Anda di halaman 1dari 15

TUGAS BAHAN BERBAHAYA BERACUN

Pengelolaan Limbah B3

DISUSUN OLEH:
DANIEL ILHAM WAHYUDI
(1407122769)
TIEKPHO IVANDER NATHANIEL (1407119655)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN S1


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2016

LATAR BELAKANG
Bahan Baku Industri Kertas
Menurut Rini (2002), kayu sebagai bahan baku dalam industri kertas
mengandung beberapa komponen antara lain :

Selulosa
Selulosa merupakan komponen yang paling dikehendaki dalam pembuatan
kertas karena bersifat panjang dan kuat. Menurut Stanley (2001) dalam kayu
mengandung sekitar 50 % komponen selulosa.

Hemiselulosa
Hemiselulosa lebih mudah larut dalam air dan biasanya dihilangkan dalam
proses pulping.

Lignin
Lignin berfungsi merekatkan serat serat selulosa sehingga menjadi kaku.
Pada proses pulping secara kimia dan proses pemutihan akan menghilangkan
komponen lignin tanpa mengurangi serat selulosa. Menurut Stanley (2001)
komponen lignin dalam kayu adalah sekitar 30 %.

Bahan ekstraktif
Komponen ini meliputi hormon tumbuhan, resin, asam lemak dan unsur lain.
Komponen ini sangat beracun bagi kehidupan perairan dan mencapai jumlah
toksik akut dalam limbah industri kertas. Menurut Stanley (2001), jumlah
komponen hemiselulosa dan hidrokarbon dalam kayu adalah sekitar 20 %.

Bahan Tambahan
Pada pembuatan pulp (pulping) terdapat bahan-bahan tambahan yang
digunakan untuk membantu proses tersebut. Bahan bahan tersebut diantaranya ialah :

Larutan Cl2. Larutan ini digunakan sebagai bahan pemutih pada tahap
bleaching (proses pemutihan pulp).

Oksigen. Digunakan untuk menghilangkan lignin pada proses pemutihan.


Namun pulp kimia tidak dapat diputihkan hanya dengan oksigen untuk
memperoleh derajat putih yang tinggi tanpa merusak polisakarida.

Hidrogen peroksida atau natrium peroksida, atau kombinasi keduanya.


Digunakan dalam salah satu tahap proses pemutihan pulp.

Gas Ozon. Digunakan juga dalam salah satu tahap proses pemutihan.
Khususnya digunakan untuk mengoksidasi semua ikatan rangkap pada semua
gugus alipatik dan aromatik.

Asam parasetat. Digunakan dalam proses pemutihan dan pulping. Tujuan


penggunaannya

ialah untuk delignifikasi (mendegradasi lignin) dan

peningkatan nilai derajat putih kertas.

Hipoklorit (H), Klordioksida (D), dan Nitrogen Dioksida (N). Digunakan


sebagai oksidator untuk mendegradasi dan menghilangkan lignin dari gugus
kromoform.

NaOH. Sebagai basa kuat untuk mendegradasi lignin dengan cara hidrolisa
dan melarutkan gugus gula sederhana yang masih bersatu di dalam pulp.

Enzim hemiselulase (xylanase dan mannase). Bahan tambahan ini berfungsi


meningkatkan bleachability pulp dan mendegradasi lignin. Bahan ini
merupakan teknologi bio-pulping yang aplikasinya baru dapat dilakukan saat
pre-treatment pada kayu yang akan dimasak.

Tinjauan Pustaka
Limbah merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industry maupun domestic (rumah tangga atau yang lebih dikenal sabagai sampah),
yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan

karena tidak memiliki nilai ekonomis. Jenis sampah ini pada umumnya berbentuk
padat dan cair. Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan
kompresi serat yang berasal dari pulp. Serat yang digunakan biasanya adalah alami,
dan mengandung selulosa dan hemiselulosa. Pabrik Kertas menghasilkan limbah cair
yang mengandung logam berat jenis Hg dan Cu. Limbah cair tersebut berupa bubur
kertas encer yang apabila dibuang sembarangan akan mengakibatkan pencemaran
lingkungan.
Proses Produksi Industri Kertas
Secara umum proses pembuatan bubur kertas (pulping) dapat diuraikan menjadi
9 tahapan :
Woodyard Dimana sebuah lapangan luas umumnya terbuka tempat
menerima dan menyimpan kayu gelondongan siap olah (log) untuk
selanjutnya dilakukan proses pengkulitan, pemotongan kecil-kecil &
penyaringan potongan kayu.
Barker dalam proses penghilangan kulit kayu ini, gelondongan kayu (log)
dimasukkan

