Anda di halaman 1dari 7

Mutu pelayanan kesehatan memang sulit diukur, namun

dengan penerapan clinical pathway dengan mengacu


pada pembiayaan INA CBGs, maka dengan mudah dapat
diketahui kualitas pelayanan kesehatan, apabila
pelayanan kesehatan pada sebuah Rumah Sakit
berkualitas baik, maka dengan sendirinya Rumah Sakit
akan untung, dan begitu pula sebaliknya.

Beragam artikel memiliki pemahaman tentang


pengertian Clinical Pathway, dan semuanya mengarah
terhadap dokumen dengan perincian metode tercapainya
tujuan peningkatan standar mutu pelayanan kesehatan
yang terukur, diantaranya :

Clinical Pathway adalah suatu konsep perencanaan


pelayanan terpadu, merangkum setiap langkah yang
diberikan kepada pasien, berdasarkan standar
pelayanan medis dan asuhan keperawatan berbasis
bukti, dengan hasil terukur, dan dalam jangka waktu
tertentu di Rumah Sakit. (Dody Firmanda).

Clinical Pathway adalah suatu cara atau metode


untuk menggambarkan suatu aktivitas pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit.

Clinical Pathway adalah pedoman kolaboratif untuk


merawat pasien berfokus pada diagnosis, masalah
klinis dan tahapan pelayanan atau dapat diartikan
sebagai suatu alur menunjukkan secara detail tahap-
tahap penting dari pelayanan kesehatan termasuk
hasil diharapkan, secara sederhana dapat dibilang
bahwa clinical pathway adalah sebuah alur yang
menggambarkan proses mulai saat penerimaan
pasien hingga pemulangan pasien, dimana dalam
pelaksanaannya menggabungkan standar asuhan
setiap tenaga kesehatan secara sistematik, tindakan
diberikan diseragamkan dalam suatu standar asuhan,
namun tetap memperhatikan aspek individu dari
pasien.

Clinical Pathway adalah dokumen perencanaan


pelayanan kesehatan terpadu merangkum setiap
langkah yang dilakukan pada pasien mulai masuk
rumah sakit, sampai keluar rumah sakit, berdasarkan
standar pelayanan medis, standar asuhan
keperawatan, dan standar pelayanan kesehatan
lainnya berbasis bukti yang dapat diukur. (Tim
Casemix).

Clinical Pathway adalah istilah yang digunakan


untuk mempermudah dalam pendokumentasian
perjalanan kegiatan suatu tindakan klinis baik medis,
keperawatan maupun penunjang medis lainnya,
secara ringkas dan komunikatif.

Clinical Pathway adalah merupakan rencana


kolaboratif pelayanan kesehatan yang terdiri dari
multidisiplin yaitu dokter, perawat, ahli gizi,
laboratorium, farmasi yang terdokumentasi dalam
formulir yang telah ditetapkan oleh Rumah Sakit.

Clinical Pathway adalah merupakan metode


dokumentasi klinis yang merefleksikan standar
praktik dan pelayanan klinis baik dokter, perawat dan
tim kesehatan lainnya.
Clinical Pathway adalah merupakan pedoman
kolaboratif untuk merawat pasien berfokus pada
diagnosis, masalah klinis dan tahapan pelayanan
kesehatan, Clinical Pathway menggabungkan
standar asuhan tenaga kesehatan secara sistematik,
tindakan yang diberikan diseragamkan dalam suatu
standar asuhan, namun tetap memperhatikan aspek
individu dari pasien. (Mareli, 2000).
Clinical Pathway adalah panduan penatalaksanaan
pelayanan pasien sesuai standar terapi sehingga
terjadi efisiensi biaya dan mutu pelayanan terjamin.
Clinical Pathway juga memiliki banyak nama lain,
diantaranya Critical Care Pathway, Integrated Care
Pathway, Coordinated Care Pathway,Caremaps,
atau Anticipated Recovery Pathway.
Menurut Hill, 1998 dalam Feuth and Claes, 2007,
terdapat empat komponen utama Clinical
Pathway meliputi :

* Kerangka Waktu, menggambarkan tahapan


berdasarkan pada hari perawatan atau berdasarkan
tahapan pelayanan, sep : fase pre, intra dan pasca
operasi.
* Kerangka Asuhan, berisi aktivitas asuhan
seluruh tim kesehatan yang diberikan kepada pasien,
dan aktivitas tersebut dikelompokkan berdasarkan
jenis tindakan, sep : tindakan medik, pemberian obat,
pemeriksaan penunjang medik, nutrisi dan aktivitas
pada jangka waktu tertentu.
* Kriteria Hasil, memuat hasil dari standar asuhan
yang diberikan, meliputi kriteria jangka panjang
(menggambarkan kriteria hasil dari keseluruhan
asuhan), dan kriteria jangka pendek
(menggambarkan kriteria hasil pada setiap tahapan
pelayanan).
* Lembar Pencatatan Varian, mencatat dan
menganalisis deviasi dari standar ditetapkan
dalam Clinical Pathway, kondisi pasien tidak sesuai
dengan standar asuhan atau standar tidak bisa
dilakukan, kesemuanya dicatat dalam lembar varian
ini.

Menurut dr. Hanevi Djasri, MARS, konsultan dari PMPK FK


UGM, tujuan utama implementasi Clinical Pathway,
adalah menjamin tidak ada aspek-aspek penting dari
pelayanan kesehatan yang dilupakan,Clinical
Pathway memastikan semua intervensi dilakukan secara
tepat waktu, dengan mendorong staf klinik untuk bersikap
proaktif dalam perencanaan pelayanan, Clinical
Pathway diharapkan dapat mengurangi biaya dengan
menurunkan length of stay, dan tetap memelihara mutu
pelayanan, dan secara rinci dapat digambarkan sebagai
berikut :
* Memilih pola praktek terbaik dari berbagai macam
variasi pola praktek.
* Menetapkan standar mengenai lama perawatan dan
penggunaan prosedur klinik yang seharusnya.
* Menilai hubungan antara berbagai tahap dan kondisi
berbeda dalam suatu proses dan menyusun strategi untuk
melakukan koordinasi agar dapat menghasilkan pelayanan
lebih cepat dengan tahap lebih sedikit.
* Memberikan informasi kepada seluruh staf mengenai
tujuan dari sebuah pelayanan dan apa peran mereka
dalam proses tersebut.
* Menyediakan kerangka kerja untuk mengumpulkan dan
menganalisa data proses pelayanan sehingga penyedia
layanan dapat mengetahui seberapa sering dan mengapa
seorang pasien tidak mendapatkan pelayanan sesuai
dengan standar.
* Mengurangi beban dokumentasi klinik.
* Meningkatkan kepuasan pasien melalui peningkatan
edukasi kepada pasien (sep. misalnya dengan
menyediakan informasi yang lebih tepat tentang rencana
pelayanan kesehatannya).

Proses tahapan penyusunan Clinical Pathway

Pembentukan Tim Penyusun Clinical Pathway


Tim Penyusun terdiri dari staf multi disiplin dari semua
tingkat dan jenis pelayanan, bila diperlukan, Tim dapat
mencari dukungan dari konsultan atau institusi diluar
Rumah Sakit seperti organisasi profesi sebagai nara
sumber, yang bertugas untuk menentukan dan
melaksanakan langkah-langkah penyusunan Clinical
Pathway.

Identifikasi Key Players


Bertujuan untuk mengetahui siapa saja terlibat dalam
penanganan kasus atau kelompok pasien untuk
merencanakan fokus group dengan key players bersama
dengan pelanggan internal dan eksternal.

Pelaksanaan Site Visit di Rumah Sakit


Bertujuan untuk mengenal praktek yang berlangsung,
menilai sistem pelayanan dan memperkuat alasan
mengapa Clinical Pathway perlu disusun, jika perlu
dilanjutkan dengan site visit eksternal setelah sebelumnya
melakukan identifikasi partner benchmarking, guna
mengembangkan ide.

Studi Literatur
Diperlukan untuk menggali pertanyaan klinis yang perlu
dijawab dalam pengambilan keputusan klinis dan untuk
menilai tingkat dan kekuatan bukti ilmiah, dan diharapkan
menghasilkan laporan dan rekomendasi tertulis.

Diskusi Kelompok Terarah


Hal ini dilakukan untuk mengenal kebutuhan pelanggan
(internal dan eksternal), dan menyesuaikan dengan
kemampuan rumah sakit dalam memenuhi kebutuhan
tersebut, serta untuk mengenal kesenjangan antara
harapan pelanggan dan pelayanan, lebih lanjut diperlukan
untuk memberikan masukan dalam pengembangan
indikator mutu pelayanan klinis dan pengukuran tingkat
kepuasan pelanggan.
Penyusunan Pedoman Klinik
Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan hasil site
visit, hasil studi literatur berbasis bukti ilmiah dan hasil
diskusi kelompok daerah atau Focus Group Discussion,
pedoman klinik ini perlu disusun dalam bentuk alur
pelayanan untuk diketahui juga oleh pasien.

Analisis Bauran Kasus


Dilakukan untuk menyediakan informasi penting baik pada
saat, sebelum, dan setelah penerapan Clinical Pathway,
meliputi : LOS (length of stay), biaya per kasus, obat-
obatan, tes diagnosis, intervensi, praktek klinis dan
komplikasinya.

Menetapkan Sistem Pengukuran Proses


dan Outcome
Contoh ukuran proses antara lain pengukuran fungsi tubuh
dan mobilitas, tingkat kesadaran, temperatur tubuh,
tekanan darah, fungsi dan skala kesehatan pasien
(wellness indicator).

Mendisain dokumentasi Clinical Pathway


Penyusunan dokumentasi Clinical Pathway perlu
memperhatikan format Clinical Pathway, ukuran kertas,
tepi dan perforasi untuk filling, dan agar diperhatikan
bahwa penyusunan dokumentasi perlu mendapatkan
ratifikasi oleh instalasi Rekam Medik untuk melihat
kesesuian dengan dokumentasi lain.

Setelah Clinical Pathway tersusun, perlu dilakukan uji


coba sebelum penerapan implementasi pada Rumah Sakit
bersangkutan, dan saat uji coba, agar dilakukan penilaian
secara periodik, tentang kelengkapan pengisian data dan
diikuti dengan pelatihan kepada para staf untuk
menggunakan Clinical Pathway tersebut, sebagai tindak
lanjut berikutnya perlu dilakukan analisis variasi dan
penelusuran mengapa praktek di lapangan berbeda dari
yang direkomendasikan dalam Clinical Pathway.

Dari hasil analisis, diharapkan menghasilkan identifikasi


variasi umum dalam pelayanan, memberi sinyal kepada
staf akan adanya pasien tidak mencapai perkembangan
yang diharapkan, memperbaiki format Clinical
Pathway dengan menyetujui perubahan dan perlu
dilakukan identifikasi aspek-aspek yang dapat diteliti lebih
lanjut.

Hasil analisis variasi dapat menetapkan jenis variasi dapat


dicegah dan tidak dapat dicegah, untuk selanjutnya
menetapkan solusi bagi variasi dapat dicegah (variasi
tidak dapat dicegah, dapat berasal dari penyakit penyerta
yang menyebabkan pelayanan menjadi kompleks bagi
seorang individu).

Manfaat penerapan atau implementasi Clinical Pathway,


diharapkan pasien benar-benar mendapatkan pelayanan
yang dibutuhkan sesuai kondisi penyakitnya, sehingga
biaya yang dikeluarkan dapat sesuai dengan hasil
perawatan yang diharapkan diterimanya, dan sebagai
panduan dokter dalam melakukan detail tahapan
perawatan terhadap pasiennya.

Anda mungkin juga menyukai