Anda di halaman 1dari 5

PSIKOLOGI KESEHATAN

PENDEKATAN SOSIAL KOGNITIF BANDURA TERHADAP


GERAKAN ASI EKSLUSIF DENGAN PERAWATAN PAYUDARA
DAN TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR

KELOMPOK 3
Anggota :
1.SHARAH MONICA YUNIDA (101511123005)
2. JOKO PRAYITNO (101511123008)
3. NINDYA KIRANA (101511123029)
4. KATARINA C PYTHAGORAS (101511123087)

UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
DEPARTEMEN PROMOSI KESEHATAN DAN ILMU PERILAKU
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT SURABAYA

2016

TEORI SOCIAL COGNITIVE BANDURA


1. Observational Learning (Modeling)
a. Attention processes (proses-proses perhatian)
Pada tahap ini ibu-ibu menyusui memperhatikan, mengamati dan mempelajari secara
langsung cara perawatan payudara dan teknik menyusui yang benar.
b. Retention processes (proses-proses retensi/penyimpanan)
Setelah mengamati cara melakukan perawatan payudara dan teknik menyusui yang benar
yang telah diperagakan langsung, maka dalam tahap ini ibu-ibu menyusui akan mengingat dan
menyimpan memori dengan membayangkan cara perawatan payudara dan juga teknik menyusui
yang benar.
c. Motor reproduction processes (proses-proses reduksi motorik)
Pada tahap ini ibu-ibu sudah melakukan perawatan payudara dan teknik menyusui dengan cara
yang benar, sesuai dengan yang mereka amati saat narasumber melakukan demontrasi.
d. Motivational processes
Pada tahap ini ibu-ibu mulai timbul motivasi untuk melakukan perawatan payudara dan
menyusui bayi nya karena mempertimbangkan manfaat yang besar dari pemberian Asi baik
untuk ibu maupun untuk bayinya sendiri.
2. Self-Regulation
a. Self observation (observasi diri)
Di tahap ini ibu-ibu tersebut melihat ke dalam diri mereka sendiri apakah mereka sudah
melakukan perawatan payudara dan apakah mereka sudah melakukan teknik menyusui
dengan benar. Kemudia mereka akan mempertahankan kegiatan perawatan payudara dan
mempertahankan teknik menyusui yang benar.
b. Judgment (penilaian)
Tahap ini mereka akan melakukan penilaian terhadap apa yang telah diajarkan oleh
narasumber tsb sama atau tidak dengan yang telah mereka lakukan selama ini. Lalu mereka
akan membuat aturan akan melakukan perawatan payudara dan teknik menyusui yang sesuai
dengan yang diajarkan oleh narasumber
c. Self response (respon diri)
Jika para ibu-ibu itu melakukan perawatan payudara dan teknik menyusui yang benar
sesuai dengan yang diajarkan oleh narasumber, maka mereka akan merasa percaya diri dan
lebih merasa nyaman dalam memberikan ASI kepada bayinya. Sebaliknya jika mereka tidak
melakukan sesuai dengan yang telah diajarkan mereka akan merasa tidak nyaman dan tidak
percaya diri.
3. Self- Efficacy
a. Efficacy expectation
Pada tahap efficacy expectations ibu-ibu berfikir apakah dia dapat melakukan
perilaku perawatan payudara dan teknik menyusui yang benar sesuai dengan yang
dicontohkan oleh narasumber.
b. Outcome expectations
Pada tahap ini, ibu-ibu akan memperkirakan apa yang terjadi jika dia tidak melakukan
perawatan payudara dan teknik menyusui dengan benar, contohnya jika ibu tidak melakukan
perawatan payudara maka ibu akan berfikir ibu akan mengalami bendungan asi sehingga
produksi asi akan terganggu.
4. Reciprocal Determinism
a. Kognitif (Person)
Para ibu-ibu menyusui mengamati dan melakukan penilaian tentang bagaimana cara
melakukan perawatan payudara dan teknik menyusui yang benar, dengan adanya
pelaksanaan penyuluhan yang diadakan oleh KKN PPM UNUD, kemudian para ibu-ibu

akan memutuskan untuk melakukan perawatan payudara dan teknik menyusui yang benar
sesuai dengan yang dicontohkan.
b. Behavior (Perilaku)
Setelah ibu memutuskan untuk mencontoh cara melakukan perawatan payudara dan
teknik menyusui yang benar, ibu mulai mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dimana dengan perawatan payudara dan teknik menyusui yang benar mendukung untuk
memberian ASI Eks kepada bayinya.
c. Environment (Lingkungan)
Ibu yang telah menerapkan perawatan payudara dan teknik menyusui dengan benar,
maka akan berdampak positif terhadap ibu, bayi maupun lingkungannya terutama
lingkungan sosial. Dampak positif yang ditimbulkan karena ibu melakukan dua hal tersebut,
yaitu terciptanya jalinan kasih yang semakin erat antara Ibu dan bayi, suami maupun
keluarga merasa bangga kepada Ibu karena dapat memenuhi kebutuhan bayi dengan
memberikan ASI secara rutin.

PERAN KESEHATAN MASYARAKAT


1. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Membentuk Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI)
KP ASI bertujuan untuk mendukung agar ibu-ibu menyusui dapat berhasil
memberikan ASI Eksklusif pada bayinya hingga berusia 2 tahun. Selain itu, dengan adanya
kegiatan ini juga dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu tentang
pentingnya pemberian ASI Eksklusif pada bayi.
2. DUKUNGAN SOSIAL
Melakukan himbauan pada para suami dan keluarga dalam hal dukungan emosional pada istri
agar dapat memberikan asi eksklusif kepada bayinya dan melakukan perawatan payudara
secara rutin.

Anda mungkin juga menyukai