Elly Sonny
102011253
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna No. 6, Jakarta 11510
Email: Sonnye92@Yahoo.Com
Pendahuluan
Salah satu fakta yang jelas terjadi pada manusia adalah terjadinya penurunan sifat dari satu
generasi ke generasi berikutnya dan begitu seterusnya. Misalnya saja seorang ayah yang
menurunkan karakter rambut keriting kepada anaknya, atau seorang ibu yang mewariskan
mata birunya kepada anaknya. Pewarisan sifat yang terjadi pada manusia dikarenakan
orantua melengkapi anaknya dengan informasi yang terkode dalam gen.1 Akan tetapi perlu
disadari bahwa dalam pewarisan sifat, akan muncul variasi-variasi tertentu yang menciptakan
keanekaragaman. Tokoh yang berjasa dalam mengembangkan teori pewarisan sifat adalah
Gregor Mendel, lewat dua hukum yang telah disusunnya (Hukum Mendel I dan Hukum
Mendel II).
Pewarisan sifat yang terkait dengan warna rambut, bentuk hidung, dsb, tidaklah
berbahaya. Pewarisan sifat yang berbahaya dan dapat menjadi masalah serius ketika gen-gen
yang diwariskan menyebabkan kelainan tertentu yang menimbulkan cacat bahkan kematian.
Polidaktili merupakan salah satu kelainan pewarisan sifat atau kelainan gen. Polidaktili
membuat seseorang memiliki jumlah jari tangan yang berlebih. Karena sifatnya yang
autosomal dominan, maka kelainan ini tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin dan dapat terjadi
pada semua lapisan generasi dengan prosetase berkisar antara 50% hingga 100% penderita.
Melalui makalah ini, diharapkan mahasiswa Fakultas Kedokteran Ukrida dapat memahami
segala hal yang berhubungan dengan gen serta pewarisan sifat, dengan tetap terkait dengan
hukum Mendel. Selain itu, diharapkan mahasiswa dapat mengerti serta memahami kelainankelainan dalam pewarisan sifat yang salah satunya dapat menyebabkan kelebihan jumlah
tangan pada manusia (polidaktili).
Pembahasan
1. Gen
Kromosom tersusun dari DNA dan protein. DNA sendiri merupakan molekul panjang
yang menyimpan informasi genetik. Total informasi genetik yang disimpan dalam DNA suatu
sel disebut dengan genom. Genom DNA tersusun atas gen-gen. Dalam tiap gen tiulah
terdapat informasi mengenai suatu karakter. Pengertian gen sendiri adalah unit instruksi untuk
menghasikan atau mempengaruhi suatu sifat herediter tertentu.2
Pewarisan sifat yang terjadi pada manusia dikarenakan orangtua melengkapi anaknya
dengan informasi yang terkode dalam gen.1 Gen terletak pada suatu ruang yang secara fisik
ada pada kromosom, yang disebut dengan lokus. 3 Lokus pada kromosom dianalogikan seperti
manik-manik yang berjejer lurus pada seuntai benang.
Simbol gen yang menunjukkan karakter resesif biasanya ditulis dengan huruf kecil.
Sementara itu, simbol gen yang menunjukkan karakter dominan ditulis dengan huruf besar.
Sebagai contohnya, karakter dwarf (cebol) yang resesif disimbolkan dengan huruf d,
sedangkan yang normal dominan disimbolkan dengan huruf D. 2
Konsep mengenai gen sendiri selalu berikatan dengan alel. Alel disebut juga sebagai versi
alternatif gen yang menjelaskan adanya variasi pada pewarisan suatu sifat. Misalnya, gen A
1
berperan dalam menimbulkan karakter pigmentasi kulit secara normal. Karena suatu hal, gen
A mengalami mutasi sehingga tidak mampu menimbulkan pigmentasi (gen A termutasi
menjadi a). 2
Apabila dua gen (A dan a) berada pada lokus yang sama dari suatu kromosom dan
kromosom homolognya, maka letak pasangan alel tersebut dikatakan bersesuaian. Gen sealel
tersebut harus diberi simbol dengan huruf yang sama tetapi dibedakan (satu huruf besar, satu
huruf kecil). Bila pengaruh kedua alel untuk menimbulkan suatu karakter sama dominannya,
maka ditulis dengan huruf yang sama besar (misal:AA) dan disebut dengan alel identik yang
berada dalam keadaan homozigot. Sebaliknya, bila resesif, maka ditulis dengan huruf yang
sama kecil (misal:aa). Kemungkinan lain adalah munculnya heterozigot (misal:Aa).2
Salah satu cara untuk memprediksi kemungkinan pewarisan suatu gen dapat dilakukan
dengan melihat diagram silsilah yang memperlihatkan hubungan genetik antargenerasi.
Dengan diagram silsilah, kita dapat mengindentifikasi apakah gen tersebut dibawa dalam
kromosom seks(genosom: X atau Y) atau kromosom non-seks (autosom). Dengan diagram
ini juga dapat dilihat apakah gen tersebut bersifat dominan atau resesif dan apakah seseorang
dapat menjadi pembawa gen (karier) resesif yang dapat diwariskan ke generasi berikutnya.4
2. Hukum Mendel
Dalam sejarah perkembangan ilmu genetika, Gregor Mendel dikenal sebagai orang
pertama yang memperkenalkan sistem sederhana untuk menganalisis sifat genetik suatu jasad
hidup.5Gregor Mendel sendiri lahir di Australia tahun 1822, dan kemudian menjadi seorang
biarawan. Mendel diberi sebuah kebun kecil dimana dia mengadakan percobaan kacang ercis
(Pisum sativum).6 Melalui eksperimen tersebut, Mendel kemudian mengajukan konsep
mengenai segregasi (hukum segregasi) yang juga dikenal dengan hukum Mendel I (the law of
segregation)dan Hukum Mendel II (hukum pengelompokan bebas Mendel).
2.1 Hukum Mendel I (Hukum Segregasi)
Hukum segregasi Mendel menyatakan bahwa anggota pasangan alel akan bersegregasi
(terpisah) selama proses pembentukan gamet dan akan menyatu lagi secara acak (distribusi
acak) pada saat fertilisasi, sehingga sebagian gamet akan berisi gen ibu asli lainnya berisi
gen ayah asli.3,6 Hukum Mendel I ini sebenarnya merupakan refleksi dari perilaku kromosom
saat pembelahan meiosis pada tahap anafase I.3 Hubungan antara hukum tersebut dan
perilaku kromosom tersebut baru dapat dipahami 35 tahun setelah Mendel mempresentasikan
hasil-hasil yang diperolehnya.6
Hukum Mendel I ini dibuktikan dengan percobaan persilangan monohibrid (persilangan
dengan satu tanda beda). Melalui percobaan ini, dihasilkan beberapa kesimpulan, kesimpulan
yang pertama: galur murni akan menampilkan sifat-sifat dominan (alel AA) maupun sifat
resesif (alel aa). Bila disilangkan, F1 akan mempunyai kedua macam alel (Aa) tetapi
menampakkan sifat dominan (apabila dominan lengkap). Kesimpulan yang kedua
mengatakan bahwa individu heterozigot (F1) menghasilkan gamet-gamet setengahnya
mempunyai alel dominan A dan setengahnya lagi mempunyai alel resesif a.7
Kesimpulan yang terakhir dari percobaan ini bahwa: dengan rekombinasi antara gamet-gamet
secara rambang, populasi F2 menampilkan sifat-sifat dominan dan resesif dengan
perbandingan (nisbah) fenotip 3 dominan (AA atau Aa) : 1 resesif (aa). Sementara
perbenadingan genotip yaitu 1 dominan lengkap (AA) : 2 hibrida (Aa) : 1 resesif lengkap
(aa).7
Untuk menemukan kriteria lainnya mari kita melihat contoh berikut ini:
ibu akan menderita polidaktili. Jadi, kelebihan jari tangan (polidaktili) yang diderita bayi
merupakan kelainan yang diturunkan oleh ayahnya.
Kesimpulan
Kelainan yang menyebabkan jumlah jari tangan berlebih disebut dengan polidaktili.
Polidaktili merupakan kelainan pewarisan sifat (kelainan gen) yang disebabkan oleh gen
dominan pada autosom (autosomal dominan). Pewarisan autosomal dominan memiliki
kriteria bahwa paling sedikit satu orangtua harus mempunyai ciri ini (kecuali mutasi baru).
Kriteria lainnya adalah: perkawinan homozigot-normal menghasilkan semua keturunan
yang memiliki ciri tersebut, perkawinan heterozigot-normal mengahasilkan 50% keturunan
dengan ciri tersebut, sebagain besar individu yang menunjukkan ciri ini akan merupakan
heterozigot, frekuensi munculnya penderita akan sama banyak pada kedua jenis kelamin
(laki-laki maupun perempuan), dan diketahui bahwa penurunan autosom dominan akan
muncul pada setiap generasi.
Bedasarkan kasus diatas dan kariteria yang telah disebutkan sebelumnya, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa kelebihan jari tangan (polidaktili) yang diderita bayi merupakan
kelainan yang diturunkan oleh ayahnya. Dengan demikian maka hipotesis yang ada dapat
dibenarkan.
Daftar Pustaka
1. Saefudin. Genetika. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. 2007.
2. Aryulina D, Muslim C, Manaf S, Winarni EW. Biologi SMA dan MA untuk kelas XII.
Jakarta: Esis; 2009.
3. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2004.h.58-61.
4. James J, Baker C, Swain H. Prinsip-prinsip sains untuk keperawatan. Jakarta: Penerbit
Erlangga; 2011.h.95-7.
5. Yuwono T. Biologi molekular. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2010.h.41-2.
6. Fried GH, Hademenos GJ. Schaums outlines: Biologi. Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Erlangga; 2011.h.105-8.
7. Yunus R, Haryanto B, Abdi C. Teori Darwin dalam pandangan sains dan Islam. Jakarta:
Penerbit Prestasi; 2006.h.71-3.
8. Hull D, Johnston DI. Dasar-dasar pediatri. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2008.h.19-21.
9. Benson RC, Pernoll ML. Buku saku obstetri & ginekologi. Edisi 9. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2009.h.64-5.
10. Firmansyah R, Hendrawan AM, Riandi MU. Mudah dan aktif belajar biologi. Bandung:
PT Setia Purna Inves;2007.h.108.