Anda di halaman 1dari 3

ARTIKEL

ORGANISASI PROFESI KEGURUAN


ASOSIASI KEPENDIDIKAN

Organisasi asosiasi keprofesian guru merupakan sebuah wadah perkumpulan yang bersifat
persatuan seprofesi yaitu guru/pendidik. Kelahiran suatu organisasi asosiasi keprofesian tidak
terlepas dari perkembangan jenis bidang pekerjaan yang bersangkutan, karena organisasi tersebut
pada dasarnya dan lazimnya dapat terbentuk atas prakarsa dari para pengemban bidang pekerjaan
tadi (saud: 2007). Asosiasi pada hakikatnya merupakan wadah rasa kejawatan para guru untuk
melakukan kegiatan bersama dalam mencapai kepentingan dan tujuan bersama mencakup
kepentingan nasional, kesejahteraan, dan profesional guru. Secara umum, fungsi dan peranan
Organisasi asosiasi keprofesian itu selain melindungi kepentingan para anggota dan kemandirian
dan kewibawaan kelembagaannya secara keseluruhan (dengan membina dan menegakkan kode
etik), juga berupaya meningkatkan dan/atau mengembangkan karier, kemampuan, kewenangan
profesional, martabat dan kesejahteraan para anggotanya.
Motif dasar kelahirannya bervariasi, ada yang bersifat sosial, politik, ekonomi, kultural
dan pandangan atau falsafah tentang sistem nilai. Akan tetapi, pada umumnya berlatar belakang
solidaritas di antara pengemban bidang pekerjaan yang bersangkutan atas dasar dorongan dari
dalam diri mereka sendiri ( secara intrinsik ) dan atau karena tuntutan dari lingkungan ( secara
ekstrinsik ).
Motif intrinsik pada umumnya bertalian erat dengan permasalahan nasib, dalam arti
kesadaran atas kebutuhan untuk berkehidupan secara layak sesuai dengan bidang pekerjaan yang
diembannya baik secara sosial-psikologis maupun secara ekonomis-akulturasi; selain itu terdapat
juga kemungkinan oleh dorongan atas semangat pengabdian untuk menunaikan tugasnya sebaik
dan seikhlas mungkin ( perpeksionis, filantropis).
Sedangakan motif Ekstrinsik pada umumnya terdorong oleh tuntutan dari luar
(masyarakat pengguna jasanya); adanya persaingan; serta perkembangan atau perubahan dalam
dunia kerjanya seirama dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Tuntutan dan tantangan internal dan eksternal tersebut pada dasarnya mustahil dapat
dihadapi dan diselesaikan oleh para pengemban suatu bidang pekerjaan yang bersangkutan
secara individual. Itulah sebabnya mereka membutuhkan suatu wadah organisasi yang secara
teoritis dapat memiliki suatu wibawa (authority) dan kekuatan (power) untuk menentukan arah
dan kebijakan dalam melakukan tindakan bersama (collevtive action) guna melindungi dan
memperjuangkan kepentingan para pengemban profesi itu sendiri dan kepentingan para
pengguna jasanya serta masyarakat pada umumnya.
Beberapa alasan yang perlu dipertimbangkan dalam membuat asosiasi guru menjadi kiat
yaitu pimpinan asosiasi guru harus percaya bahwa lembaga asosiasi itu secara spesifik ada dan
diyakini dapat membuat seseorang menjadi guru yang baik serta menentukan persyaratan bagi
pelaksanaan pelatihan khusus untuk seluruh guru. Program asosiasi profesi ini menjadi kontrol
terhadap profesi kependidikan dalam kualifikasi dan peningkatan kemampuan yang cukup untuk
menciptakan kondisi kreatif yang membuat guru maupun tenaga kependidikan lainnya
berkemampuan tinggi berdasarkan profesi. Sebagai suatu organisasi, organisasi asosiasi profesi
keguruan menyerupai suatu sistem yang senantiasa mempertahankan keadaan yang harmonis.
Jadi dalam suatu organisasi profesi ada aturan yang jelas dan sanksi bagi pelanggar aturan.
Bentuk organisasi para pengemban tugas keprofesian ternyata cukup bervariasi dipandang dari
segi derajat keeratan dan keterikatan dengan antar anggotanya, keragaman bentuk, corak,
struktur, dan kedudukan dari organisasi pendidikan itu, maka status keanggotaannya juga dengan
sendirinya akan bervariasi. Organisasi keprofesian yang bersifat asosiasi atau persatuan biasanya
bersifat langsung keanggotaannya dari setiap pribadi atau pengemban profesi yang bersangkutan.
Sedangkan yang sifatnya federasi atau perserikatan, lazimnya keanggotaan cukup terbatas dari
pucuk organisasi yang berserikat saja. Untuk mewujudkan misi, fungsi dan perannya, organisasi
keprofesian lazimnya memiliki suatu program operasional tertentu yang disusun dan
dipertanggungjawabkan atas pelaksanaannya kepada anggotanya melalui forum resmi seperti
yang diatur dalam AD/ART/Konvensi yang bersangkutan.
Berikut merupakan contoh asosiasi kependidikan yang ada di Indonesia :
1. Asosiasi Guru Sains Indonesia (AGSI)

2. Asosiasi Guru Ekonomi Indonesia (AGEI)


3. Asosiasi Guru Otomotif Indonesia (AGTOI)
4. Asosiasi Guru Matematika Indonesia (AGMI)
5. Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia (AGMI)
6. Asosiasi Guru Penulis Indonesia (AGUPENA)
7. Asosiasi Pendidik Seni Indonesia (APSI)
8. Asosiasi Pendidik Matematika Indonesia (APMI)
9. Asosiasi Pendidikan Bethel (APB)
10. Asosiasi Dosen Indonesia (ADI)
11. Asosiasi Dosen PGSD Indonesia (ADPGSDI)
12. Asosiasi Dosen Syari'ah Indonesia (ADSI)
13. Asosiasi Pengembang Perguruan Tinggi dan Dosen Indonesia) (AP2DI)
14. Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN)
15. Asosiasi Profesi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Indonesia (AP3KNI)
16. Asosiasi Sarjana Pendidikan Sejarah Indonesia (Aspensi)
17. Asosiasi Profesi Pendidikan Khusus Indonesia (APPKhI )
18. Asosiasi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Indonesia (ALPTKI)
19. Asosiasi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Swasta Indonesia (ALPTKSI)
20. Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama (LP Ma'arif NU)
21. Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi)
22. Asosiasi Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (Aptinu)
23. Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK)

SUMBER REFERENSI
1. Supriadi, Dedi. 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita
Karaya Nusa.
2. (http://iwan-rio-purba.blogspot.com/2010/11/organisasi-profesi-guruindonesia.html)
3. Syaefudin Udin.2008.Pengembangan Profesi Keguruan.Bandung:Alfabeta
4. https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_Organisasi_Pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai