PENDAHULUAN
Di unit gawat darurat, sering kita menjumpai penderita dengan gambaran EKG
takikardia. Interpretasi yang baik dan benar merupakan langkah yang sangat penting dalam
pengobatan terhadap pasien tersebut. Kita harus mendiagnosa apakah takikardia tersebut
sebagai takikardia ventrikular (VT) atau supraventrikular (SVT) disebabkan oleh penanganan
diantara kelainan ini berbeda.
Perkembangan tentang mekanisme dan tatalaksana terapi takikardi akhir-akhir ini,
menuntut
seorang
dokter
untuk
secepatnya
mengambil
keputusan.
Rekaman
BAB II
PRESENTASI KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn.K
Umur
: 72 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
1
Agama
: Budha
Alamat
: Jl.Wisata Bahari-Kawal
Pekerjaan
: Swasta
Tanggal masuk
: 31 Juli 2015
Tanggal keluar: 05 Agustus 2015
II. ANAMNESIS
Keluhan utama
: Sesak napas
Keluhan Tambahan : Nyeri dada sebelah kiri, dada berdebar-debar, mual, perut terasa tidak
enak.
Riwayat Penyakit Sekarang :
OS datang ke RSAL Midiyato pada tanggal 31 Juli 2015 dengan keluhan sesak nafas
yang memberat sejak 6 jam SMRS, suara nafas tidak berbunyi. Sebelumnya OS juga sudah
kadang-kadang mengeluh sesak napas saat sehari-hari. OS juga mengeluh nyeri dada sebelah
kiri yang menjalar ke punggung, dada berdebar-debar, nyeri dada hilang timbul, keluhan juga
disertai mual dan terasa perut tidak enak. Nyeri kepala, kedua kaki bengkak (+). Os kiriman
dari RSUP dan telah mendapatkan terapi.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Hipertensi (+)
Penyakit jantung (-) tidak diketahui
DM (-)
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga yang mempunyai keluhan seperti pasien
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Pemeriksaan Umum
o Kesadaran
: Compos Mentis
o Kesan Gizi : Sedang
o Tinggi badan : 172 Cm
o Berat badan : 65 Kg
o Vital Sign
:
RSUP
RSAL
TD
171/96
110/70
Respirasi
21x/menit
20x/menit
Suhu
36,5oC
36,8oC
Nadi
92x/menit
104x/menit
2
B. Pemeriksaan Khusus
o Kepala
: Normocephal, rambut warna hitam
o Mata
: Normal
Palpebra
: Tidak tampak edema
Konjungtiva
: Tidak anemis
Sklera
: Tidak tampak ikterik
Pupil
: Bulat isokor
Refleks Cahaya
: Langsung +/ + , tidak langsung +/+
o Leher
:
JVP 5+2 mmHg
Massa abnormal tidak ditemukan
Deviasi trakea tidak ditemukan
o Thoraks
Inspeksi
Dinding dada simetris pada keadaan statis dan dinamis
Normochest, diameter ventrolateral : AP = 2 : 1
Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi
Ictus cordis teraba di ICS V midclavicularis sinistra
Fremitus taktil/vokal simetris, tidak ada pergerakan dinding
dada yang tertinggal
Perkusi
Terdengar redup pada lapangan paru
Perenjakan paru positif, batas jantung kanan pada ICS V linea
sternalis dextra
Batas jantung kiri pada ICS VI satu jari medial linea
midclavicularis sinistra
Batas pinggang jantung pada ICS III linea parasternalis dextra
Auskultasi
S1(N) S2(N) S3(-) S4(-) Regulitas : Iregular
Murmur (-) Gallop (-)
Vesikuler di kedua hemitoraks , Rh -/- Wh -/o Abdomen
Inspeksi
Permukaan rata, simetris.
Auskultasi
Bising usus ( + ) normal
Perkusi
Timpani pada seluruh lapang abdomnen
Palpasi
Hepar, lien, dan ginjal tidak teraba adanya pembesaran
Nyeri tekan epigastrium (+)
3
o Ekstremitas
Akral hangat, perfusi baik
Edema pada kedua tungkai.
Sianosis tidak ditemukan pada keempat ekstremitas.
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium darah
Darah lengkap
(31 Juli 2015)
Hb
: 15,1 g/dl
Ht
: 45 %
Eritrosit
: 5,0 x 106 / mm3
Leukosit
: 12.400
Trombosit
: 131.000
- Glukosa sewaktu
: 147 mg/dl
- Cholesterol
: 178 mg/dl
- HDL Cholesterol
: 57 mg/dl
- LDL Cholesterol
: 90 mg/dl
- Trigliserida
: 154 mg/dl
- Ureum
: 88 mg/dl
- Creatinin
: 4,4 mg/d
- Asam Urat
: 9,8 mg/dl
Natrium
: 143 mg/dl
Kalium
: 4,9 mg/dl
Klorida
: 109
b.EKG
31/07/2015 (14.30)
pemeriksaan fisik terdapat nyeri tekan epigastrium (+), edema pada kedua tungkai (+). Kesan
EKG : Ventrikel Takikardi
VI. DIAGNOSIS KERJA
- Ventrikel Takikardi
- CAD NStemi
6
VII. PENATALAKSANAAN
RSUP :
- Non medikamentosa :
Terapi Definitif : DC shock kardioversi 50 joule 1x
- Medikamentosa :
O2 : 3 l/mnt nasal kanul
Infus D5% + Amiodarone 150mg 20 tpm
Fargoxin 1 amp + 100cc Nacl 3 tpm
Dobutamin 250mg + Nacl 100cc 10cc/jam
Ranitidine 1 amp
Ondansentron 4 mg 1 amp
P/O :
Clopidogrel 75mg 1 tab
Aspilet 1 tab
Digoxin 0,25mg
RSAL :
-
Non medikamentosa :
Tirah baring
Diet rendah garam
Diet lunak
Medikamentosa :
O2 : 3 l/mnt nasal kanul
Infus D5% + Amiodarone 150mg 20 tpm
Fargoxin 1 amp + 100cc Nacl 3 tpm (STOP)
Dobutamin 250mg + Nacl 100cc 10cc/jam
Pantoprazole 1 amp
Fluxum 0,4mg
P/O :
Clopidogrel 75mg 1 tab
Aspilet 1 tab
Digoxin 0,25mg
Stator 20mg
VIII. PROGNOSIS
-
Quo ad vitam
Quo ad functionam
: dubia ad malam
: dubia ad malam
FOLLOW UP
Tanggal
01/08/2015
07.00
Follow up
KU: Sesak nafas (berkurang)
KT: Nyeri dada (sekali-kali), berdebar-
Terapi
O2 : 3
l/mnt
7
Vital sign:
TD: 170/80
N: 74x/mnt
R: 24
S: 36,7
02/08/2015
debar (+)
Kes: CM
Mata: CA -/- SI -/Leher: JVP 5+2 mmHg
Thorax: pulmo: VS +/+ Rh -/+- wh -/cor: BJ I/II Ireg M(-) G( )
Abd: BU (+)
NT/NL/NK +/-/Asites (-)
Ekst: Edema kedua tungkai
kanul
Amiodaron 4amp dlm
100cc Nacl : 10 gtt/i
mikro
Ottozol 1x1
Fluxum 0,4mg
P/O :
Stator 1x20mg
CPG 1x1
Miozidin 1x1
Maxiflon 1x1
Proxime 1x1
Opivask 2x5mg
Pantoprazole 1x1
Fluxum 0,4mg
CPG 1x1
Miozidin 1x1
Maxiflon 1x1
Proxime 1x1
Opivask 2x5mg
(stop)
Tyarit (po) 1x1
03/08/2015
06.00
TD: 130/70
N: 78x/mnt
R : 24
Mata: CA -/- SI -/Thorax: pulmo: VS +/+ Rh +/+ wh -/cor: BJ I/II Ireg M(-) G(-)
Abd: BU (+)
NT/NL/NK -/-/Asites (-)
Ekst: Edema kedua tungkai (berkurang)
Pantoprazole 1x1
Fluxum 0,4mg
CPG 1x1
Miozidin 1x1
Maxiflon 1x1
Proxime 1x1
Tyarit (po) 1x1
Opilac syr 3x1c
04/08/2015
TD: 150/80
N: 76 x/mnt
R: 22x/mnt
Mata: CA -/- SI -/Thorax: pulmo: VS +/+ Rh -/- wh -/cor: BJ I/II Ireg M(-) G(-)
Abd: BU (+)
NT/NL/NK -/-/Asites (-)
Ekst: Edema minimal
Pantoprazole 1x1
Heparin 0,4mg
CPG 1x1
Miozidin 1x1
Maxiflon 1x1
Proxime 1x1
Tyarit (po) 1x1
lactulose syr 3x1c
09.00
TD: 150/100
N : 80x/mnt
R : 24x
05/08/2015
TD: 150/80
N : 70 x/mnt
R : 20 x/mnt
Mata: CA -/- SI -/Thorax: pulmo: VS +/+ Rh -/- wh -/cor: BJ I/II Ireg M(-) G(-)
Abd: BU (+)
NT/NL/NK -/-/Asites (-)
Ekst: Edema (-)
05/08/2015
KU: (-)
TD: 150/70
N : 84 x/mnt
R : 20 x/mnt
Mata: CA -/- SI -/Thorax: pulmo: VS +/+ Rh -/- wh -/cor: BJ I/II Ireg M(-) G(-)
Abd: BU (+)
NT/NL/NK -/-/Asites (-)
Ekst: Edema (-)
Pasien diperbolehkan pulang atas
persetujuan dokter
Nacl 7 gtt/I
Pantoprazole 1x1
Lain-lain lanjutkan
Terapi Pulang :
Iretensa 2x300mg
Sucrafat syr 3xc1
Atrovastatin 1x 20mg
Miozodine 1x1
Maxiflon 1x1
Neulin 2x1
Clopidogrel 1x75mg
nifedipine 2x1
Lactulose 3xc1
Tyarit 1x1
10
11
Kesan :
Nstemi extensive anterior + inferior
BAB III
PEMBAHASAN
Definisi
12
Takikardia didefinisikan sebagai suatu keadaan aritmia dengan kecepatan kerja jantung di
atas seratus kali per menit pada orang dewasa selama tiga denyutan atau lebih.
Mekanisme
Takiaritmia merupakan akibat dari salah satu mekanisme :
1. Peningkatan automatisitas
2. Reentry
3. Aktivitas yang merangsang
Klasifikasi
Takiartimia dikategorikan menjadi supraventrikular takiaritmia dan ventrikular aritmia
berdasarkan panjangnya kompleks QRS, morfologi dan kecepatan gelombang P, hubungan
antara gelombang P dan kompleks QRS, dan respon terhadap manuever vagal.
1.
2.
Jika tanda dan gejala masih menetap setelah pemberian suplemen oksigen, bantuan
jalan napas, dan ventilasi, lakukan pengevekan tingkat instabilitas pasien dan tentukan
apakan ketidakstabilan itu berkaitan dengan takiaritmia.
Jika pada pasien terdapat tanda-tanda perubahan status mental, nyeri dada
iskemik, gagal jantung akut, hipotensi, atau tanda lain syok berikan
kardioversi sinkronisasi.
Jika kecepatan kerja jantung < 150 x per menit tanpa adanya disfungsi
Kardioversi dapat diberikan segera jika keadaan pasien sangat tidak stabil. Sebaiknya
dipasang infus dan diberikan sedasi dulu sebelum diberikan kardioversi. Pemberiannya
sinkron dengan kompleks QRS. Pemberikan kardioversi pada saat komopleks QRS ini
bertujuan untuk menghindari
14
Disosiasi antara atrium dan ventrikel, pada VT nodus sinus terus memberikan
impuls secara bebas tanpa ada hubungan dengan aktivitas ventrikel sehingga
gelombang P yang muncul tidak berkaitan dengan kompleks QRS. Adanya disosiasi
AV sangat khas untuk VT walaupun adanya asosiasi AV belum dapat menyingkirkn
VT. Secara klinis disosiasi AV dapat dikenal dengan adanya variasi bunyi jantung satu
dan variasi TDS.
Capture beat dan fusion beat, kadang-kadang saat berlangsungnya VT, impuls dari
atrium dapat mendepolarisasi ventrikel melalui system konduksi normal sehingga
memunculkan kompleks QRSyang lebih awal dengan ukuran normal (sempit).
Keadaan ini disebut capture beat. Fusion beat terjadi bila impuls dari nodus sinus
dihantarkan ke ventrikel melalui nodus atrioventrikular dan bergabung dengan impuls
dari ventrikel.
Capture beat dan fusion beat jarang ditemukan dan sangat khas untuk VT .
Konfigurasi kompleks QRS, adanya kesesuaian dari kompleks QRS pada sadapan
dada sangat menyokong diagnosis VT. Kesesuaian positif kompleks QRS pada
sadapan dada dominan positif menunjukkan asal focus takikardi dari dinding posterior
ventrikel. Kesesuaian negative kompleks QRS pada sadapan dada negative
menunjukkan asal focus dari dinding anterior ventrikel.
