Anda di halaman 1dari 54

Laporan Kasus

Trauma Kapitis

Dokter Pembimbing :
dr. Jofizal Jannis, Sp.S (K)
Kepaniteraan Klinik Neurologi
Universitas Muhammadiyah Jakarta
RS Islam Jakarta Cempaka Putih

Mariany Melati (2008730023)

IDENTITAS

Nama
: Tn. R
Umur
: 30 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Kec. Palmerah, Jakarta Barat
Pendidikan : SMA
Status
: Menikah
Tanggal Masuk RS : 31/12/12
No. Rekam Medik : 4671212911526

ANAMNESIS (AUTOANAMNESIS)
Keluhan Utama :
Pasien masuk IGD RSIJ CP dengan rujukan dari RS Bakti
Mulya dengan keluhan cedera kepala post KLL motor.

Keluhan Tambahan :
Penurunan
kesadaran,
perdarahan telinga kanan.

multiple

excoriasi,

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke IGD RSIJ CP diantar dengan rujukan dari RS Bhakti Mulya 3
jam setelah kejadian KLL.
Menurut keterangan pasien, terjadi KLL antara pasien yang mengendarai
motor dengan truk yang menyerempet stang motor pasien, sehingga oleng
dan pasien jatuh membentur pinggir pembatas jalan dan aspal. Kecepatan
saat mengendarai motor 40km/jam. Setelah itu pasien tidak sadarkan diri
dan tidak ingat kejadian ketika pasien terjatuh.
Pasien terbangun 21 jam setelah kejadian dan sudah mendapat perawatan di
Bangsal Matahari II RSIJ CP.
Setelah pasien sadar, keluhan yang dirasakan pasien adalah pusing dan
kepala terasa berat, nyeri pada luka lecet yang terdapat di tangan dan kaki
terutama pada dagu pasien, keluhan ini membuat pasien merasa nyeri pada
rahang ketika digerakkan saat makan. Pegal seluruh badan dan luka daun
telinga yang nyeri. Dan rasa pendengaran tertutup pada telinga kanan. Rasa
BAK dirasa sulit, pasien harus mengedan untuk berkemih ketika sudah terasa
segera ingin berkemih.
Keluhan muntah, kejang, sakit kepala berdenyut, lemah tubuh disangkal. BAB
tidak ada keluhan.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya. Riwayat trauma
sebelumnya disangkal.

Riwayat Penyakit Keluargaa :

Riwayat DM di sangkal, Hipertensi di sangkal, asthma disangkal

Riwayat Alergi :
Riwayat alergi makanan, debu, cuaca dingin disangkal

Riwayat Pengobatan :
Pertolongan pertama setelah kejadian adalah di RS Bhakti mulya,
yakni infus asering.
Dari IGD RSIJ CP pasien mendapat pengobatan berupa:
Inf. Asering
Novalgin 500 mg 1 ampul
Kortidex 1 ampul
Tetanus toxoid 1 ampul

Riwayat Kebiasaan :

Riwayat merokok (+) 2 batang perhari

PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis
GCS E4M6V5 =15 GCS di IGD RSIJ CP, E3M5V4 =
12
Tanda Vital
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Pernafasan
: 18 x/ menit
Nadi
: 88 x/menit
Suhu
: 36,0oC

Pemeriksaan fisik
STATUS GENERALIS

Kepala : Normocephal, rambut hitam distribusmerata, krepitasi (-),


tanda
perdarahan (-), vulnus ekskoriasi dagu 10 cm

Mata
: Sklera ikterik -/-, konjungtiva anemis -/-, pupil bulat
isokor diameter
3 mm, Refleks Cahaya +/+

Hidung : Deviasi semptum (-), sekret (-), epistaksis (-)

Mulut

Telinga : Normotia, vulnus laseratum aurikula dextra 3 cm, sekret


(-).

