Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG


Kulit yang berkeringat pada tubuh kadang-kadang memberikan efek bau yang
tidak enak pada tubuh. Hal ini memberikan rasa tidak nyaman bagi kita maupun
orang yang ada di sekitar kita. Masalah bau badan dapat kita atasi dengan
pemakaian antiperspirant atau deodorant. Antiperspirant dan deodorant yang kita
gunakan termasuk ke dalam golongan kosmetik jenis cair. Salah satu
antiperspirant dan deodorant yang biasa kita pakai adalah jenis cologne (atau
berasal dari kata Eau de cologne). Salah satu jenis cologne ada yang digunakan
dengan membasuhkannya ke kulit langsung yang dinamakan splash cologne.
Karena pemakaiannya yang kontak langsung dengan kulit kadang-kadang bias
menimbulkan efek yang tidak diinginkan seperti iritasi atau yang lainnya. Maka
daari itu kita perlu mengetahui apakah sebenarnya yang terkandung di dalam
cologne tersebut. Dan juga bagaimana pembuatannya.(1)
I.2. TUJUAN
Makalah ini dibuat agar kita tahu bagaimana formulasi dan pembuatan yang
splash cologne yang baik dan benar agar memiliki sedikit efek yang tidak terlalu
membahayakan pada kulit.
I.3. PERMASALAHAN
1. Apakah yang terkandung dalam cologne
2. Bagaimana fungsi masing-masing bahan yang terkandung dalam sediaan
cologne terhadap efeknya sebagai antiperspirant dan deodorant.
3. Apa bahan yang terkandung dalam cologne yang dapat menimbulkan efek
samping.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. ANATOMI KULIT DAN FISIOLOGI KULIT


Anatomi kulit manusia yaitu luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat 15
% berat badan kulit merupakan organ yg esensial, vital dan cermin kesehatan dan
kehidupan.(5)
Anatomi kulit secara histopatologik yaitu meliputi:
1. Lapisan Epidermis atau kutikel
2. Lapisan Dermis (korium,kutis vera, true skin)
3. Lapisan Subkutis (hipodermis)
1.Lapisan Epidermis atau kutikel :

Stratum Korneum (lapisan tanduk)


Lapisan paling luar, terdiri dari beberapa lapisan sel sel gepeng
yang mati tdk berinti dan protoplasmanya telah berubah menjadi
keratin (zat tanduk)

Stratum Lusidum
Dibawah lapisan korneum, protoplasmanya berubah menjadi
protein yg disebut eleidin. Lapisan ini tampak lebih jelas ditelapak
tangan dan kaki

Stratum Granulosum
2 3 lapis sel gepeng dgn sitoplasma berbutir kasar dan terdapat
inti diantaranya

Stratum Spinosum
Disebut prickle cell layer (lapisan akanta) Terdiri dari beberapa
lapisan sel yg berbentuk polygonal yg besarnya berbeda beda karena
adanya proses mitosis

Stratum Basale
Sel sel berbentuk kubis (kolumnar),yg tersusun vertical Pada
perbatasan demoepidermal berbaris seperti paga (palisade). Merupakan
lapisan epidermis paling bawah.
2

2. Lapisan Dermis :
Dibawah lapisan epidermis, lebih tebal dari epidermis. Dibagi menjadi
dua bagian :

Pars Papilare, bagian yg menonjol ke epidermis berisi ujung serabut


saraf dan pembuluh darah.

Pars Retikulare, yaitu bagian dibawahnya yg menonjol kearah


subkutan

3. Lapisan Sub Kutis :


Lanjutan dari dermis terdiri atas jaringan ikat longgar Berisi sel sel
lemak didalamnya.

Anatomi kulit

Fisiologi (fungsi) utama kulit ialah sebagai :


1.

Proteksi

2.

Absorbsi

3.

Ekskresi

4.

Persepsi

5.

Pengatur suhu tubuh (termoregulasi)

6.

Membentuk vitamin D dan keratinisasi

7.

Estetik

1.

Proteksi
Kulit menjaga bagian tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis
seperti tekanan, gesekan, tarikan. Ganguan kimiawi zat kimia yg bersifat
iritan seperti lisol, karbol asam. Gangguan panas misalnya radiasi, sinar UV
Gangguan infeksi luar terutama kuman/ bakteri maupun jamur. Melanosit
turut berperan dalam melindungi kulit thd paparan sinar matahari dgn
mengadakan tanning.
Mekanisme pertahanan kulit
Mekanisme pertahanan tubuh untuk melidungi kulit terhadap jasad
renik bermacam-macam caranya. Mekanisme tidak bersifat umum karena
tidak bisa memisahkan apakah jasad renik itu pathogen atau tidak.

Kesaman kulit
Permukaan kulit memepunyai keasaman (pH) yang berkisar
antsra 4,5-6,0 yang dibentuk dari asam lemak permukaan kulit. Yang
berasal dari sebum, keringat, sel tanduk yang lepas dan kotoran yang
melekat pada kulit. Denagan menurunkan kadar keasaman pada kulit
akan akan menurunkan kebutuhan CO2 pada metabolisme jasad renik
pada permukaan kulit. sehingga membuat jasad renik mati tapi tidak
semua jasad renik mati karena hal tersebut.

Penglupasan (deskuamasi) kulit


Pergantian kulit yang diakibatkan karena penglupasan dari sel
basal ke sel tanduk yang kemudian terlepas (kretinisasi) dapat juga
melepas jasad renik yang tertempel pada kulit.

Daya anti bakteri lemsk permukaan kulit


Lemak permukaan kulit yang berasal dari kelenjar palit terdiri
dari lipid trigliserida, kolesterol, skualen, ester kolesterol, lilin (wax),
lilin ester. Dalam pejalananya lipid akan mengalami degradasi oleh
jasad renik yang hidup dalam folikel pilosubaseus menjadi asam lemak
tak jenuh yang dapat bersifat bakteriostatik.

Kekeringan sel keratin


Konsentrasi air didalam sel keratin yang relative rendah
(<15%) sangat tidak nyaman untuk pertumbuhan jamur dan berbagai
bakteri.

Daya pertahanan lapisan dermis


Sawar lapisan dermis yang berisi banyak pembulih darah dan
limfe bekerja secara imunologis untuk melawan jasad renik.

2.

Absorbsi
Kulit yg sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat
Cairan yg mudah menguap dan yang larut lemak mudah diserap

3.

Eksresi
NaCl, urea,asam urat dan ammonia

4.

Persepsi
Panas oleh badan Ruffini, Dingin oleh badan Krause, Rabaan oleh
badan, Meissner dan badan Merkel Ranvier, Tekanan oleh badan Vater
Paccini

5.

Pengaturan suhu tubuh (thermoregulasi)


Dengan cara pengeluaran keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi)
pembuluh darah kulit

6.

Pembentuk Pigmen
Sel pembentuk pigmen (melanosit), jumlah melanosit dan Jumlah serta
besarnya butiran pigmen (melanosome) menentukan Warna kulit ras maupun
individu.

7.

Proses Keratinisasi
Perubahan dari keratinosit menjadi keratin (lapisan tanduk)

8.

Pembentuk Vitamin D
Mengubah 7dihidrosi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari
menjadi vitamin D, Pada manusia, kulit dapat pula mengekpresikan emosi
karena adanya pembuluh darah, kelenjar keringat dan otot otot dibawah
kulit.
Emosi & Estetik :Kulit dapat mengekspresikan emosi karena adanya
pembuluh darah, kelenjar keringat & otot-otot bawah kulit.

II.2. KERINGAT YANG MENJADI PENYEBAB TERJADINYA BAU BADAN


KELENJAR KERINGAT DAN FUNGSINYA

Kelenjar sekresi
Kelenjar yang menghasilkan keringat adalah kelenjar apokrin dan
ekrin, keduanya mempunyai beberapa perbedaan :
1. Kelenjar ekrin adalah kelenjar tubular, yang mempunyai saluran sekresi
yang langsung ke permukaan kulit.
Kelenjar apokrin strukturnya mirip dengan kelenjar ekrin, tetapi ukurannya
lebuh besar dan pembuluh sekresinya beakhir pada folikel rambut.(4)
2. Jumlah dan distribusi kedua kelenjar tersebut juga berbeda.
Kelenjar ekrin praktis terdapat hampir di seluruh permukaan kulit kecuali
bibir dan alat genital. Diperkirakan jumlahnya lebih dari dua juta kelenjar,
terutama pada kulit telapak tangan, kaki, dan kepala.
Kelenjar apokrin terdapat di ketiak, sekitar puting susu, daerah anal dan
genital.
Perbedaan lain kedua kelenjar ini meliputi fungsi, jumlah, dan susunan
kimia sekresinya.(4)
3. Kelenjar ekrin sudah ada sejak lahir, berfungsi mengatur suhu tubuh. Jika
suhu kamar naik, keringat akan keluar, suhu badan akan kembali normal
akibat penguapan keringat tersebut.
Pada orang sehat kejadiaan ini berlangsung secara otomatik. Kelenjar
apokrin dianggap mempunyai sifat seksual sekunder. Meskipun telah ada
sejak lahir, tetapi berkembang lambat pada masa anak-anak, mulai
berfungsi setelah meningkat remaja. Perkembangannya lebih cepat pada
wanita daripada pria, dan aktivitasnya mencapai puncak jika kehidupan
seks telah matang, kemudian menurun setelah menopause (putus haid).(4)
4. Kelenjar ekrin dianggap berperan kontinyu, sedangkan kelenjar apokrin,
makin lama peranannya makin lambat.(4)
Menurut Kalish, pria dan wanita menghasilkan keringat sebanyak 0,5 1,5
liter dalam 24 jam. Jumlah ini dapat meningkat jika udara panas atau lembab,
atau jiak mengalami stress. Pada keadaan ini kelenjar ekrin dapat
menghasilkan keringat lenih dari 1 liter per jam. Keringat ini praktis jernih dan
tidak berbau, dengan pH berkisar antara 4 6,8.
Jumlah keringat ekrin pada pria dan wanita sama, kecualiyang dihasilkan
oleh ketiak dan telapak tangan.
6