dalam

debarking

drums,

log

silinder

berputar

mengakibatkan log ikut berputar dan bergesekan satu dengan yang lain
melucuti kulit kayunya.
Chipper Log yang sudah bersih ini kemudian di iris menjadi potonganpotongan kecil yang di sebut dengan chip. Chip kemudian dikirim ke
penyaringan utama untuk memisahkan chip yang bisa dipakai (ukuran
standar 25x25x10mm) dengan yang tidak. Chip yang standar disimpan
ditempat penampungan.
Screen diperlukan filter penyaring untuk memisahkan potongan kayu
yang lebih besar dari target ukuran diatas, dan menghilangkan debu mesin
potong yang tidak perlu.

Digester Dari tempat penampungan, chip dibawa dengan konveyor ke


bejana pemasak (digester).Steam dimasak dengan beberapa tahap. Pertama
di kukus (presteamed), kemudian baru dipanaskan dengan steam di
steaming vessel. chip di masak dengan cairan pemasak yang disebut
dengan cooking liquor.. Larutan dan proses masak ini akan melembutkan
dan akhirnya memisahkan serat kayu yang diinginkan dari lignin yaitu
unsur kayu semacam lem yang menahan serat kayu bersatu.
Chemical Recovery and Regeneration proses sampingan kimia inorganik
yang diolah ulang dari proses memasak sebelumnya, untuk memasak
kembali. Bahan kimia buangan dari proses memasak sebelumnya masih
dapat diproses ulang, tidak dibuang begitu saja.
Blow Tank ibaratnya setelah selesai dimasak maka makanan disimpan
dalam panci penyimpan untuk disajikan kemudian sesuai selera masingmasing individu, apa mau sedikit asin, manis, indah didekorasi dan lain
sebagainya. Disini serat kayu sudah terpisah satu sama lain, secara resmi
mereka sudah disebut pulp atau bubur kertas.
Washing mesin cuci ini akan membersihkan sisa-sisa larutan kimia dan
lignin yang masih tertinggal, yang dikirim ke proses nomor 6 yaitu
chemical recovery process. Ibaratnya saat anda masak nasi, maka beberapa
kali anda mentiriskan air beras yang anda cuci sebelum dimasak supaya
kotoran hilang. Harap diingat disini anda bukan bertujuan membuatnya
menjadi putih bersih! Pada tahap ini bubur kertas secara alami berwarna
coklat dan umunya digunakan untuk membuat kertas kantong dan
corrugated box yang coklat.
Bleaching proses pemutihan bubur kertas menggunakan kimia pemutih
atau bleach, yang tujuan utamanya khusus untuk membuat kertas cetak atau
kertas budaya. Jadi proses pemutihan sangat relatif tergantung pada jenis

kertas yang akan dibuat. Pada tahap inilah pulping telah selesai dan akan
dilanjutkan ke mesin pembuat kertas.

PEMBAHASAN
Limbah Industri Kertas
Pada proses pembuatan kertas terdapat zat yang berpotensi mencemari
lingkungan. Menurut Rini (2002), limbah proses pembuatan kertas yang berpotensi
mencemari lingkungan tersebut dibagi menjadi 4 kelompok yaitu :
a

Limbah cair, yang terdiri dari :


Padatan tersuspensi yang mengandung partikel kayu, serat dan pigmen
Senyawa organik koloid terlarut seperti hemiselulosa, gula, alkohol,
lignin, terpenting, zat pengurai serat, perekat pati dan zat sintetis yang

menghasilkan
BOD (Biological Oxygen Demand) tinggi,
Limbah cair berwarna pekat yang berasal dari lignin dan pewarna kertas,
Bahan anorganik seperti NaOH, Na2SO4 dan klorin,
Limbah panas
Mikroba seperti golongan bakteri koliform.
Partikulat yang terdiri dari :
Abu dari pembakaran kayu bakar dan sumber energi lain
Partikulat zat kimia terutama yang mengandung natrium dan kalsium.
Gas yang terdiri dari :
Gas sulfur yang berbau busuk seperti merkaptan dan H2S yang
dilepaskan dari berbagai tahap dalam proses kraft pulping dan proses

pemulihan bahan kimia


Oksida sulfur dari pembakaran bahan bakar fosil, kraft recovery furnace
dan lime kiln (tanur kapur)

Uap yang mengganggu jarak pandangan


Limbah padat yang terdiri dari :
Sludge dari pengolahan limbah primer dan sekunder
Limbah dari potongan kayu

Karakteristik Limbah Industri Kertas


Warnanya yang kehitaman atau abu-abu keruh, bau yang khas, kandungan
padatan terlarutdan padatan tersuspensi yang tinggi, COD yang tinggi dan tahan
terhadap oksidasi biologis.
Pengelolaan Limbah Industri
Pengelolaan Berdasarkan Wujudnya
1. Pengelolaan limbah cair
Limbah yang dihasilkan dari proses produksi pulp dapat dibedakan menjadi
tiga, yaitu cair, padat, dan emisi udara. Limbah cair yang dihasilkan dari proses
produksi diolah dengan menggunakan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL).
Sistem pengelolaan limbah cair berdasarkan unit operasinya dibedakan menjadi tiga,
yaitu :
a) Fisik
Pada unit operasi ini, salah satu hal yang ditangani ialah proses screening
(penyaringan). Screening merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan
bahan tersuspensi yang berukuran besar. Screening dilakukan pada sisa-sisa potongan
kayu yang masih berukuran besar sehabis diolah pada proses chipper. Setelah
dilakukan penyaringan, umumnya kayu yang masih berukuran besar akan
dikembalikan lagi ke proses chipper, untuk diolah lagi dan mendapatkan ukuran kayu
yang dikehendaki.
Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah
dengan proses pengendapan. Pengendapan primer biasanya terjadi di bak

pengendapan atau bak penjernih. Bak pengendap yang hanya berfungsi atas dasar
gaya berat, tidak memberi keluwesan operasional. Karena itu memerlukan waktu
tinggal sampai 24 jam. Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini
adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak
pengendap. Bak penjernih bulat yang dirancang dengan baik dapat menghilangkan
80% zat padat yang tersuspensi dan 50-995 BOD. Beberapa contoh Limbah atau
proses-proses yang menggunakan pengolahan unit ini ialah :
Hasil pemasakan merupakan serat yang masih berwarna coklat dan
mengandung sisa cairan pemasak aktif.Serat ini masih mengandung mata kayu dan
serat-serat yang tidak dikehendaki (reject). Sisa cairan pemasak dalam serat
dibersihkan dengan mengguna- kan washer, sedangkan pemisahan kayu dan reject
dipakai screen.
Larutan hasil pencucian bubur pulp di brown stock washers dinamai weak black
liquor yang disaring sebelum dialirkan ke unit pemekatan.
b) Kimia
Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan
partikel-partikel yang sukar mengendap, senyawa fosfor, logam-logam berat, dan zat
organik beracun. Dinamakan secara kimia karena pada proses ini dibutuhkan bahan
kimia yang akan mengubah sifat bahan terlarut tersebut dari sangat terlarut menjadi
tidak terlarut atau dari ukuran sangat halus menjadi gumpalan (flok) yang dapat
diendapkan maupun dipisahkan dengan filtrasi.
Beberapa limbah-limbah atau proses-proses yang menggunakan pengolahan
unit ini ialah :
Cairan sisa dari hasil proses pemutihan yang menggunakan bahan
kimia chlorine dioksida, ekstraksi caustic soda, hidrogen peroksida. Dalam proses
pemutihan, setiap akhir satu langkah dilakukan pencucian untuk meningkatkan

efektivitas proses pemutihan. Sebelum bubur kertas yang diputihkan dialirkan ke unit
pengering, sisa klorin dioksida akan dinetralkan dengan injeksi larutan sulfur
dioksida.
Jika pengambilan air dilakukan dari sungai, maka biasanya industri pulp
seharusnya memberikan bahan pengendap secukupnya dan sedikit larutan hypo untuk
membunuh bakteri dan jamur sebelum mengalami proses pengendapan di dalam
settling basin dan penyaringan sehingga dihasilkan air proses yang bersih dan bebas
jamur.
Pemasakan menggunakan bahan larutan kimia, seperti NaOH (sodium
hidroksida) dan NaS (sodium sulfida) yang berfungsi untuk memisahkan serat
selulosa dari bahan organik. Cairan yang dihasilkan dari proses pemasakan diolah dan
menghasilkan bahan kimia, dengan daur ulang. Pada proses daur ulang terjadi limbah
cair.
Proses pemutihan menggunakan zat-zat kimia, utamanya ClO2 dan cairan yang
masih tertinggal berubah menjadi limbah dengan kandungan berbagai bahan kimia
berupa organoklorin yang umumnya beracun.
c) Biologi
Tujuan

utama

dari

pengolahan

limbah

cair

secara

biologi

adalah

Menggumpalkan dan menghilangkan/menguraikan padatan organik terlarut yang


biodegradable

dengan

memanfaatkan

aktivitas

mikroorganisme.

Pengolahan

secara biologis mengurangi kadar racun dan meningkatkan mutu estetika buangan
(bau, warna, potensi yang menggangu dan rasa air). Apabila terdapat lahan yang
memadai, laguna fakultatif dan laguna aerasi bisa digunakan. Laguna aerasi akan
mengurangi 80% BOD buangan pabrik dengan waktu tinggal 10 hari.
Pabrik-pabrik di Amerika Utara sekarang dilengkapi dengan laguna aerasi
bahkan dengan waktu tinggal yang lebih panjang, atau kadang-kadang dilengkapi

dengan kolam aerasi pemolesan dan penjernihn akhir untuk lebih mengurangi BOD
dan TSS sampai di bawah 30mg/1.
Prinsip dasar pengolahan secara biologi sebetulnya mengadopsi proses
pertumbuhan mikroorganisme di alam, mikroorganisme yang tumbuh membutuhkan
energi berupa unsure karbon (C) dimana unsure karbon (C) tersebut dengan mudah
diperoleh dari senyawa organic dalam air limbah, sehingga senyawa organic tersebut
terurai menjadi CO2 dan H2O. Salah satu limbah yang menggunakan pengolahan unit
ini ialah hasil perasan sludge yang berasal dari primary clarifier yang berupa larutan.
Larutan ini didinginkan di 6 unit menara pendingin sebelum dialirkan ke deep tank air
activated sludge untuk mengurangi kandungan organik secara biologi dengan
memanfaatkan bakteri dan gas oksigen dari udara yang diinjeksikan dan bantuan dari
pupuk fosfor dan nitrogen.
Setelah penjelasan mengenai tiga unit operasi Instalasi Pengelolaan Air Limbah
diatas, maka satu hal yang penting untuk diketahui ialah standar baku mutu limbah
cair yang telah ditetapkan pemerintah untuk pabrik pulp. Standar baku mutu limbah
cair yang telah ditetapkan pemerintah berdasarkan Keputusan Menteri LH No 51
Tahun 1995 untuk pabrik pulp, yakni toleransi PH dikisaran 6,0-9,0, BOD5: 150
mg/l, COD: 350 mg/l, dan TSS 150 mg/l.
2. Pengelolaan limbah padat
Industri bubur kertas umumnya menghasilkan limbah padat berupa batu dari
kapur dan mengandung soda.Ini harus dibuang di lingkungan aman dan nyaman.
Limbah padat itu harus dibuang ke tempat pembuangan akhir yang secure land fill
(aman). Jika tidak, peristiwa fatal seperti di Love Canal, Niagara Falls (AS), bisa
terulang. Daerah bekas land fill dekat Love Canal dijadikan tempat pembuangan
limbah sebuah pabrik (1940-1950). Setelah pabrik itu pindah lokasi, land fill itu
dijadikan permukiman bagi 500 keluarga. Beberapa waktu kemudian zat-zat beracun
keluar dari tanah land fill dan mengancam nyawa warga di sekitarnya. Untuk

menghindari jatuhnya korban, daerah itu dikosongkan.Pemerintah menghukum


perusahaan kimia tersebut dengan denda dan ganti rugi bagi warga yang jumlahnya
ratusan juta dollar AS. Peristiwa land fill di Love Canal itu mendorong Kongres AS
menerbitkan undang-undang super fund (1970- an) untuk melindungi penduduk dari
limbah industri.
Dua jenis limbah padat lainnya, diolah dengan menggunakan Bark Boiler dan
Lime Klin. Bark Boiler digunakan untuk pembakaran kulit kayu. Sedangkan Lime
Klin digunakan untuk pengolahan lumpur kapur.
3. Pengelolaan limbah emisi udara
Untuk limbah berupa emisi udara yang dihasilkan dari proses produksi pulp,
biasanya pabrik pulp menggunakan alat-alat berupa blow gas treatment di unit
pulping, Electro Static Dust Precipitator pada Recovery Boiler, dan Wet Scrubber di
Recausticizing Unit. Beberapa limbah atau proses yang menghasilkan emisi udara ini,
beserta penanganannya ialah :
Kondensat tercemar yang berasal dari proses digester dikumpulkan dan
dialirkan ke unit penanganan kondensat di evaporator plant.
Noncondensable gas (NCG) dibakar sebagian menjadi limbah di lime klin
(tanur kapur).
Uap tekanan tinggi yang dihasilkan dari pembakaran bahan organik digunakan
untuk memutar turbin dan menghasilkan listrik dan steam tekanan menengah untuk
pemanasan dalam proses di seluruh unit operasi produksi.
Sisa bahan kimia menguap karena panas di unit pencucian.Uap diisap blower
dan diarahkan ke sebuah menara penyerap yang berlangsung dua tahap. Di menara ini
digunakan larutan sodium hidroksida dan diinjeksikan dengan sulfur dioksida

(reduktor) untuk menetralkan sisa bahan kimia berupa klorin dioksida (oksidator)
sehingga gas yang keluar bebas dari unsur gas klorin dioksida.
Limbah yang mengandung partikel solid dari cerobong boiler, baik dari multi
fuel boiler, recovery boiler, maupun lime kiln.Untuk tujuan ini, pabrik pulp harus
memiliki alat electrostatic precipitator. Sedangkan cerobong asap dari dissolving tank
recovery boiler dilengkapi dengan scrubber yang dialiri weak wash dari recaust plant.
Pengelolaan Limbah Berdasarkan Berdasarkan Prosesnya
1. Pengolahan primer
Pengolahan primer bertujuan membuang bahan bahan padatan yang
mengendap atau mengapung. Pada dasarnya pengolahan primer terdiri dari tahap
tahap untuk memisahkan air dari limbah padatan dengan membiarkan padatan
tersebut mengendap atau memisahkan bagian bagian padatan yang mengapung.
Pengolahan primer ini dapat menghilangkan sebagian BOD dan padatan
tersuspensi serta sebagian komponen organik. Proses pengolahan primer limbah
cair ini biasanya belum memadai dan masih diperlukan proses pengolahan
selanjutnya.
2. Pengolahan sekunder
Pengolahan sekunder limbah cair merupakan proses dekomposisi bahan
bahan padatan secara biologis. Penerapan yang efektif akan dapat menghilangkan
sebagian besar padatan tersuspensi dan BOD. Ada 2 proses pada pengolahan
sekunder yaitu :
Penyaring trikle
Penyaring trikle menggunakan lapisan batu dan kerikil dimana limbah cair
dialirkan melalui lapisan ini secara lambat. Dengan bantuan bakteri yang
berkembang pada batu dan kerikil akan mengkonsumsi sebagian besar bahan

bahan organik.
Lumpur aktif
Kecepatan aktivitas bakteri dapat ditingkatkan dengan cara memasukkan
udara dan lumpur yang mengandung bakteri ke dalam tangki sehingga lebih
banyak mengalami kontak dengan limbah cair yang telah diolah pada proses

pengolahan primer. Selama proses ini limbah organik dipecah menjadi


senyawa senyawa yang lebih sederhana oleh bakteri yang terdapat di
dalam lumpur aktif.
3. Pengolahan tersier
Proses pengolahan primer dan sekunder limbah cair dapat menurunkan BOD
air dan meghilangkan bakteri yang berbahaya. Akan tetapi proses tersebut tidak
dapat menghilangkan komponen organik dan anorganik terlarut. Oleh karena itu
perlu dilengkapi dengan pengolahan tersier.
Pengolahan limbah cair pada industri pulp dan kertas terdiri atas tahap
netralisasi, pengolahan primer, pengolahan sekunder dan tahap pengembangan.
Sebelum masuk ke tempat pengendapan primer, air limbah masuk dalam tempat
penampungan dan netralisasi. Pada tahap ini digunakan saringan untuk
menghilangkan benda benda besar yang masuk ke air limbah.
Pengendapan primer biasanya bekerja atas dasar gaya berat. Oleh karenanya
memerlukan waktu tinggal sampai 24 jam. Untuk meningkatkan proses
pengendapan dapat digunakan bahan flokulasi dan koagulasi di samping
mengurangi bahan yang membutuhkan oksigen. Pengolahan secara biologis dapat
mengurangi kadar racun dan meningkatkan kualitas air buangan (bau, warna, dan
potensi yang mengganggu badan air). Apabila terdapat lahan yang memadai dapat
digunakan laguna fakultatif dan laguna aerasi. Laguna aerasi akan mengurangi 80
% BOD dengan waktu tinggal 10 hari.
Apabila tidak terdapat lahan yang memadai maka proses lumpur aktif, parit
oksidasi dan trickling filter dapat digunakan dengan hasil kualitas yang sama
tetapi membutuhkan biaya operasional yang tinggi.
Tahap pengembangan dilakukan dengan kapasitas yang lebih besar, melalui
pengolahan fisik dan kimia untuk melindungi badan air penerima (Devi, 2004).
Sedangkan endapan (sludge) yang biasanya diperoleh dari proses filter press dari
IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah), menurut Sunu (2001) dapat
dikategorikan sebagai limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) atau tidak.

Pembuangan lumpur organik, termasuk pada industri pulp dan kertas, dapat
dibedakan menjadi :

Metode pembakaran
Metode pembakaran ini merupakan salah satu cara untuk mencegah
dampak lingkungan yang lebih luas sebelum dilakukan pembuangan akhir.
Beberapa metode yang dapat dilakukan antara lain adalah metode incinerator
basah yang mengoksidasi lumpur organik pada suhu dan tekanan tinggi.

Metode fermentasi metan dan metode pembusukan


Metode fermentasi metan dilakukan menggunakan tangki fermentasi
sehingga dihasilkan gas metan, sedangkan metode pembusukan akan
diperoleh hasil akhir berupa kompos. Lumpur yang dihasilkan dari
pengolahan buangan pada masa lalu biasanya ditimbun. Akan tetapi sistem
ini menimbulkan bau karena pembusukan dan menyebabkan pencemaran air
tanah dan air permukaan. Sekarang lumpur dihilangkan airnya dan dibakar
atau digunakan sebagai bahan bakar (Rini, 2002).

Dampak Pencemaran Limbah Pabrik Kertas


Adapun dampak dari limbah industri kertas yaitu pencemaran lingkungan dan
kesehatan manusia, dan ini dampak bagi pencemaran lingkungan antara lain :
a. Membunuh ikan, kerang, dan invertebrata akuatik lainnya
b. Memasukkan zat kimia karsinogenik dan zat pengganggu aktivitas hormon ke dalam
lingkungan
c. Menghabiskan jutaan liter air tawar
d. Menimbulkan resiko terpaparnya masyarakat oleh buangan zat kimia berbahaya dari
limbah industri yang mencemari lingkungan
Menurut Green (2005), terdapat beberapa senyawa dalam industri pulp dan kertas
yang berpeluang besar bersifat karsinogenik bagi kesehatan manusia, yaitu :
Asbes

Asbes dapat menyebabkan kanker paru paru, digunakan pada penyambungan pipa
dan boiler.
Aditif kertas lainnya termasuk benzidine-base dyes, formaldehid dan epichlorohydrin
yang berpeluang menimbulkan kanker pada manusia.
Kromium heksavalen dan senyawa nikel
Senyawa ini umumnya digunakan pada pengelasan stainless steel dan dikenal sebagai
karsinogenik terhadap paru paru dan organ pernafasan lain.
Debu kayu (utamanya kayu keras)
Debu kayu keras dikenal sebagai penyebab kanker pernafasan.
Hidrazin, styren, minyak mineral, chlorinated phenols dan dioxin
Senyawa senyawa tersebut berpeluang besar menyebabkan kanker.

Anda mungkin juga menyukai