi
prasiklus menjadi 64,71% pada siklus I, dan 88,24% pada siklus II. Rata-rata
kelas dari kondisi prasiklus 59,71 mengalami kenaikan pada siklus I menjadi
71,18, dan siklus II mengalami kenaikan yang signifikan yaitu 81,47 Kenaikan
ketuntasan belajar peserta didik dapat kita lihat pada diagram berikut:
Tabel 3.1 Perbandingan Nilai Sebelum tindakan, siklus I,dan siklus II
SD Negeri 02 Kebon Gede
No
13
Uraian
Sebelum
Tindakan
Siklus
I
Siklus II Keterangan
11
15
Meningkat
Menurun
59,71
71,18
81,47
Meningkat
100
90
80
70
60
50
Tuntas
40
Belum tuntas
30
20
10
0
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
14
80
70
60
50
Kurang aktif
40
Cukup aktif
30
Sangat aktif
20
10
0
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Diagram 5.2.
5.2. Aktivitas Belajar Peserta Didik Antarsiklus
Dari diagram di atas terlihat tingkat keaktifan siswa yang semakin meningkat
dibanding dengan kondisi prasiklus. Pada prasiklus terlihat tingginya siswa yang
kurang aktif pada pembelajaran mencapai 70,59%,
7
cukup aktif 17,65%, dan
sangat aktif 11, 76%.
%. Pada
Pad siklus I keadaan berubah, siswa yang cukup aktif
mendominasi yaitu 52,94
2,94% separo dari seluruh siswa kelas IV, siswa kurang aktif
menurun tinggal 5 anak atau 29,41%,
%, dan yang sangat aktif mengalami
peningkatan dari 11,76
1,76% menjadi 17,65%.
Pada siklus II tingkat keaktifan siswa pada kegiatan pembelajaran semakin
baik, diagram menunjukkan warna diagram hijau lebih tinggi dibanding merah
dan biru, ini berarti jumlah siswa sangat aktif lebih banyak diband
dibanding siswa yang
cukup aktif maupun yang kurang
k
aktif. Siswa sangat aktif dan cukup aktif ada 15
siswa atau 88,24%,
%, sedangkan siswa yang kurang aktif tinggal 2 siswa atau
11,76%.
%. Melihat hasil penelitian dan dibandingkan dengan indikator kinerja yang
ditetapkan sebelum penelitian, terlihat semua indikator
indikator dapat terpenuhi. Dengan
demikian tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya. Penelitian tindakan kelas
dengan menggunakan alat peraga manik-manik meningkatkan kemampuan
siswa dalam pembelajaran penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
PENUTUP
Simpulan
15
Berdasarkan hasil hasil penelitian kelas yang telah dilaksanakan dalam dua
siklus dapat disimpulkan 1) terjadi peningkatan menghitung penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat, terbukti siswa tuntas sebanyak 15 siswa atau
88,24%, 2)
Saran
Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan, kemampuan menciptakan
kondisi belajar yang merangsang agar proses belajar mengajar dapat
berlangsung secara efektif dan efisien. Dari hasil hasil penelitian yang
diperoleh, penulis menyampaikan saran sebagai berikut :
Guru hendaknya mempersiapkan secara cermat fasilitas belajar yang
memadai, memberikan penjelasan materi secara pelan, rinci, sabar, dan
menggunakan bahasa yang mudah dipahami siswa, serta melibatkan siswa
dalam pelaksanaan demonstrasi, mengaktifkan siswa melalui tanya jawab, dan
mengaktifkan siswa dalam diskusi.
Siswa hendaknya ikut berperan aktif dalam pembelajaran, mengerjakan
tugas-tugas
dari
guru,
selalu
bekerjasama
saat
kerja
kelompok,
dan
pada
mata
pelajaran
umumnya.
Agar
dapat
menunjang
16
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Arikunto, s. dan Jabar, C.S.A. 2009. Evaluasi Program Pendidikan Pedoman
Teoritis Praktis bagi Mahasiswa dan Praktis Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara
Djamarah, S.B. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu
Pendekatan Teoritis Psikologis. Jakarta: PT Rineka Cipta
Djamarah, S.B. dan Aswan, Z. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta
Elliot et al. 2000. EducationalPsychology: Effective Learning. Singapore : Mc
Graw-Hill Book
Hamzah B Uno. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya : Analisis di Bidang
Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Pujiati. 2004. Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika SMP,
Materi Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SMP jenjang Dasar.
Yogyakarta: Depdiknas
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Sagala, S. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta
Sudiyono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja
Grafindo persada
Syamsuddin, Makmun. 2003. Psikologi kependidikan. Bandung: Rosda Karya
Remaja
Wardani, I.G.A.K, dkk. 2005. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas
Terbuka
17