Menurut Shelley dan Hurley kelenjar apokrin hanya sedikit menhasilkan


perspirasi. Sekresi apokrin yang sedikit ini terjadi karena rangsangan dalam
bentuk tetesan kecil pada lubang folikel. Keringat ketiak lebih banyak
dihasilkan oleh kelenjar ekrin karena kelenjar ekrin juga ada pada terdapat
pada daerah ketiak.(4)
Komposisi Keringat
Terdapat perbedaan jelas antara komposisi kimia sekresi ekrin dan apokrin.
Sebagian besar sekresi ekrin 98 99 %, terdiri dari air. Sisanya tediri dari
campuran senyawa anorganik dan organik dengan perbandingan 3 : 1. Fraksi
anorganik terutama natrium klorida, sehingga keringat rasanya asin. Di samping
itu juga mengandung kalium, kalsium, magnesium, besi, tembaga, dan mangan.
Senyawa organik dalam sekresi ekrin terdiri dari asam laktat, asam sitrat, dan
asam askorbat, asam lemak bobot molekul rendah, minyaknya asam format, asam
asetat, asam propionat, dan asam butirat, juga mengandung urea dan asam urat.
Dari keseluruhan yang terpenting adalah asam laktat, yang membentuk sisitem
dapar asam laktat, menstabilkan pH sekresi ekrin dalam interval 4- 7. Jumlah
asam laktat yang ada berkisar antara 100 300 mg%. Ada perbedaan kadar asam
laktat dalam ekskresi pria dan wanita, pada wanita cenderung lebih rendah. Oleh
karena itu pH keringat ekrin pada pria dan wanita, masing-masing berkisar antara
4-7 dan 6.(4)
Kadar Rata-Rata Zat Yang Terdapat Dalam Keringat Dan Plasma (mg%)
Zat
Cl
Na
K
Ca
Mg
Urea-N
Asam Amino-N
Amonia
Kreatinin
Glukosa
Asam laktat

Keringat
320
200
20
2
1
15
1
5
0,3
2
35

Plasma
360
340
18
10
2,5
15
5
0,5
1,5
100
15

Sekresi Keringat
Sekresi keringat di bawah pengontrolan susunan saraf. Kelenjar keringat
dipersarafi oleh serabut simpatetik, dan mekanisme saraf dapat dibagi atas
rangsangan pusat, aktivitas reflek atau rangsangan perifer.
Keringat karena suhu dikontrol oleh pusat pengaturan suhu dalam
hipotalamus. Keringat emosional dikontrol oleh pusat kortikal. Sebagian besar
keringat emosional terdapat dalam kulit telapak tangan, telapak kaki dan daerah
ketiak. Sebagian besar keringat emosional yang terdapat pada daerah ketiak
kemungkinan dihasilkan oleh kelenjar ekrin.
Kelenjar ekrin adalah proses kolinergik. Kelenjar keringat ini dikontrol oleh
sistem saraf simpatetik, tetapi berespon terhadap rangsangan zat parasimpatetik.
Dalam susunan saraf kolinergik, di ujung serabut saraf dilepaskan asetilkolin
sebagai mediator kimia. Stimulasi keringat secara farmakologi setara dengan
keringat fisiologi dapat dihasilkan oleh penyuntikan obat kolinergik secara
intradermal dan dikenal dengan ama asetilkolin.
Beberapa penyelidikan dilakukan dengan tujuan untuk mencari cara yang
cocok untuk mengurangi aliran perspirasi, terutama untuk kelainan hiperdrosis
atau osmidrosis.(4)
Bau Badan dan Pengontrolannya.
Bau keringat tidak hanya berbeda dalam perbedaan individu, juga berbeda
pada beberapa daerah permukaan kulit pada individu yang sama. Bau keringat
yang lebih nyata terutama di daerah ketiak dan bagian genetalia dibandingkan
bagian kulit yang lainnya, karena di tempat tersebut banyak terdapat kelenjar
apokrin.
Keringat apokrin mengandung sejumlah besar lipid yang dapat menghasilkan
bau dan bahan proteinseus yang mencapai permukaan kulit dan dirusak oleh
bakteri. Hasil peruraian ini yang menyebabkan bau ketiak atau bau badan yang
tidak enak. Bakteri dan jamur akan berperan pada pH sekresi apokrin yang netral
atau agak alkali.
Adanya rambut di ketiak juga merupakan faktor sekunder yang dapat
menyebabkan bertambahnya bau ketiak. Sekresi ketiak yang tertimbun akan
dirusak oleh bakteri. Untuk menghilangkan bau yang tidak enak di daerah tersebut
lebih sukar. (4)
8

Untuk mengontrol bau badan dapat ditempuh dengan 2 jalan berikut :


1. Penggunaan sediaan topikal yang mengandung anttiseptikum yang cocok, untuk
mencegah peruraian keringat oleh bakteri, misalnya dengan menggunakan
deodorant.
2. Penggunaan sediaan topikal yang mengandung adstringent yang cocok untuk
mengurangi keluarnya keringat, misalnya dengan menggunakan antirespirant.
II.3. ANTIPERSPIRANT DAN DEODORAN
Antiperspirant adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk maksud
mempersempit pori sehingga mengurangi keluarnya keringat.
Mekanisme kerja antiperspirant
Penggunaan sediaan topikal yang cocok untuk mengurangi keluarnya keringat
berdasarkan pengurangan jumlah keringat, perubahan serangan bakteri sehingga
bau badan dapat dicegah.
Sediaan antiperspirant yang diperdagangkan sebagian besar menggunakan
senyawa aluminium, dan sebagian kecil menggunakan senyawa seng sebagai
adstringen. Penggunaan senyawa zirkonil, terutama natrium zirkonil laktat, sangat
populer dalam bentuk stik, tetapi karena cenderung menyebabkan erupsi
granulomatus di ketiak, penggunaannya dihentikan.
Penggunaan garam aluminium saja dianggap mempunyai efek natibakteri
karena menghasilkan pH asam dari proses hidrolisa. Kulit dengan pH asam
dianggap merupakan pertahanan natural terhadap infeksi bakteri dan jamur.
Sediaan antiperspirant harus berdasarkan hidrolisa garam logam, karena
mempunyai efek menghambat bakteri kulit. Pengamatan terhadap efek aluminium
sulfat, aluminium klorhidroksida, dan dapar aluminium klorida dengan urea 5%,
ternyata mempunyai efek bakterisidal dan bakteriostatik yang sama kuat.
Sebagian besar sediaan antiperspirant menggunakan aliminium klorhidrat,
aluminium klorida sebagai zat efektif, karena zat tersebut mempunyai sifat
astringen dan antibakteri. Mempunyai pH 4 yang tidak akan menyebabkan iritasi
kulit atau merusak jaringan. Dahulu yang sering digunakan dalam antiperspirant
adalah aluminium sulfat, aluminium klorida, dan aluminium fenolsulfonat.

Aluminium klorida dan aluminium sulfat merupakan zat efektif dan tidak
toksik, tetapi sangat asam, pH antara 2 dan 3. Hal ini dapat menyebabkan iritasi
kulit dan merusak pakaian, terutama yang terbuat dari kapas dan rayon. Untuk
mengurangi keasaman antiperspirant dibust dapar. Untuk mengatasi keasaman
tersebut dapat digunakan aluminium klorhidrat, aluminium klorhidrat komplek
atau klorhidrol, (Al2(OH)5Cl)x, karena pH nya lebih kurang 4 sehingga tidak perlu
didapar.
Pengembangan formulasi antiperspirant yaitu bentuk kompleks klorhidrolpropilenglikol. Larutan 50% senyawa ini dengan alkohol dan juga dengan air,
dalam larutan alkohol setelah penyimpanan 1 tahun tidak menunjukkan peruraian.
Larutan 30% senyawa ini dalam alkohol denaturasi mempunayai pH 3,0 dan
dalam air mempunyai pH 4,0. Dua kelompok senyawa aluminium yang larut
dalam alkohol, yaitu :
1.

hidroksi aluminium alkohol klorida bebas besi


2. senyawa

lingkar

baru,

misalnya

klorodioksaluminan

dan

klorodioksalumolan.
Deodoran adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk menyerap keringat
dan menguarangi bau badan.(4)
II.4. JENIS JENIS ANTIPERSPIRANT DAN DEODORAN
Antiperspirant dapat berbentuk aerosol, bedak kompak, emulsi, krim, larutan,
atau stik. Dalam hal ini yang akan dibahas adalah antiperspirant dalam bentuk
larutan atau dalam bentuk cair, yang termasuk ke dalam kelompok sediaan
kosmetik cair, jenis-jenis antiperspirant cair antara lain :

Pure Perfume, pure perfume sendiri sebenarnya adalah sebuah extract


wewangian dengan konsentrasi antara 15%-30% berupa minyak fragrance
(campuran lainnya bisa berupa air atau alkohol) dan dapat bertahan lebih dari
6 jam jika dipakai. Beberapa merek menawarkan produknya dengan jenis ini,
tapi biasanya sangat langka dan mahal.

SOIE de Perfume adalah jenis yang tidak biasa beredar di pasaran komersial
sama seperti pure perfume, dengan konsentrasi 15%-18% minyak perfume,
dapat bertahan kurang lebih 3-6 jam jika digunakan.

10

Eau de Perfume adalah jenis yang sedikit umum di pasaran dengan konsentrasi
minyak antara 8%-15% dan bertahan kurang lebih 3-5 jam jika dipakai,
harganya sedikit lebih mahal dari pada concentrated fragrance, tergantung dari
merk dan jenisnya.
Eau de Toilette adalah jenis yang sangat umum di pasaran industri

wewangian, konsentrasi minyak perfume yang dikandung kurang lebih antara


4%-10% dan bertahan antara 3-4 jam jika digunakan. Jenis ini biasanya jenis
terkuat yang disediakan untuk parfume pria.
Eau de Cologne adalah jenis dengan konsentrasi minyak 2%-5% dan dapat
bertahan sampai dengan 3 jam. Jenis ini dulu sempat sangat populer, tapi saat
ini sudah tidak sebanyak dulu. Umumnya untuk perfume wanita, masih sedikit
umum dijumpai untuk perfume pria.
After Shave (A/S) adalah jenis dengan campuran dengan konsentrasi minyak
3% atau kurang dan dapat bertahan kurang lebih 2-3 jam dan cukup umum
dijumpai pada berbagai merk perfume. Biasanya pada after shave mengandung
balm atau aloe (lidah buaya) yang digunakan untuk menenangkan pori-pori
setelah bercukur bagi para pria. Kandungan alkoholnya juga berfungsi untuk
menutup kembali pori-pori.
Eau Fraiche adalah jenis yang tidak umum untuk industri besar dengan
campuran kurang dari 3% dan bertahan hanya sekitar 1 jam saja. Biasa pula
disebut dengan nama Perfume Mist atau Splash.
Perbedaan parfum, de perfume, de toilette, de cologne dan body splash hanya
pada konsentrat atau perbandingan campuran antara essence dan alkoholnya.
Semakin tinggi kandungan essence-nya makin semakin kuat dan tahan lama
wanginya.
Parfum merupakan produk yang paling mahal dan paling keras aromanya.
Kandungan essencenya yang tinggi, dan cenderung original alias tanpa minyak
tambahan, menyebabkan parfum lebih tahan lama aromanya dan tidak cepat
menguap. Hanya dengan sedikit lesan (bukan disemprotkan) pada titik-titik
tertentu, misal dibaliktelinga, di leher dekat dagu dan dekat siku tangan, maka
aromanya bisa tahan sangat lama sampai 2-3 hari. Bahkan setelah terkena air atau
mandi, aromanya masih kuat tercium karena serasa mengalir dalam darah.

11

Eaude Toilette dan Eaude Cologne Lebih lemah aromanya dan lebih banyak
kandungan alkoholnya dan biasanya ditempatkan dalam botol spray.(1)
II.5. COLOGNE
Wewangian atau biasa disebut dengan parfum, kini sudah tersedia dengan
berbagai merk dan harga. Saat ini banyak sekali toko yang menjual parfum tiruan
yang harganya tentu saja tidak semahal barang asli, namun cukup membuat badan
Anda wangi dan otomatis menambah kepercayaan diri.
Bicara parfum, ternyata bukan dimulai di negara yang menjadi pusat mode
dunia, Paris, tapi justru berawal dari Mesir. Dimana pada zaman antik (kuno)
orang Mesir menghormati para dewanya dengan kemenyan, salep dan minyak
wewangian yang kemudian menjadi bagian upacara keagamaan seperti upacara
kematian. Di samping itu wewangian ini juga dipakai untuk keindahan perempuan
dan laki-laki. Pemakaian wewangian ini dipertahankan oleh Mesir dan negaranegara Arab pada umumnya.
Begitu juga dengan Yunani yang menggunakan parfum untuk upacara ibadah
dan kebutuhan sehari-hari. Melumuri tubuh dengan minyak dan krem sudah
menjadi trend saat itu. Tujuannya adalah untuk kesehatan dan kesenangan.
Kemudian diikuti oleh orang Romawi yang meyakini parfum juga berfungsi
sebagai obat selain untuk upacara keagamaan. Ketika agama Kristen -yang tidak
mengenal upacara kematian (upacara keagamaan lainnya)- masuk ke negara barat,
pemakaian parfum sempat berkurang. Namun orang Arab dan Persia tetap
memelihara tradisi memakai wewangian ini.
Setelah masuk abad ke-12 barulah orang Kristen mulai meyakini parfum
berfungsi untuk kesehatan seperti menangkal wabah dan bau-bau tak sedap. Pada
pertengahan abad ke-15, muncul parfum campuran minyak dan alkhohol disebut
eaux de senteur atau scent. Pada abad ke-17, parfum mencapai sukses besar.
Dimana jenis parfum yang populer adalah civet dan musk. Civet berasal dari
wewangian kelenjar kesturi. Sedangkan musk adalah wewangian kelenjar perut
rusa jantan tak bertanduk (musk deer).

12

Pada perkembangannya mulai muncul dan diminatilah wewangian beraroma


manis, bunga-bungaan, dan buah-buahan. Masuk abad ke-18 parfum tidak hanya
menarik dari wewangiannya tapi juga dari kemasan (botol) nya. Di saat ini juga
ditemukan eau de cologne, campuran antara rosemary, bunga jeruk, citrus/jeruk,
dan lemon.
Nama cologne berasal dari Perancis, yaitu Eau de Cologne. Sementara istilah
'Eau de' yang digunakan untuk beberapa istilah diatas dalam Bahasa Inggris
berarti 'water of'. Selain itu juga sering dijumpai tulisan 'pour homme' (Bahasa
Perancis) yang berarti 'untuk pria' atau dalam Bahasa Inggris berarti 'for men'
sedangkan lawannya adalah 'pour femme' atau 'untuk wanita'. Sebenarnya
formulasi cologne dengan jenis-jenis antiperspirant dan deodorant cair lain hanya
terdapat perbedaan pada persentase kandungan minyak parfum, dalam cologne
minyak parfum yang dikandung yaitu sebesar 2-5%, dan perbedaan satu lagi
terletak pada lamanya bertahan di tubuh (wanginya), untuk cologne dapat bertahan
kurang lebih 3 jam.
Cologne

dalam bentuk larutan sendiri ada banyak macamnya, jenis ini

ditentukan hanya dari cara pemakaian dan dari kemasannya saja, yaitu spray
cologne dan splash cologne, spray cologne digunakan dengan cara disemprotkan
dan splash cologne digunakan dengan cara di percikkan

langsung ke badan

melalui kulit secara langsung.(2)


II.6. FORMULASI COLOGNE
Formulasi cologne hampir sama dengan formulasi antiperspirant dan
deodorant cair lainnya hanya beda pada kandungan minyak parfumnya. Formulasi
secara umum cologne yaitu:

Formula
Nama bahan
Aluminium klorhidrat
PEG 50 hydrogenated castor oil
Alcohol
Germisida
Partum
Air hingga
13

Persentase (%)
20
5
10
0,2
2-5
100

Propilenglikol yang dipakai yaitu PEG 50 hydrogenated castor oil atau PEG
40 hydrogenated castor oil.(4)
II.7. SPLASH COLOGNE
Untuk splash cologne formulasi yang digunakan tidak begitu jauh berbeda,
perbedaannya hanya terletak dari cara pemakaian dan wadah (kemasan) yang
digunakan.

II.8. PEMBUATAN SPLASH COLOGNE


Pembuatan cologne itu bermacam-macam caranya, tapi secara umum
pembuatan cologne yaitu sebagai berikut :
Larutkan aluminium klorhidrat dalam air secukupnya, tambahkan germisida,
aduk sampai homogen, tambahkan propilenglikol, alcohol, dan sisa air, aduk
sampai homogen, akhirnya tambahkan parfum, aduk sampai homogen.(4)
II.9. KEMASAN ATAU WADAH
Kemasan atau wadah cologne tidak begitu rumit. Umumnya cologne dan
antiperspirant berbentuk larutan disimpan dalam botol atau plastik mulut sempit
dengan tutup pulir. Dan untuk splash cologne sendiri ditempatkan dalam wadah
botol kaca atau plastik mulut sempit.(4)
Spray cologne

Splash cologne

14

II.10. PENGUJIAN SPLASH COLOGNE


Pengujian pada sediaan splash cologne sama dengan pengujian atau penilaian
pada deodorant dan antiperspirant.
Efisiensi deodorant dapat diuji dengan penilaian bau. Pengujian dilakukan
langsung terhadap bau atau terhadap kain atau pakaian yang melekat di badan.
Evaluasi efektifitas antiperspirant dapat dilakukan dengan menggunakan
metoda:
1. Metoda noda (semi kuantitatif terbaik)
Berbagai metoda noda telah dilakukan untuk mendeteksi dan
mengukur jumlah keringat yang keluar di permukaan kulit. Pada pemeriksaan
klinik dilakukan metoda berdasarkan reaksi iodum pati. Di samping itu metoda
yang sangat sederhana dan cepat berdasarkan reaksi biru bromfenol yang
disuspensikan ke dalam minyak silicon, akan memberikan noda kebiruan pada
permulaan keluarnya keringat, yang dapat diamati pada tiap terbukanya
pembuluh keringat melalui lapisan transparan larutan indikator.
Dengan mengkombinasikan kedua metoda tersebut diatas diperoleh
catatan permanen noda hitam-biru pada kertas toilet yang telah mengabsorpsi
keringat.
2. Metoda gravitasi.
Metode ini lebih baik untuk mengevaluasi efektivitas antirespiran .
Dalam metoda ini bahan absorben yang telah mengabsorpsi keringat
ditimbang, sebagai bahan absorben digunakan kain kasa yang tbelah ditara.
3. Metoda pencatatan kontinyu
Diantara semua metoda yang ada, metoda ini paling teliti karena
menggunakan hygrometer elektronik. Prinsip yang digunakan adalah sama,
yakni dengan membuang terus-menerus uap lembab yang dihasilkan oleh
bagian kulit yang tertutup dengan menggunakan aliran udara kering.
Tiap metoda mempunyai perbedaan dalam menggunakan tipe detektor
uap lembab. Beberapa metoda menggunakan higrometer resisten dan
kapasitan, lainnya ada yang menggunakan analisa gas inframerah, dan analisa
air elektrolit.
Detektor analisa air elektrolit terdiri dari ukuran aliran dan gulungan salisan
fosorpentoksida. Sewaktu gas kering dualirkan melalui gulungan, air yang
dibebaskan diabsorbsi oleh fosforpentoksida. Arus yang melalui gulungan
15

diukur terus-menerus dan harus sesuai dengan jumlah air yang diabsorbsi oleh
gulungan.(4)

BAB III
PEMBAHASAN
III.1. BAHAN BAHAN YANG TERKANDUNG DI DALAM COLOGNE DAN
FUNGSINYA
aluminium, dan sebagian kecil menggunakan senyawa seng sebagai adstringen.
Penggunaan garam aluminium saja dianggap mempunyai efek antibakteri karena
menghasilkan pH asam dari proses hidrolisa. Kulit dengan pH asam dianggap
merupakan pertahanan natural terhadap infeksi bakteri dan jamur. Sediaan

16

antirespiran harus berdasarkan hidrolisa garam logam, karena mempunyai efek


menghambat bakteri kulit. Pengamatan terhadap efek aluminium sulfat,
aluminium klorhidroksida, dan dapar aluminium klorida dengan urea 5%,
ternyata mempunyai efek bakterisidal dan bakteriostatik yang sama kuat.
Sebagian besar sediaan antirespiran menggunakan aliminium klorhidrat,
aluminium klorida sebagai zat efektif, karena zat tersebut mempunyai sifat
astringen dan antibakteri. Mempunyai pH 4 yang tidak akan menyebabkan iritasi
kulit atau merusak jaringan. Dahulu yang sering digunakan dalam antirespiran
adalah aluminium sulfat, aluminium klorida, dan aluminium fenolsulfonat.
Aluminium klorida dan aluminium sulfat merupakan zat efektif dan tidak toksik,
tetapi sangat asam, pH antara 2 dan 3. Hal ini dapat menyebabkan iritasi kulit
dan merusak pakaian, terutama yang terbuat dari kapas dan rayon. Untuk
mengurangi keasaman antirespiran dibust dapar. Untuk mengatasi keasaman
tersebut dapat digunakan aluminium klorhidrat, aluminium klorhidrat komplek
atau klorhidrol, (Al2(OH)5Cl)x, karena pH nya lebih kurang 4 sehingga tidak
perlu didapar.
Propilenglikol, yang biasa dipakai pada sediaan splash cologne yaitu PEG 50
hydrogenated castor oil atau PEG 40 hydrogenated castor oil. PEG castor oil
yaitu nama lainnya PEG kastor oil dan PEG Hydrogenated kastor oil adalah
keluarga polietilen glycol derivatif dari minyak jarak dan hydrogenated minyak
jarak yang digunakan di lebih dari 500 formulasi mewakili berbagai produk
kosmetik. Mereka digunakan sebagai kulit lengkap dan sebagai agen surfactants
(emulsifying dan / atau agen solubilizing). The PEG kastor oil dan PEG
Hydrogenated kastor oil termasuk berbagai rantai panjang, tergantung pada
jumlah oksida Ethylene digunakan dalam sintesis. Meskipun tidak semua
polimer panjang telah belajar, maka dianggap dapat meramalkan kemungkinan
hasil dari sedikit yang telah belajar untuk semua bahan dalam keluarga. Karena
pokok noncosmetic penggunaan PEG kastor oil adalah sebagai solvents untuk
obat intravena, klinis data yang tersedia menunjukkan hubungan darah dapat
menyebabkan perubahan kardiovaskuler. Hasil dari studi menunjukkan hewan
sangat tinggi nilai LD

5O,

dengan beberapa bukti akut nephrotoxicity di tikus

tetapi tidak di kelinci. PEG kastor oil yang aman untuk digunakan dalam
formulasi kosmetik sampai konsentrasi 50% dan PEG yang Hydrogenated
17

Kastor oil yang aman seperti yang digunakan dalam formulasi kosmetik. Jenis
PEG hydrogenated castor oil yang dipakai pada sediaan cologne adalah jenis 40
dan 50. Kandungan tersebut ditentukan dari banyaknya molekul ethilen oksida.(6)
Alkohol, alkohol digunakan pada splash cologne sebagai preservative, dan
sebagai pembawa bahan aktif dalam cologne agar mellekat pada kulit dan
menguapkan air yang digunakan sebagai basis.
Germisida, bahan ini digunakan sebagai antibakteri.
Parfum, atau fragrans. Fragrans itu 'biang' segala wewangian. Semua yang
berbau harum berasal dari fragrans. Menurut Food and Drug Administration
(FDA) Amerika, fragrans berarti semua substansi baik alami maupun sintetis
yang semata-mata digunakan untuk memberi bau pada produk-produk kosmetik.
Bahan dasarnya amat banyak. Bisa dari alam atau bikinan manusia (sintetis).
Sumber alam kebanyakan dari tumbuh-tumbuhan atau hewan. Setelah lewat
proses cukup rumit seperti distilasi dan ekstraksi, baru dihasilkan fragrans dalam
bentuk konsentrat pekat. Sedangkan yang sintetis bahannya dari berbagai
macam zat kimia yang sudah jadi. Sesudah melewati reaksi-reaksi kimiawi di
laboratorium, dihasilkan konsentrat seperti yang alami tadi, namun dengan
rumus kimia baru. Parfum atau fragrans ini yang yang memberikan bau wangi
pada tubuh.
Air, air digunakan sebagai basis.(4)

