Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI

PERBANKAN DI INDONESIA
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ekonomi Industri oleh Bapak Sayifullah,
SE., M.Ak

Oleh :
Elyzal Eka Prasetya (5553120639)
Nadia Putri Adityo (5553120666)
Rifky Wahyu Ramadhan (5553120768)
Kelas : V C

JURUSAN ILMU EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2014

Kata Pengantar
Puji syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu. Dengan pembuatan makalah
ini bermaksud untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ekonomi Industri yang diajukan oleh Bapak

Sayifullah, SE., M.Ak.


Dan tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa malakah ini masih jauh dari
kesempurnaan oleh karena itu kami menerima kritik dan saran yang membangun untuk
memperbaiki pembuatan makalah selanjutnya.

Serang, 10 Oktober 2014

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan alam nomor satu di dunia, yang
sebenarnya memiliki potensi untuk menjadi negara maju. Tapi sayangnya banyak hambatanhambatan yang mengahalangi kemajuan tersebut. Salah satu faktornya adalah kondisi keuangan
yang sampai saat ini menjadi masalah yang sangat serius.
Perbankan sendiri merupakan perantara keuangan dari dua pihak, yakni pihak yang
kelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana. Hal tersebut tercermin pada UU RI no. 10
tahun 1998, tanggal 10 November 1998 yang menjelaskan mengenai Perbankan. Menurut UU RI
no. 10 tahun 1998 yang dimaksud Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana dari masyarakat dalam bentuk kredit
atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Seperti pada
pengertiannya, yang pada intinya perbankan merupakan badan usaha yangmenghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkannya kembali ke masyarakat. Dari pengertian di atas dapat terlihat
sekilas mengenai peranan perbankan yang diharapkan dapat memajukan perekonomian di
Indonesia. Dua hal tersebut merupakan tugas inti dari sebuah Bank Umum.
Namun seiring dengan berjalannya waktu, tugas dari Bank Umum kini semakin
berkembang, diantaranya yaitu:
1. Penciptaan uang giral, yaitu alat pembayaran lewat mekanisme pemindahbukuan(kliring).
Kemampuan bank umum mencipatakam uang giral menyebabkan posisi dan fungsinya
dalam pelaksanaan kebijakan moneter.
2. Mendukung Kelancaran Mekanisme Pembayaran. Fungsi lain dari bank umumyang juga
sangat penting adalah mendukung kelancaran mekanisme pembayaran.Hal ini
dimungkinkan karena salah satu jasa yang ditawarkan bank umum adalah jasa-jasa yang
berkaitan dengan mekanisme pembayaran. Beberapa jasa yangamat dikenal adalah
kliring, transfer uang, penerimaan setoran-setoran, pemberianfasilitas pembayaran
dengan tunai, kredit, fasilitas-fasilitas pembayaran yangmudah dan nyaman,
seperti kartu plastik dan sistem pembayaran elektronik

3. Penghimpunan Dana Simpanan Masyarakat. Dana yang paling banyak dihimpun oleh
bank umum adalah dana simpanan. Di Indonesia dana simpanan terdiri dari atasgiro,
deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan atau bentuk lainnya yang dapat
dipersamakan dengan itu. Kemampuan bank umum menghimpun dana jauh lebih besar
dibandingkan dengan lembaga-lembaga keungana lainnya. Dana-dana simpanan yang
berhasil dihimpun akan disalurkan kepada ppihak-pihak yang membutuhkan, utamanya
melalui penyaluran kredit.
4. Mendukung Kelancaran Transaksi Internasional. Bank umum juga sangat dubutuhkan
untuk memeudahkan dan atau memperlancar transaksi internasional, baik transaksi
barang/jasa maupun transaksi modal.
Beberapa hal diatas telah sedikit menggambarkan peranan perbankan dalam perekonomian
disuatu negara khususnya di Indonesia. Karenanya segala upaya dilakukan oleh Bank Sentral
Indonesia dalam hal ini Bank Indonesia dan masing masing perusahaan perbankan untuk
memacu kinerja perusahaannya. Untuk itu menarik untuk di analisis bagaimana struktur, perilaku
dan kinerja industri perbankan di Indonesia.
1.2 Tujuan Makalah
Setelah mengetahui sedikit gambaran peranan dan fungsi perbankan didalam
perekonomian suatu negara selanjutnya hal menarik yang akan dibahas adalah mengenai analisa
kelompok kami terkait struktur, perilaku dan kinerja industri perbankan di Indonesia. Disamping
itu, makalah ini disusun untuk melengkapi syarat penilaian Mata Kuliah Ekonomi Industri yang
diwajibkan bagi mahasiwa semester V kelas C.
1.3 Landasan Teori
Paradigma Structure-Conduct-Performance (SCP)
Salah satu kerangka dasar dalam analisis ekonomi industri adalah hubungan antara
Stuktur-Perilaku Kinerja atau Stucture-Conduct-Performance (S-C-P). Struktur (structure) suatu
industri akan menentukan bagaimana para pelaku industri berperilaku (conduct) yang pada
akhirnya menentukan kinerja (performance) industri tersebut. S-C-P (StructureConductPerformance) merupakan tiga kategori utama yang digunakan untuk melihat kondisistruktur
pasar dan persaingan yang terjadi di pasar. Struktur sebuah pasar akanmempengaruhi perilaku

perusahaan dalam pasar tersebut yang secara bersama samamenentukan kinerja sistem pasar
secara keseluruhan.
Barney dan Hesterly (1996) mengemukakan bahwa, teori SCP bersama teori resourcebased of the firm merupakan perbaikan dari teori biaya transaksi dan teori keagenan.
Permasalahan dalam suatu industri bukan hanya mengapa suatu perusahaan eksis dalam suatu
industri, namun juga mengapa dalam industri yang sama kinerja suatu perusahaan berbeda,
dengan perusahaan lain. E.S.
Mason dan Joe Bain menurut Shepherd (1990) berusaha menjawab pertanyaan tersebut
dengan mengembangkan teori SCP. Hanya saja apa yang dikembangkan oleh keduanya memiliki
tujuan yang berbeda dengan perkembangan teori SCP pada saat ini. Pada awalnya, teori SCP
dimanfaatkan untuk membantu pemerintah mengurangi bahaya perusahaan yang kurang
kompetitif. Adapun teori SCP pada saat ini bermanfaat sebagai manajemen strategis perusahaan.
Dasar paradigma SCP dicetuskan oleh Mason (1939) yang mengemukakan bahwa struktur
(structure) suatu industri akan menentukan bagaimana para pelaku industry berperilaku
(conduct) yang pada akhirnya menentukan keragaan atau kinerja (performance) industri tersebut.
Struktur biasanya diukur dengan rasio konsentrasi. Perilaku antara lain dilihat dari tingkat
persaingan ataupun kolusi antar produsen. Keragaan atau kinerja suatu industri diukur antara lain
dari derajat inovasi, efisiensi dan profitabilitas. Hubungan SCP dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 1 Pendekatan Structure-Conduct-Performance (SCP)

STRUCTURE

CONDUCT

PERFORMA
NCE

Dalam struktur pasar terdapat tiga elemen pokok yaitu pangsa pasar (market share),
konsentrasi pasar (market concentration) dan hambatan-hambatan untuk masuk pasar (barrier to
entry). Perilaku pasar terdiri dari kebijakan-kebijakan yang diadopsi oleh pelaku pasar dan juga
pesaingnya, terutama dalam hal harga dan karakteristik produk. Perilaku pasar dapat
dikelompokkan menjadi perilaku dalam strategi harga, perilaku dalam strategi produk tiga aspek
pokok yaitu efisiensi, kemajuan teknologi dan kesinambungan dalam distribusi. Variabel yang

dapat digunakan dalam mengukur kinerja suatu industri adalah Profit. Hubungan SCP telah lama
menjadi isu yang menantang dan kontroversial sebab isu inilah yang membedakan antar
kelompok strukturalist dan behaviorist.
Menurut Joe Bain dalam Grether (1970), variabel struktur lebih penting dari variabel
kinerja, sebab kinerja pasar dapat dijelaskan dengan baik hanya dengan variabel struktur, seperti
concentration ratio dan barrier to entry. Lebih jauh, Joe Bain mengatakan bahwa perilaku pasar
hanya merupakan kinerja pasar atau bahkan merupakan cerminan dari sifat bersaing pada suatu
pasar. Selain itu perilaku pasar sering mengalami kesulitan untuk diobservasi, dengan katalain
sulit untuk menemukan ukuran yang obyektif.
Namun demikian, dalam bentuk umum, substansi dasar teori SCP menurut Dennis dan
Perloff (2000), adalah struktur pasar dan perilaku perusahaan sebagai sumber kinerja perusahaan.
Teori SCP berusaha menjelaskan bagaimana, perusahaan dalam suatu struktur pasar tertentu yang
melingkupinya, (structure=S) akan berperilaku (conduct=C) sehingga tercipta suatu kinerja
tertentu (performance=P). Secara lebih khusus, Martin (1994), mengemukakan bahwa struktur
pasar dengan tingkat konsentrasi yang tinggi akan mendorong perusahaan untuk berperilaku
kolusi daripada bersaing satu sama lain. Struktur dan perilaku ini akan mempengaruhi kinerja
yang tercermin dalam harga, efisiensi, atau tingkat inovasi.

BAB II
ISI

2.1 Kondisi Perbankan di Indonesia


Dalam era globalisasi saat ini perkembangan industri perbankan sangat pesat. Industri
perbankan memiliki peran yang strategis karena fungsinya sebagai perantara atau melaksanakan
fungsi intermediasi, yaitu memobilisasi dana dari pihak yang kelebihan dana (penabung) kepada
pihak yang membutuhkan dana (pelaku usaha). Hal ini sejalan dengan amanat Undang-Undang
No.10 Tahun 1998, bank adalah badan proyek yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.
Bisnis perbankan di Indonesia di era tahun 1960-an dan 70-an merupakan bisnis yang
belum begitu terkenal. Kesan bank masih angker, bank tidak perlu mencari nasabah, tetapi
sebaliknya nasabahlah yang datang mencari bank. Kemudian era tahun 80-an dan era 90-an
kesan Dunia perbankan menjadi terbalik, karena di era ini justru perbankan mulai aktif mengejar
nasabah. Bahkan dengan keluarnya pakjun 83, pakto 88 tahun 1988 dan UU No. 7 tahun 1992,
Perbankan di Indonesia tumbuh subur, puluhan bank baru berdiri. Hal ini disebabkan kesempatan
yang diberikan oleh pemerintah untuk mendirikan bank begitu mudah misalnya dengan modal
Rp.50.000.000,- setiap orang dapat mendirikan BPR, akibatnya setiap orang dengan mudah dapat
mendirikan bank baru padahal mereka sebelumnya tidak mengenal bank secara baik (Kasmir,
2004). Selanjutnya awal tahun 1997 sampai tahun 2000 merupakan kehancuran dunia perbankan
di Indonesia. Puluhan bank dilikuidasi atau dibubarkan dan puluhan lagi di merger akibat terus
menerus menderita kerugian baik bank milik Pemerintah maupun milik Swasta Nasional.
Kebobrokan dunia perbankan Indonesia adalah akibat salah dalam pengelolaannya. Hancurnya
dunia perbankan tersebut merupakan pelajaran yang berharga bagi para bankir di Indonesia
khususnya (Kasmir, 2004). Bahkan pada masa krisis tersebut rasio kredit macet Non Performing
Loans (NPL) industri perbankan nasional mencapai 60% (Kompas dalam Mudrajad, 2008).
Kini industri perbankan Indonesia masih belum pulih sepenuhnya akibat hantaman krisis
ekonomi tersebut. Pada tahun 2003 salah satu indikator perbankan seperti Loan to Deposit Ratio
(LDR) berada pada posisi 50-60% dan saat ini menjadi 76%. Kemudian struktur dana pihak
ketiga yang masih didominasi oleh dana jangka pendek seperti giro dan tabungan, menunjukkan
bahwa perbankan belum dapat menjalankan fungsi utamanya dalam sistem perekonomian, yaitu
fungsi intermediasi. Namun demikian, seiring dengan program penyehatan perbankan yang
didorong oleh Bank Indonesia, industri perbankan mulai menunjukkan kinerja yang meningkat

dari posisi keterpurukan selama krisis ekonomi, walaupun belum mencapai tingkat kinerja
seperti sebelum krisis (Taufik, 2004).
2.2 Analisis Struktur Industri Perbankan di Indonesia
2.2.2 Analisis Berdasarkan Jumlah Perusahaan

TABEL 1
PERKEMBANGAN JUMLAH BANK UMUM DI INDONESIA
KELOMPOK BANK
Bank Persero
BUSN Devisa
BUSN Non Devisa
BPD
Bank Campuran
Bank Asing
Jumlah Bank

2005
5
34
37
26
18
11
131

2006
5
35
36
26
17
11
130

TAHUN
2007
2008
5
5
35
35
36
33
26
26
17
15
11
10
130
124

2009
4
34
31
26
16
10
121

2010*
4
35
32
26
16
10
123

Sumber: Statistik Perbankan Indonesia Juni 2010, Bank Indonesia, diolah *Juni

Dalam menganalisis struktur Industri Perbankan Indonesia berdasarkan jumlah


perusahaan terlihat dalam tabel bahwa terjadi tren penurunan jumlah bank umum di Indonesia.
Adanya berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah khususnya otoritas
moneter (Bank Indonesia) secara langsung turut mempengaruhi industri perbankan nasional.
Misalnya saja dengan adanya rancangan API, BI mencoba mengatur struktur bank di Indonesia
(jumlah bank). Direncanakan bank-bank akan diklasifikasikan menurut jumlah modalnya,
dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Bank internasional dengan kapasitas dan kemampuan untuk beroperasi di wilayah
internasional serta memiliki modal di atas Rp. 50 triliun, ditargetkan hanya terdapat 3
bank saja.
2. Bank nasional yang memiliki cakupan usaha yang sangat luas dan beroperasi secara
nasional serta memiliki modal antara Rp. 10 triliun sampai dengan Rp. 50 triliun,
ditargetkan terdapat 3 - 5 bank.

3. Bank fokus yang kegiatan usahanya terfokus pada segmen usaha tertentu sesuai dengan
kapabilitas dan kompetensi masing-masing bank. Bank-bank tersebut memiliki aset
antara Rp. 100 miliar sampai dengan Rp. 10 triliun, ditargetkan terdapat 30 - 50 bank.
4. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan bank dengan kegiatan usaha terbatas yang memiliki
aset di bawah Rp. 100 miliar, jumlahnya tidak dibatasi.
Hadirnya berbagai kebijakan dalam industri perbankan nasional akhirnya mendorong
masing-masing bank untuk semakin meningkatkan kinerja perusahaannya agar tidak hanya
mampu bertahan di industri perbankan nasional tetapi mampu memenangkan persaingan.
2.2.2 Analasis Berdasarkan Pangsa Pasar dan Konsentrasi Aset
Tabel 2
Sepuluh Besar Bank Menurut Aset 2008-2011 (Juli)

Berdasarkan Data diatas terlihat bahwa pangsa pasar Industri Perbankan Indonesia
ditempati oleh 10 perusahaan bank dengan pangsa pasar terbesar dikuasai oleh PT. Bank Mandiri
Tbk dengan nilai 14 persen. Jika diklasifikasikan struktur pasar berdasarkan pangsa pasar maka
industri Perbankan Di Indonesia termasuk kedalam struktur pasar oligopoli longgar, karena
penggabungan 4 perusahaan terbesar yang memiliki pangsa pasar kurang dari 60 persen atau
rata-rata sekitar 45,51 persen.
Untuk mengukur konsentrasi Perbankan Indonesia bisa dilihat melalui pengukuran asset.
Berdasarkan data aset 10 bank terbesar Se-Indonesia pada tahun 2008-2011 menggambarkan
bahwa konsentrasi asset terbesar dikuasai oleh 4 bank, yaitu Bank Mandiri, BRI, BCA dan BNI.
2.2.3 Analisis Berdasarkan Keragaman Produk
TABEL 3
CONTOH KERAGAMAN PRODUK INDUSTRI PERBANKAN DI INDONESIA
PERUSAHAAN
PT. BNI Tbk

PRODUK

TAPLUS
TAPENAS
Dalam
TAPLUS ANAK
analisis
TAPLUS MAHASISWA
DEPOSITO
GIRO
BNI WIRAUSAHA
BNI GRIYA MULTIGUNA
BNI MULTIGUNA
FLEKSI
BNI DUO
BNI INSTANT
PT. BANK CENTRAL ASIA Tbk
TAHAPAN BCA
FLEKSI
DEPOSITO
PT. BNI SYARIAH Tbk
TABUNGAN SYARIAH
DEPOSITO
KPR
keragaman produk perbankan di Indonesia, hampir semua bank di Indonesia mengeluarkan jenis

produk yang sama, yaitu Tabungan, Deposito, Giro dan lain-lain. Akan tetapi dengan

perkembangan industri perbankan di Indonesia yang pesat kini hadir perbankan syariah yang
menawarkan produk yang hampir sama namun mempunya akad yang berbeda.
2.2.4 Analisis Berdasarkan Hambatan Masuk
Analisis hambatan masuk industri perbankan di Indonesia dimana Bank Sentral Indonesia
dalam hal ini Bank Indonesia bersama pemerintah membuat kebijakan untuk pendirian suatu
bank. Di Indonesia, Bank Indonesia (BI) selain mengizinkan pendirian Bank Persero (BUMN),
bank swasta, Bank Umum Swasta Nasional Devisa, Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa,
bank campuran, Bank Pembangunan Daerah, Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, juga
bank asing.
Indonesia sangat terbuka terhadap kepemilikan asing yang terjadi sejak krisis 1998. Ini
dilakukan

untuk

menambah

devisa

dan

menstabilkan

kurs

rupiah

kala

itu.

Banyak bank nasional dibeli asing. Akibatnya, Indonesia juga menyambut hadirnya bank asing.
Fakta memang Indonesia membutuhkan masuknya investor asing, sehingga ada devisa masuk
untuk menstabilkan kurs rupiah. Namun beberapa pihak menilai BI sebagai otoritas moneter
terlalu mudah dalam memberikan izin kepada bank asing untuk beroperasi dan mengakuisisi
bank di Indonesia. BI seharusnya memiliki nilai-nilai atau prinsip keberpihakan terhadap
perbankan nasional, dengan membatasi secara tegas kepemilikian bank asing di Indonesia.
Jauh berbeda ketika ada bank nasional yang ingin membuka cabang di luar negeri yang
tidak memperoleh kemudahan yang sama. BI tidak mempunyai kesamaan sikap didalam
melakukan penguatan industri dalam negeri. Bank asing mudah masuk, di lain pihak bank di
Indonesia tidak mendapatkan perlakuan yang sama dari negara-negara asal bank tersebut. Jika
perbankan nasional sulit membuka cabang di luar negeri, maka bank asing yang akan beroperasi
di Indonesia, juga seharusnya tidak gampang membuka cabangnya di sini.
Ada beberapa hal yang membuat bank asing tersebut berminat untuk berinvestasi di
Indonesia. Salah satu contributing factor yang significant adalah tingginya Net Interest Margin
(NIM) perbankan di Indonesia. NIM merupakan menunjukan selisih bunga simpanan (dana
pihak ketiga) dengan punga pinjaman. Kalau di negara mereka bank asing tersebut hanya bisa
mendapatkan NIM maksimal sebesar 2-3%. Tetapi, di Indonesia industri perbankan nasional bisa
meraih NIM dengan rata-rata sebesar 6%.

Sebut saja beberapa bank plat merah terbesar di tanah air. Untuk bulan September 2009
Bank Rakyat Indonesia (BRI) sudah berhasil meraup NIM sebesar 9,1%, Bank Nasional
Indonesia (BNI) 6,1%, dan Bank Mandiri (BMRI) 5,2%. Dan, beberapa bank-bank yang
termasuk dalam bank 10 besar di Indonesia seperti Danamon 8,2%, Bank Central Asia (BCA)
dengan NIM 6,6%, CIMB Niaga 6,6%, Citibank 6,6%, BII Maybank 5,8%, Permata 5,5%, dan
Panin dengan perolehan NIM sebesar 4,7% (Laporan Keuangan Publikasi Bank dan Bank
Indonesia, diolah).
Tabel 4
Perbandingan Margin Bunga Bersih (NIM) Perbankan di ASEAN
Tahun
2006
2007
2008
2009

Indonesia
6,02
5,99
6,13
5,89

Malaysia
2,95
3,17
3,17
3,03

Filipina
6,01
6,01
4,41
3,92

Thailand
3,45
3,36
3,09
3,41

Vietnam
3,10
3,12
3,38
3,43

Singapura
3,10
2,69
2,79
1,79

Sumber: Bank Indonesia dalam Kompas, 2010

Dalam tabel 2, margin bunga bersih perbankan di Indonesia merupakan yang tertinggi
dikawasan ASEAN yaitu rata-rata sekitar 6%. Tingginya NIM industri perbankan di Indonesia
bisa menjadi hal yang positif dan negatif tergantung dari sudut pandang analisisinya. Nilai NIM
yang tinggi dapat menjadi hal positif karena dapat menjadi daya tarik investor untuk
menginvestasikan dananya di pasar modal. Sedangkan hal negatifnya dari tingginya NIM
tersebut ialah menurunya minat investor dalam sektor riil, hal ini dikarenakan suku bunga kredit
yang tinggi sehingga investi langsung di Indonesia cenderung berbiaya lebih tinggi dibandingkan
negara lainnya.
Dalam hal ini, kelompok kami menilai bahwa hambatan masuk yang sangat kecil
membuat banyaknya bank umum khususnya bank asing yang membuka cabang di Indonesia.
Dan hal ini perlu di tanggapi serius oleh pihak regulator yaitu Bank Indonesia. Karena akan
sangat tragis apabila sepuluh tahun mendatang kita melihat bahwa bank terbesar di negeri kita
sendiri dimiliki oleh asing.
2.3 Analisis Perilaku Industri Perbankan di Indonesia

2.3.1 Analisis Kolusi Dengan Rival


Dalam menganailisa perilaku industri perbankan, pertama akan kita bahas terkait perilaku
kolusi dengan rival. Dalam kenyataan industri perbankan di Indonesia sulit membuktikan bahwa
terjadi kolusi antar bank namun beberapa hal terlihat bahwa kalau satu bank menaikkan bunga,
yang lain ikut. Ini menunjukan bahwa pengambil kebijakan disatu bank akan mempengaruhi
bank lain untuk mengikuti kebijakan yang hampir serupa.
2.3.2 Analisis Strategi Penetapan Bunga Bank

Tabel 5
Suku Bunga Deposito dan Kredit Beberapa Bank Di Indonesia
NAMA BANK
PT. Bank Mandiri Tbk
PT. BRI Tbk
PT. Bank Central Asia Tbk
PT. BNI Tbk
PT. CIMB Niaga Tbk
PT. Bank Danamon Tbk
PT. PanIndonesia Tbk
PT. Bank Permata Tbk
PT. BII Tbk
PT. BTN (Persero) Tbk

SUKU BUNGA
DEPOSITO (1th) (%)

Kredit Mikro (%)

7,25
7
7
8,575
7,75
7,125
7,375
7,375
5,5
6,75

22.00
19.25
20.00
20.94
20.56
18.30
18.75

Sumber: Pusat Informasi Pasar Uang (PIPU) Bank Indonesia

Analisis kedua terkait perilaku industri perbankan mengenai strategi terhadap rival
termasuk strategi suku bunga yang diberikan pihak bank terhadap nasabahnya. Berdarakan tabel
3, setiap bank memberikan bunga deposito dan kredit mikro bervariasi. Bunga deposito terbesar
yakni PT. BNI Tbk dengan nilai 8,575 persen dan terkecil diberikan oleh PT. BII Tbk dengan
nilai 5%. Sedangkan pada bunga kredit mikro bunga terbesar yaitu PT. Bank Mandiri Tbk dan
terkecil yakni PT. BII Tbk.
Pemberian bunga deposito yang besar dapat mendapatkan banyak nasabah untuk
mendepositokan dananya ke bank tersebut, dan pemberian bunga kredit mikro terbesar akan

mendapatkan keuntungan yang lebih besar saat nasabah meminjam dana ke bank tersebut, akan
tetapi dalam kasus kredit biasanya nasabah memilih bank dengan bunga kredit paling kecil.
2.3.3 Analisis Berdasarkan Aktivitas Periklanan
Analisa terakhir dalam perilaku industri perbankan di Indonesia yakni mengenai aktivitas
periklanan. Suatu bank melakukan promosi penjualan untuk memberikan informasi dan menarik
nasabah agar tertarik pada produk yang ditawarkan. Promosi penjualan adalah insentif jangka
pendek yang ditawarkan kepada pelanggan dan perantara untuk merangsang pembelian produk
(Lovelock dan Wright, 2005). Dengan kegiatan promosi penjualan diharapkan dapat
mempercepat keputusan pembelian dan memotivasi pelanggan menggunakan jasa tertentulebih
cepat, dalam volume yang lebih besar pada setiap pembelian,atau lebih sering. Kita dapat
mengamati bahwa aktivitas periklanan di media masa seperti televisi, radio, majalah atau koran
semakin banyak. Hal tersebut menunjukan bahwa suatu bank perlu mempromosikan produk
unggulannya kepada masyarakat agar masyarakat tertarik pada produknya dan cepat mengambil
keputusan.
2.4 Analisis Kinerja Industri Perbankan di Indonesia
2.4.1 Analisis Berdasarkan Kemajuan dan Inovasi Teknologi
Analisis kinerja industri perbankan di Indonesia pertama terkait kemajuan teknologi dan
inovasi perbankan indonesia. Ada Tiga hal akan mencirikan perbankan di masa depan, moneles,
brancheles, dan bankerles. Semakin sedikit uang kontan karena transaksi akan dilakukan secara
elektronis, kantor-kantor cabang juga akan berkurang karena setiap nasabah yang dilengkapi
dengan PC, bisa langsung melakukan transaksi virtual dan kemajuan teknologi memungkinkan
pekerjaan pada banker akan digantikan dengan mesin.
Dewasa ini perkembangan industri keuangan baik lembaga perbankan maupun non
perbankan berjalan sangat pesat. Kemajuan TI telah memungkinkan pula lembaga-lembaga yang
dulunya bergerak disektor industri non keuangan mengalihkan atau mendefinisikan bisnisnya ke
sector keuangan. Implikasinya persaingan makin ketat.
Semakin majunya teknologi di dunia transaksi perbankanpun mulai mengunakan
teknologi berbasis komputer untuk mempermudah transaksi dengan nasabah. yang tadinya

