Anda di halaman 1dari 20

BAB V

PENANGANAN MASALAH

5.1 Rencana Intervensi


Praktikan telah melaksanakan assessment terhadap klien “UA”, adapun

masalah yang dialami oleh klien “UA” adalah kurangnya partisipasi dalam

melakukan kegiatan sehari-hari di Panti Rehabilitasi Napza Yayasan Sekar Mawar.

Oleh karena itu, praktikan merencanakan intervensi yang akan diberikan kepada klien

“UA”.

Rencana intervensi merupakan proses rasional yang disusun dan dirumuskan

oleh pekerja sosial yang meliputi serangkaian kegiatan apa yang akan dilakukan

untuk membantu memecahkan masalah yang dimiliki klien, apa tujuan pemecahan

masalah tersebut baik itu dalam jangan pendek maupun dalam jangka panjang, siapa

yang menjadi sasaran serta bagaimana cara memecahkan masalah tersebut

kedepannya. Rencana intervensi disusun dan dirumuskan haruslah berdasarkan hasil

assessment yang sudah dilakukan oleh pekerja sosial.

Fokus masalah yang dihadapi klien “UA” adalahnya kurangnya partisipasi

klien dalam melakukan kegiatan sehari-hari di Panti Rehabilitasi Napza Yayasan

Sekar Mawar. Hal tersebut dapat dilihat dari klien yang lebih sering memilih untuk

menyendiri dan melamum dari pada harus ikut mengerjakan sesuatu atau hanya

sekedar berbincang biasa saja. Klien akan lebih memilih untuk tidur di kamarnya,

menyendiri di gazebo saat semua family yang lain sedang berkumpul di area sport.
Selain itu klien juga terkadang membuat kesalahan saat melakukan function, seperti

saja contohnya tidak bersih saat mencuci piring apa bila mendapat bagian function di

bagian gastrwo atau pun salah saat melakukan tugasnya yang seharusnya

membersihkan kamar mandi tetapi klien malah menyiram kebun. Selain itu praktikan

ingin melatih klien “UA” untuk fokus dalam melakukan kegiatan seperti kelas atau

pun seminar yang dilakukan. Kesadaran diri klien untuk melakukan kegiatan

beribadah juga ingin ditingkatkan, karena klien “UA” cenderung jarang dalam

melakukan kegiatan beribadah. Praktikan dalam melakukan intervensi terhadap

permasalahan yang dialami oleh klien “UA” menyusun suatu rencana yang berkaitan

dengan langkah yang akan dilakukan untuk pelaksanaan intervensi yang ditentukan

berdasarkan hasil assessment terhadap pihak-pihak terkait dengan permasalahan yang

dialami oleh klien “UA”. Ada pun rencana intervensi yang disusun oleh praktikan

untuk mengatasi masalah yang dialami oleh klien “UA” adalah sebagai berikut :

5.1.1 Tujuan Intervensi

Berdasarkan hasil assessment yang sudah dilakukan melalui observasi,

wawancara dan studi dokumentasi kepada klien “UA”, maka tujuan intervensi yang

dilakukan terbagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan juga tujuan khusus yang ingin

dicapai. Berikut adalah tujuan umum dan tujuan khusus yang diharapkan dapat

tercapai dari klien “UA” selama berjalannya rencana intervensi sesuai dengan

kesepakatan yang sudah disepakati.


1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari rencana intervensi yang telah dirancang adalah klien dapat

menjalankan tanggung jawab yang memang sudah menjadi keharusannya di

Panti Rehabilitasi Napza Yayasan Sekar Mawar.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dari rencana intervensi yang

dilakukan terhadap klien “UA”, adalah sebagai berikut :

1) Menumbuhkan kesadaran diri klien untuk mandiri

2) Melatih fokus klien

3) Menumbuhkan kesadaran diri klien dalam menjalankan kegiatan

beribadah

4) Melatih klien untuk melakukan segala tugas dengan benar

5.1.2 Sasaran Intervensi

Berdasarkan penjelasan tentang permasalahan yang dialami oleh klien maka

sasaran dari intervensi ini adalah klien “UA” itu sendiri.

5.1.3 Pelaksana Intervensi

Dalam melakukan rencana intervensi untuk penanganan masalah yang dialami

oleh klien “UA”, ada pihak-pihak yang diikut sertakan dalam proses penjalanan

rencana intervensi antara lain yaitu :


1. Praktikan (Mahasiswa Poltekesos Bandung).

2. Konselor, karena konselor merupakan penanggung jawab dari klien itu sendiri

dan dalam proses pelaksanaan rencana intervensi ini konselor dapat

membantu memonitor kegiatan intervensi yang dilakukan.

3. Mediator, karena dalam menjalankan tugas praktikan tidak berada selama 24

jam di Yayasan Sekar Mawar maka praktikan memerlukan mediator untuk

membantu mengawasi klien saat praktikan tidak berada di facility.

4. Seluruh family di Panti Rehabilitasi Napza Yayasan Sekar Mawar.

5.1.4 Metode dan Tehnik

Dari hasil assessment yang telah dilakukan oleh praktikan dan rencana

intervensi yang telah dirancang, dalam tahap pelaksanaan intervensi praktikan akan

menggunakan metode dan tehnik dalam profesi pekerjaan sosial. Metode dan tehnik

yang digunakan dalam pelaksanaan intervensi kepada klien “UA” antara lain yaitu :

1. Metode

Metode yang digunakan untuk pelaksanaan proses pertolongan untuk

permasalahan kien “UA” yaitu Social Case Work.

1) Social Case Work

Metode ini adalah suatu metode yang digunakan dalam raktik pekerjaan sosial

yang berfokus pada individu dan keluarga. Metode ini digunakan untuk

menangani masalah klien secara individu. Metode ini digunakan oleh


praktikan secara individual dalam pelaksanaan proses intervensi terhadap

klien “UA” di Panti Rehabilitasi Napza Yayasan Sekar Mawar. Metode ini

digunakan untuk mengatasi masalah kurangnya fokus klien dengan pemberian

tugas untuk klien “UA”.

2. Tehnik

1) Small Talk

Tehnik small talk merupakan tehnik yang digunakan untuk menciptakan

keakraban antara praktikan dengan klien “UA” dengan cara melakukan

pembicaraan-pembicaraan ringan. Praktikan menggunakan tehnik small talk

pada saat melakukan kontak awal dengan klien “UA”. Tujuan utama small

talk adalah terciptanya suatu suasana yang dapat memberikan kemudahan bagi

kedua pihak untuk melakukan pembicaraan sehingga hubungan selanjutnya

dalam proses intervensi akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Biasanya small talk dimulai oleh praktikan untuk membuka agar klien dapat

berbicara dengan santai. Tehnik small talk ini digunakan untuk menstimulasi

informasi-informasi penting yang mendukung proses penanganan masalah

klien “UA”. Tehnik small talk ini hanya digunakan saat menggali informasi

kepada klien “UA”, tetapi juga dengan informan lainnya seperti konselor

klien, staff, residen lain, dan significant other lainnya. Tehnik small talk

bertujuan untuk menciptakan relasi yang baik antara praktikan dengan sistem

pendukung klien “UA”.


2) Task Centre

Tehnik task centre yang diberikan kepada klien “UA” berupa penugasan yang

bertujuan untuk melatih fokus dari klien “UA”. Pada task centre ini klien

“UA” diminta untuk menulis poin-poin penting atau pun kesimpulan dari

seminar atau pun kelas yang diikuti. Hal ini dilakukan karena sebelumnya saat

mengikuti seminar atau pun kelas klien “UA” selalu tidak fokus yang ditandai

dengan saat ditanya klien “UA” tidak dapat menjawab karena tidak

memperhatikan materi yang diberikan. Karena itu diharapkan dengan adanya

penugasan untuk menulis poin-poin atau pun kesimpulan pada buku

setidaknya klien “UA” akan memperhatikan dan mencoba untuk mengingat

apa yang disampaikan agar dapat ditulis.

3) Token Ekonomi

Token adalah penguat berupa barang-barang yang melambangkan berbagai

satuan nilai yang diinginkan bagi individu yang dapat ditukarkan dengan

sesuatu yang diinginkan orang tersebut. Tujuan dari pemberian token ekonomi

adalah meningkatkan perilaku yang disukai (baik) dan mengurangi perilaku

tidak disukai (Miltenberger, 2001). Selain itu token ekonomi juga dapat

ditujukan untuk meningkatkan atau mengurangi perilaku yang diinginkan.

Tehnik token ekonomi digunakan sebagai penguat klien “UA” melakukan 9

target perilaku yang ingin diubah setiap harinya. Token yang digunakan

praktikan menggunakan poin.


Pelaksanaan token ekonomi ini sebelumnya telah melalui kesepakatan antara

praktikan dank lien “UA”, baik kesepakatan tentang hal-hal yang harus

dilakukan dalam rangka merubah perilaku yang kurang baik maupun

kesepakatan tentang hadiah yang diinginkan oleh klien.

5.1.5 Sistem Dasar Praktik Pekerjaan Sosial

Praktikan menggunakan sistem dasar praktik pekerjaan sosial dalam

penanganan kasus klien “UA”. Sistem dasar praktik pekerjaan sosial yang digunakan

oleh praktikan dalam penyusunan rencana intervensi yaitu :

1. Sistem Klien

Sistem klien menunjukkan sistem yang memperoleh bantuan atau pelayanan.

Bahwa klien adalah setiap indivisu yang diharapkan menerima pelayanan

yang diberikan oleh praktikan. Sebelum melakukan kontrak praktikan harus

mendapatkan persetujuan dari klien. Sistem klien dalam hal ini adalah klien

“UA” sendiri yang dijadikan sebagai penerima manfaat dari pelaksanaan

intervensi dan telah melakukan persetujuan kontrak dengan praktikan.

2. Sistem Sasaran

Sistem sasaran adalah orang yang mendapat manfaat dari dilakukannya

pengubahan perilaku terhadap sistem klien dalam proses pertolongan. Pihak

yang dijadikan sasaran perubahan atau media yang dapat mempengaruhi

proses pencapaian tujuan pertolongan adalah residen lain dan seluruh family
di Yayasan Sekar Mawar. Selain dari Bro Fahmi selaku konselor yang dapat

memberikan dukungan terhadap pelaksanaan intervensi klien karena sangat

berpengaruh terhadap perkembangan klien “UA”.

3. Sistem Kegiatan

Istilah sistem kegiatan dipergunakan untuk menunjukkan orang-orang yang

bersama-sama dengan praktikan berusaha untuk menyelesaikan tugas-tugas

dan pencapaian tujuan-tujuan usaha perubahan. Sistem kegiatan dapat

dipergunakan untuk memperoleh kewenangan dan persetujuan kerja atau

kontrak dalam upaya proses pertolongan. Hal ini dapat dilakukan dalam

pemecahan masalah klien, memberikan kesempatan dan motivasi kepada klien

untuk berperan aktif dalam berbagai kegiatan. Sistem kegiatan tersebut

dimulai dari intake hingga referral.

4. Sistem Pelaksana Perubahan

Pihak yang dapat memberikan bantuan yang secara khusus berperan untuk

mengadakan perubahan terhadap klien “UA”. Dalam hal ini adalah praktikan

dan juga konselor adiksi yang merupakan pihak yang bertanggung jawab

untuk menindak lanjuti proses pertolongan klien “UA”. Praktikan merupakan

sistem pelaksana perubahan, karena dalam hal ini praktikan adalah orang yang

melakukan tehnik pengubahan perilau klien dan membantu mengatasi

masalah klien dan melakukan relasi pertolongan mulai dari kontak, kontrak,

assessment, intervensi, evaluasi hingga terminasi.


5.1.6 Program dari Kegiatan Intervensi

Dari fokus masalah yang telah di jabarkan di awal yaitu “Kurangnya Partisipasi

Klien “UA” Dalam Menjalankan Keseharian”. Program rencana intervensi yang telah

dibuat oleh praktikan bersama dengan klien dan konselor ialah “Membangun

Kesadaran Diri Klien Untuk Mandiri dan Bertanggung Jawab klien “UA” di Panti

Rehabilitasi Napza Yayasan Sekar Mawar”. Dari gejala-gejala masalah yang

ditunjukkan, praktikan menetapkan 9 target perilaku yang harus dirubah oleh klien

“UA”, antara lain yaitu :

1. Merapikan tempat tidur

2. Melakukan function dengan benar

3. Mengikuti kelas (akif sharing dan bertanya)

4. Melaksanakan sholat dzuhur

5. Melaksanakan sholat ashar

6. Melaksanakan sholat magrib

7. Mengikuti grup (aktif sharing dan juga memberikan feedback)

8. Melaksanakan sholat isya

9. Aktif berinteraksi dengan seluruh family

5.1.7 Indikator Keberhasilan

Adapun indikator yang menjadi hitungan untuk keberhasilan dari rencana

intervensi yang diberikan terhadap klien “UA”, yaitu :


1. Klien melakukan 9 target pengubahan perilaku setiap hari.

2. Kesadaran diri klien untuk melaksanakan 9 target pengubahan perilaku tanpa

diperintahkan.

Dari indikator tersebut maka praktikan membuat tabel sebagai alat ukur untuk

melihat indikator keberhasila klien yang dinilai setiap harinya dengan cara pemberian

poin. Poin yang diberikan pada setiap kegiatan akan berbeda-beda setiap kegiatannya

tergantung terhadap pertimbangan berat atau ringannya kegiatan yang harus

dilakukan oleh klien.

Tabel 5.1 Pelaksanaan Target Pengubahan Perilaku Klien “UA”

Oktober
Kegiatan Yang Akan
Dirubah 11 12 13 14 15 16 17 18 19

Merapikan tempat tidur

Melakukan function dengan


benar

Mengikuti kelas (akif sharing


dan bertanya)

Melaksanakan sholat dzuhur

Melaksanakan sholat ashar

Melaksanakan sholat magrib

Mengikuti grup (aktif sharing


dan juga memberikan
feedback)
Melaksanakan sholat isya

Aktif berinteraksi dengan


seluruh family

Keterangan :
Dilakukan Tidak Dilakukan
Sumber : Praktikum II Poltekesos Bandung Tahun 2019

5.2 Pelaksanaan Intervensi

Pada tahap ini praktikan melaksanakan rencana-rencana intervensi yang telah

disusun oleh praktikan pada tahap rencana intervensi. Tahap pelaksanaan intervensi

terhadap klien yang praktikan laksanakan dimulai sejak tanggal 11 Oktober 2019

sampai dengan tanggal 19 Oktober 2019. Maka tahapan dalam melakukan intervensi

yang dilakukan praktikan adalah sebagai berikut :

5.2.1 Reward and Punishment

Praktikan bekerja sama dengan konselor dan program manajer membuat jadwal

harian untuk klien “UA” mulai dari hari senin s.d. sabtu dan memasukkan 9 target

perilaku ke dalam jadwal tersebut. Tehnik ini dilaksanakan pada tanggal 11 Oktober

s.d. 19 Oktober 2019 seiring dengan pelaksanaan tehnik token ekonomi. Klien “UA”

diberi reward apabila dapat mengumpulkan poin sesuai dengan ketentuan yang sudah

ditentukan berupa privilege (hak istimewa) untuk menelfon orang tua. Klien “UA”

juga akan mendapatkan punishment apabila tidak melakukan hal-hal yang sudah
ditetapkan dalam perilaku yang akan dirubah berupa instan pull up baik itu dari

praktikan, konselor maupun all family.

5.2.2 Token Ekonomi

Pengubahan perilaku menggunakan tehnik token ekonomi bertujuan agar kien “UA”

mengingkatkan perilaku positif yang dimilikinya dan menurunkan perilaku

negatifnya. Praktikan menggunakan bantuan dari list perilaku yang ingin untuk

dirubah. Tehnik ini dilaksanakan pada tanggal 11 Oktober 2019 s.d. 19 Oktober 2019.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penerapan tehnik token ekonomi

adalah sebagai berikut :

1. Tahap awal penerapan token ekonomi

Pada tahap awal sebelum melakukan tehnik token ekonomi pada tanggal 11

Oktober 2019 pada pukul 09.00 WIB bertepatan di ruang mayor Panti

Rehabilitasi Napza Yayasan Sekar Mawar, praktikan dan juga klien “UA”

membuat kesepakatan pelaksanaan token ekonomi didampingi oleh konselor.

Dalam hal ini, tahap-tahap yang dilakukan praktikan adalah sebagai berikut :

1) Praktikan didampingi oleh konselor menjelaskan kepada klien “UA”

mengenai penggunaan tehnik token ekonomi dalam pelaksanaan intervensi.

Hal tersebut sebagai penguat agar klien termotivasi untuk melaksanakan 9

target pengubahan perilaku.


2) Menentukan token yang efektif yang sekiranya dapat mendukung klien “UA”

untuk melaksanakan 9 target perilaku yang ingin diubah. Praktikn bersama

klien “UA” menentukan token atau hadiah yang diberikan jika klien berhasil

melakukan target perilaku yang ingin diubah. Sebelumnya, praktikan juga

sudah berkonsultasi terlebih dahulu dengan konselot dari klien “UA”

mengenai hadiah apa yang cocok untuk klien “UA”. Berdasarkan

kesepakatan, klien “UA” akan diberikan sebuah privilege untuk menelfon

keluarga karena diketahui bahwa klien memang saat ingin menelfon keluarga

untuk membahas sesuatu.

3) Menyepakati target perilaku yang akan diubah. Adapun target perilaku yang

disepakati yaitu merapikan tempat tidur, melakukan function dengan benar,

mengikuti kelas (aktif sharing dan bertanya), melaksanakan sholat dzuhur,

melaksanakan sholat ashar, melaksanakan sholat magrib, mengikuti grup

(aktif sharing dan memberikan feedback), melaksanakan sholat isya, aktif

berinteraksi.

4) Praktikan meminta bantuan pada konselor dan seluruh family Sekar Mawar

dalam pelaksanaan pengubahan perilaku, yaitu dengan mengarahkan dan

mengawasi klien untuk melaksanakan 9 target pengubahan perilaku setiap

harinya.
2. Tahap pelaksanaan token ekonomi

Tahap pelaksanaan token ekonomi ini dimula pada tanggal 11 Oktober 2019 sampai

dengan 19 Oktober 2019 dengan dilakukan pengawasan setiap harinya. Adapun hasil

pelaksanaan kegiatan token ekonomi tersebut dapat dilihat pada matrik berikut ini :

Tabel 5.2 Hasil Pelaksanaan Target Pengubahan Perilaku Klien “UA”

Oktober
Kegiatan Yang Akan
Dirubah 11 12 13 14 15 16 17 18 19

Merapikan tempat tidur

Melakukan function dengan


benar

Mengikuti kelas (akif sharing


dan bertanya)

Melaksanakan sholat dzuhur

Melaksanakan sholat ashar

Melaksanakan sholat magrib

Mengikuti grup (aktif sharing


dan juga memberikan
feedback)

Melaksanakan sholat isya

Aktif berinteraksi dengan


seluruh family

Keterangan :
Dilakukan Tidak Dilakukan
Sumber : Praktikum II Poltekesos Bandung Tahun 2019
Proses evaluasi dilakukan oleh praktikan setiap harinya. Evaluasi dilakukan

oleh praktikan dengan cara menanyakan tentang tugas-tugas yang harus dilakukan

oleh klien dan juga kembali mengingatkan klien untuk melakukan tugas-tugasnya

kembali dengan baik keesokan harinya.

5.3 Evaluasi

Kegiatan evaluasi merupakan proses menilai sesuatu yang didasarkan pada

suatu kriteria atau tujuan yang telah ditetapkan atau disusun sebelumnya dan setelah

itu dilaksanakan suatu pengambilan keputusan atas suatu obyek atau hasil yang telah

dievaluasi. Evaluasi juga merupakan usaha untuk mengukur sejauh mana keefektifan

antara metode dan tehnik yang digunakan dalam tahap intervensi dengan hasil yang

telah dicapai oleh klien.

Dalam kegiatan evaluasi, praktikan melakukan pembahasan atau pengkajian

kembali proses intervensi serta menganalisis keberhasilan atau kegagalan intervensi

yang telah dilakukan. Adapun beberapa hal yag perlu diperhatikan dalam tahap

evaluasi ini adalah :

1. Evaluasi Proses

Pada tahapan evaluasi proses ini berfokus pada bagaimana proses pelaksanaan

intervensi yang dilaksanakan oleh pratikan kepada klien. Dalam evaluasi ini praktikan

mengevaluasi, membahas, dan mengkaji kembali proses intervensi yag sudah

dilakukan dan menganalisis tingkat keberhasilan atau kegagalan dalam proses


intervensi. Dari tehnik pengubahan perilaku yang dilakukan oleh praktikan kepada

klien, hambatan yang terjadi adalah kurangnya kesadaran klien untuk melakukan

tugas-tugas yang sudah ditetapkan dalam rencana intervensi karena mood klien yang

naik turun. Selain itu klien juga harus diawasi oleh praktikan dalam melakukan

tugasnya agar tidak terjadi kesalahan.

Diharapkan dengan dilakukannya kebiasaan untuk melakukan tugas-tugas

pengubahan perilaku yang telah disepakati, klien “UA” dapat berbiasa dengan tugas-

tugas yang diberikan. Tugas-tugas yang diberikan diharapkan dapat terus dilakukan

seterusnya bukan hanya dilakukan karena ingin mendapatkan reward yang telah

ditentukan.

2. Evaluasi Hasil

Setelah dilaksanakan setiap tahapan intervensi terhadap klien “UA” maka

diperoleh beberapa gambaran tentang indikasi kegagalan yang dialami oleh klien

karena mood swing yang dialami oleh klien “UA” sebab mood klien yang sering naik

dan turun.

Dari 9 target perilaku yang telah disepakati oleh praktikan, klien, konselor dalam

9 hari, klien hanya dapat konsisten melakukan 2 kegiatan yaitu merapikan tempat

tidurnya dan juga melakukan function. Perilaku yang dilakukan klien “UA” ada yang

berdasarkan kesadaran dirinya sendiri seperti merapikan tempat tidurnya sedangkan


untuk kegiatan function klien “UA” harus tetap diarahkan dan juga diawasi oleh

praktikan, konselor ataupun seluruh family di Yayasan Sekar Mawar.

Adapun perilaku yang masih sulit untuk diubah oleh klien “UA” adalah

mengikuti kelas dimana saat mengikuti kelas klien “UA” diharuskan untuk aktif

sharing, bertanya dan juga mencatat poin-poin dan juga kesimpulan dari kelas yang

diikuti, klien juga masih sulit untuk melakukan kegiatan yang bersifat spiritual seperti

sholat dzuhur, ashar, magrib dan juga isya. Klien juga tidak dapat aktif sharing dan

juga memberikan feedback saat dilakukan grup baik itu morning meeting ataupun

morning briefing dan juga house meeting. Klien juga masih belum dapat aktif

berinteraksi bersama seluruh family.

Gambaran mengenai hasil pengubahan perilaku klien “UA” dapat dilihat pada

tabel yang akan disajikan tentang keterangan perilaku yang dilakukan oleh klien

“UA”.