Penting diingat untuk selalu membuat EKG lengkap 12 sadapan saat dan sesudah takikardia.3
Diagnosis Banding
a. Takikardia supraventrikel (SVT) dengan konduksi aberan
Pada keadaan SVT biasa maka konduksi dari atrium ke ventrikel melalui jalur
konduksinormal sehingg kompleks QRS akan normal. Namun secara fisiologis dapat
terjadi hambatan/blok pada salah satu berkas cabang(kiri atau kanan)karena adanya
perbedaan masa refrakter diantara keduanya.kedaan in disebut konduksi aberans.
Karena adanya hambatan berkas cabang maka kompleks QRS akan lebar seperti
keadaan LBBB atau RBBB biasa.
b. Takikardia supraventrikel (SVT) dengan konduksi melalui jaras tambahan
Bila terdapat jaras tambahan yang melintas jalur konduksi normal dari atrium ke
ventrikel, maka pada saat takikardi supraventrikel (SVT), vebtrikel diaktivasi tidak
melalui
jalur
konduksi
normal
sehingga
ventrikel
mengalami
aktivitas
16
c. Takikardia supraventrikel (SVT) pada keadaan hambatan berkas cabang yang sudah
ada
Bila pada keadaan irama sinus sudah terdapat gambaran hambatan berkas cabang
maka saat timbul SVT kompleks QRS akan terlihat lebar seperti pad keadaan sinus.
Oleh karena itu, sangat penting untuk membandingkan EKG sebelum dengan pada
saat takikardia.3
d. Fibrilasi Ventrikel (VF)
Fibrilasi ventrikel merupakan keadaan terminal dari aritmia ventrikel yang ditandai
oleh kompleks QRS, gelombang P, dan segmen ST yang tidak beraturan dan sulit
dikenali. VF merupakan penyebab utama kematian mendadak.
Penyebab utama VF adalah infark miokard akut, blok AV total dengan respons
ventrikel sangat lambat, gangguan elektrolit (hipokalemia dan hiperkalemia), asidosis
berat, dan hipoksia. Salah satu penyebab VF primer yang sering pada orang dengan
jantung normal adalah sindrom Brugada. Pada keadaan ini terjadi kelainan genetik
pada gen yang mengatur kanal natrium (SCN5A) sehingga tercetus VF primer. Angka
kejadiannya tinggi pada populasi Asia dan kelompok laki-laki usia muda. Pada EKG
permukaan saat irama sinus ditemukan adanya gambaran RBBB inkomplit dengan
elevasi ST di sadapan V1-V3.VF akan menyebabkan tidak adanya curah jantung
sehingga pasien dapat pingsan dan mengalami henti napas dalam hitungan detik. VF
kasar (coarse VF) menunjukkan aritmia ini baru terjadi dan lebih besar peluangnya
untuk determinasi dengan defibrilasi. Sedangkan VF halus (fine VF) sulit dibedakan
dengan asistol dan biasanya sulit dideterminasi. Penanganan VF harus cepat dengan
protokol resusitasi kardiopulmonal yang baku meliputi pemberian unsynchronized DC
shock mulai 200 J sampai 360 J dan obat-obatan seperti adrenalin, amiodaron, dan
magnesium sulfat.4
e.
Torsades De Pointes
17
Istilah TDP (dalam bahasa perancis berarti berputar-putar mengelilingi satu titik)
adalah suatu bentuk takikardi ventrikel yang ditandai oleh beberapa perubahan bentuk
dan arah (aksis) komplek QRS dalam satu beberapa denyutan (beat).
Penyebab tersering TDP adalah adanya pemanjangan interval QT akibat pengaruh
obat-obatan antiaritmia (misalnya amiodaron, sotalol, dan flekainid), dan penyakit
sindrom QT panjang (long QT syndrome), bradikardia berat, dan sindrom Brugada.
Tatalaksana TDP adalah pemberian magnesium sulfat, pemasangan pacu jantung
sementara (pada keadaan bradikardia), dan obat penyerta beta.4
Etiologi
Penyebab dari gangguan irama jantung secara umum adalah sebagai berikut :
-
18
Karena intoksikasi obat misalnya digitalis, obat-obat anti aritmia. Obat-obat anti
aritmia bekerja dengan mempengaruhi proses repolarisasi sel otot jantung. Dosis yang
berlebih akan mengubah repolarisasi sel otot jantung sehingga terjadi gangguan irama
jantung.
- Gangguan pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan irama
jantung. Dalam hal ini aktivitas nervus vagus yang meningkat dapat memperlambat
atau menghentikan aktivitas sel pacu di nodus SA dengan cara meninggikan
konduktansi ion kalium.
-
Gangguan
endokrin
(hipertiroidisme
dan
hipotirodisme).
Hormon
tiroid
Akibat gagal jantung. Gagal jantung merupakan suatu keadaan di mana jantung tidak
dapat memompa darah secara optimal ke seluruh tubuh. Pada gagal jantung, fokusfokus ektopik (pemicu jantung selain nodus SA) dapat muncul dan terangsang
sehingga menimbulkan impuls tersendiri.
Karena penyakit degenerasi misalnya fibrosis sistem konduksi jantung. Sel otot
jantung akan digantikan oleh jaringan parut sehingga konduksi jantung pun
terganggu.1
Penyebab dari ventrikel takikardia adalah biasanya berasosiasi dengan kelainan pada jantung,
yang meliputi:
Kardiomiopati
Sarcoidosis (suatu inflamasi yang mengenai kuloit dan jaringan tubuh lainnya)
VT monomorfik
VT monomorfik memiliki kompleks QRS yang sama pada tiap denyutan dan menandakan
adanya depolarisasi yang berulang dari tempat yang sama. Umumya disebabkan oleh
adanya focus atau substrat aritmia yang mudah dieliminasi dengan teknik ablasi kateter.
VT polimorfik
VT polimorfik ditandai dengan adanya kompleks QRS yang bervariasi dan menunjukkan
adanyaurutan depolarisasi yang berubah dari beberapa tempat. Biasanya VT ini berkaitan
dengan jaringan parut (scar tissue) akibat infark miokard (ischemic VT).
Bila VT berlangsung lebih dari 30 detik disebut sustained dan sebaliknya bila kurang dari
30 detik disebut non sustained.
Berdasarkan etiologi VT dikelompokkan menjadi:
1. VT idiopatik
-
Umumnya VT jenis ini disebabkan oleh proses automatisasi, trigerred activity, dan
takikardi dengan perantaraan siklik AMP yang dirangsang oleh saraf adrenergic dan
sensitive terhadap peningkatan kalsium intrasel. Oleh karena itu dapat diberikan
pengobatan dengan calcium channel blocker seperti verapamil. Sedangkan pda VT
jenis lain, obat ini adalah kontraindikasi. Karena salah satu jenis VT ini dicetuskan
oleh latihan/exercise maka bisa juga diberika B blocker. Dapat diberikan metoprolol
sampai dosis maksimal 2/100mg/hari. Bila pasien masih bergejala maka dapat
diberikan terapi definitive dengan ablasi kateter
-
VT idiopatik ventrikel kiri: istilah lain untu kVT jenis ini adalah takikardi fasikular
karena adanya proses reentry pada fasikel anterior dan posterior sebagai penyebab
takikardi. Umunya diderita pada usia muda. Pada rekaman EKG permukaan terlihat
takikardia dengan morfologi kompleks QRS berbentuk blok RBBB, dengan aksis
superior. Kompleks QRS tidak begitu lebar karena focus takikardi dekat dengan
septum (lokasi jaringan konduksi normal). Terapi yang diberikan adalah verapamil,
adenosi, propanolol. Bila gagal dapat dilakukan eliminasi dengan ablasi kateter.
Bundle branch reentrant VT: VT jenis ini ditemukan sekitar 40% pada pasien
kardiomiopati dilatasi idiopatik (noniskemia) dan 6 % dri seluruh jenis VT yang
dirujuk ke lab elektrofisiologi. Secara klinis, VT jenis ini berbahaya sehingga
menyebabkan sinkop atau henti jantung. Takikardia dapat dihilangkan dengan
melakukan ablasi kateter
biasanya diderita oleh kelompok usia muda, dimana terdapat infiltrasi lemak dan
jaringan paru pada miokard ventrikel kanan. Karakteristiknya adalah kompleks QRS
dengan morfologi blok berkas. Tatalaksan jenis VT ini adalah ICD (implantable
cardioverter defibrilator) yang efektif mencegah kematian jantung mendadak.
-
VT ischemia: disebabkan oleh penyakit jantung koroner seprti infark miokard akut.
Secara prognostic VT jenis ini sangat penting karena dapat menyebabkan kemtian
jantung mendadak. VT iskemia terjadi karena adanya reentry akibat adanya jaringan
parut disekitar jaringan sehat. Secara umu, semakin luas jaringan infark semakin besar
peluang terjadi reentry. VT iskemia cenderung bersifat fatal karena dapat berdegenersi
21
Automaticity terjadi karena adanya percepatan aktivitas fase 4 dari potensial aksi
jantung. Aritmia ventrikel karena gangguan automaticity biasanya tercetus pada
keadaan infark miokrd akut, gangguan elektrolit, gangguan keseimbangan asam basa
dan tonus adrenergic yang tinggi
Triggered activity memiliki gambaran capuran dari kedua mekanisme diatas. Mekanismenya
adalah adanya kebocoran ion positif ked lam sel sehingga terjadi lonjakan potensial
pada akhir fase 3 atau awal fase 4 dari potensial aksi jantung.3
Sinus takikardia
Sinus takikardi merupakan akibat yang sering dan biasa muncul pada stimulus
fisiologis, seperti demam, hipoksemia, hipertiroidism, anemia atau hipotensi/syok.
Mekanisme terjadinya karena peningkatan stimulus simpatetik dan atau
menurunnya tonus vagal. Sinus takikardia didefinisikan sebagai denyut jantung >
100 x per menit dengan gelombang P dan kompleks QRS yang normal. Batas atas
denyut jantung pada sinus takikardi adalah 220-usia (dalam tahun). Pasien dengan
sinus takiakrdia tidak membutuhkan obat-obatan spesifik, terapi ditujukan untuk
mengobati penyakit yang mendasari. Jika fungsi kardia buruk, kardiak output
22
bergantung pada denyut jantung yang cepat. Sinus takikardia menunjukkan tingkat
keparahan penyakit yang mendasari.
II.
memblokir
konduksi
melalui
AV
node.
Hasilnya
akan
Takikardia ventrikel
2.
3.
4.
25
VT monomorfik
b.
VT polimorfik
b.
(RVOT) VT dan
Diagnosa untuk menentukan adanya suatu takikardi ventrikel adalah step up yang digunakan
oleh Brugada. Algoritme ini mempunyai sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi untuk
menentukan adanya takikardi ventrikel (Gambar 1).
26
Langkah terakhir dari step Brugada ini adalah menentukan morfologi kompleks
QRS apakah suatu RBBB atau LBBB. Pada morfologi RBBB (lead VI), morfologi
qR dan R morphology (monofasik) mengarah pada VT. Bila polanya trifasik (RSR),
sumber yang lebih mungkin adalah supraventrikel. Pada morfologi RBBB, bila R/S
rasio di lead V6 < 1, maka VT lebih mungkin. Pada morfologi LBBB, dicurigai VT
bila durasi inisial QRS yang positif > 0,03 detik, adanya notching dari gelombang S
dan interval antara awal kompleks QRS dan nadir gelombang S > 0,10 detik
(gambar 2). Lead precordial dapat muncul sebagai positive concordance (semua
positif) atau negative concordance (semua negatif) yang lebih mengarah pada VT.
27
Disosiasi AV
Pada VT, sinus node terus memberikan impuls untuk menginisiasi aktivitas atrium dengan
irama yang lebih lambat dan tidak tergantung aktivitas ventrikel (disosiasi AV). Adanya
disosiasi AV adalah tanda paling penting adanya VT (gambar 3).
28
mempunyai waktu refrakter yang lebih lama dibanding bundle branch yang lain. Sehingga
pada saat impuls yang timbul berikutnya, fase refrakter belum pulih sempurna, maka impuls
tidak dapat diteruskan, dan EKG akan menunjukkan morfologi bundle block morphology.
29
Sangat penting untuk membandingkan gambaran EKG saat takikardia dan pada saat irama
sinus.
30
Terapi
31
procainamide dan amiodaron merupakan pilihan untuk terapi VT maupun SVT, walaupun
amiodaron sendiri merupakan pilihan kurang baik karena half life yang lama sehingga studi
elektrofisiologi terhambat.
Pada preexcited atrial fibrillation procainamide merupakan pilihan yang paling baik
karena akan merusak konduksi antegrade accessory pathway. Bila kondisi tidak membaik
dengan pengobatan obat, maka kardioversi perlu dilakukan. Pada pengobatan non
farmakologi dengan kelainan VT yang kronik perlu dipertimbangkan ablasi kateter dan
pemasangan implantable cardioverter defibrillator untuk mencegah sudden cardiac death.
Adenosin dapat diberikan dengan dosis yang sama dengan pasien PSVT. 6mg
Adenosin berikan infus tetesan cepat melalui pembuluh vena yang besar (antecubital)
kemudian berikan saline 20mL infus tetesan cepat. Jika dalam 1-2 menit ritme tidak
membaik, berikan 12mg Adenosin dengan cara yang sama.
Procainamide (10mg/kg) kemudian berikan Lidocaine (1.5mg/kg) untuk menterminasi
kondisi monomorfik VT yang stabil, dapat diberikan20-50mg/menit sampai aritmia dapat
ditekan, hipotensi dihentikan, durasi QRS meningkat.50%, dosis maksimum 17mg/kg. dosis
rumatan 1-4mg/min.
Amiodarone efektif untuk mencegah rekurensi monomorfik VT pada pasien dengan
CAD. Dosisnya 150mg iv diberikan selama 10 menit dan dapat diulang sampai mencapai
dosis maksimal 2.2gr iv per 24 jam
32
33
Penatalaksanaan
Pada prinsipnya, terapi bertujuan untuk :
a. Mengembalikan irama jantung yang normal (rhythm control)
b Menurunkan frekuensi denyut jantung (rate control)
c Mencegah terbentuknya bekuan darah.1
Penatalaksanaan pada keadaan akut
Bila keadaan hemodinamik stabil, terminasi VT dilakukan dengan pemberian obat-obatan
secara intravena seperti amiodaron, lidokain, dan prokaiamid. Dua obat yang pertama tersedia
di Indonesia. Amiodaron dan prokainamid lebih unggul daripada lidokain.
Amiodaron dapat diberikan dengan dosis pembebanan (loading dose) 15 mg/menit diberikan
dalam 10 menit dan diikuti dengan infuse kontinu 1 mg/menit selama 6 jam, dan dosis
pemeliharaan 0,5 mg/menit dalam 18 jam berikutnya.
Bila gagal dengan obat, dilakukan kardioversi elektrik yang dapat dimulai dengan energy
rendah (10 J dan 50 J).
Dalam tatalaksana akut perlu dicari factor penyebab yang dapat dikoreksi seperti iskemia,
gangguan elektrolit, hkpotensi dan asidosis.
Bila keadaan hemodinamik tidak stabil (hipotensi, syok angina, gagal jantung, dn gejala
hipoperfusi otak) maka pilihan pertama dalah kardioversi elektrik.3,5
34
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Tujuan dari penatalaksanaan bradikardi atau takikardi adalah untuk mengidentifikasi
dengan cepat dan memberikan terapi pada pasien dengan hemodinamik yang tidak stabil atau
menggunakan simtomatik karena aritmia. Obat-obatan dan kardioversi listrik dapat
digunakan untuk mengontrol takikardia simptomatik atau takikardia yang tidak stabil.
Saran
Takikardia
adalah
suatu
keadaan
gawat
darurat
sehingga
membutuhkan
penatalaksanaan yang cepat dan tepat. Oleh karena itu sebaiknya dilakukan pelatihan berkala
mengenai penatalaksanaan takiakrdia. Selaian itu, sebaiknya terus dilakukan riset mengenai
penatalaksanaan takikardia agar dapat lebih mengoptimalkan penatalaksanaan.
35
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Neumar, Robert W; Otto, Charles W; dkk. Part 8 : Adult Advanced Cardiovasdular Life
Support:
2010 American
Heart Association
Guidelines
for
Cardiopulmonary
36
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
. i
BAB I. PENDAHULUAN 1
BAB II. PRESENTASI KASUS . 2
BAB III PEMBAHASAN . 13
3.1 Ventrikel Takikardi
.. 12
3.1.1 Definisi ... 12
3.1.2 Klasifikasi ... 13
3.1.3 Diagnosis Banding 16
3.1.4 Etiologi .. 18
3.2.1 Klasifikasi ... 19
3.2.2 Patofisiologi
.. 21
3.2.3 Terapi
... 32
3.2.4 Penatalaksanaan .. 34
BAB IV PENUTUP . 35
DAFTAR PUSTAKA
ii
37