Anda di halaman 1dari 28

SCABIES

MATA KULIAH SISTEM INTEGUMEN


DosenPembimbing :
Johanis Kerangan S.Kep,Ns.,M.Kep

Disusunoleh :
KELOMPOK 5
Andreas Kutika

14061006

Agnes Yuliantri Alo

14061077

Christin Himpede

14061161

Ema Oktavia Sae

14061004

Erma Fika Lasabuda 14061034


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2016

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas tuntunan dan
rahmat-Nya makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik. Adapun judul yang kami ambil
dalam pembuatan makalah ini adalah SCABIES. Makalah ini disusun untuk melengkapi
tugas kelompok mata kuliah Sistem Muskuloskeletal.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada :


1. Kelompok 5 yang telah berparisipasi dalam pembuatan makalah ini
2. Johanis Kerangan S.Kep,Ns.,M.Kep selaku dosen Mata Kuliah Sistem Integumen yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan kelompok dalam pembuatan
makalah ini
3. Kepada teman-teman yang membantu kami dalam doa untuk kelancaran pembuatan makalah
kelompok ini.
Ada istilah yang mengatakan bahwa tidak ada gading yang tak retak maka, kami
mengharapkan adanya kritik dan saran dalam perbaikan makalah kedepannya

Manado, Oktober 2016


Kelompok 5

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1 Pengertian.........................................................................................................................4
1.2 Etiologi.............................................................................................................................6
1.3 Klasifikasi Skabies...........................................................................................................7
1.4 Manifestasi Klinis.............................................................................................................9
PATHWAY SCABIES..........................................................................................................10
1.6 Prognosis........................................................................................................................11
1.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG...................................................................................11
1.8 PENATALAKSANAAN MEDIS...................................................................................12
BAB II......................................................................................................................................13
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................................13
BAB III.....................................................................................................................................18
STUDI KASUS........................................................................................................................18
1.

PENGKAJIAN..........................................................................................................18p

2.

ANALISA DATA.........................................................................................................21

3.

DIAGNOSA KEPERAWATAN...................................................................................22

4.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................23

5.

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN............................................27

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pengertian
Skabies merupakan infestasi pada kulit manusia yang disebabkan oleh penetrasi
parasit obligat Sarcoptes Scabiei varian hominis ke epidermis.
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestisasi1 dan sensitisasi
terhadap Sarcoptes Scabiei varian hominis dan produknya. Sinonim dari penyakit ini adalah
kudis, the itch, gudig, budukan, dan gatal agogo. (Handoko, 2007) .
Scabies (the itch, gudik, budukan, gatal agogo) adalah penyakit kulit yang disebabkan
oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes Scabiei Var. Hominis dan produknya. (Arief,
M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000)
.
Anatomi Fisiologi Kulit

1.Epidermis(kulit ari)
Lapisan paling luar terdiri atas lapisan epitel gepeng. Unsur utamanya adalah sel-sel
tanduk (keratinosit) dan sel melanosit. Lapisan epidermis tumbuh terus karena lapisan sel
induk yang berada di lapisan bawah bermitosis terus menerus, sedangkan lapisan paling luar
epidermis akan terkelupas atau gugur. Epidermis dibina oleh sel-sel epidermis terutama seratserat kolagen dan sedikit serat elastis.

1 . bersifat menular

Kulit ari(epidermis) terdiri atas beberapa lapis sel. Sel-sel ini berbeda dalam beberapa
tingkat pembelahan sel secara mitosis. Lapisan permukaan dianggap sebagai akhir keaktifan
sel, lapisan tersebut terdiri atas 5 lapis.
1.

stratum korneum (stratum corneum) : lapisan ini terdiri atas banyak lapisan sel

tenduk(keratinasi), gepeng, kering, dan tidak berinti.


2.

stratum lusidum(stratum lucidum) : lapisan ini terdiri atas beberapa lapis sel yang

sangat gepeng dan bening. Membran yang membatasi sel-sel tersebut sulit terlihat sehingga
lapisannya secara keseluruhan seperti kesatuan yang bening.
3.

stratum granulosum (stratum granulosum) : lapisan ini terdiri atas 2-3 lapis sel

poligonal yang agak gepeng dengan inti di tengah dan sitoplasmanya berisi butiran
(granula) keratohialin atau gabungan keratin dengan hialin.
4.

stratum spinosum (strarum spinosum) : lapisan ini terdiri atas banyak lapisan sel

berbentuk kubus dan poligonal, inti terdapat di tengah dan sitoplasmanya berisi berkas-berkas
serat yang terpaut pada desmosom (jembatan sel).
5. stratum malpigi (stratum malpighi) : unsur-unsur lapis taju yang mempunyai susunan
kimia yang khas. Inti bagian basal lapis taju mengandung kolestrol dan asam-asam amino.
Stratum malpighi merupakan lapisan terdalam dari epdermis yang berbatasan dengan dermis
di bawahnya dan terdiri atas selapis sel berbentuk kubus (batang).
2.kulit jangat (dermis)
Batas dermis yang sukar ditentukan karena menyatu dengan lapisan subkutis(hipodermis),
ketebelannya antara 0,5-3 mm, beberapa kali lebih tebal dari epidermis, dan dibentuk dari
komponen jaringan pengikat. Derivat dermis terdiri atas bulu, kelenjar minyak, kalenjar
lendir, dan kelenjar keringat yang membenam jauh kedalam dermis
Lapisan dermis terdiri atas bagian-bagian berikut.
1. Lapisan papilla; mengandung lekuk-lekuk papilla sehingga stratum malpigi juga ikut
melekuk. Lapisan ini mengandung lapisan pengikat longgar yang membentuk lapisan bunga
karang disebut lapisan stratumspongeosum.
2.

Lapisan retikulosa: lapisan retikulosa mengandung jaringan pengikat rapat dan serat

kolagen. Sebagian besar lapisan ini tersusun bergelombang, mengandung sedikit serat
retkulin, dan banyak serat elastin. Sesuai dengan arah jalan serat-serat tersebut terbentuklah
garis ketegangan kulit.

Bahan dasardermis merupakan bahan matrik amorf yang memebenam pada serat kolagen dan
elastin. Turunan kulit glikosaminoglikans utama kulit adalah asam hialuronat dandermatan
sulfat dengan perbandingan yang beragam di berbagai tempat, bahan dasar ini bersifat sangat
hidrofilik.
3.hipodermis
Hipodermis adalah lapisan bawah kulit (fasia superfisialis) yang terdiri atas jaringan pengikat
longgar, kompenennya serat longgar, elastis dan sel lemak.Sel-sel lemak membentuk jaringan
lemak pada lapisan adiposa yang terdapat susunan lapisan subkutan untuk menentukan
mobilitas kulit diatasnya.Bila terdapat lobulus lemak yang merata, hipodermis membentuk
bantal lemak disebut pannikulus adiposus.

1.2 Etiologi
Sarcoptes scabiei termasuk dalam filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima,
famili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis namun juga ada
Sarcoptes scabiei lain misalnya Sarcoptes scabiei var. animalis. Secara morfologi berbentuk
oval, punggung cembung, dan bagian perut rata. Ukurannya 330-450 mikron x 250-350
mikron untuk yang betina dan 200-240 mikron x 150-200 mikron untuk yang jantan.
Sarcoptes scabiei dewasa memiliki 4 pasang kaki, 2 pasang di depan sebagai alat untuk
melekat dan 2 pasang di belakang di mana yang betina berakhir dengan rambut sedangkan
untuk yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan pasangan kaki keempat
berakhir dengan alat perekat. 2,3

Gambar 7: Sarcoptes scabiei

Sumber:http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/

Siklus hidup dari Sarcoptes scabiei : setelah terjadi kopulasi di atas kulit, S.scabiei
jantan akan mati atau kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan
yang digali oleh yang betina. Sarcoptes scabiei betina yang telah dibuahi akan menggali
teowongan dalam stratum korneum dengan kecepatan 2-3 milimeter perhari dan meletakkan
telurnya 2-4 butir perhari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang telah
dibuahi ini dapat hidup sekitar sebulan. Telur akan menetas biasanya dalam waktu 3-5 hari
dan menjadi larva yang memiliki 3 pasang kaki. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa
yang memiliki bentuk yaitu jantan dan betina dengan 4 pasang kaki. Siklus hidup dari telur
sampai menjadi bentuk dewasa memerlukan waktu 8-12 hari.2,3

Gambar 8: siklus hidup scabies


Sumber:gophoto.it/view.php?i=http://healthinessbox.files.wordpress.com

1.3 Klasifikasi Skabies


Terdapat beberapa bentukskabies atipik yang jarang ditemuan dan sulit dikenal,
sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara lain 6 :
1. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated)
Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya
sehingga sangat sukar ditemukan.6
2. Skabies incognito
Bentuk ini timbul pada skabies yang diobati dengan kortikosteroid sehingga gejala dan tanda
klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan masih bisa terjadi. Skabies incognito

sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas dan mirip
penyakit lain.
3. Skabies nodular
Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal.Nodus biasanya terdapat di
daerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan aksila.Nodus ini timbul
sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau skabies.
Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin
daat menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti
skabies dan kortikosteroid
4. Skabies yang ditularkan melalui hewan
Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan skabies
manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan genitalia
eksterna.Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang seringkontak/memeluk binatang
kesayangannya yaitu paha, perut, dada dan lengan.Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi
lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4-8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena
S. scabei var binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.6
5. Skabies Norwegia
Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta, skuama
generalisatadan hyperkeratosis yang tebal.Tempat presileksi biasanya kilit kepala yang
berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi
kuku.Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia tidak
menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat
banyak (ribuan). Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun
tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat berkembang biak dengan mudah.
6. Skabies pada bayi dan anak
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak
tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga
terowongan jarang ditemukan.Pada bayi, lesi di muka.6
7. Skabies terbaring di tempat tidur (bed ridden)
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur dapat
menderita skabies yang lesinya terbatas.6

1.4 Manifestasi Klinis


Terdapat 4 tanda kardinal :
a. Pruritus nokturna, gatal pada malam hari disebabkan karena aktivitas Sarcoptes scabiei ini
lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
b. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok misalnya dalam sebuah keluarga
biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Pada sebuah perkampungan padat
penduduk, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan terkena infeksi dari Sarcoptes
scabiei juga. Selain itu dapat terjadi hiposensitisasi dimana seluruh keluarganya terkena
infestasi dari Sarcoptes scabiei namun tidak menunjukkan gejala.Di sini penderita tersebut
hanya bertindak sebagai carrier.
c. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat predileksi yang berwarna putih atau keabuabuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, dengan rata-rata panjang 1 cm. Pada ujung
kunikulus ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulit menjadi
polimorf (pustul, erosi, eskoriasi, dsb). Tempat predileksinya biasanya madalah tempat
dengan stratum korneum yang tipis yaitu: sela-sela jari tangan, pergelangan, siku bagian luar,
areola mammae, umbilikus, bokong, genitalia eksterna, dan perut bagian bawah. Pada bayi
biasanya pada telapak tangan dan kaki.
d. Ditemukan S.scabiei pada satu atau lebih stadium hidup. Menemukan Sarcoptes scabiei
merupakan hal paling diagnostik.2

Gambar 11: Lesi pada skabies

PATHWAY SCABIES

Tungai sarcoptes scabiei

Kontak Langsung

Kontak Kulit Kuat

kontak tidak langsung

sanitasi buruk

Permukaan Kulit

Jantan + betina (Kopulasi)

Mati

Feces Scybala

Profease

Degradasi Startum corneum

Gatal

Gangguan Pola Tidur

(Buat Lubang)
Kenali Kulit Warna
(putih keabuan)
Bertelur (2-3 telur/hari)
Dewasa+Telur Scybala
Pelepasan Mediator Kimia
(Prostatglandin)
Prostatglandin mengiritasi
ujung saraf Nyeri

Nyeri Akut

Hipersensifitas Type IV

Kerusakan integritas kulit

1.6 Prognosis
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat serta pengobatan dan
menghilangkan factor predisposisi, maka penyakit ini dapat diberantas dan memberi
prognosis yang lebih baik.

1.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Diagnosis pasti skabies ditegakkan dengan ditemukannya tungau melalui pemeriksaan
mikroskop, yang dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain:
1. Kerokan kulit; ini dicapai dengan menempatkan setetes minyak mineral di atas liang dan
kemudian menggoreskan longitudinal menggunakan skapel no 15. Kerokan diletakkan
pada kaca objek, diberi kaca penutup, dan dengan mikroskop pembesaran 20X atau 100X
dapat dilihat tungau, telur atau skibala.

Gambar 4.Pemeriksaan mikroskopik dengan minyak mineral setelah dilakukan pengerokan


kulit yang didapatkan kutu betina yang hamil dengan telur berbentuk oval, telur warna
keabuan dan terdapat kotoran.
2. Pengambil tungau dengan jarum; jarum dimasukan ke dalam bagian yang gelap dan
digerakan tangensial. Tungau akan memegang ujung jarum dan dapat diangkat keluar.
3. Epidermal shave biopsi; menemukan terowongan atau papul yang dicurigai diantara ibu
jari dan jari telenjuk, dengan hati-hati diiris puncak lesi dengan skapel no 15 yang
dilakukan sejajar dengan kulit. Biopsi dilakukan sangat superfisial sehingga tidak terjadi
pendarahan dan tidak perlu anastesi spesimen diletakan pada gelas objek lalu ditetesi
minyak mineral dan diperiksa dengan mikroskop.
4. Kuretasi terowongan (kuret dermal); yaitu kuretasi superfisial mengikuti sumbu panjang
terowongan atau puncak papul kemudian kerokan diperiksa dengan mikroskop, setelah
diletakkan di gelas objek dan ditetesi minyak mineral.
5. Tes tinta Burrow; papul skabies dilapisi dengan tinta pena, kemudian segera dihapus
dengan alkohol, maka jejak terowongan akan terlihat sebagai garis karakteristik,
berbelok-belok, karena tinta yang masuk. Tes ini dapat dilakukan pada anak-anak dan
pasien non-koperatif.

6. Tetrasiklin topikal; larutan tetrasiklin dioleskan pada terowongan yang dicurigai dan
dikeringkan selama 5 menit. Setelah itu hapus larutan tersebut dengan isoproplalkohol.
Tetrasiklin akan berpenetrasi ke dalam melalui kerusakan stratum korneum dan
terowongan akan tampak pada penyinaran lampu Wood, sebagai garis linear berwarna
kuning kehijauan sehingga tungau dapat ditemukan.
7. Apusan kulit; kulit dibersihkan dengan eter, kemudian diletakan selotip pada lesi dan
diangkat dengan gerakan cepat. Selotip kemudian diletakkan diatas gelas obyek (enam
buah dari lesi yang sama pada satu gelas obyek) dan diperiksa dengan mikroskop.
8. Biopsi plong; dilakukan pada lesi yang tidak mengalami ekskoriasi dan dikerjakan
dengan potongan serial. Kemudiandiperiksa dengan teliti untuk menemukan tungau atau
produknyadalam stratum korneum.

1.8 PENATALAKSANAAN MEDIS.


Syarat obat yang ideal ialah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak menimbulkan
iritasi dan tidak toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusakn atau mewarnai pakaian,
mudah diperoleh, dan harganya murah.
Jenis obat topical:
1.
Belerang endap (sulfur prespitatum)4-20% dalam bentuk salep atau krim. Pada bayi
dan orang dewasa sulfu prespitatum 5% dalam minyak sangat aman dan
efektif.Kekurangannya adalah pemkaian tidak boleh kurang dari 3 hari karena tidak efektif
terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian, dan dapat menimbulakn infeksi.
2.
Emulsi bensil-benzoat 20-25% efektif terhadap semua stadiu, diberikan setiap malam
selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-kadang mungkin
gatal setelah dipakai.
3.
Gama benzene heksa klorida (gameksan) 1% dalam bentuk krim atau losio, termasuk
obat pilihan kerena efektif terhadap semua stadim, mudah digunakan, dan jarang memberi
iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak-anak dibawah usia 6 tahun dan wanita hamil
karena toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup sekali selama 8 jam.Jika
masih ada gejala, diulangi seminggu kemudian.
4.
Krotamiton 10 % dalam krim atau losio mempunyai dua efek sebagai antiskebies dan
antigatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.Krim (eurax) hanya efektif pada 5060 % pasien. Digunakan selama dua malam berturut-turut dan dibersihkan setelah 24 jam
pemakaian terakhir.
5.
Krim permetrin 5 % merupakan obat yang paling efektif dan aman Karena sangat
mematikan untuk parasite S. scebiae dan memiliki toksitas rendah pada manusia. Seluruh
anggota keluarga dan pasangan seksual harus diobati, termasuk pasien denga hiposensitisas

BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


2.1 Pengkajian
A. I. Biodata
a. Identitas pasien
Nama :
TTL : Umur : Jenis kelamin :
Alamat : Agama : Suku : Pendidikan : Diagnosa medis : Skabies
b. Identitas penanggungjawab
Nama :
TTL : Umur : Jenis kelamin :
Alamat : Agama : Suku : Pendidikan : Hub.dengan pasien :
II. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Apakah pasien merasakan gatal terutama pada malam hari ?
b. Riwayat kesehatan sekarang
Apakah pasien mulai merasakan gatal yang memanas dan kemudian menjadi edema
karena garukan akibat rasa gatal yang sangat hebat ?
c. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah pasien pernah masuk R.S karena alergi dan sering barganti pakian dengan orang
lain. ?
d. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah dalam keluarga pasien ada yang menderita penyakit seperti yang klien alami ?
B.

PEMERIKSAAN FISIK.
a. Tanda-tanda vital
Mengkaji TTV pada pasien secara rutin.
b. Keadaan umum
Keadaan umum tergantung pada berat ringannya penyakit yang dialami oleh klien dari
komposmentis apatis, samnolen, delirium, spoor, dan koma.
c. Pemeriksaan Head to Toe
1. Kulit
- Inspeksi : warna kulit

- Palpasi : turgor kulit, ada edema, ada lesi.


2. Mulut
- Inspeksi : bentuk mulut, lidah, dan gigi.
3. Paru
- Inspeksi : simetris antara kanan dan kiri
- Palpasi : getaran rocal femitus sama antara kanan dan kiri
- Perkusi : resonan
- Auskultasi : normal.
4. Abdomen
- Inspeksi : perut datar, simetris
- Palpasi : getaran rocal femitus sama antara kanan dan kiri.
5. Ekstremitas
- Atas : lengkap, tidak ada kelainan.
- Bawah : lengkap normal, ada tidaknya kelainan.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PERIORITAS MASALAH.
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit.
2. Nyeri berhubungan dengan lesi kulit.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus.
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan gatal.
5. Kurang pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan inadekuat informasi.
D.

INTERVENSI / IMPLEMENTASI.
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit.
1. Lindungi kulit yang sehat dari kemungkinan maserasi (hidrasi stratum korneum yg
berlebihan) ketika memasang balutan basah.
Rasional: Maserasi pada kulit yang sehat dapat menyebabkan pecahnya kulit dan
perluasan kelainan primer.
2. Hilangkan kelembaban dari kulit dengan penutupan dan menghindari friksi.
Rasional: Friksi dan maserasi memainkan peranan yang penting dalam proses terjadinya
sebagian penyakit kulit.
3. Jaga agar terhindar dari cedera termal akibat penggunaan kompres hangat dengan suhu
terlalu tinggi & akibat cedera panas yg tidak terasa (bantalan pemanas, radiator).
Rasional: Penderita dermatosis dapat mengalami penurunan sensitivitas terhadap panas.
4. Nasihati klien untuk menggunakan kosmetik dan preparat tabir surya.
Rasional: Banyak masalah kosmetik pada hakekatnya semua kelainan malignitas kulit
dapat dikaitkan dengan kerusakan kulit kronik.
Kriteria keberhasilan implementasi.
1. Mempertahakan integritas kulit.
2. Tidak ada maserasi.
3. Tidak ada tanda-tanda cidera termal.
4. Tidak ada infeksi.
5. Memberikan obat topikal yang diprogramkan.
6. Menggunakan obat yang diresepkan sesuai jadwal.
2. Nyeri berhubungan dengan lesi kulit.
1.Temukan penyebab nyeri.
Rasional: Membantu mengidentifikasi tindakan yang tepat untuk memberikan
kenyamanan.

2. Catat hasil observasi secara rinci.


Rasional: Deskripsi yang akurat tentang erupsi kulit diperlukan untuk diagnosis dan
pengobatan.
3. Antisipasi reaksi alergi (dapatkan riwayat obat).
Rasional: Ruam menyeluruh terutama dengan awaitan yang mendadak dapat
menunjukkan reaksi alergi obat.
4. Pertahankan kelembaban (+/- 60%), gunakan alat pelembab.
Rasional: Kelembaban yang rendah, kulit akan kehilangan air.
5. Pertahankan lingkungan dingin.
Rasional: Kesejukan mengurangi gatal.
6. Gunakan sabun ringan (dove)/sabun yang dibuat untuk kulit yang sensitif
Rasional: Upaya ini mencakup tidak adanya detergen, zat pewarna.
7. Lepaskan kelebihan pakaian/peralatan di tempat tidur
Rasional: Meningkatkan lingkungan yang sejuk.
8. Kompres hangat/dingin.
Rasional: Pengisatan air yang bertahap dari kasa akan menyejukkan kulit dan meredakan
pruritus.
9. Menggunakan terapi topikal.
Rasional: Membantu meredakan gejala.
Kriteria keberhasilan implementasi.
1. Mencapai peredaan gangguan rasa nyaman: nyeri/gatal.
2. Mengutarakan dengan kata-kata bahwa gatal telah reda.
3. Memperllihatkan tidak adanya gejala ekskoriasi kulit karena garukan.
4. Mematuhi terapi yang diprogramkan.
5. Menunjukkan kulit utuh dan penampilan kulit yang sehat
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus.
1.
Nasihati klien untuk menjaga kamar tidur agar tetap memiliki ventilasi dan kelembaban
yang baik.
Rasional: Udara yang kering membuat kulit terasa gatal, lingkungan yang nyaman
meningkatkan relaksasi.
2. Menjaga agar kulit selalu lembab.
Rasional: Tindakan ini mencegah kehilangan air, kulit yang kering dan gatal biasanya tidak
dapat disembuhkan tetapi bisa dikendalikan.
3. Mandi hanya diperlukan, gunakan sabun lembut, oleskan krim setelah mandi.
Rasional: memelihara kelembaban kulit.
5. Menghindari minuman yang mengandung kafein menjelang tidur.
Rasional: kafein memiliki efek puncak 2-4 jam setelah dikonsumsi.
6. Melaksanakan gerak badan secara teratur.
Rasional: memberikan efek menguntungkan bila dilaksanakan di sore hari.
Kriteria Keberhasilan Implementasi
1. Mencapai tidur yang nyenyak.
2. Melaporkan gatal mereda.
3. Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat.
4. Menghindari konsumsi kafein.
5. Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur.
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus.
1. Kaji adanya gangguan citra diri (menghindari kontak mata,ucapan merendahkan diri sendiri.

Rasional: Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit/keadaan yang tampak nyata
bagi klien, kesan orang terhadap dirinya berpengaruh terhadap konsep diri.
2. Identifikasi stadium psikososial terhadap perkembangan.
Rasional: Terdapat hubungan antara stadium perkembangan, citra diri dan reaksi serta
pemahaman klien terhadap kondisi kulitnya.
3. Berikan kesempatan pengungkapan perasaan.
Rasional: klien membutuhkan pengalaman didengarkan dan dipahami.
4. Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien, bantu klien yang cemas mengembangkan
kemampuan untuk menilai diri dan mengenali masalahnya.
Rasional: Memberikan kesempatan pada petugas untuk menetralkan kecemasan yang
tidak perlu terjadi dan memulihkan realitas situasi, ketakutan merusak adaptasi klien .
5. Dukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri , spt merias, merapikan.
Rasional: membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.
Kriteria Keberhasilan Implementasi
1. Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri.
2. Mengikuti dan turut berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri.
3. Melaporkan perasaan dalam pengendalian situasi.
4. Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri.
5. Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat.
5. Kurang pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan inadekuat
informasi.
1. Kaji apakah klien memahami dan salah mengerti tentang penyakitnya.
Rasional: memberikan data dasar untuk mengembangkan rencana penyuluhan
2. Jaga agar klien mendapatkan informasi yang benar, memperbaiki kesalahan
konsepsi/informasi.
Rasional: Klien harus memiliki perasaan bahwa sesuatu dapat mereka perbuat, kebanyakan
klien merasakan manfaat.
3. Peragakan penerapan terapi seperti, kompres basah, obat topikal.
Rasional: memungkinkan klien memperoleh cara yang tepat untuk melakukan terapi.
4. Nasihati klien agar kulit teap lembab dan fleksibel dengan tindakan hidrasi dan pengolesan
krim serta losion kulit.
Rasional: stratum korneum memerlukan air agar tetap fleksibel. Pengolesan krim/lotion akan
melembabkan kulit dan mencegah kulit tidak kering, kasar, retak dan bersisik.
5. Dorong klien untuk mendapatkan nutrisi yang sehat.
Rasional: penampakan kulit mencerminkan kesehatan umum seseorang, perubahan pada
kulit menandakan status nutrisi yang abnormal.
Kriteria Keberhasilan Implementasi
1. Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit.
2. Mengikuti terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi.
3 Melaksanakan mandi, pembersihan dan balutan basah sesuai program.
4. Menggunakan obat topikal dengan tepat.
5. Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.

E.
1.

EVALUASI.
Kaji kembali adanya pertahanan integritas kulit.

2.
3.
4.
5.

Kaji adanya gangguan rasa nyaman : gatal.


Kaji pemahaman pasien terhadap perawatan kulit.
Kaji ada tidaknya infeksi.
Kaji kembali pola tidur pasien.

BAB III
STUDI KASUS
An. M usia 10 tahun datang ke Rumah Sakit M pada tanggal 15 september 2016 pukul 10.00
wita, diantar ibunya dengan keluhan muncul gatal- gatal sejak 2 minggu yg lalu. Gatal
terutama dirasakan pada malam hari.Karena sangat gatal pasien selalu menggaruk sehingga
tampak lecet-lecet. Keluhan muncul pertama kali di sela jari tangan kemudian meluas ke
bagian tubuh yang lain. Satu minggu yang lalu pasien mengeluh muncul nanah dikedua sela
jari tangan yang terasa nyeri.Pasien tinggalnya diasrama sekolah, dimana 1 kamar tidur
dihuni oleh 10 anak. Beberapa teman sekolahnya juga menderita penyakit yang sama. Pasien
bercerita banyak nyamuk di kamar tidurnya.Pada pemeriksaan fisik di sela jari tangan,
pergelangan tangan, lengan bawah, bawah perut dan ketiak tampak papul, eritema, erosi,
ekskorasi, krusta, dan didapatkan juga kanalikuli, penyebarannya diskrit.Pada batang penis
dan skrotum terdapat nodul.Pada ke dua sela jari tangan terdapat beberapa pustule.
ASKEP KASUS SKABIES

1.
A.

B.
-

PENGKAJIAN

Identitas Klien
Nama

: An. M

Usia

: 10 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Status

: Belum menikah

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Pelajar

Bangsa

: Indonesia

Alamat

: Jl. Wonasa

No. Rekam Medik

: 281669

Diagnosa Medik

:Skabies

Riwayat Penyakit
Keluhan utama

: klien diantar ibunya dengan keluhan muncul gatal-gatal sejak

2 minggu yg lalu. Gatal terutama dirasakan pada malam hari.


- Riwayat perjalanan penyakit:

Kisaran dua pekan yang lalu, pasien mengeluh timbul bintil-bintil merah di sela-sela kedua
jari tangan.Bintil-bintil tersebut beberapa berisi cairan dan terasa gatal terutama di malam
hari.Bintil-bintil tersebut sering digaruk pasien sehingga bintil pecah dan mengeluarkan
cairan berwarna bening.Pasien belum berobat untuk keluhan ini.
Kisaran satu pekan yang lalu, pasien mengeluh bintil-bintil di sela-sela kedua jari tangan
bertambah banyak dan timbul di bagian tubuh yang lainnya beberapa bintil ukurannya
membesar serta terasa semakin gatal.Pasien lebih sering menggaruknya sehingga menjadi
luka dan ada beberapa bintil yang bernanah.
-

Riwayat penyakit sekarang

: sangat gatal, klien selalu menggaruk sehingga tampak

lecet-lecet.
Riwayat penyakit dahulu : satu minggu yang lalu klien mengeluh muncul nanah di kedua

sela jari tangan yang terasa nyeri.


Riwayat penyakit keluarga:
Keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit yang sama
-

Riwayat alergi (galigato) pada keluarga disangkal


Riwayat penyakit kulit pada keluarga disangkal
Pasien tinggal di asrama dan teman satu kamar dengan pasien juga memiliki penyakit
dengan keluhan yang sama

C.

Data Dasar Pengkajian Klien


Kenyamanan
Klien muncul gatal-gatal sejak 2 minggu yg lalu.Gatal terutama dirasakan pada malam

hari.Karena sangat gatal klien selalu menggaruk sehingga tampak lecet-lecet.Satu minggu
yang lalu klien mengeluh muncul nanah di kedua sela jari tangan yang terasa nyeri.
Istirahat
Gatal terutama dirasakan pada malam hari. sehingga klien susah tidur.

Riwayat higiene:
- Pasien mandi dua kali sehari dengan air PAM dan menggunakan sabun mandi
- Pasien mengganti pakaiannya setiap hari
-Pasien tidak pernah menggunakan handuk bersama-sama dengan temannya
- Pasien tidur, satu tempat tidur dengan temannya dan terkadang teman-teman yang lain juga
suka tidur-tiduran di atas kasur pasien.
D.

Pemeriksaan fisik
-Status Generalis

Keadaan Umum

: sakit ringan

Kesadaran

: kompos mentis

Tekanan Darah

: 90/70 mmHg

Nadi

: 75 x/menit

Suhu

: 36,3 C

Pernapasan

: 18 x/menit

Tinggi Badan

: 140 cm

Berat Badan

: 38 kg

Status gizi

: cukup

Keadaan Spesifik
Kepala

: Rambut kusam; kulit kepala kering; tidak ada lesi

Wajah

: klien tampak pucat

Mata

: Simetris; konjungtiva anemis

Hidung

:Simetris; tidak ada polip; penciuman baik

Telinga

: Bentuk Simetris, fungsi pendengaran baik

Mulut

: Bibir pecah-pecah, lidah kotor, tidak ada karies gigi

Leher

: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

Dada

: dada simetris, sela iga tidak melebar, retraksi dinding dada tidak ada.

Jantung

: HR=78x/menit, murmur tidak ada, gallop tidak ada.

Paru-paru

: vesikuler normal, ronki dan wheezing tidak ada.

Perut

: datar, lemas, nyeri tekan tidak ada, hepar dan lien tak teraba, bising usus
dalam batas normal.

Ekstremitas
superior dan inferior : tidak ada kelainan pergerakan maupun deformitas
Kulit

: Inspeksi di sela jari tangan, pergelangan tangan, lengan bawah, bawah perut

dan ketiak tampak papul, eritema, erosi, ekskoriasi, krusta, dan didapatkan pula
kanalikuli. Pada batang penis dan skrotum terdapat nodul.Pada kedua sela jari tangan
terdapat pustule.

Kelenjar Getah Bening:


kelenjar getah bening pada submandibula, leher, axilla, dan inguinal tidak ada
pembesaran dan tidak ada nyeri pada penekanan.

2.

ANALISA DATA
NO.
1.

DATA
DS: klien mengeluh muncul

ETIOLOGI
Kerusakan kulit atau

nanah di kedua sela jari

jaringan

MASALAH
Nyeri Akut

tangan yang terasa nyeri.


DO : - papul
- Erosi
- Ekskoriasi
- Krusta
- Pustule
Skala nyeri: 6
TTV:
TD:90/70 mmHg
Nadi

: 75 x/menit

Suhu

: 36,3 C

RR : 18 x/menit

2.

DS: klien mengatakan Gatal Penyakit yang diderita

Gangguan Pola Tidur

dirasakan pada malam hari


DO: - pucat
-lecet
- Eritema
- krusta
TTV:
TD:90/70 mmHg

3.

Nadi

: 75 x/menit

Suhu

: 36,3 C

RR
: 18 x/menit
DS: klien mengatakan
DO: - Eritema
-Eksoriasi
-Krusta
-Nodul

Destruksi lapisan kulit

Kerusakan Integritas
Kulit

3.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.

Nyeri Akut b.d kerusakan kulit atau jaringan D.D muncul nanah di kedua sela jari tangan

2.

yang terasa nyeri, papul, Erosi, Ekskoriasi, Krusta, Pustule.


Gangguan pola tidur b.d penyakit D.D gatal dirasakan pada malam hari, lecet, eritema, dan

krusta.
3.
Kerusakan integritas kulit b.d destruksi lapisan kulit D.D eritema, ekskoriasi, krusta, dan
nodul.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


NCP KASUS SKABIES
NO.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut
berhubungan dengan
degradasi stratum
korneum yang
ditandai dengan
DS: klien mengeluh
muncul nanah di
kedua sela jari tangan
yang terasa nyeri
DO : - papul
- Erosi
- Ekskoriasi
- Krusta
- Pustule
Skala nyeri: 6

TUJUAN
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1x 24
jam
,
diharapkan
nyeri dapat
berkurang,
atau hilang
dengan

KH:
Nyeri 2
atau (-)
Papul,
erosi,
ekskoriasi,
krusta, dan

PERENCANAAN
INTERVENSI
RASIONAL
1. Kaji keluhan- 1.Dengan
nyeri, lihat lokasi dan menentukan lokasi,
intensitas khusus (0- intensistas
dan
10). Catat faktor- faktor
yang
faktor
yang menyebabkan timbul
meningkatkan
dan dan hilangnya rasa
menghilangkan nyeri. nyeri maka kita
dapat
melakukan
tindakan
selanjutnya.
2. Berikan pilihantindakan rasa nyaman,
dorong
teknik
relaksasi,
dan
aktiviotas hiburan.

2. Meningkatkan
relaksasi
dan
memampukan
pasien
untuk
memfokuskan
perhatian,
dapat
meningkatkan

TTV:
TD:90/70
mmHg
Nadi: 75
x/menit
Suhu: 36,3 C
RR : 18 x/menit

pustule
berkurang
dan hilang. -

koping.

3. Dorong ekspresi
perasaan
tentang- 3.
Pernyataan
-ttv
dalam nyeri.
memungkinkan
batas normal
pengungkapan
emosi dan dapat
TD:110/70
meningkatkan
mmHg
mekanisme koping.
Nadi:
80x/menit 4. Libatkan pasien
RR:
dalam
penentuan- 4.
Meningkatkan
18x/menit
jabwal
aktivitas, rasa control pasien
SB: 36 C
pengobatan,
dan
kekuatan
pemberian obat.
mekanisme koping.
-

5. Berikan aktivitas
terapeutik tepat untuk- 5.
Membantu
usia/ kondisi.
mengurangi
konsentrasi
nyeri
yang dialami dan
memfokuskan
kembali perhatian.

6.
Tingkatkan
periode tidur tanpa
6. Kekurangan
gangguan.
tidur
dapat
K
meningkatkan
N Kolaborasi:
persepsi
nyeri/
pemberian obat
kemampuan koping
Topical :
menurun.
Krim permetrin 5 %
2. Gangguan pola tidur
Setelah
1. Nasihati klien
1. Udara yang
berhubungan dengan dilakukan
untuk menjaga
kering membuat
penyakit yang
tindakan
kamar tidur agar
kulit terasa gatal,
ditandai dengan
keperawatan
tetap memiliki
lingkungan yang
selama 1x 24
ventilasi dan
nyaman
DS: Gatal dirasakan
jam,
kelembaban yang
meningkatkan
pada malam hari
diharapkan
baik.
relaksasi.
pola tidur
2. Menjaga agar kulit 2. Tindakan ini
DO: - pucat
klien kembali
selalu lembab.
mencegah
-lecet
normal
kehilangan air,
- Eritema
dengan
kulit yang kering
dan gatal
- krusta
KH:
biasanya tidak
TTV:
- -Pucat
dapat
hilang
disembuhkan
TD:90/70 mmHg
Gatal
tetapi bisa
Nadi: 75 x/menit
berkurang
dikendalikan

Suhu: 36,3 C
RR : 18 x/menit

dan hilang.
- Lecet,
eritema,
krusta
berkurang
dan hilang.

3. Mandi hanya
diperlukan,
gunakan sabun
lembut, oleskan
krim setelah
mandi.
4. Melaksanakan
gerak badan secara
teratur.
5. Restorasi pola
umum adalah
prioritas pada
pemakai stimulan
yang kurang.

6. Menenangkan
pasien untuk dapat
tetap beristirahat.
Sediakan
kesempatan untuk
menghirup udara
segar, latihan
ringan, minum
tanpa kafein,
lingkungan yang
dapat ditoleransi
pasien.
7. Kurangi
kebisingan dan
lampu.
8. Gunakan pagar
tempat tidur sesuai
indikasi;

3. memelihara
kelembaban
alami kulit.

4. memberikan efek
menguntungkan
bila dilaksanakan
di sore hari.
5. Peningkatan
stimulun
eksternal dan
meningkatkan
relaksasi
diprioritaskan
pada waktu
tidur ;
mendorong
dilakukannya
rutinitas sebelum
tidur, mis :
mandi air hangat
minum susu
hangat,
peregangan.
6. Meningkatkan
rasa
mengantuk/keing
inan untuk tidur.

7. Memberikan
situasi kondusif
untuk tidur.
8. Dapat merasa
takut jatuh
karena

rendahkan tempat
tidur bila mungkin.

3.

perubahan
ukuran dan
tinggi tempat
tidur. Pagar
tempat tidur
memberikan
keamanan.

1). Kaji kondisi kulit


1
Setelah
dilakukan
2). Inspeksi seluruh area
tindakan
kulit, catat pengisian 2
keperawatan
kapiler, adanya
selama 1x24
kemerahan,
jam,
pembengkakan.
diharapkan
kerusakan
kulit dapat 3). Lindungi kulit yang 3
berkurang,
sehat dari
dengan:
kemungkinan

Kerusakan integritas
kulit
berhubungan
dengan
destruksi
lapisan kulit yang
ditandai dengan
DS: DO: - Eritema
-Eksoriasi
-Krusta
-Nodul

KH:
-

maserasi (hidrasi
stratum korneum yg
berlebihan) ketika
memasang balutan
basah

Eritema
hilang
Eksoriasi
hilang
4). Jaga agar terhindar
Krusta
dari cedera termal
berkurang
akibat penggunaan
dan hilang
kompres hangat
Nodul
dengan suhu terlalu
hilang
tinggi & akibat

cedera panas yg
tidak terasa (bantalan
pemanas, radiator).
Kolaborasi:
Krotamiton 10 %
dalam krim

Memberikan data
dasar.
Kulit biasanya
cenderung rusak
karena perubahan
sirkulasi perifer.
Maserasi pada
kulit yang sehat
dapat
menyebabkan
pecahnya kulit dan
perluasan kelainan
primer

Penderita
dermatosis dapat
mengalami
penurunan
sensitivitas
terhadap panas.

Anti skabies dan anti


gatal

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Hari/tanggal

Waktu

15 september 10:15
2016

Dx/intervensi
1/1

wita

Implementasi
1.Mengkaji keluhan nyeri,
lihat lokasi dan intensitas
khusus (0-10). Catat
faktor- faktor yang
meningkatkan dan
menghilangkan nyeri.

Hari/tanggal

Evaluasi

16

S : klien

september

mengatakan nanah

2016

di kedua sela jari

08:00

tangannya telah

1/2
10:25
wita
1/3
10:30

1/4

wita

3.Mendorong ekspresi
perasaan tentang nyeri.

1/5

4.Melibatkan pasien dalam


penentuan jabwal aktivitas,
pengobatan, pemberian
obat.

1/6

5.Memberikan aktivitas
terapeutik tepat untuk usia/
kondisi.

10:40
wita
10:50

berkurang dan
2.Memberikan pilihan
tindakan rasa nyaman,
dorong teknik relaksasi, dan
aktiviotas hiburan.

6.Meningkatkan periode
tidur tanpa gangguan.

O:
( + ) Papul
( + ) Erosi
(+) Ekskoriasi
(+) Krusta
(+) Pustule
Skala nyeri: 2
TD:110/70 mmHg
Nadi: 80x/menit
RR: 18x/menit
SB: 36 C

A : masalahNyeri

wita

13 : 00

nyeri berkurang

Kolaborasi:
pemberian obat
Topical :
Krim permetrin 5 %

Akut berhubungan
dengan kerusakan
kulit eratasi
P :Intervensi
dihentikan

15 september 11 : 10

2/1

2016

11 : 15
11 : 20

2/2

2/4

11 : 40

2/5

12 : 30

12 : 40
12 : 50

2. Menjaga agar kulit


selalu lembab.

2/3

11 : 30

11 : 50

1. Nasihati klien untuk


menjaga kamar tidur
agar tetap memiliki
ventilasi dan
kelembaban yang baik.

2/6

2/7

2/8
2/9

16
september
2016
08:00

S : klien
mengatakan Gatal
hilang pada malam
hari dan pola tidur
nornal.
Klien mengatakan
lecet, eritema dan
krusta

3. Mandi hanya diperlukan,


gunakan sabun lembut,
oleskan krim setelah
mandi.
4. Melaksanakan gerak
badan secara teratur.
5. Merestorasi pola umum
adalah prioritas pada
pemakai stimulan yang
kurang.
6. Menenangkan pasien
untuk dapat tetap
beristirahat. Sediakan
kesempatan untuk
menghirup udara segar,
latihan ringan, minum
tanpa kafein, lingkungan
yang dapat ditoleransi
pasien.
7. Mengurangi kebisingan
dan lampu.
8. Mengunakan pagar
tempat tidur sesuai
indikasi; rendahkan
tempat tidur bila
mungkin.

telahberkurang
O:
( - ) pucat
(- ) lecet
- (-) Eritema
(-) krusta
TTV:
TD:110/70 mmHg
Nadi: 80x/menit
RR: 18x/menit
SB: 36 C

A : masalah
gangguan pola
tidur berhubungan
dengan penyakit
teratasi
P : Intervensi
dihentikan

15 september 10 : 15

3/1

2016

3/2

10: 20

1. Mengkaji kondisi kulit

11 : 00

S :klien

september
2. Menginspeksi seluruh
area kulit, catat
pengisian kapiler,
adanya kemerahan,
pembengkakan.

10 : 45

16

mengatakan sudah

2016

tidak merasakan

08:00

gatal dan nyeri


berkurang

3/3

3/4

O:
3. Melindungi kulit yang
sehat dari kemungkinan
maserasi (hidrasi stratum
korneum yg berlebihan)
ketika memasang
balutan basah

( - ) Papul
( - ) Erosi
(-) Ekskoriasi
(-) Krusta
(- ) Pustule
A:

11 : 25

3/5

4. Menjaga agar terhindar


dari cedera termal akibat
penggunaan kompres
hangat dengan suhu
terlalu tinggi & akibat
cedera panas yg tidak
terasa (bantalan
pemanas, radiator).
Kolaborasi :
Krotamiton 10 %
dalam krim.

Masalah
Kerusakan
integritas kulit
berhubungan
dengan destruksi
lapisan kulit
teratasisebagian
P : Intervensi 1, 2,
3, 4, dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai