Anda di halaman 1dari 10

INACBG Lisence Expired, Please contact NCC

6:18 PM FAQ, INACBG, Konsultasi, Software 6 comments

Tulisan ini didasarkan pada history pertanyaan-pertanyaan yang sering di ajukan oleh pengguna
di forum NCC. Perlu diingat bahwa pada saat tulisan ini dibuat, BUK baru saja merilis update
grouper untuk memperpanjang penggunaan grouper yang sebelumnya pada update Januari 2015
hanya berlaku sampai dengan 29 Juni 2015. Sehingga jika menemukan kasus Lisensi expired
pastikan grouper yang terpasang sudah versi terakhir. Atau untuk masalah update grouper bisa di
lihat pada tulisan sebelumnya disini
Update Juli 2016 : sesuai dengan masa aktif Grouper, Per Juli 2016 NCC telah merilis
perpanjangan grouper untuk di gunakan sampai dengan 31 Januari 2017, lebih detail
silahkan baca artikel disini.
Namun jika masih menemukan kendala Lisence Expired ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan. Ini berdasarkan pengamatan Grouper 4.1 akan memberikan pesan Lisenced
Expired, Please Contact NCC." Jika terjadi hal-hal berikut :
1. Digunakan diluar 31 Januari 2017
2. Regional Setting Tidak Sesuai ketentuan
3. Pernah melakukan grouping diluar tanggal tersebut,
4. pernah melakukan grouping dengan regional setting yang salah.
5. Setting User Account Control Setting pada setting terendah.
6. Mungkin juga ada sebab lain yang saya belum menemukan.
Perlu diingat bahwa setiap kali kita melakukan grouping, Grouper akan mencatat Tanggal
komputer pada saat grouping dilakukan. Format pencatatan tergantung setting pada komputer.
Jadi meskipun saat ini Setting tanggal pada regional setting sudah benar namun masih muncul
Lisence Expired, mungkin karena sebelumnya pernah melakukan grouping pada saat tanggal
komputer tidak benar atau tidak sesuai ketentuan.
Bagaimana jika regional setting sudah sesuai tapi masih menampilkan pesan lisensi expired? Ada
beberapa hal yang dapat dilakukan.
1. Pastikan tanda checkbox pada XAMPP Control Panel Application tidak di centang.
2. Pastikan anda menggunakan regional setting dengan konsisten, tidak berubah-ubah pada
komputer tersebut. Gunakan format Indonesia.
3. Langkah berikutnya jika belum terselesaikan juga Dengan terpaksa Hapus file
C:\Windows\addins\DAT\G30\sys.dat. Untuk dapat menghapusnya user yang digunakan harus
memiliki hak baca tulis kedalam file tersebut.

Buat teman-teman yang berhasil menyelesaikan masalah baik dengan kreatifitas sendiri atau
berdasar panduan atau saran orang lain dimohon untuk menuliskannya di group casemix sebagai
pembelajaran bagi anggota yang lain. Karena bisa jadi orang lain juga menghadapi masalah yang
sama dan belum dapat menyelesaikannya.
Jika dengan prosedur diatas masih tetap muncul Lisence Expired, coba untuk memeriksa apakah
grouper yang terinstall benar-benar grouper terakhir, caranya silahkan klik Disini

Perpanjangan Lisensi Grouper INACBG Juli 2016


6:39 AM Download, INACBG, Informasi, Software 61 comments

Sehubungan dengan akan berakhirnya lisensi masa pakai grouper INACBG 4.1 pada 30 Juni
2016, maka terhitung sejak 1 Juli 2016 Aplikasi INACBG 4.1 tidak dapat digunakan untuk
melakukan grouping pelayanan JKN. Mengingat masih banyak Rumah Sakit atau PPK yang
belum selesai melakukan klaim hingga bulan Juni 2016 maka perlu diberikan perpanjangan
lisensi masa pakai grouper.
Lisensi perpanjangan penggunaan grouper ini akan berlaku hingga 31 Januari 2017, diharapkan
dengan penambahan masa pakai grouper hingga tanggal tersebut Rumah Sakit atau PPK sudah
dapat selesai mengajukan klaim pelayanan JKN.
Sebelum meng-install perpanjangan lisensi grouperini mohon diperhatikan tatacara dan langkahlangkah pencegahan jika terjadi kegagalan update. Standar utama setiap kali melakukan
perubahan pada perangkat lunak adalah selalu lakukan backup database sebelum dan sesudah
perbaikan. Langkah-langkah atau hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan update
disertakan dalam file yang telah di kemas dan di kompres pada link download dibawah.
Untuk kepentingan administratif bersama update ini juga disertakan surat pemberitahuan tentang
perpanjangan lisensi grouper.
Agar pengguna aplikasi INACBG mengetahui adanya perpanjangan lisensi gruper ini, mohon
teman-teman sesama Rumah Sakit untuk saling menginformasikan.

Bagaimana : Cara Memeriksa Bahwa Grouper Yang Terpasang Sudah Benar


2:11 PM FAQ, INACBG, Konsultasi, Software 2 comments

Banyaknya update perpanjangan grouper seringkali membuat kita bingung, update yang
manakah yang terbaru. Terutama ketika kita hendak melakukan instalasi INACBG dari awal,
baik karena komputer baru misalnya, atau karena sebab lain. Terlebih jika penyimpanan file kita
tidak diatur dengan tertib kita akan makin bingung menentukannya. Selain itu, beberapa
pengguna mengeluhkan munculnya pemberitahuan bahwa lisensi telah habis atau Lisence
Expired. Padahal merasa sudah memasang grouper terbaru yang semestinya baru expired pada
30 Juni 2016 31 Januari 2017. Benarkah sudah terpasang grouper terbaru? yuk kita cek...
Kita akan memeriksa digital signature atau tandatangan digital yang terdapat pada file grouper di
komputer kita untuk mengetahui versi grouper yang terpasang. Tandatangan digital yang kita
peroleh kita bandingkan dengan tandatangan digital yang benar sebagai acuan. Berikut langkahlangkah memeriksa apakah grouper yang terpasang di server INACBG merupakan grouper
terbaru :
1. Buka browser atau Tab baru pada browser dan kunjungi www.onlinemd5.com
Website ini merupakan perkakas online yang dapat memeriksa tandatangan digital suatu
file dengan metode HashMD5. Dengan adanya perkakas online ini kita tidak perlu
memasang aplikasi apapun pada komputer kita. Tampilan halaman utama website
tersebut akan nampak seperti gambar diatas. Klik untuk memperbesar gambar.
2. Pilih file yang akan diperiksa tandatangan digitalnya

Untuk memilih file, klik tombol Browse atau Pilih File, nama tombol tergantung dari
kondisi komputer masing-masing, bisa dalam bahasa indonesia atau dalam bahasa
inggris. Tombol ditandai dengan angka satu pada gambar diatas.
Setelah di klik tombol tersebut akan muncul kotak dialog Open File. masuk ke folder
C:\Inacbg dan klik file unugrouper.dll, kemudian klik Open. Perhatikan pada file
Checksum. Pada field tersebut akan muncul tandatangan digital dari file tersebut.

Kemudian pada field Compare With ketik hash berikut ini atau copy paste ke field
tersebut. 2B0CA59D4D49373A9BD59C10CB460614

Perhatikan tanda disebelah kanan field tersebut, jika tanda centang warna hijau, artinya
hash MD5 file tersebut cocok dengan yang kita masukan. Namun jika tanda silang merah
artinya tidak cocok. Perhatikan lagi apakah sudah anda masukan dengan benar hash MD5
pembandingnya? jika sudah benar namun tetap tanda silang merah artinya grouper yang
terdapat di komputer INACBG bukan edisi terakhir.
Sebenarnya ada dua file yang harus diperiksa tandatangan digitalnya selain unugrouper.dll.
Namun jika satu file tersebut tidak sesuai sebaiknya install aplikasi grouper terbaru. Namun jika
file tersebut sudah memiliki tandatangan digital yang sesuai maka file kedua juga harus
diperiksa, karena keduanya bekerja bersama-sama (selain file pendukung lainnya).

Lakukan langkah satu dan langkah dua tersebut diatas, namun untuk kali ini pilih file
xengine.dll. masukan Hash MD5 pembandingnya berikut ini
B39B2D37D55086ED8944D0DE78A292D1
Hasil komparasinya sama dengan langkah sebelumnya, jika hasilnya centang warna hijau artinya
grouper tersebut sudah versi update terbaru, namun jika silang merah maka segera lakukan
update grouper terbaru.
Bermanfaat ? silahkan share. Atau punya tulisan tentang JKN baik tentang INACBG, Diagnosis,
Prosedur, BPJS Kesehatan, sistem JKN dan lain sebaginya. Silahkan kirim ke
infoinacbg@gmail.com untuk di publish melalui www.inacbg.net. Identitas sebagai penulis akan
tetap di sertakan pada tulisan yang anda kirim.

Trouble Shooting Software INA-CBG 4.0


Antivirus
Solusi
1. Ganti Antivirus yang dapat mengenali service Software INA-CBGs 4.0
2. Atau Disable Antivirus yang memblok Software INA-CBGs 4.0
3. Install Kembali Software INA-CBGs 4.0
Tidak dapat ber operasional
Solusi
1. Unistall software lain yang menggunakan database MySql
2. Uninstal windows service yang menggunakan port sama dengan apache atau
mysql
Data Base Corupt
U ntuk Database Corupt sering terjadi dikarenakan Komputer Software INA-CBGs 4.0
Mati Lampu
Solusi :
a. back up database sw INA CBGs 4.0
b. Lakukan proses restore database
c. Atau lakukan proses repair database secara manual melalui mysql administrator
Error Grouper Date Not Valid
Hal ini terjadi dikarenakan Grouper tidak berjalan sehingga menghasilkan error
grouper
Solusi :
Untuk masalah grouper Convertion from string to type Date is not valid. ikuti
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Masuk kedalam folder extra
2. Instal Unugrouper30s
3. Instal Library Setup
4. Instal update40
Tahapan Aktivasi Software INA-CBG 4.0
1. Memiliki master software INA-CBG 4.0
2. Memiliki Kode Registrasi Rumah Sakit (7 digit)
3. Melakukan aktivasi dengan cara :
a. Update data dasar RS Online (www.buk.depkes.go.id)
-> banner rs online
b. Mengirimkan email berisi :
- Nama RS,
- Kode RS,

- Nama-nomor HP-email Petugas (koder/IT)


- ke centerforcasemix@yahoo.com
c. Menunggu email feedback berupa link download database INA-CBG
d. Melakukan instalasi patch database INA-CBG ke dalam software INA-CBG yang
sudah terinstal
Daftar Kontak
Email :
centerforcasemix@yahoo.com
Telepon/Faks :
021 526 1813
Apa sumbangsih yang bisa diberikan RS untuk updating tarif INA-CBG ?
Sesuai dengan perpres 12 tahun 2013 dinyatakan bahwa sistem pembayaran INA-CBG
digunakan sebagai model pembayaran di fasilitas kesehatan tingkat lanjutan dalam program
Jaminan Kesehatan Nasional. Tarif INA-CBG setidak tidaknya akan ditinjau sekurang
kurangnya setiap 2 tahun sekali. dalam rangka proses penyempurnaan (updating) tarif INACBG diperlukan peran serta rumah sakit sebagai suporting utama dalam pengumpulan data.
Sebelum masuk lebih jauh dalam proses updating tarif, perli dipahami bahwa yang dimaksud
dengan updating tarif adalah dilakukan penyesuaian tarif yang disesuaikan dengan kondisi di
rumah sakit, jadi jangan di pahami bahwa akan terjadi kenaikan disemua group tarif yang telah
ada, akan selalu ada kemungkinan beberapa group tarif yang justru mengalami penurunan tarif.
Kembali kepada peran rumah sakit sebagai kontributor utama dalam updating tarif INA-CBG,
dimana diperlukan komitmen yang kuat dari rumah sakit untuk proses updating tersebut. Data
yang diperlukan dari rumah sakit dalam updating tarif adalah berupa data kosting (keuangan)
dan data koding yang berupa data individual pasien. Untuk pengumpulan data kosting, rumah
sakit akan diberikan suatu template yang harus diisi sesuai dengan kondisi keuangan rumah
sakit, yang di khawatirkan disini adalah banyak rumah sakit yang kurang mampu mengisi
dengan baik data keuangan yang diminta, hal ini bisa disebabkan karena sistem akuntansi
keuangan rumah sakit yang berbeda dengan template yang diminta atau rumah sakit sendiri
yang kurang terbuka mengenai data keuangan, padahal data keuangan tersebut nanti akan
sangat berpengaruh terhadap output tarif yang akan dihasilkan. Mengenai Data Kosting ini
merupakan data yang sangat sulit mendapat feedback dari rumah sakit, sebagai ilustrasi pada
tarif yanag berlaku 2014 ini hanya dapa dikumpulkan dan dapat digunakan datanya sebanyak
kurang lebih 134 rumah sakit dari sekitar 2000an rumah sakit yang ada di indonesia saat ini.
Mengenai data koding didapatkan dari data individual pasien rumah sakit, kualitas data koding
ini juga ditentukan oleh kualitas kelengkapan dokumen resume medis yang menjadi tanggung
jawab dokter yang memberi pelayanan, di era saat ini dokter harus mulai merubah pola
kebiasaan selama ini yang kurang memperhatikan kelengkapan resume medis pasien, padahal
sebenarnya ada atau tidak nya sistem ini, kelengkapa rekam medis merupakan kewajiban dari
dokter untuk melengkapi untuk kepentingan pasien dan juga rumah sakit, dan juga kualitas data
koding juga ditentukan oleh patuh atau tidaknya pemberi layanan di rumah sakit terhadap
aturan pengkodingan yang dalam sistem INA-CBG menggunakan ICD 10 untuk diagnosis dan
ICD 9 CM untuk prosedure, karena akibat dari ketidak patuhan terhadap standar pengkodingan
dengan sendirinya akan merusak kualitas data koding yang berujung kepada besaran tarif yang
nanti yang akan keluar, hal ini disebabkan data koding berperan besa terhadap distribusi

pembobotan terhadap kasus- kasus yang terjadi dilapangan yang sebenarnya terjadi. Oleh
karena hal tersebut diatas, dimohon kepada rumah sakit supaya dapat memberi sumbangsih
lebih besar dalam proses updating tarif INA-CBG, karena semua berawal dari data rumah sakit
dan hasil akhirnya juga untuk rumah sakit. Ayo....siapa yang siap dan ingin berkontribusi
dalam proses ini??????????????

Diposkan oleh Rudi Yulianto di 15.54 3 komentar:


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Jenis-Jenis Fraud dalam sistem kesehatan di Amerika, bagaimana di indonesia ?
Below we highlight 15 types of medical billing fraud and abuse affecting the US
healthcare system.
1. Upcoding: Typically submitting a claim for a service more severe than
the actual service provided. For example, submitting a claim for a broken
ankle, when the patient was only treated for a sprained ankle.
2. Cloning: Using an EHR system to automatically generate a more detailed
patient observation profile by copying from another patients file with similar
symptoms to appear as if a more thorough examination was done.
3. Phantom Billing: Billing for services never performed. This also affects
healthcare costs in the millions of dollars invested in tracking and prevention.
4. Inflated Hospital Bills: Gross overcharges for procedures and/or on
equipment used on medical bills. For example, $1,500 surgical screws or
$500 Tylenol pills.
5. Service Unbundling or Fragmentation: Billing for multiple procedures
separately, that should have been billed together in a bundle in order to forgo
the bundled rate and increase profit.
6. Self-Referrals: When a provider refers themselves or a partner provider to
perform a service, usually for a financial incentive.
7. Repeat Billing: Billing twice for the same procedure, supplies or
medications.
8. Length of Stay: Charges for days not in the provider facility. Most hospitals
will charge for the day you arrived, but not for the day you left.
9. Correct charge for type of room: For example, if you were in a shared
room, make sure youre not being charged for a private one.

10.Time in OR: Some hospitals charge based on an average time needed to


perform an operation instead of the actual operation time.
11.Keystroke Mistake: Entering incorrect codes, resulting in significant
overcharges or in some cases an undercharge.
12.Cancelled Service: Occasionally a medication, procedure or service that
was prearranged and then canceled later but is still charged.
13.No Medical Value: Claims submitted for payment for poor service that
resulted in a decline in patients health.
14.Standard of Care: Billing for services in which the provider failed to meet
quality standards of care and provide preventative actions to safeguard
patients health.
15.Unnecessary Treatment: When a provider performs unnecessary tests in
order to bill for them.
Diposkan oleh Rudi Yulianto di 02.12 1 komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Penyebab Umum koding Error dan Cara Pencegahannya

Common Coding Errors and How to Prevent Them


For those of us who work with coders as managers, auditors, co-workers, or consultants, we know how
conscientious, dedicated, hard-working, and detail-oriented this group of professionals can be. When
errors in their work are discovered, most are extremely upset with themselves and they work even harder
to improve their coding skills. Although as humans we inevitably make occasional mistakes, an analysis of
common errors found in auditing inpatient records suggests there are several reasons why coding errors
are made. This article addresses some of the common coding errors and suggests some ways to prevent
them. Knowing where the traps are should help to avoid them.
1. Carelessness: Choosing productivity as a priority over quality can cause a coder to rush through
a medical record without thoroughly reading all available documentation. Additionally, the
distractions and disruptions that occur in the environment may result in errors.
2. Encoder pathways: Coders who use clinical encoders during the coding process follow coding
pathways to determine code and DRG assignments. As useful as these encoders are, they
cannot prevent coding errors; following an incorrect coding pathway may result in an incorrect
code assignment without the coder even realizing that an error has occurred.
3. Memorizing diagnosis and procedure codes: Experienced coders cannot help but memorize
many code assignments after using them repeatedly. Sometimes, however, our memories fail and
the direct entry of memorized codes may lead to error.
4. Incomplete or inadequate documentation: When documentation is incomplete or conflicting, it
is difficult for the coder to code completely and accurately. Since coding is frequently completed
before discharge summaries or other dictated reports are available, final conclusions/diagnoses

may differ from those determined by the coder in reviewing History & Physical Reports and
progress notes alone.
5. Incorrect principal diagnosis selection: Errors in selecting the principal diagnosis may be the
result of a lack of knowledge of basic coding principles and terminology. The quality of the coders
initial training program and/or on-the-job experience is fundamental to coder expertise, as is the
coders ability to stay abreast of current coding guidelines. Misunderstanding or misinterpreting a
coding guideline may also occur by failing to read encoder messages, inclusion and exclusion
terms, and coding references during the coding process. Common examples of incorrect principal
diagnosis selection include:
o Coding a condition when a complication code should have been selected instead.
o Coding a symptom or sign rather than the definitive diagnosis.
o Assuming a diagnosis without definitive documentation of a condition.
o Coding from a discharge summary alone.
o Incorrectly applying the coding guidelines for principal diagnosis, especially in a situation
where the coder selects the diagnoses when two or more diagnoses equally meet the
definition of principal diagnosis.
6. Incorrect or missing secondary diagnoses: Secondary diagnoses are frequently coded when
they do not meet the criteria for reporting secondary diagnoses. Some of the traps in coding
secondary diagnoses are found in physician documentation. Examples include: (1) Using the
term history of for conditions that are currently under treatment, as well as for those that have
been resolved prior to admission; (2) Misusing the term coagulopathy. It is often documented
when a patient on anticoagulant therapy has an expected prolonged prothrombin time, rather
than a true coagulopathy. Secondary diagnoses may be missed by coders who code from a
discharge summary alone without reviewing all documentation.
7. DRG assignment errors: In addition to the challenges of selecting the principal diagnosis and
coding appropriate secondary diagnoses and procedures, failure to review the code list and DRG
assignment may result in a DRG that does not fit with the patients stay.
RECOMMENDATIONS:
1. Focus on quality, not just productivity. The quality of coded data is more critical than ever before,
given the use of these data and the extensive scrutiny of third party payers. This fact justifies
taking the time to focus on coding accuracy and reading medical record documentation
thoroughly. Try to eliminate as much of the daily distractions and disruptions in the workplace as
possible.
2. To avoid encoder pathway errors, read the entire list of coding choices before continuing down
the pathway, and then review the code assignment(s) to determine if the code selected seems to
fit the condition or procedure. Use the ICD-9-CM coding manual as a reference tool, even when
using clinical encoders.
3. Query conflicting and incomplete documentation. When a record has been coded without a final
discharge summary, a process should be developed for reviewing them when it is complete.
Remember that Recovery Audit Contractors and other external auditors have access to
the entire medical record when a record request is received. If such final review of a discharge
summary results in a different DRG assignment, the claim should be resubmitted.
4. Take time to read and analyze the entire medical record before finalizing code assignments; apply
critical thinking skills when reviewing documentation and code assignments.
5. Review the official coding guidelines for principal diagnosis. When multiple conditions may be
present or suspected on admission, it is especially challenging to determine if the guideline for
two or more diagnoses meeting the definition of principal diagnosis may be applied.
6. Review current coding guidelines frequently, especially those topics that may be troublesome,
such as respiratory failure, sepsis, complications of treatment, coagulopathy, and
signs/symptoms.
7. Review all questionable code assignments with your supervisor or another coder; sometimes a
discussion with another coder is enough to clarify your questions.
8. Query as necessary; be clear and concise and avoid leading physicians to a diagnosis.

9. Exercise care when coding secondary diagnoses from the History & Physical. Remember that the
definition of other diagnoses for reporting purposes is conditions that affect patient care in terms
of requiring clinical evaluation, therapeutic treatment, diagnostic procedures, extended length of
hospital stay, or increased nursing care and/or monitoring. A condition that meets only one
element of this definition may be coded; conditions that do not meet this definition should not be
coded.
10. Review the completed code list and DRG assignment; this requires only a minimal amount of time
and may prevent a DRG error.
The importance of accuracy in coding cannot be underestimated. As coders in the current data-driven
healthcare environment, expectations are high and the challenges are many. Now is the time to assess
your coding skills and use all resources available to improve them to ensure coded data of the highest
quality.

Anda mungkin juga menyukai