Anda di halaman 1dari 15

Jennifer Finnalia Husin

04011381419164
Gamma PSPD 2014

ARTRITIS REUMATOID
A. DEFINISI ARTRITIS REUMATOID
Artritis Reumatoid atau Rheumatoid arthritis (RA) adalah penyakit autoimun sistemik. RA
merupakan salah satu kelainan multisistem yang etiologinya belum diketahui secara pasti
dan dikarateristikkan dengan destruksi sinovitis. Penyakit ini merupakan peradangan
sistemik yang paling umum ditandai dengan keterlibatan sendi yang simetris. Penyakit RA
ini merupakan kelainan autoimun yang menyebabkan inflamasi sendi yang berlangsung
kronik dan mengenai lebih dari lima sendi (poliartritis)
B. KLASIFIKASI ARTRITIS REUMATOID
Buffer mengklasifikasikan reumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:
1. Reumatoid arthritis klasik
Pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung
terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
2. Reumatoid arthritis defisit
Pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung
terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
3. Probable Reumatoid arthritis
Pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung
terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
4. Possible Reumatoid arthritis
Pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung
terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.
Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :
1. Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai
hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun istirahat,
bengkak dan kekakuan.
2. Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada
jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
3. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas
dan gangguan fungsi secara menetap.

C. ETIOLOGI ARTRITIS REUMATOID


Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa hipotesa
menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :
1. Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC dan faktor
Reumatoid
2. Gangguan Metabolisme
3. Genetik
4. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial)
Penyebab penyakit Reumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor
predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi), faktor metabolik, dan infeksi
virus.
Adapun Faktor risiko yang akan meningkatkan risiko terkena nya artritis reumatoid adalah;

Jenis Kelamin.
Perempuan lebih mudah terkena AR daripada laki-laki. Perbandingannya
adalah 2-3:1.
Umur.
Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60 tahun.
Namun penyakit ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak

D.

(artritis reumatoid juvenil)


Riwayat Keluarga.
Apabila anggota keluarga anda ada yang menderita penyakit artritis

Reumatoid maka anda kemungkinan besar akan terkena juga.


Merokok.
Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis reumatoid.

EPIDEMIOLOGI ARTRITIS REUMATOID


Prevalensi RA relatif konstan yaitu berkisar antara 0,5-1% di seluruh dunia. Dalam ilmu
penyakit dalam Harrison edisi 18, insidensi dan prevalensi RA bervariasi berdasarkan lokasi
geografis dan diantara berbagai grup etnik dalam suatu negara. Misalnya, masyarakat asli
Ameika, Yakima, Pima, dan suku-suku Chippewa di Amerika Utara dilaporkan memiliki
rasio prevalensi dari berbagai studi sebesar 7%. Prevalensi ini merupakan prevalensi tertinggi
di dunia. Beda halnya, dengan studi pada populasi di Afrika dan Asia yang menunjukkan

prevalensi lebih rendah sekitar 0,2%-0,4% (Longo, 2012). Prevalensi RA di India dan di
negara barat kurang lebih sama yaitu sekitar 0,75% .
Sedangkan, di Jerman sekitar sepertiga orang menderita nyeri sendi kronik mulai dari usia 20
tahun dan juga seperduanya berusia 40 tahun. Satu dari penyebab utama nyeri yang timbul,
dengan konsekuensi yang serius, merupakan RA . RA adalah penyakit inflamasi reumatik
yang paling sering dengan prevalensi 0,5% sampai 0,8% pada populasi dewasa. Insidensinya
meningkat seiring usia, 25 hingga 30 orang dewasa per 100.000 pria dewasa dan 50 hingga
60 per 100.000 wanita dewasa (Schneider, 2013). Studi RA di Negara Amerika Latin dan
Afrika menunjukkan predominansi angka kejadian pada wanita lebih besar dari pada lakilaki, dengan rasio 6-8:1.

Gambar 3. Prevalensi global penyakit artritis reumatoid (Longo, 2012)

Di Cina, Indonesia dan Filipina prevalensinya kurang dari 0,4% baik didaerah urban ataupun
rural. Hasil survey yang dilakukan di Jawa Tengah mendapatkan prevalensi RA sebesar 0,2%
di daerah rural dan 0,3% di daerah urban. Sedangkan penelitian yang dilakukan di Malang
pada penduduk berusai diatas 40 tahun mendapatkan prevalensi RA sebesar 0,5% didaerah
kotamadya dan 0,6% didaerah kabupaten. Di poliklinik reumatologi RSUPN Cipto
Mangunkusumo Jakarta, kasus baru RA merupakan 4,1% dari seluruh kasus baru pada tahun
2000 dan pada periode januari s/d juni 2007 didapatkan sebanyak 203 kasus RA dari jumlah
seluruh kunjungan sebanyak 12.346 orang (15,1%). Prevalensi RA lebih banyak ditemukan
pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki dengan rasio 3:1 dan dapat terjadi pada

semua kelompok umur, dengan angka kejadian tertinggi didapatkan pada dekade keempat
dan kelima.
Prevalensi RA yang hanya sebesar 1 sampai 2 % diseluruh dunia, pada wanita di atas 50
tahun prevalensinya meningkat hampir 5%. Puncak kejadian RA terjadi pada usia 20-45
tahun. Berdasarkan penelitian para ahli dari universitas Alabama, AS, wanita yang memderita
RA mempunyai kemungkintan 60% lebih besar untuk meninggal dibanding yang tidak
menderita penyakit tersebut.
Dari data presurvey di Dinas Kesehatan Provinsi Lampung didapatkan bahwa penyakit RA
menjadi salah satu dari 10 penyakit terbesar sejak tahun 2011. Pada presurvey ini dilakukan
pengamatan data sejak tahun 2007 sampai dengan 2012. RA muncul pada tahun 2011
menempati urutan kedelapan dengan angka diagnosa sebanyak 17.671 kasus (5,24%) dan
naik ke urutan keempat pada tahun 2012 dengan 50.671 kasus (7,85%).
Dan dari profil kesehatan di dinas kesehatan sejak tahun 2007-2011 didapatkan penyakit RA
muncul menjadi salah satu dari 10 penyakit terbesar di kota Bandar Lampung pada tahun
2009 di urutan keempat dengan presentase sebesar 5,99%, tahun 2010 menjadi urutan ketiga
sebesar 7,2% dan tahun 2011 pada urutan keempat dengan presentasi sebesar 7,11%.
Di poliklinik penyakit dalam untuk pasien rawat jalan di RSUD Abdoel Meoloek, pada
presurvey yang telah dilakukan peneliti pada tahun 2012 periode Januari-Desember terjadi
1.060 kasus.

E. PATOFISIOLOGI ARTRITIS REUMATOID


Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya) terutama terjadi
dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzimenzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial
dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan
menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan
mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami
perubahan degeneratif dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot.

Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular,


eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi
menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi
membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub
chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi
kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan
kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa
atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan
ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi
dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan adanya masa
serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan
pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Namun pada sebagian kecil individu terjadi
progresif yang cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi
vaskulitis yang difus.

Pathway Artritis Reumatoid

F. TANDA DAN GEJALA ARTRITIS REUMATOID


Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :
Nyeri persendian
Bengkak (Reumatoid nodule)
Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
Terbatasnya pergerakan
Sendi-sendi terasa panas
Demam (pireksia)
Anemia
Berat badan menurun
Kekuatan berkurang
Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal
Pasien tampak anemic
Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :
1. Gerakan menjadi terbatas
2. Adanya nyeri tekan
3. Deformitas bertambah pembengkakan

4. Kelemahan
5. Depresi
Gejala Extra artikular :
6. Pada jantung : Reumatoid heard diseasure, Valvula lesion (gangguan
katub),Pericarditis, Myocarditis
7. Pada mata : Keratokonjungtivitis, Scleritis
8. Pada lympa : Lhymphadenopathy
9. Pada thyroid : Lyphocytic thyroiditis
10. Pada otot : Mycsitis
Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada penderita artritis reumatoid.
Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena
penyakit ini memiliki gambaran klinis yang sangat bervariasi.
1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan demam.
Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.
2. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan, namun
biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir semua sendi diartrodial
dapat terserang.
3. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat generalisata tatapi terutama
menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoartritis,
yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang dari 1 jam.
4. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik. Peradangan
sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan ini dapat dilihat pada
radiogram.
5. Deformitas: kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit.
Pergeseran

ulnar

atau

deviasi

jari,

subluksasi

sendi

metakarpofalangeal,

deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang sering
dijumpai pada penderita. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang
timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi besar juga dapat terserang dan
mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerak ekstensi.
6. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar sepertiga
orang dewasa penderita arthritis Reumatoid. Lokasi yang paling sering dari deformitas ini
adalah bursa olekranon (sendi siku ) atau di sepanjang permukaan ekstensor dari lengan;
walaupun demikian nodula-nodula ini dapat juga timbul pada tempat-tempat lainnya.

