Home Page
Kabar Indo
Kabar Berita Terbaru
Don't Miss:
Nestapa Budak Seks ISIS yang Dilelang di Pasar Gelap Timur Tengah
7 Pecahan Uang Rupiah Ini Tak Berlaku Lagi Mulai November 2016
Home
News
Bisnis
Health
Showbiz
Bola
Tekno
Lifestyle
Global
Otomotif
Properti
Citizen 6
Regional
Pilkada
HomeGlobalPengakuan Eks Algojo Dan Asal Mula Duterte Disebut The Punisher
Presiden Filipina, Rodrigo Duterte menjawab pertanyaan awak media saat mengunjungi
lokasi ledakan bom di kota Davao, Filipina, (2/9). Saat terjadinya serangan bom, Duterte
tengah berada di kawasan tersebut. (REUTERS/Lean Daval Jr)
Kabarindo.us Manila - Seorang mantan death squad alias tentara pembunuh baru saja
mengumumkan bahwa ia adalah algojo setia Rodrigo Duterte kala ia masih menjabat Wali
Kota Davao.
Di depan sidang senat, mantan milisi Edgar Matobato mengaku Duterte yang kini Presiden
Filipina memerintahkan kelompoknya untuk membunuh kriminal, kelompok agama tertentu,
hingga oposisi politik selama Duterte memimpin Davao.
Baca Juga
Atas "kekejiannya" itulah, Rodrigo Duterte diberi nama The Punisher alias sang penghukum.
Hal itu disebabkan karena kebiasaannya yang menggunakan kekerasan, bahkan mencabut
nyawa siapa saja yang melanggar ketentuannya.
Semenjak Duterte menjadi orang nomor satu pada Juni, lebih dari 3.000 orang yang diduga
pengguna dan pengedar obat bius tewas ditembak mati oleh petugas keamanan dan kelompok
milisi. Hal itu membuat komunitas internasional mempertanyakan sistem pengadilan yang
adil, yang sejatinya menjadi hak para terhukum. Demikian dilansir The Independent, Jumat
(16/9/2016).
Di depan anggota senat dan disiarkan oleh TV, mantan anggota milisi, Edgar Matobato,
membeberkan bukti kelompoknya terlibat pembunuhan.
Pria berusia 57 tahun itu mengaku terlibat dengan 50 kasus penculikan dan pembunuhan.
Termasuk penculikan pemimpin geng yang kemudian dijadikan mangsa buaya pada tahun
2007.
"Pekerjaan kami adalah untuk membunuh para kriminal seperti pengguna narkoba,
pemerkosa dan perampok," kata Matobato kepada anggota perlemen. Ia menambahkan, tak
semua yang dibunuh adalah kriminal melainkan mereka yang melawan Duterte, atau
berseberangan dengan salah satu anak laki-laki sang penguasa.
"Itu sebabnya, ia dipanggil sang penghukum," klaim Matobato.
Matobato mengklaim bahwa ia direkrut oleh Duterte pada tahun 1988 dan keterlibatannya
berakhir pada 2013 ketika ia meningkalkan kelompok pembunuh bayaran, "Lambada Boys",
yang diduga membunuh lebih dari 1.000 orang.
Matobato mengklaim ia melempar granat ke Masjid Bangkehoran pada 1993. Tapi untung tak
ada yang tewas. Ia juga menambahkan Davao Death Squad menculik dan membunuh
sejumlah pria muslim dan menguburkan mereka di lahan kosong.
Disanggah
Kendati telah membuat pengakuan secara terbuka, pemerintah menolak kesaksian itu. Salah
satu menteri kabinet Duterte mengatakan pengakuan itu "bohong dan dibuat-buat".
Rekomendasi
7 Pecahan Uang Rupiah Ini Tak Berlaku Lagi Mulai November 2016
Masih Kerja Kantoran Tapi Mau Dapat Uang Tambahan? Ini Caranya
Nestapa Budak Seks ISIS yang Dilelang di Pasar Gelap Timur Tengah
Trending Tags
PON 2016
Ahok
Mario Teguh
Raffi Ahmad
Tax Amnesty
Manchester United
Mbah Gotho