III.2. EFEK SAMPING YANG BISA DITIMBULKAN OLEH COLOGNE


Gangguan Kulit Dan Saraf
Kelemahan berikutnya adalah cara pengujian, yang sebagian besar difokuskan
pada paparan dan akibat yang timbul pada kulit. Paparan lewat saluran
pernapasan atau saluran cerna biasanya tidak dilakukan. Padahal masalah
kesehatan juga bisa muncul lewat kedua jalur itu dan efeknya lebih sistemis dan
kronis.
18

Salah satu laporan RIFM menyebut kerugian material akibat gangguan


kesehatan gara-gara fragrans cukup besar. Padahal itu berkaitan dengan fragrans
yang sudah lolos dari RIFM. Sekitar 35 juta orang AS menderita rhinitis alergik,
dan penanganannya menelan biaya AS $ 8 miliar/tahun. Sekitar 1.000 pekerja
harus absen kerja karena menderita migren, dan akibatnya AS $ 5 miliar
melayang. Asma dan penyakit paru-paru kronis meningkat dua kali lipat dalam
20 tahun terakhir.
Banyak penelitian menunjukkan, fragrans memiliki dampak buruk terhadap
kesehatan. Studi mendalam oleh U.S. Environmental Protection Agency (EPA)
pada 1991 menunjukkan, aseton yang biasa digunakan dalam deterjen, cologne
dan terutama zat penghilang cat kuku bisa menimbulkan gejala mual, pusing dan
mampu menekan fungsi susunan saraf pusat, termasuk otak dan saraf tulang
belakang.(3)
Parfum Dianggap Polutan
Yang paling dikhawatirkan para pakar lingkungan justru dampak polutan
fragrans, di samping pencemaran lingkungan langsung akibat tidak memadainya
pengolahan limbah industri. Selain belum ada peraturannya, juga belum bisa
didaur ulang dan terus-menerus bersirkulasi dalam air (polusi akuatik). Dalam
kasus parfum, setelah menguap fragrans bereaksi dengan substansi lain di udara.
Reaksi ini menghasilkan substansi baru yang dapat larut dalam air.
Di Amerika Serikat sekarang sedang marak isu kampanye anti parfum karena
bau harum sudah dianggap 'polutan'. Tak semua orang tahan terhadap bau
parfum tertentu, dan terkadang berakibat munculnya gangguan kesehatan.
Celakanya, kita tidak bisa meminta orang untuk menghilangkan wewangian
yang sudah telanjur teroles di tubuhnya seperti halnya meminta orang untuk
mematikan misalnya pada rokok.
Sadar akan risiko munculnya berbagai gangguan kesehatan, konsumen menjadi
makin berhati-hati dalam memakai produk berfragrans. Produsen pun tak kurang
akal. Telah banyak beredar di pasaran produk berlabel 'hypoallergenic', 'for

19

sensitive skin', sampai 'dermatologist tested', 'dermatologist recommended',


bahkan 'fragrance free'.
Itu sah-sah saja. Sebab, dalam rumusan FDA fragrans adalah materi yang
dicampurkan semata-mata untuk menghasilkan bau-bauan. Padahal fragrans bisa
berfungsi ganda. Selain sebagai penyebar bau harum, juga dapat sebagai bahan
pengawet. Jadi, meskipun produsen mengklaim produknya 'bebas fragrans.(3)

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
Splash cologne yang berasal dari kata eau de cologne merupakan salah satu
jenis dari antiperspirant dan deodorant dalam bentuk cair, yang digunakan untuk
mengurangi atau menghilangkan bau badan yang disebabkan karena keringat.
20

Kandungan yang penting yaitu aluminium klorhidrat dan germisida sebagai


antibakteri, dan parfum (fragrans) sebagai pemberi bau wangi pada tubuh.
Ternyata cologne yang terlihat sepele tapi juga bias menimbulkan efek samping
yang tidak ringan, yaitu seperti gangguan kulit dan saraf.

SARAN
Efek cologne ternyata juga bias membahayakan tetapi bisa diatasi dengan
pemberian fragrans yang tidak terlalu banyak, karena menurut penelitian hal atau
zat yang bisa menyebabkan menyebabkan gangguan kulit dan saraf yaitu dari
kandungan fragrans (parfum)

DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.mainmata.net/
2. http://www.mustika_the_Night.net/
3. http://www.wikipedia.com

21

4. Formularium Kosmetika Indonesia, Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, 1985.
5. J Heritage E,G,V, Evans , R,A Killington. Human Fisiologi. Cambrige
University Press. 1999
6. Nikitakis Joanne M, Cosmetic Ingredient Handbook, Vermont Avenue,
Washington, D.C, 2005.

22

Anda mungkin juga menyukai