Adanya nodula-nodula ini biasanya merupakan suatu petunjuk suatu penyakit yang aktif
dan lebih berat.
7. Manifestasi ekstra-artikular: artritis reumatoid juga dapat menyerang organ-organ lain di
luar sendi. Jantung (perikarditis), paru-paru (pleuritis), mata, dan pembuluh darah dapat
rusak.
Gejala umum Reumatoid arthritis datang dan pergi, tergantung pada tingkat peradangan
jaringan. Ketika jaringan tubuh meradang, penyakit ini aktif. Ketika jaringan berhenti
meradang, penyakit ini tidak aktif. Remisi dapat terjadi secara spontan atau dengan
pengobatan dan pada minggu-minggu terakhir bisa bulan atau tahun. Selama remisi, gejala
penyakit hilang dan orang-orang pada umumnya merasa sehat ketika penyakit ini aktif lagi
(kambuh) ataupun gejala kembali.
Ketika penyakit ini aktif gejala dapat termasuk kelelahan, kehilangan energi, kurangnya
nafsu makan, demam kelas rendah, nyeri otot dan sendi dan kekakuan. Otot dan kekauan
sendi biasanya paling sering di pagi hari. Disamping itu juga manifestasi klinis Reumatoid
arthritis sangat bervariasi dan biasanya mencerminkan stadium serta beratnya penyakit. Rasa
nyeri, pembengkakan, panas, eritema dan gangguan fungsi merupakan gambaran klinis yang
klasik untuk Reumatoid arthritis. Gejala sistemik dari Reumatoid arthritis adalah mudah
capek, lemah, lesu, takikardi, berat badan menurun, anemia.
Pola karakteristik dari persendian yang terkena adalah : mulai pada persendian kecil di
tangan, pergelangan, dan kaki. Secara progresif mengenai persendian, lutut, bahu, pinggul,
siku, pergelangan kaki, tulang belakang serviks, dan temporomandibular. Awitan biasanya
akut, bilateral dan simetris. Persendian dapat teraba hangat, bengkak, kaku pada pagi hari
berlangsung selama lebih dari 30 menit. Deformitas tangan dan kaki adalah hal yang umum.
Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :
1. Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai hiperemi,
edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun istirahat, bengkak dan
kekakuan.
2. Stadium destruksi

Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada jaringan
sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
3. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan
gangguan fungsi secara menetap.
Keterbatasan fungsi sendi dapat terjadi sekalipun stadium pada penyakit yang dini sebelum
terjadi perubahan tulang dan ketika terdapat reaksi inflamasi yang akut pada sendi-sendi
tersebut. Persendian yang teraba panas, membengkak, tidak mudah digerakkan dan pasien
cendrung menjaga atau melinddungi sendi tersebut dengan imobilisasi. Imobilisasi dalam
waktu yang lama dapat menimbulkan kontraktur sehingga terjadi deformitas jaringan lunak.
Deformitas dapat disebabkan oleh ketidaksejajajran sendi yang terjadi ketika sebuah tulang
tergeser terhadap lainnya dan menghilangkan rongga sendi.
Adapun tanda dan gejala yang umum ditemukan atau sangat serius terjadi pada lanjut usia
menurut Buffer, yaitu: sendi terasa kaku pada pagi hari, bermula sakit dan kekakuan pada
daerah lutut, bahu, siku, pergelangan tangan dan kaki, juga pada jari-jari, mulai terlihat
bengkak setelah beberapa bulan, bila diraba akan terasa hangat, terjadi kemerahan dan terasa
sakit/nyeri, bila sudah tidak tertahan dapat menyebabkan demam, dapat terjadi berulang

G. KOMPLIKASI ARTRITIS REUMATOID


1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya prosesgranulasi di
bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
4. Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh
adanya darah yang membeku.
5. Terjadi splenomegali.
6. Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar kemampuannya untuk
menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit dalam sirkulasi
menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan meningkat.
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang
merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat
pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying antirhematoid drugs, DMARD ) yang
menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid.
Komlikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar dibedakan antara
akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat
ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.
H. KRITERIA DIAGNOSTIK ARTRITIS REUMATOID
Kriteria American Rheumatism Association untuk Artritis Reumatoid, Revisi 1987.
No

Kriteria

Definisi

Kaku pagi hari

Kekakuan pada pagi hari pada persendian dan


disekitarnya, sekurangnya selama 1 jam sebelum
perbaikan maksimal

Artritis pada 3 daerah

Pembengkakan jaringan lunak atau persendian atau


lebih efusi (bukan pertumbuhan tulang) pada
sekurang-kurangnya 3 sendi secara bersamaan yang
diobservasi oleh seorang dokter. Dalam kriteria ini

terdapat 14 persendian yang memenuhi kriteria yaitu


PIP, MCP, pergelangan tangan, siku pergelangan kaki
dan MTP kiri dan kanan.
3

Artritis

pada

Sekurang-kurangnya

terjadi

pembengkakan

satu

persendian tangan

persendian tangan seperti yang tertera diatas.

Artritis simetris

Keterlibatan sendi yang sama (seperti yang tertera


pada kriteria 2 pada kedua belah sisi, keterlibatan
PIP, MCP atau MTP bilateral dapat diterima
walaupun tidak mutlak bersifat simetris.

Nodul Reumatoid

Nodul subkutan pada penonjolan tulang atau


permukaan ekstensor atau daerah juksta-artrikular
yang diobservasi oleh seorang dokter.

Faktor Reumatoid serum

Terdapatnya titer abnormal faktor reumatoid serum


yang diperiksa dengan cara yang memberikan hasil
positif kurang dari 5% kelompok kontrol yang
diperiksa.

Perubahan gambaran

Perubahan gambaran radiologis yang radiologis khas


bagi arthritis reumotoid pada periksaan sinar X
tangan posteroanterior atau pergelangan tangan yang
harus menunjukkan adanya erosi atau dekalsifikasi
tulang yang berlokalisasi pada sendi atau daerah yang
berdekatan

dengan

sendi

(perubahan

akibat

osteoartritis saja tidak memenuhi persyaratan).

Untuk keperluan klasifikasi, seseorang dikatakan menderita artritis reumatoid jika ia


sekurang-kurangnya memenuhi 4 dari 7 kriteria di atas. Kriteria 1 sampai 4 harus terdapat
minimal selama 6 minggu. Pasien dengan dua diagnosis tidak dieksklusikan. Pembagian
diagnosis sebagai artritis reumatoid klasik, definit, probable atau possible tidak perlu dibuat.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG ARTRITIS REUMATOID


1. Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat, Darah bisa

terjadi

anemia

dan

leukositosis, Reumatoid faktor, terjadi 50-90% penderita


2. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi
sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal ) berkembang
menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan
osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
3. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
4. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/ degenerasi
tulang pada sendi
5. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal:
buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-produk
pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan komplemen
( C3 dan C4 ).
6. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas.
7. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau atroskopi;
cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan kurang kental
dibanding cairan sendi yang normal.
Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris yang
mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6
minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada
foto rontgen
Beberapa faktor yang turut dalam memeberikan kontribusi pada penegakan diagnosis
Reumatoid arthritis, yaitu nodul Reumatoid, inflamasi sendi yang ditemukan pada saat
palpasi dan hasil-hasil pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaaan laboratorium menunjukkan
peninggian laju endap darah dan factor Reumatoid yang positif sekitar 70%; pada awal
penyakit faktor ini negatif. Jumlah sel darah merah dan komplemen C4 menurun.
Pemeriksaan C- reaktifprotein (CRP) dan antibody antinukleus (ANA) dapat menunjukan
hasil yang positif. Artrosentesis akan memperlihatkan cairan sinovial yang keruh, berwarna
mirip susu atau kuning gelap dan mengandung banyak sel inflamasi, seperti leukosit dan
komplemen (Smeltzer & Bare, 2002). Pemeriksaan sinar-X dilakukan untuk membantu
penegakan

diagnosis

dan memantau

perjalanan

penyakitnya.

Foto

rongen

akan

memperlihatkan erosi tulang yang khas dan penyempitan rongga sendi yang terjadi dalam
perjalanan penyakit tersebut.

J. PENATALAKSANAAN ARTRITIS REUMATOID


Tujuan utama terapi adalah:
1. Meringankan rasa nyeri dan peradangan
2. memperatahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional maksimal penderita.
3. Mencegah atau memperbaiki deformitas
Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang merupakan sarana
pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu:
1.
2.
3.
4.

Istirahat
Latihan fisik
Panas
Pengobatan
i. Aspirin (anti nyeri)dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar salisilat serum yang
diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml
ii. meningkatkan toleransi saluran cerna terhadap terapi obatNatrium kolin dan
asetamenofen
iii. mengatasi keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing sehingga menurunkan
kebutuhan steroid yang diperlukan.Obat anti malaria (hidroksiklorokuin,

klorokuin) dosis 200 600 mg/hari


iv. Garam emas
v. Kortikosteroid
5. Nutrisi diet untuk penurunan berat badan yang berlebih

Bila Reumatoid artritis progresif dan, menyebabkan kerusakan sendi, pembedahan


dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki fungsi. Pembedahan dan
indikasinya sebagai berikut:
a.Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi tertentu, untuk mempertahankan
fungsi sendi dan untuk mencegah timbulnya kembali inflamasi.
b. Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian.
c.Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan pergelangan tangan.
d. Arthroplasty, pembedahan dengan cara membuat kembali dataran pada
persendian.
Terapi di mulai dengan pendidikan pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan yang
akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik antara pasien dan keluarganya dengan dokter
atau tim pengobatan yang merawatnya. Tanpa hubungan yang baik akan sukar untuk dapat
memelihara ketaatan pasien untuk tetap berobat dalam suatu jangka waktu yang lama.
Penanganan medik pemberian salsilat atau NSAID dalam dosis terapeutik. Kalau diberikan
dalam dosis terapeutik yang penuh, obat-obat ini akan memberikan efek anti inflamasi
maupun analgesik. Namun pasien perlu diberitahukan untuk menggunakan obat menurut
resep dokter agar kadar obat yang konsisten dalam darah bisa dipertahankan sehingga
keefektifan obat anti-inflamasi tersebut dapat mencapai tingkat yang optimal.
Kecenderungan yang terdapat dalam penatalaksanaan Reumatoid arthritis menuju pendekatan
farmakologi yang lebih agresif pada stadium penyakit yang lebih dini. Kesempatan bagi
pengendalian gejala dan perbaikan penatalaksanaan penyakit terdapat dalam dua tahun
pertama awitan penyakit tersebut.
Menjaga supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-hari, sebaiknya digunakan
air hangat bila mandi pada pagi hari. Dengan air hangat pergerakan sendi menjadi lebih
mudah bergerak. Selain mengobati, kita juga bisa mencegah datangnya penyakit ini, seperti:
tidak melakukan olahraga secara berlebihan, menjaga berat badan tetap stabil, menjaga
asupan makanan selalu seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh, terutama banyak memakan
ikan laut. Mengkonsumsi suplemen bisa menjadi pilihan, terutama yang mengandung Omega
3. Didalam omega 3 terdapat zat yang sangat efektif untuk memelihara persendian agar tetap
lentur.

Sumber :

Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2007. BUKU AJAR FISIOLOGI KEDOKTERAN

Edisi 11. Alih bahasa : Irawati, et al. Jakarta : EGC


Harris ED Jr., 1993, Etiology and Pathogenesis of Reumatoid Arthritis. Dalam: Textbook

of Rheumatology.Philadhelpia:Saunders Co
Hirmawan, Sutisna., 1973. PATOLOGI. Jakarta : Bagian Patologi Anatomik Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia, pp : 437, 1


Hollmann DB. Arthritis & musculoskeletal disorders. In: Tierney LM, McPhee,
Papadakis MA (Eds): Current Medical Diagnosis & Treatment, 34 th ed., Appleton &

Lange, International Edition, Connecticut 2005, 729-32.


Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.

Jakarta : EGC. 2002.


Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L., 2007. BUKU AJAR PATOLOGI Edisi 7. Jakarta

: EGC
Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, Wahyu I., Setiowulan, W., 2000. KAPITA

SELEKTA KEDOKTERAN Edisi Ketiga Jilid Kedua. Jakarta : Media Aesculapius


Nasution..1996.Aspek Genetik Penyakit Reumatik dalam Noer S (Editor) Buku Ajar

Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta: Balai penerbit FKUI.


Price, SA. Dan Wilson LM., 1993, Patofisiologi: Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit
bag 2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai