Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Sampai saat ini diyakini bahwa ASI merupakan makanan pilihan pertama dan utama

untuk bayi berusia kurang dari 6 bulan. Komposisi ASI yang demikian unik, berubah
sepanjang hari, meyebabkan tidak ada satupun susu formula yang dapat menyamakan
komposisinya, hanya dapat memberikan efek yang menyerupai (mimicking) ASI. Pemberian
ASI eksklusif merupakan gold standard untuk bayi berusia kurang dari 6 bulan.
Data Riskesdas 2010 menunjukkan pemberian ASI eksklusif yang masih sangat
rendah (15%). Namun di tahun 2013 cakupan ASI eksklusif menunjukkan peningkatan
menjadi 30,2%, meskipun persentase ini seharusnya masih dapat terus ditingkatkan lagi.
Sedangkan data dari penelitian multisenter yang dilakukan IDAI sebesar 27%. Hasil
penelitian IDAI juga memperlihatkan bahwa baru sekitar 40-60% rumah sakit yang
menerapkan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui secara utuh. Angka tersebut juga
tidak berbeda antara pulau Jawa dengan pulau besar lainnya.
Pada waktu lahir sampai beberapa bulan sesudahnya, bayi belum dapat membentuk
kekebalan sendiri secara sempurna. ASI memberikan zat-zat kekebalan yang belum dapat
dibuat oleh bayi tersebut, sehingga bayi yang minum ASI lebih jarang sakit, terutama pada
awal dari kehidupannya. Komponen zat anti infeksi yang banyak dalam ASI akan melindungi
bayi dari berbagai macam infeksi, baik yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan antigen
lainnya.
PP Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif
menegaskan bahwa dalam rangka melindungi, mendukung, dan mempromosikan pemberian
ASI eksklusif perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan dukungan dari pemerintah,
pemerintah daerah, fasilitas pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan, masyarakat serta
keluarga agar ibu dapat memberikan ASI eksklusif pada bayi. Seluruh kebijakan yang
memfasilitasi pemberian ASI/menyusui harus didukung. Tidak ada satupun makanan yang
ideal untuk bayi baru lahir selain ASI. Edukasi orang tua sejak kehamilan merupakan
komponen penting penentu keberhasilan menyusui. Pengetahuan dan keterampilan petugas
yang terkait dalam keberhasilan manajemen menyusui harus selalu ditingkatkan agar mereka
dapat berperan aktif dalam mengatasi kendala yang mungkin timbul selama proses menyusui.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Pengertian ASI Eksklusif


Definisi ASI eksklusif bermacam-macam tetapi definisi yang sering digunakan adalah

definisi WHO yang menyebutkan ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa
cairan atau makanan padat apapun kecuali vitamin, mineral, atau obat dalam bentuk tetes atau
sirup sampai usia 6 bulan. Pemberian vitamin, mineral, dan obat-obatan diperbolehkan
selama pemberian ASI eksklusif. Suplemen (air, air gula, susu formula, dan cairan lain) tidak
diberikan pada bayi kecuali atas permintaan dokter sesuai dengan indikasi medis.
Empeng/dot dihindari pada bayi yang menyusui.
Kandungan protein dan laktosa pada susu manusia dan susu sapi itu berbeda. Susu
sapi kadar proteinnya lebih tinggi, yakni 3,4 persen sedangkan susu manusia hanya 0.9
persen. Kadar laktosa susu manusia lebih tinggi yakni 7 persen sedangkan susu sapi hanya
3,8 persen. Fungsi dari kedua zat gizi ini bertolak belakang. Laktosa sangat penting dalam
proses pembentukan mielin otak. Sementara pada susu sapi, kandungan protein yang tinggi
berfungsi untuk membantu pembentukan otot.
2.2

Tahap dalam Pemberian ASI Eksklusif


Menyusui satu jam pertama kehidupan yang diawali dengan kontak kulit antara ibu

dan bayi dinyatakan sebagai indikator global. Ini merupakan hal baru bagi Indonesia, dan
merupakan program pemerintah, sehingga diharapkan semua tenaga kesehatan di semua
tingkatan pelayanan kesehatan baik swasta, maupun masyarakat dapat mensosialisasikan dan
melaksanakan mendukung suksesnya program tersebut, sehingga diharapkan akan tercapai
sumber daya Indonesia yang berkualitas.
Pada minggu-minggu pertama menyusui, bayi disusui sesering kemauan bayi. Ibu
menawarkan payudara apabila bayi menunjukkan tanda-tanda lapar seperti terjaga terus,
aktif, mouthing, atau rooting. Penempatan ibu dan bayi dalam satu ruangan (rooming-in)
sepanjang hari sangat membantu keberhasilan menyusui. Lamanya menyusui tergantung pada
kehendak bayi. Payudara diberikan bergantian kanan dan kiri pada awal menyusui, agar
kedua payudara mendapat stimulasi yang sama dan mendapat pengeringan yang sama. Pada
minggu-minggu pertama, bayi sebaiknya dibangunkan atau dirangsang untuk menyusui
maksimum setiap 3 jam.

Pemberian ASI eksklusif merupakan salah satu upaya untuk mencapai tumbuh
kembang optimal. Makanan pendamping ASI kaya besi diberikan secara bertahap mulai usia
6 bulan. Bayi prematur, bayi dengan berat lahir rendah, dan bayi yang memiliki kelainan
hematologi tidak memiliki cadangan besi adekuat pada saat lahir umumnya membutuhkan
suplementasi besi sebelum usia 6 bulan, yang dapat diberikan bersama dengan ASI eksklusif.
Kebutuhan dan perilaku makan setiap bayi adalah unik. Pengenalan makanan
pendamping sebelum usia 6 bulan tidak meningkatkan asupan kalori maupun kecepatan
pertumbuhan berat badan. Selama 6 bulan pertama, bayi yang mendapat ASI tidak
membutuhkan air putih maupun jus buah, bahkan dalam cuaca panas sekalipun. Pemberikan
minuman atau makanan selain ASI berisiko mengandung kontaminan atau alergen.
Pemanjangan durasi menyusui bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan dan perkembangan
bayi. Bayi yang telah disapih sebelum usia 12 bulan tidak menerima susu sapi, tetapi harus
mendapat formula bayi yang difortifikasi zat besi.
Durasi pemberian ASI eksklusif yang dianjurkan adalah selama enam bulan pertama
kehidupan untuk mencapat tumbuh kembang optimal. Setelah enam bulan, bayi mendapat
makanan pendamping yang adekuat sedangkan ASI dilanjutkan sampai usia 24 bulan.
2.3

Manfaat ASI Eksklusif


ASI diberikan kepada bayi karena banyak manfaat dan kelebihannya, antara lain:
1. Menurunkan risiko terjadinya penyakit infeksi, misalnya infeksi pada saluran
pencernaan (diare), infeksi pada saluran pernafasan, dan infeksi pada telinga.
2. Menurunkan dan mencegah terjadinya penyakit non infeksi, misalnya penyakit
alergi, obesitas, kurang gizi, asma, dan eksim.
3. Selain itu dapat meningkatkan IQ dan EQ anak.
ASI mempunyai kandungan yang sangat bervariasi yang dipengaruhi oleh diet utama

ibu selama kehamilan, tingkat nutrisi ibu, dan saat diberikannya ASI kepada bayi. ASI yang
dikeluarkan pada 7 hari pertama setelah bayi lahir disebut kolostrum. Kolostrum sangat baik
diberikan pada bayi baru lahir karena mengandung banyak antibodi dan sel darah putih, serta
vitamin A yang diperlukan bayi karena dapat memberikan perlindungan terhadap infeksi dan
alergi.
Menyusui memberikan beberapa keuntungan bagi bayi. Sebagai makanan bayi yang
paling sempurna, keuntungan ASI bagi bayi adalah:
1. ASI mudah dicerna dan diserap karena mengandung enzim pencernaan.

2. ASI dapat mencegah terjadinya penyakit infeksi karena mengandung zat penangkal
penyakit antara lain immunoglobulin.
3. ASI praktis dan mudah memberikannya, serta murah dan bersih.
4. ASI mengandung rangkaian asam lemak tak jenuh yang sangat penting dalam
5.
6.
7.
8.
9.

pertumbuhan dan perkembangan otak.


ASI selalu berada dalam suhu yang tepat.
ASI tidak menyebabkan alergi.
ASI dapat mencegah kerusakan gigi.
ASI mengoptimalkan perkembangan bayi.
ASI meningkatkan hubungan ibu dan bayi.
Bagi ibu, menyusui juga memberikan beberapa keuntungan, yaitu:

1. mencegah perdarahan setelah persalinan karena efek stimulasi kontraksi rahim,


2. mempercepat mengecilnya rahim,
3. mengurangi anemia,
4. menurunkan berat badan usai melahirkan karena ketika menyusui sekitar 500 kalori
terbakar setiap harinya,
5. mencegah kanker ovarium dan kanker payudara karena proses menyusui mempunyai
efek pada keseimbangan hormon wanita, dan
6. sebagai kontrasepsi alamiah (menunda masa subur).
Dari sudut psikologis, kegiatan menyusui akan membantu ibu dan bayi membentuk
tali kasih. Kontak akan terjalin setelah persalinan pada saat ibu menyusui bayinya untuk
pertama kali. Keadaan ini akan menumbuhkan ikatan psikologis antara ibu dan bayinya.
Proses ini disebut perlekatan (bonding). Bayi jarang menangis atau rewel dan akan tumbuh
lebih cepat jika ia tetap berada dekat ibunya serta disusui secepat mungkin setelah persalinan.
Ibu-ibu yang menyusui akan merawat bayi mereka dengan penuh kasih sayang. Memberi ASI
dapat membantu pertumbuhan dan kecerdasan bayi.
Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan harus ditingkatkan karena mempunyai
hubungan dengan angka kejadian diare akut. Salah satu kandungan unik ASI adalah
oligosakarida yang akan menciptakan suasana asam dalam saluran cerna. Suasana asam ini
berfungsi sebagai sinyal untuk pertahanan saluran cerna, yaitu SIgA (Secretory
Imunnoglobulin A) yang juga terdapat dalam ASI itu sendiri. SIgA dapat mengikat mikroba
patogen, mencegah perlekatannya pada sel enterosit di usus dan mencegah reaksi imun yang
bersifat inflamasi.

Hasil penelitian dari Oxford University dan Institute for Social and Economic
Research sebagaimana dilansir Daily Mail, menyebutkan bahwa anak bayi yang mendapat
ASI Eksklusif akan tumbuh menjadi anak yang lebih pintar dalam membaca, menulis, dan
matematika. Salah satu peneliti, Maria Iacovou mengemukakan asam lemak rantai panjang
(long chain fatty acids) yang terkandung di dalam ASI membuat otak bayi berkembang.
2.4

Kendala Pemberian ASI Eksklusif dan Pemecahannya


Dalam kenyataannya, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan tidak sesederhana

yang dibayangkan. Banyak kendala yang timbul dalam upaya memberikan ASI eksklusif
selama enam bulan pertama kehidupan bayi. Akan tetapi dengan motivasi ibu/ayah yang kuat,
pengetahuan dasar yang dimiliki ibu dan ayah, serta usaha yang terus menerus, sabar dan
tekun, tidak mustahil pemberian ASI eksklusif dapat berhasil.
Beberapa kendala yang sering menjadi alasan ibu dalam pemberian ASI eksklusif:
1. produksi ASI kurang
2. ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar
3. ibu ingin menyusui kembali setelah bayi diberi formula (relaktasi)
4. bayi terlanjur mendapatkan prelakteal feeding (pemberian air gula/dekstrosa, susu
formula pada hari-hari pertama kelahiran)
5. kelainan ibu: puting ibu lecet, puting ibu luka, payudara bengkak, engorgement,
mastitis dan abses
6. ibu hamil lagi padahal masih menyusui
7. ibu bekerja
8. kelainan bayi: bayi sakit, abnormalitas bayi.
Ada beberapa faktor yang perlu diidentifikasi dan diperbaiki sebagai penyebab
berkurangnya ASI, yaitu :
1. Faktor menyusui :

(1) tidak melakukan inisiasi menyusu dini, (2) menjadwal

pemberian ASI, (3) memberikan minuman prelaktal (bayi diberi minum sebelum ASI
keluar), apalagi memberikannya dengan botol/dot, (4) kesalahan pada posisi dan
perlekatan bayi pada saat menyusu, (5) tidak mengosongkan salah satu payudara saat
menyusui
2. Faktor psikologis ibu
Stres, khawatir, ketidakbahagiaan ibu pada periode menyusui sangat berperan dalam
mensukseskan pemberian ASI eksklusif. Peran keluarga dalam meningkatkan percaya
diri ibu sangat besar.

3. Faktor fisik ibu


Faktor fisik ibu seperti ibu sakit, lelah, ibu yang menggunakan pil kontrasepsi atau
alat kontrasepsi lain yang mengandung hormon, ibu menyusui yang hamil lagi,
peminum alkohol, perokok, atau ibu dengan kelainan anatomis payudara dapat
mengurangi produksi ASI.
4. Faktor bayi
Ada beberapa faktor kendala yang bersumber pada bayi, misalnya bayi sakit,
prematur, dan bayi dengan kelainan bawaan.
Bila bayi terpisah dengan ibu untuk sementara waktu, ibu memerah ASInya dan
diberikan kepada bayinya dengan sendok atau cangkir. Sebaiknya tidak menggunakan dot
karena akan mempersulit bayi bila kembali menyusu (bingung puting).
Relaktasi merupakan suatu keadaan ibu yang telah berhenti menyusui ingin memulai
menyusui kembali. Untuk mengembalikan agar bayi dapat menyusu dari ibu kembali, kita
dapat menggunakan alat yang disebut suplementer.Suplementer menyusui adalah alat yang
digunakan sebagai suplemen kepada bayi saat bayi menyusu pada payudara yang kurang
memproduksi ASI. Jenis suplementer yang tersedia, antara lain cangkir dan slang plastik
atau breast feeding supplementer. Dengan menggunakan suplementer bayi tidak marah
karena mendapatkan susu dari selang dan payudara ibu akan terangsang kembali untuk
memproduksi ASI.
Puting lecet paling sering disebabkan perlekatan yang kurang baik. Bila bayi tidak
melekat dengan baik, bayi akan menarik puting, menggigit dan menggesek kulit payudara,
sehingga menimbulkan rasa sangat nyeri dan bila bayi terus menyusu akan merusak kulit
puting dan menimbulkan luka ataupun retak pada puting.
Yang pertama dan utama diperhatikan adalah posisi bayi saat menyusu dan
pelekatannya. Puting yang retak, luka juga dapat disertai jamur (Kandidiasis). Mulut bayi
sebaiknya dilihat apakah terdapat jamur yang dapat mengganggu proses menyusu atau
adakah ikatan dibawah lidah yang membuat lidah tidak dapat menjulur keluar (tongue tie).
Pengobatan yang sesuai baik untuk ibu maupun bayi harus segera diberikan.
Membangkitkan rasa percaya diri ibu sangat diperlukan. Membangkitkan rasa percaya diri
ibu dan penjelasan bahwa kelainan hanya bersifat sementara akan membantu ibu melanjutkan
untuk menyusui bayi. Posisikan bayi agar mulutnya melekat dengan baik sehingga rasa nyeri
akan segera berkurang. Tidak perlu mengistirahatkan payudara, tetapi tetaplah menyusu on
demand. Bila diperlukan, bantu ibu untuk memerah ASI, dan ASI perah diberikan dengan

cangkir. Membersihkan payudara hanya pada waktu mandi, hindari penggunaan sabun,
lotion, salep, atau menggosok-gosok dengan handuk.
Payudara penuh, (1) terjadi beberapa hari setelah persalinan, yaitu saat ASI sudah
mulai diproduksi, (2) payudara terasa nyeri berat, keras, tapi ASI masih dapat mengalir
keluar, (3) ibu tidak merasa demam. Yakinkan ibu bahwa payudara penuh adalah suatu hal
yang normal dan usahakan ibu menyusui sesering mungkin sehingga payudara terasa lebih
nyaman, rasa berat akan berkurang dan payudara menjadi lebih lunak.
Payudara bengkak (engorgement), (1) payudara tampak merah, mengkilat, dan sangat
nyeri, (2) terjadi karena bendungan pada pembuluh darah dan limfe, (3) sekresi ASI sudah
mulai banyak, (4) ASI tidak dikeluarkan sempurna. Payudara bengkak dapat dicegah dengan
menyusukan bayi segera setelah lahir, menyusukan bayi tanpa jadwal, dan jangan memberi
minuman lain pada bayi. Lakukan masase dan keluarkan ASI.
Mastitis, memperlihatkan gejala klinis payudara nampak merah, bengkak keras, terasa
panas dan nyeri sekali. Dapat mengenai kedua atau hanya satu payudara. Penyebabnya antara
lain puting lecet atau saluran ASI tersumbat yang tidak ditatalaksana dengan baik. Mastitis
dapat di tatalaksana dengan mengistirahatkan ibu, ASI tetap harus dikeluarkan, berikan
antibiotik dan kompres/minum obat pengurang rasa sakit
Abses, memperlihatkan gejala klinis berupa benjolan kemerahan, panas, bengkak, dan
terasa sangat nyeri. Pada benjolan teraba fluktuasi dan suhu tubuh meningkat. Bila dijumpai
keadaan ini, ibu harus istirahat, ASI tetap dikeluarkan, berikan antibiotik, insisi abses, dan
kompres / minum obat pengurang rasa sakit.
Seandainya ibu hamil lagi saat masih menyusui, maka dianjurkan:
1. Bila bayi belum berusia 6 bulan, terus menyusui karena ASI masih merupakan
makanan tunggal.
2. Bila bayi berusia 6-12 bulan, terus menyusui karena ASI masih merupakan
makanan utama.
3. Bila bayi sudah berusia lebih dari 12 bulan, boleh disapih.
Bila menyusui tetap diteruskan, maka perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu (1)
volume ASI dapat berkurang karena pengaruh hormon ibu hamil, (2) puting akan lecet, (3)
ibu akan mengalami keletihan, (4) rasa ASI berubah ke arah kolostrum, (5) terjadi kontraksi
rahim karena hormon ibu hamil.

Anda mungkin juga menyukai