melayani nasabah dengan harus bertemu atau nasabah datang ke cabang-cabang bank yang
disediakan oleh bank yang dia gunakan untuk menabung/infertasi menjadi lebih mudah karena
bank mulai mengunakan teknoligi berbasis komputer dan sekarang sudah bisa mengakses lewat
internet bahkan dengan mobile "HP" dengan SMS sudah banyak diterapkan bank.
Dalam dunia perbankan, perkembangan teknologi informasi membuat para perusahaan
mengubah strategi bisnis dengan menempatkan teknologi sebagai unsur utama dalam proses
inovasi produk dan jasa seperti :
-

Adanya transaksi berupa Transfer uang via mobile maupun via teller.
Adanya ATM ( Auto Teller Machine ) pengambilan uang secara cash secara 24 jam.
Penggunaan Database di bank bank.
Sinkronisasi data data pada Kantor Cabang dengan Kantor Pusat Bank.
Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di perbankan nasional relatif lebih maju

dibandingkan sektor lainnya. Berbagai jenis teknologinya diantaranya meliputi Automated Teller
Machine, Banking Application System, Real Time Gross Settlement System, Sistem Kliring
Elektronik, dan internet banking.
Jenis-Jenis Teknologi E-Banking
1. Automated Teller Machine (ATM).
Terminal elektronik yang disediakan lembaga keuangan atau perusahaan lainnya yang
membolehkan nasabah untuk melakukan penarikan tunai dari rekening simpanannya di bank,
melakukan setoran, cek saldo, atau pemindahan dana.
2. Computer Banking.
Layanan bank yang bisa diakses oleh nasabah melalui koneksi internet ke pusat data bank, untuk
melakukan beberapa layanan perbankan, menerima dan membayar tagihan, dan lain-lain.
3. Debit (or check) Card.
Kartu yang digunakan pada ATM atau terminal point-of-sale (POS) yang memungkinkan
pelanggan memperoleh dana yang langsung didebet (diambil) dari rekening banknya.
4. Direct Deposit.
Salah satu bentuk pembayaran yang dilakukan oleh organisasi (misalnya pemberi kerja atau
instansi pemerintah) yang membayar sejumlah dana (misalnya gaji atau pensiun) melalui transfer
elektronik. Dana ditransfer langsung ke setiap rekening nasabah.
5. Direct Payment (also electronic bill payment).

Salah satu bentuk pembayaran yang mengizinkan nasabah untuk membayar tagihan melalui
transfer dana elektronik. Dana tersebut secara elektronik ditransfer dari rekening nasabah ke
rekening kreditor. Direct payment berbeda dari preauthorized debit dalam hal ini, nasabah harus
menginisiasi setiap transaksi direct payment.
6. Electronic Bill Presentment and Payment (EBPP).
Bentuk pembayaran tagihan yang disampaikan atau diinformasikan ke nasabah atau pelanggan
secara online, misalnya melalui email atau catatan dalam rekening bank. Setelah penyampaian
tagihan tersebut, pelanggan boleh membayar tagihan tersebut secara online juga. Pembayaran
tersebut secara elektronik akan mengurangi saldo simpanan pelanggan tersebut.
7. Electronic Check Conversion.
Proses konversi informasi yang tertuang dalam cek (nomor rekening, jumlah transaksi, dll) ke
dalam format elektronik agar bisa dilakukan pemindahan dana elektronik atau proses lebih
lanjut.
8. Electronic Fund Transfer (EFT).
Perpindahan uang atau pinjaman dari satu rekening ke rekening lainnya melalui media
elektronik.
9. Payroll Card.
Salah satu tipe stored-value card yang diterbitkan oelh pemberi kerja sebagai pengganti cek
yang memungkinkan pegawainya mengakses pembayaraannya pada terminal ATM atau Point of
Sales. Pemberi kerja menambahkan nilai pembayaran pegawai ke kartu tersebut secara
elektronik.
10. Preauthorized Debit (or automatic bill payment).
Bentuk pembayaran yang mengizinkan nasabah untuk mengotorisasi pembayaran rutin otomatis
yang diambil dari rekening banknya pada tanggal-tangal tertentu dan biasanya dengan jumlah
pembayaran tertentu (misalnya pembayaran listrik, tagihan telpon, dll). Dana secara elektronik
ditransfer dari rekening pelanggan ke rekening kreditor (misalnya PLN atau PT Telkom).
11. Prepaid Card.
Salah satu tipe Stored-Value Card yang menyimpan nilai moneter di dalamnya dan sebelumnya
pelanggan sudah membayar nilai tersebut ke penerbit kartu.
12. Smart Card.

Salah satu tipe stored-value card yang di dalamnya tertanam satu atau lebih chips atau
microprocessors sehingga bisa menyimpan data, melakukan perhitungan, atau melakukan proses
untuk tujuan khusus (misalnya validasi PIN, otorisasi pembelian, verifikasi saldo rekening, dan
menyimpan data pribadi). Kartu ini bisa digunakan pada sistem terbuka (misalnya untuk
pembayaran transportasi publik) atau sistem tertutup (misalnya Master Card atau Visa networks).
13. Stored-Value Card.
Kartu yang di dalamnya tersimpan sejumlah nilai moneter, yang diisi melalui pembayaran
sebelumnya oleh pelanggan atau melalui simpanan yang diberikan oleh pemberi kerja atau
perusahaan lain. Untuk single-purpose stored value card, penerbit (issuer) dan penerima
(acceptor) kartu adalah perusahaan yang sama dan dana pada kartu tersebut menunjukkan
pembayaran di muka untuk penggunaan barang dan jasa tertentu (misalnya kartu telpon).
Tujuan pengembangan TI bagi bank adalah tercapainya efisiensi, efektifitas dan
produktifitas usaha yang optimal untuk memaksimalkan provitabilitas sebagai salah satu
manifestasi pencapai goal setting perusahaan. Bank yang tidak mampu adiktif terhadap
perubahan lingkungan usaha (internal dan eksternal), terutama perkembangan TI sebagai salah
satu bentuk keunggulan komperatif, cepat atau lambah akan hilang dari peredaran, karena kalah
bersaing. Namun yang perlu diperhatikan, bagaimanapun canggihnya teknologi, tetap berpotensi
mengundang kerawanan-kerawanan terjadinya tindak criminal yang baik dilakukan oleh oknum
bank dengan pihak luar, pihak lian yang menguasai system dan prosedur operasi teknologi
tersebut yang mampu melihat celah-celah kelemahan (loop holes) semua ini tergolong ke dalam
praktek white coller crime.
Inovasi yang ditawarkan beberapa bank saat ini yaitu PT. Bank CIMB Niaga Tbk
meluncurkan Digital Lounge. Digital Lounge CIMB Niaga dilengkapi dengan teknologi terkini,
menyediakan sejumlah fasilitas dan layanan perbankan, dari mesin ATM model terbaru, mesin
setor tunai, hingga layanan Video Banking dengan layar sentuh untuk bertransaksi dan layar
besar yang menampilkan Video Banking Agent/petugas bank secara live yang siap membantu
nasabah dalam melakukan transaksi perbankannya. Selain tarik dan setor tunai, informasi
produk, transfer dana, pembelian pulsa, dan pembayaran tagihan (kartu kredit, listrik, telepon,
dan lainnya), Digital Lounge juga melayani pembukaan rekening maupun aplikasi kartu kredit
dengan konsep paperless (tanpa kertas).

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) meluncurkan Electronic Banking Centre (EBC) untuk
mempermudah para nasabah mengakses segala layanan informasi perbankan dan layanan non
finansial. Melalui EBC, nasabah dapat mengakses berbagai informasi seperti promo BCA,
simulasi cicilan, produk dan layanan BCA dengan menggunakan teknologi layar sentuh yang
interaktif.
PT. BRI Tbk meluncurkan BRI Hybrid Lounge dengan kecepatan dan kemudahan
pembukaan rekening dan one stop transaction. nasabah dapat melakukan pembukaan rekening
sendiri melalui mesin self service banking, hanya dalam waktu 4 menit, dengan menggunakan
KTP elektronik.
2.4.2 Analisis Efisiensi
Analisis kinerja perbankan selanjutnya terkait pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR)
terhadap profit (laba). Perbankan adalah lembaga intermediasi yang berperan menggali dana dari
masyarakat dan menyalurkan kembali ke masyarakat melaui pembiayaan. Sehingga dalam hal ini
dapat disimpukan bahwa untung ruginya bisnis bank diukur dari sejauh man bank dapat
menyalurkan kreditnya. Untuk memperoleh laba, tidak hanya diperoleh melalui ekspnsi kredit
maupun peningkatan NIM. Laba bank juga dapat dicapai melalui efisiensi sert pendapatan non
operasional seperti Fee Based Income (FBI) yang antara lain meliputi komisi, dan foreign
exchange misalnya selisih kurs.
2.5 Peran Industri Perbankan Terhadap Perekonomian Indonesia
Peran perbankan nasional dalam membangun ekonomi kerakyatan perbankan merupakan
salah satu sektor yang diharapakan berperan aktif dalam menunjang kegiatan pembangunan
nasional atau regional. Peran itu diwujudkan dalam fungsi utamanya sebagai lembaga
intermediasi atau institusi perantara anatar debitor dan kreditor. Dengan demikian pelaku
ekonomi yang membutuhkan dana untuk menunjang kegiatannya dapat terpenuhi dan kemudian
menunjang kegiatannya dapat terpenuhi dan kemudian roda perekonomian bergerak. Dalam
mendukung perbankan yang sehat harus dilakukan pendektan yang terdiri dari tiga piar, yaitu
pengawasan, internal governance dan disiplin pasar. Pentingnya pengawasan juga disebabkan
karakteristik usaha bank. Berbeda dengan perusahaan jasa keuangan lainnya bank menyediakan
produk berupa penerimaan simpanan dan pemberian kredit.

Stuktur perbankan Indonesia yang terdiri dari sejumlah bank dengan jumlah kepemilikan
aset yang berbeda dapat berdampak pada perbedaan respon yang diberikan terhadap perubahan
kebijakan moneter yang diambil oleh bank sentral. Dengan berbagai tantangan yang dihadapi
bank yaitu berpalingnya nasabah tradisional bank kepada sumber pembiayaan lain karena
tersedianya banyak alternatif sumber dana bagi perusahaan-perusahaan besar yaitu antara lain
dari perusahaan modal ventura, perusahaan leasing, perusahaan hire-purchase, dan lain lain.
Peranan perbankan yang lainnya adalah menunjang kegiatan UKM walaupun porsinya
masih kecil sebagai alternatif pembiayaan. Perbankan merupakan urat nadi perekonomian
diseluruh bangsa. Perbankan di Indonesia memunyai peranan yang sangat penting. Lembaga
perbankan mempunyai peran yang strategis dalam menggerakan roda perekonomian suatu
neagara. Bahkan dengan keputusan-keputusan yang gemilang telah menjangkau diluar batas
negara melalui kegiatan perusahan multinasional.

BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Perbankan yang mempunyai peran sangat srategis dalam perekonomian suatu bangsa
diharapkan mampu menjadi penggerak perekonomian dengan pinjaman dana. Stuktur industri
perbankan Indonesia yang merupakan oligopoli longgar tetap membutuhkan pengawasan serta
pengaturan yang ketat dari pemerintah melalui Bank Indonesia agar tidak muncul perilakuperilaku yang tidak sehat , yang merugikan nasabah atau masyarakat Indonesia. Bank Indonesia
juga dapat terus mendorong perbankan di Indonesia agar lebih berkontribusi terhadap
perkembangan sektor riil karena fungsi perbankan sebagai Agen Pembangunan. Sebagai badan
usaha, bank tidaklah semata-mata mengejar keuntungan (profit oriented), tetapi bank turut
bertanggung jawab dalam pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang
banyak. Dalam hal ini bank juga memiliki tanggung jawab sosial.
Selain itu industri perbankan diharapkan dapat meningkatkan kapasitas kredit terhadap
masyarakat (sektor riil). Perbankan di Indonesia juga diharapkan mampu mengurangi margin
bunga bersih-nya (net interest margin) karena akan sangat kontradiktif apabila perbankan disatu
sisi ingin meningkatkan jumlah kreditnya namun disisi lain masih membebankan bunga kredit
yang tinggi terhadap debitur.
Kinerja yang dicapai suatu bank dan upaya manajemen perbankan dalam mengantisipasi
setiap perubahan yang terjadi pada lingkungan baik nasional maupun global dapat
mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap bank itu sendiri. Agar suatu bank dapat tumbuh
dan berkembang, tentunya harus mempunyai kinerja keuangan yang baik dan informasi yang
disajikan dalam kinerja keuangan ini dapat digunakan oleh pihak-pihak terkait. Suatu bank yang
berhasil memenangkan kompetisi adalah bank yang mampun memberikan jasa atau layanan
lebih baik dari kompetitornya, sekaligus mampu beradaptasi dengan segala perubahan
lingkungan.

Daftar Pustaka

Wikipedia

Bahasa

Indonesia.

Sistem

Perekonomian.

Oktober

2014.

http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_perekonomian.
Thertina, Martha. Ekonom: Perilaku Perbankan Indonesia Mirip Kartel. 12 Oktober
2014.

http://www.tempo.co/read/news/2014/06/10/087583784/Ekonom-Perilaku-Perbankan-

Indonesia-Mirip-Kartel.
Pusat

Data

Kontan.

Bunga

Deposito.

Oktober

2014.

Dasar.

Oktober

2014.

http://pusatdata.kontan.co.id/bungadeposito/.
Bank

Indonesia.

Suku

Bunga

http://www.bi.go.id/id/perbankan/suku-bunga-dasar/Default.aspx.
Wijaya, Leo Sukma. Syarat Syarat Pendirian Bank Lokal dan Bank Asing di Indonesia.
http://leosukmawijaya.wordpress.com/2011/04/17/syarat-syarat-pendirian-bank-lokal-dan-bankasing/.
Sururudin, Peran Teknologi Informasi Dalam Industri Perbankan. 15 Oktober 2014.
http://sururudin.wordpress.com/2008/09/18/peran-teknologi-informasi-dalam-industriperbankan/.

Anda mungkin juga menyukai