Tabel 5.3 Evaluasi Hasil Intervensi Klien “UA

Perilaku Pelaksanaan

Membersihkan tempat tidur Dalam 9 hari dilakukannya pengubahan


perilaku, klien setiap harinya selalu
membereskan tempat tidur
Melakukan function Dalam melakukan function klien
selalu melakukan setiap harinya
dengan benar tanpa adanya kesalahan
Mengikuti kelas (aktif sharing dan Dalam mengikuti kegiatan kelas, klien
bertanya) “UA” terlihat masih sering tidak fokus
dan hanya diam saja. Bahkan
terkadang saat diminta untuk sharing,
klien “UA” lebih memilih untuk diam.
Melaksanakan sholat dzuhur Klien sulit melakukan, bahkan
terkadang saat masuk waktu untuk
sholat klien lebih memilih untuk tidur
siang di kamarnya.
Melaksanakan sholat ashar Saat masuk waktu sholat ashar klien
lebih memilih untuk melakukan
kegiatan sport activity bersama family
lainnya seperti bermain sepak bola.
Melaksanakan sholat magrib Untuk sholat magrib klien
mengerjakan apabila mood nya
sedang baik saja dan juga ada ajakan
dari praktikan kepada klien “UA”
untuk melakukan sholat magrib
Mengikuti grup (aktif sharing dan Selama 9 hari dilakukan intervensi
memberikan feedback) hanya sekali klien melakukan sharing
pada sesi share feeling dengan
kemauan sendiri tanpa ada perintah
dari conduct.
Melaksanakan sholat isya Dalam melakukan sholat isya klien
juga sulit, karena terkadang saat
waktu sholat isya tiba, grup malam
baru saja selesai dank lien lebih
memilih untuk merokok.
Aktif berinteraksi Dalam 9 hari proses intervensi klien
masih lebih sering menyendiri di
gazebo dari pada berkumpul bersama
family yang lain.
Sumber : Praktikum II Poltekesos Bandung Tahun 2019

Dalam pelaksanaan intervensi praktikan tidak hanya sendiri tetapi praktikan

mendapat bantuan dari konselor, staff, dan juga seluruh family walaupun hasil yang

didapatkan belum sesuai dengan apa yang diharapkan oleh praktikan dan juga

konselor.
5.4 Terminasi dan Rujukan

5.4.1 Terminasi

Tahap terminasi ini merupakan pemutusan penanganan masalah dengan

berakhirnya kontrak dan mengingat berakhirnya masa intervensi pada kontrak dan

juga berakhirnya praktikum II. Tetapi pada klien “UA” ini sendiri tahap terminasi

dilakukan lebih cepat pada tanggal 19 Oktober 2019. Pemutusan hubungan dilakukan

sangat awal dikarenakan klien “UA” dijemput oleh pihak keluarga untuk pulang.

Klien “UA” dijemput pada tanggal 20 Oktober 2019 pada pukul 15.00 WIB setelah

selesainya kegiatan Family Association (FA). Klien “UA” dijemput karena pihak

keluarga mengatakan akan merawat pemulihan klien “UA” di rumah sebab pihak

keluarga mengatakan dan merasa yakin bahwa klien “UA” akan baik-baik walaupun

melakukan pemulihan dirumah.

Pihak keluarga mengatakan bahwa mereka sudah memiliki planning untuk

klien “UA”. Pihak keluarga mengatakan akan membuka usaha toko kelontong kecil-

kecilan yang akan dijalankan oleh klien “UA” dalam kesehariannya. Keluarga

mengatakan diharapkan dengan diberikan tanggung jawab kepada klien “UA” dirinya

tidak akan berdiam diri saja. Hal ini dilakukan sebagai salah satu usaha untuk

pemulihan klien “UA” agar klien tidak hanya diam menyendiri dan melamun.
5.4 2 Rujukan

Sehubungan dengan pemecahan masalah klien “UA” yang harus ditindak lanjuti,

maka praktikan melakukan rujukan. Adapun rujukan yang diberikan praktikan antara

lain, yaitu :

1. Tetap mengarahkan klien untuk melakukan 9 target pengubahan perilaku

setiap harinya secara konsisten.

2. Mengawasi dan memonitoring klien dalam penerapan 9 target perilaku

tersebut.

Maka dari itu praktikan memberikan rujukan ini kepada pihak keluarga dari klien

“UA” untuk dapat membantu mengarahkan dan juga mengawasi klien dalam

melakukan target perubahan yang sebelumnya dilakukan praktikan kepada klien

“UA”. Rujukan diberikan oleh praktikan untuk pihak keluarga karena mengingat saat

ini klien “UA” sudah kembali pulang ke pihak keluarga tidak lagi berada di Yayasan

Sekar Mawar.

Anda mungkin juga menyukai