Leher

Thorax : Gerakan dada simetris , Cor : BJ I/II murni reguler, Pulmo


:
Vesikuler, wheezing -/-, ronkhi -/-

Abdomen
tekan (-)

Ekstremitas : vulnus ekskoriasi di kaki kanan dan kiri dan tangan


kangan dan siku
kiri, Akral hangat, CRT < 2 detik, edema
(-), sianosis (-)

: Bibir simetris, mukosa bibir kering (-), lidah kotor (-)

: Pembesaran KGB (-), JVP dalam batas normal

: Datar,supel, BU(+) N,timpani seluruh kuadran, nyeri

PEMERIKSAAN
NEUROLOGIS

Kesadaran :

: E4 M6 V5 = 15

Mata :

GCS

Pupil isokor, diameter 3 mm, reflex cahaya +/+

Rangsang Meningeal :

Kaku kuduk :
Lasague
:
Kernig
: (-)
Brudzinski I :
Brudzinski II :

(-)
(-)
(-)
(-)

Pemeriksan nervus kranialis


N. OLFAKTORIUS
N. I
N. II
N. III, IV, VI
N. V
N. VII
N. VIII
N. IX, X
N. XI
N. XII

Nervus Olfactorius : Tidak


dilakukan

Pemeriksan nervus kranialis


N. OPTIKUS
N. I
N. II
N. III, IV, VI
N. V
N. VII
N. VIII
N. IX, X

Nervus Opticus
Penglihatan
Refleks
Cahaya

Dekstra
normal

Sinistra
Normal

Langsung
Refleks

N. XI

Cahaya Tak

N. XII

Langsung

Pemeriksan nervus kranialis

N. I

mata
Atas dalam
Atas luar
Bawah luar

N. III, IV, VI
N. V
N. VII
N. VIII
N. IX, X
N. XI
N. XII

Nervus Okulomotorius
Gerakan bola

N. II

N. OKULOMOTORIUS, N.
ABDUSEN,
N.TROCHLEARIS

Dekstra

Sinistra

Normal
Normal
Normal

Normal
Normal
Normal

N.VI (ABDUSENS)
Kanan /
Gerakan mata ke lateral : baik /

Nervus Trokhlearis
Gerakan bola mata
Medial bawah
Strabismus
konvergen
Diplopia

Kiri
baik

Dekstra
Normal

Sinistra
Normal

Pemeriksan nervus kranialis


N. TRIGEMINUS
N. I
N. II
N. III, IV, VI
N. V

N.V (Trigeminus)

KananKiri

Menggigit : normal
Membuka Mulut : normal
Sensibilitas ( raba dan nyeri )
5.1.(oftalmikus)

N. VII

5.2.(maksilaris)

N. VIII

5.3 (mandibularis)

Reflek kornea :

N. IX, X
N. XI
N. XII

+
+

Refleks bersin : normal

+
+

+
+

Pemeriksan nervus kranialis


N. FASIALIS
N. I

Nervus Facialis

N. II
N. III, IV, VI
N. V
N. VII
N. VIII
N. IX, X
N. XI
N. XII

Dekstra

Sinistra

Mengangkat alis

Mengerutkan dahi

Menutup mata

Menyeringai

Mencucurkan bibir
Menggembungkan
pipi

Pemeriksan nervus kranialis


N. VESTIBULO
KOKLEARIS
N. I
N. II

Tampak blood clotting menutupi


Fungsi Pendengaran
MAE AD

N. III, IV, VI

Tes Rinne

N. V

Tes Swabach

Aurikula Dextra

Aurikula Sinistra

Rinne negatif

Rinne positif

Memendek

Sama dengan

N. VII

pemeriksa

N. VIII

Tes Weber

N. IX, X

N. XI

N. XII

Tidak ada lateralisasi

Kesan: Tuli konduktif Aurikula Dextra

Fungsi Keseimbangan

Tes romberg : normal

Pemeriksan nervus kranialis


N. VASGUS,
N.GLOSSOFARINGEUS
N. I
N. II
N. III, IV, VI
N. V

N. IX (Glosofaringeus) Dan N. X (Vagus)


Arkus faring
Uvula

: Simetris
: letak ditengah, simetris

N. VII

Menelan

N. VIII

Refleks muntah

N. IX, X
N. XI
N. XII

Tes pengecapan

: Normal
: (+/+)
: Tidak dilakukan

Pemeriksan nervus kranialis


N. ASESORIUS
N. I
N. II
N. III, IV, VI
N. V
N. VII
N. VIII
N. IX, X
N. XI
N. XII

N. XI (Aksesorius)

Kanan

Memalingkan Kepala :

baik

baik

Mengangkat Bahu

baik

baik

Kiri

Pemeriksan nervus kranialis


N. HIPOGLOSUS
N. I
N. II
N. III, IV, VI
N. V
N. VII
N. VIII
N. IX, X
N. XI
N. XII

N.XII (Hipoglosus)
Sikap lidah
: Deviasi (-)
Atropi otot lidah
: (-)
Tremor lidah
: (-)
Fasikulasi lidah
: (-)

Pemeriksaan Neurologis

Sistem otonom
Miksi

: +, harus dgn bantuan mengedan


Defekasi
:+
Sekresi keringat
: tidak diperiksa

Fungsi Luhur
Afasia

sensorik
: Afasia motorik
: Daya ingat
: lupa kejadian ketika kecelakaan

Motorik
Kekuatan Otot :

5555 5555 Tonus otot

: normal

Atrofi : tidak ada

5555 5555

Sensorik

Kanan

Nyeri : Ektremitas Atas


Raba
Suhu

Kiri

: normal

(-)

Ekstremitas Bawah

: normal

(-)

: Ektremitas Atas

: normal

(-)

Ekstremitas Bawah

: normal

(-)

: tidak dilakukan

Reflek Fisiologis

Refleks Patologis

Reflek bisep : + / +

Babinski

: -/-

Reflek trisep : + / +

Chaddock

: -/-

Reflek brachioradialis : + / +

Oppenheim : -/-

Reflek patella : + / +

Gordon

: -/-

Reflek Achilles : + / +

Schaeffer : -/-

Pemeriksaan Labolatorium
Pemeriksaan

Hasil

Satuan

Nilai Rujukan

Hemoglobin

13,2

g/dL

13,2-17,3

Leukosit

H 15,24

ribu/uL

3,80-10,60

Trombosit

197

ribu/uL

150-440

Hematokrit

40

40-52

Glukosa Darah
sewaktu

87

mg/dL

70-200

AST

23

U/L

10-34

ALT

13

U/L

9-43

Ureum darah

25

mg/dL

10-50

Kreatin darah

0,9

mg/dL

<1,4

Natrium (Na)

140

mEq/L

135-147

Kalium(K)

L 4,4

mEq/L

3,5-5,0

Klorida (Cl)

102

mEq/L

94-111

Pemeriksaan Rontgen Thorax

Cor :

CTR normal
Aorta normal
Sinus dan diafragma
normal

Pulmo :

Hili normal
Corakan vaskuler normal
Tak tampak infiltrat

Kesan :
Cor tidak membesar
Tak tampak kelainan paru

Pemeriksaan CT Scan

CT SCAN

Interpretasi :

Pemeriksaan EKG

Resume

Dari anamnesis didapatkan penurunan kesadaran psot KLL,

Pasien terbangun 21 jam setelah kejadian, pusing dan


kepala terasa berat, nyeri pada luka lecet yang terdapat
di tangan dan kaki terutama pada dagu pasien, nyeri
pada rahang ketika digerakkan saat makan. Pegal seluruh
badan dan luka daun telinga yang nyeri. Dan rasa
pendengaran tertutup pada telinga kanan. Rasa BAK
dirasa sulit, pasien harus mengedan untuk berkemih
ketika sudah terasa segera ingin berkemih.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan multiple ekskoriasi,
vulnus laseratum telinga kanan
Pemeriksaan neurologi didapatkan N.VIII tuli konduktif AD

Dari pemeriksaan

Diagnosa

Cedera kepala sedang


Amnesia anterograde
Neurogenic bladder

Penatalaksanaan

Infus Asering
Mertigo 6 mg 2x1
Ceftriakson 2x2gr
Nicholin 2x1 ampul

PEMBAHASAN
Cedera kepala
Jika dilihat dari ringan sampai berat, maka
pada kasus ini pasien termasuk dalam:
Cedera kepala kepala sedang ( CKS )
jika GCS antara 9-12, hilang kesadaran
atau amnesia antara 30 menit -24 jam,
dapat mengalami fraktur tengkorak,
disorientasi ringan ( bingung ).

PEMBAHASAN
Jenis-jenis cedera kepala
Pada kasus ini pasien termasuk dalam:
Komosio serebral
hilangnya fungsi neurologik sementara
tanpa kerusakan struktur. Komosio
umumnya meliputi sebuah periode tidak
sadarkan diri dalam waktu yang berakhir
selama beberap detik sampai beberapa
menit,getaran otak sedikit saja hanya akan
menimbulkan amnesia atau disorientasi.

Vertigo dan muntah mungkin disebabkan gegar


pada labirin atau terangsangnya pusat-pusat
dalam batang otak. Pada commotio cerebri
mungkin pula terdapat amnesia retrograde, yaitu
hilangnya ingatan sepanjang masa yang terbatas
sebelum terjadinya kecelakaan. Amnesia ini timbul
akibat terhapusnya rekaman kejadian di lobus
temporalis. Pemeriksaan tambahan yang selalu
dibuat adalah foto tengkorak, EEG, pemeriksaan
memori. Terapi simptomatis, perawatan selama 35 hari untuk observasi kemungkinan terjadinya
komplikasi dan mobilisasi bertahap.

Amnesia pada kasus

Amnesia retrograde cenderung


merupakan tertanda ada tidaknya
trauma pada kepala
Sedangkan amnesia anterograde
(pasca trauma) lebih berkonotasi akan
berat ringannya cedera kepala

PEDOMAN RESUSITASI DAN PENILAIAN


AWAL

Menilai jalan nafas


Menilai pernafasan
Menilai sirkulasi
Obati kejang
Menilai tingkat keparahan : CKR,CKS,CKB

PEDOMAN RESUSITASI DAN PENILAIAN AWAL

Menilai jalan nafas :

bersihkan jalan nafas dari debris dan muntahan; lepaskan gigi


palsu,pertahankan tulang servikal segaris dgn badan dgn
memasang collar cervikal,pasang guedel/mayo bila dpt ditolerir.
Jika cedera orofasial mengganggu jalan nafas,maka pasien harus
diintubasi.

Menilai pernafasan ;

tentukan apakah pasien bernafas spontan/tidak. Jika tidak beri O2


melalui masker O2. Jika pasien bernafas spontan selidiki dan atasi
cedera dada berat spt pneumotoraks tensif,hemopneumotoraks.
Pasang oksimeter nadi untuk menjaga saturasi O2minimum 95%.
Jika jalan nafas pasien tidak terlindung bahkan
terancan/memperoleh O2 yg adekuat ( Pa O2 >95% dan Pa
CO2<40% mmHg serta saturasi O2 >95%) atau muntah maka
pasien harus diintubasi serta diventilasi oleh ahli anestesi

Menilai sirkulasi ;

Obati kejang ;

Hentikan semua perdarahan


Perhatikan adanya cedera intra abdomen/dada.
Ukur dan catat frekuensidenyut jantung dan tekanan darah pasang EKG.
Pasang jalur intravena yg besar.Berikan larutan koloid sedangkan larutan
kristaloid menimbulkan eksaserbasi edema.
Kejang konvulsif dpt terjadi setelah cedera kepala dan harus diobati mulamula diberikan diazepam 10mg intravena perlahan-lahan dan dpt diulangi
2x jika masih kejang. Bila tidak berhasil diberikan fenitoin 15mg/kgBB

Menilai tingkat keparahan : CKR,CKS,CKB

Pada semua pasien dengan cedera kepala dan/atau leher,lakukan foto


tulang belakang servikal ( proyeksi A-P,lateral dan odontoid ),kolar
servikal baru dilepas setelah dipastikan bahwa seluruh keservikal C1-C7
normal

Pada semua pasien dg cedera


kepala sedang dan berat :

- Pasang infus dgn larutan normal salin ( Nacl 0,9% ) atau


RL cairan isotonis lebih efektif mengganti volume intravaskular
daripada cairan hipotonis dan larutan ini tdk menambah
edema cerebri
- Lakukan pemeriksaan ; Ht, periksa darah perifer
lengkap,trombosit, kimia darah
- Lakukan CT scan
Pasien dgn CKR, CKS, CKB harusn dievaluasi adanya :

Hematoma epidural
Darah dalam sub arachnoid dan intraventrikel
Kontusio dan perdarahan jaringan otak
Edema cerebri
Pergeseran garis tengah
Fraktur kranium

PEMBAHASAN
Farmakoterapi

Pemberian obat :
IGD
: Novalgin
Cortidex
ATS
Ruangan : Ceftriaxone
Nicholin
Mertigo

Novalgin

Antalgin adalah derivat metansulfonat dari Amidopirina yang bekerja


terhadap susunan saraf pusat yaitu mengurangi sensitivitas reseptor
rasa nyeri dan mempengaruhi pusat pengatur suhu tubuh. Tiga efek
utama adalah sebagai analgesik, antipiretik dan anti-inflamasi.
Antalgin mudah larut dalam air dan mudah diabsorpsi ke dalam
jaringan tubuh.

Cortidex
CORTIDEXmengandung Deksametason, suatu glu-kokortikoid sintetis
yang dalam dosis kecil sudah cu-kup kuat bekerja sebagai anti-inflamasi
dan anti-alergi
Mengurangi inflamasi dengan menekan migrasi neutrofil, mengurangi
produksi mediator inflamasi, dan menurunkan permeabilitas kapiler yang
semula tinggi dan menekan respon imun.

ATS

a. Pemberian Anti Tetanus Serum


Suntikan tetanus ada 2 macam, yaitu anti tetanus serum (ATS) dan vaksin
tetanustoxoid. ATS sebanyak 1500 IU merupakan serum yang dapat langsung
mencegahtimbulnya tetanus. Sementara itu, vaksin tetanus toxoid 0,5 ml
tidak untuk mencegahtetanus saat itu, namun untukmembentuk kekebalan
tubuh terhadap tetanus, sehinggamencegah terjadinya tetanus di kemudian
hari bila ternyata luka tersebut masihmengandung kuman, juga mencegah
tetanus pada kejadian lain dalam jangka waktukira-kira 6 bulan bila tanpa

booster
Indikasi suntikan ATS (Anti Tetanus Serum)

Luka cukup besar (dalam lebih dari 1 cm)

Luka berbentuk bintang

Luka berasal dari benda yang kotor dan berkarat

Luka gigitan hewan dan manusia

Luka tembak dan luka bakar

Luka terkontaminasi, yaitu: luka yang lebih dari 6 jam tidak ditangani, atau
luka kurang dari 6 jam namun terpapar banyak kontaminasi, atau luka
kurang dari 6 jam namun timbul karena kekuatan yang cukup besar
(misalnya luka tembak atau terjepit mesin)

Penderita tidak memiliki riwayat imunisasi tetanus yang jelas atau tidak
mendapatboosterselama 5tahun atau lebih

Ceftriaxone
Ceftriaxone 1 gram injeksi
Cara Kerja Obat:
Ceftriaxone merupakan golongan sefalosporin yang mempunyai spektrum luas dengan waktu paruh
eliminasi 8 jam. Efektif terhadap mikroorganisme gram positif dan gram negatif. Ceftriaxone juga
sangat stabil terhadap enzim beta laktamase yang dihasilkan oleh bakteri.

Nicholin
Farmakologi
Citicoline dapat meningkatkan aliran darah dan konsumsi O2 di otak pada pengobatan
gangguan serebrovaskuler sehingga dapat memperbaiki gangguan kesadaran.
Mekanisme kerja
1. Citicoline meningkatkan kerja formatio reticularis dari batang otak, terutama sistem
pengaktifan formatio reticularis ascendens yang berhubungan dengan kesadaran.
2. Citicoline mengaktifkan sistem piramidal dan memperbaiki kelumpuhan sistem
motoris.
3. Citicoline menaikkan konsumsi O2 dari otak dan memperbaiki metabolisme otak.
Indikasi
Kehilangan kesadaran akibat kerusakan otak, trauma kepala atau operasi otak dan
serebral infark.

Mertigo
Tiap tablet mengandung:
Betahistine mesilate 6 mg
Farmakologi:
Betahistine memperlebar spinchter prekapiler sehingga
meningkatkan aliran darahpada telinga bagian dalam.
Betahistine mengatur permeabilitas kapiler pada telinga bagian
dalam dengan
demikian menghilangkan endolymphatic hydrops. Betahistine
juga memperbaiki
sirkulasi serebral dan meningkatkan aliran darah arteri karotis
interna.
Mengurangi vertigo,dizzines yang berhubungan dengan
gangguan keseimbangan yangterjadi pada gangguan sirkulasi
darah atau sindram meniere, penyakit meniere dan vertigo
perifer.

Neurogenical bladder

Istilah Neurogenic bladder tidak


mengacu pada suatu diagnosis spesifik
ataupun menunjukkan etiologinya,
melainkan lebih menunjukkan suatu
gangguan fungsi urologi akibat kelainan
neurologis.
Gejala-gejala disfungsi Neurogenik
bladder terdiri dari urgensi,
frekuensi, retensi dan inkontinens.

Etiologi Neurogical Bladder


Kelainan pada sistem
saraf pusat :
Alzheimers disease
Meningomielocele
Tumor otak atau
medulla spinalis
Multiple sclerosis
Parkinson disease
Cedera medulla
spinalis
Pemulihan stroke

Kelainan pada sistem saraf tepi :

Neuropati alkoholik

Diabetes neuropati

Kerusakan saraf akibat operasi pelvis

Kerusakan saraf dari herniasi diskus

Defisiensi vitamin B12

Bagan etiologi trauma medulla spinalis

Braken MB. Steroid For Acute Spinal Cord Injury (Cochrane Review): Cochrane Library, Issue 3,
2002

Karena fase renjatan spinal ini amat


dramatis, Ridoch menggunakannya
sebagai dasar pembagian gambaran
klinisnya atas 2 bagian, ialah
renjatan spinal atau arefleksia dan
aktivitas otot yang meningkat.

Syok spinal atau arefleksia

Sesaat setelah trauma, fungsi


motorik dibawah tingkat lesi hilang,
otot flaksid, paralisis atonik vesika
urinaria dan kolon, atonia gaster dan
hipestesia. Juga di bawah tingkat lesi
dijumpai hilangnya tonus vasomotor,
keringat dan piloereksi serta fungsi
seksual. Kulit menjadi kering dan
pucat serta ulkus dapat timbul pada
daerah yang mendapat penekanan
tulang. Sfingter vesika urinaria dan
anus dalam keadaan kontraksi
( disebabkan oleh hilangnya inhibisi
dari pusat saraf pusat yang lebi
tinggi ) tetapi otot detrusor dan otot
polos dalam keadaan atonik. Urin
akan terkumpul, setelah tekanan
intravesikuler lebih tinggi dari
sfingter uretra maka urin akan
mengalir keluar (overflow

Lesi kauda Ekuina

Penatalaksanaan pada pasien dengan lesi kauda ekuina


memerlukan perhatian khusus. Pada umumnya ditemukan
vesica urinaria yang arefleksi (nonkontraktil) dan miksi
dilakukan dengan bantuan manipulasi Crede atau Valsava. Lesi
umumnya inkomplit atau tipe campuran dan berpotensi untuk
mengalami penyembuhan. Pemeriksaan urodinamik mungkin
menunjukkan sfingter uretral eksternal yang utuh danps
demikian dengan lesi suprakonus mungkin mengalami
kesulitan dalam miksi kecuali bila terdapat tekanan
intravesikal yang penuh yang dapat mengakibatkan refluksi
vesikoureteral. Pada pasien ini didapatkan kerusakan pada
persarafan parasimpatis dengan persarafan simpatis yang
utuh atau mengalami reinervasi dimana leher vesica urinaria
mungkin tidak dapat membuka dengan baik pada waktu miksi.

Lesi Lower Motor Neuron (LMN)

Kerusakan pada radiks S2-S4 baik dalam canalis spinalis maupun


ekstradural akan menimbulkan gangguan LMN dari fungsi vesica
urinaria dan hilangnya sensibilitas vesica urinaria. Proses
pendahuluan miksi secara volunteer hilang dan karena
mekanisme untuk menimbulkan kontraksi detrusor
hilang, vesica urinaria menjadi atonik atau hipotonik bila
kerusakan denervasinya adalah parsial. Compliance vesica
urinaria juga hilang karena hal ini merupakan suatu proses aktif
yang tergantung pada utuhnya persyarafan. Sensibilitas dari
peregangan vesica urinaria terganggu namun sensasi nyeri
masih didapatkan karena informasi aferen yang dibawa oleh
sistim saraf simpatis melalui n.hipogastrikus ke daerah
thorakolumbal. Denervasi otot sfingter mengganggu mekanisme
penutupan namun jaringan elastik dari leher vesica urinaria
memungkinkan terjadinya miksi

Langkah-langkah Bladder Training :


Tentukan dahulu tipe vesica urinaria
neurogeniknya apakah UMN atau LMN
Rangsangan setiap waktu miksi
Kateterisasi :

Kateterisasi :
Pemasangan indwelling cathether (IDC)=dauer
cathether

IDC dapat dipasang dengan sistem kontinu ataupun penutupan berkala


(clamping). Dengan pemakaian kateter menetap ini, banyak terjadi infeksi atau
sepsis. Karena itu kateterisasi untuk bladder training adalah kateterisasi berkala.
Bila dipilh IDC, maka yang dipilih adalah penutupan berkala oleh karena IDC yang
kontinu tidal fisiologis dimana vesica urinaria yang selalu kosong akan
mengakibatkan kehilangan potensi sensasi miksi serta terjadinya atrofi serta
penurunan tonus otot kk
Kateterisasi berkala
Keuntungan kateterisasi berkala antara lain :
Mencegah terjadinya tekanan intravesikal yang tinggi/overdistensi yang
mengakibatkan aliran darah ke mukosa vesica urinaria dipertahankan seoptimal
mungkin.
Vesica urinaria dapat terisi dan dikosongkan secara berkala seakan-akan
berfungsi normal.
Bila dilakukan secara dini pada penderita cedera medula spinalis, maka penderita
dapat melewati masa syok spinal secara fisiologis sehingga fedback ke medula
spinalis tetap terpelihara.
Teknik yang mudah dan penderita tidak terganggu kegiatan sehariharinya

Anda mungkin juga menyukai