Anda di halaman 1dari 7

Bahasa Indonesia : Analisis Cerpen "Dadaisme"

Analisis Cerpen Dadaisme

Sinopsis

Seorang ayah membuat keputusan secara sepihak untuk menjodohkan anak


perempuannya yang bernama Yusna dengan Rendi, putra dari pegusaha minang
yang sukses. Hal tersebut dikarenakan Sutan Bahari, ayah Rendi pernah
menanamkan budi pada keluarga Yusna. Namun, Yusna tidak menginginkan
terjadinya perjodohan itu, sehingga Yusna memilih untuk kabur dari rumah di
hari menjelang pernikahannya.

Unsur Intrinsik

1.

Tema

: Perjodohan

2.

Alur

: Maju

a.

Pengenalan
Yusna memiliki keiginan yang bertentangan dengan ayahnya.

b.

Penampilan Masalah

Ayah membuat keputusan secara sepihak untuk meminangkan seorang


pria yang belum dikenal oleh Yusna.
c.

Klimak

Yusna menolak dijodohkan dengan Rendi, putra Sutan Bahari.


d.

Penurunan Masalah

Tiba-tiba Yusna mendapatkan pemikiran licik yang akan membalikkan dua


takdir antara dirinya dan saudara kandungnya, Isabella.
e.

Penyelesaian
Saat pernikahan tiba, Yusna melarikan diri dari pernikahan itu.

3.

Latar

a. Latar tempat

Rumah, buktinya :
Rumah Datuk Malinda tampak ramai oleh para tetangga yang merapikan rumah.

Kamar Yusna, buktinya :


Tegur Etek Is setelah Isabella keluar kamar.
Betapa terkejutnya semua orang yang hadir di tempat itu ketika mendapati
kamar Yusna kosong.

Ruang tamu, buktinya :


Etek Is bangga dengan pekerjaannya mengubah sudut ruang tamu menjadi
tempat singgasana sang pengantin nanti.

Di depan pintu kamar Yusna, buktinya :


Nidar dan Isabella segera masuk ke dalam ruangan menuju kamar Yusna. Kamar
itu terkunci. Nidar segera mengetuk kamar tersebut.
Para bujang berkumpul, lalu beramai-ramai mereka mendobrak pintu kamar
Yusna.

Desa terpencil, buktinya :


Namanya sebuah desa, dalam sekejam -dalam hitungan jam- menghilangnya
Yusna menjelang pernikahannya langsung tersebar di desa terpencil tersebut.

b.

Latar waktu

Jumat, buktinya :
Hari itu hari Jumat.

Siang, buktinya :
Semua terpaku sebelum jerit kegaduhan menyusul memekakkan siang yang
cerah itu.

c.

Latar suasana

Tegang, buktinya :
Yusna berteriak memaki mendengar suara adiknya rebut.

Sedih, buktinya :
Air mata sudah berlinang di matanya.

Gaduh, buktinya :
Semua terpaku sebelum jerit kegaduhan menyusul memekakkan siang yang
cerah itu.

4.

Tokoh dan penokohan

a.

Ayah :

Bijaksana, buktinya :
Yusna, Ayah pernah berutang budi pada Sutan Bahari, kau tahu, bukan, kata
pepatah kito, budi tak boleh dilupakan sampai mati, Sutan Bahari menginginkan
menantu berdarah minang dan secara adat meminta kesediaan Ayah untuk
melamarkan putra sulungnya untukmu. Ayah pikir Rendi cocok denganmu, toh
setelah menikah kau tetap bisa melanjutkan kuliahmu di jurusan hukum. Sutan
Bahari secara khusus menawarkan untuk membiayai kuliahmu. Pikirkan jo baikbaik, usiamu alah 23 tahun, sudah waktunya untuk menikah. Kau anak Ayah
yang tertua, Isabella masih SMU.
(metode dramatik : penggambaran ucapan dan pikiran tokoh)

b.

Yusna :

Kasar, buktinya :
Yusna berteriak memaki mendengar suara adiknya rebut.
(metode dramatik : penggambaran perbuatan)

Keras kepala, buktinya :


Yusna indak mau jadi nak daro. Yusna indak mau menikah dengan Rendi!
(metode dramatik : penggambaran ucapan dan pikiran tokoh)

Licik, buktinya :
Yusna berpaling geram. Di dalam kepalanya telah tumbuh suatu gagasan.
Sebuah gagasan yang nantinya akan membalikkan dua takdir antara dirinya dan
saudara kandungnya, Isabella.
(metode dramatik : penggambaran ucapan dan pikiran tokoh)

c.

Mamak-mamak

Pemaksa, buktinya :
Yusna mencoba menolak, tapi mamak-mamaknya juga mendesak ...
(metode dramatik : penggambaran perbuatan)

d.

Isabella

Periang, buktinya :
Isabella bernyanyi-nyanyi riang sambil memainkan sunting.
(metode dramatik : penggambaran perbuatan)

Penurut, buktinya :
Isabella menurut.
(metode dramatik : penggambaran perbuatan)
e.

Etek Is

Pengertian, buktinya :
Yo, etek mangerti. Tapi Isabella kan indak tau apo-apo. Janganlah tumpahkan
kearahanmu padonyo.
(metode dramatik : penggambaran dialog)
e.

Etek Is

Pengertian, buktinya :
Yo, etek mangerti. Tapi Isabella kan indak tau apo-apo. Janganlah tumpahkan
kearahanmu padonyo.
(metode dramatik : penggambaran dialog)

f.

Nidar :

Penyayang, buktinya :
Lama mendadak perasaan Nidar cemas, lantas dia menggedor pintu dengan
keras. Sekali lagi di dalam tidak menyahut siapa pun. Dan Nidar segera meminta
para bujang untuk segera membantunya mendobrak pintu. Perasaan yang
menjalari hatinya adalah kecemasan.
(metode dramatik : penggambaran perbuatan)

5.

Sudut pandang : Orang ketiga mahatahu

6.

Gaya bahasa : Mudah dipahami

7.

Amanat :
a.

Kita tidak boleh melupakan jasa orang lain.

Bukti :
... kata pepatah kito, budi tak boleh dilupakan sampai mati ...
b.

Sebagai makhluk sosial, kita harus tahu balas budi.

c.

Kita harus taat dan patuh terhadap orangtua.

d.

Kita harus menjaga nama baik keluarga.

Unsur Ekstrinsik

1.

Nilai Sosial

Masyarakat di desa tersebut gemar tolong menolong. Hal ini dibuktikan dengan
masyarakat yang meramaikan rumah Yusna untuk membantu persiapan
pernikahannya. Dan pada saat warga membantu ibu dan adik Yusna mendobrak
pintu kamar.
Buktinya :
Rumah Datuk Malinda tampak ramai oleh para tetangga yang merapikan rumah.
Para bujang berkumpul, lalu beramai-ramai mereka mendobrak pintu kamar
Yusna.

2.

Nilai Budaya

Perjodohan di tengah-tengah masyarakat pada cerpen tersebut masih marak.


Apalagi perjodohan atas dasar hutang budi. Orang tua Yusna menjodohkan
dirinya dengan orang yang belum pernah dikenalinya. Acara pernikahan yang
digelar menggunakan adat Minang.
Buktinya :
Bayangkan, ayah yang begitu dihormati dan dikaguminya memutuskan secara
sepihak untuk meminang seorang pria yang sama sekali belum dikenalnya.
Sutan Bahari pernah menanam budi kepada keluarga besar Yusna sehingga
sebagai pembayar budi, Yusna pun diharuskan menerima perjodohan sepihak ini.

3.

Nilai Ekonomi

Pada cerita tersebut diceritakan ada seorang perantau sukses. Hal ini dibuktikan
dengan kesuksesan Sutan Bahari yang berasal dari Minang dan telah menjadi
pengusaha di Pulau Jawa.
Buktinya :
Sutan Bahari adalah pengusaha Minang yang sukses di Pulau Jawa. Usahanya
bisa dihitung dari sepuluh supermarket dan beberapa perhotelan yang terdebar
di Jakarta, Bandung, dan Bukit Tinggi.

4.

Nilai Pendidikan

Pada cerita tersebut ada seseorang yang mementingkan pedidikannya. Hal ini
dibuktikan dengan Yusna yang ingin melanjutkan kuliahnya di jurusan hukum.
Buktinya :
Sebenarnya Yusna berkeinginan untuk melanjutkan kuliahnya di jurusan Hukum
dan menikah dengan pria yang saat ini telah menjadi tambatan hatinya.

5.

Nilai Moral

Pada cerita tersebut ada seorang anak yang tidak menurut kata orang tua. Hal
tersebut dibuktikan dengan Yusna yang memilih untuk kabur dari rumah karena
tidak ingin dijodohkan.

Buktinya :
Tapi ayah
Yusna indak mau jadi nak daro. Yusna indak mau menikah dengan Rendi!
Namanya sebuah desa, dalam sekejam -dalam hitungan jam- menghilangnya
Yusna menjelang pernikahannya langsung tersebar di desa terpencil tersebut.

Anda mungkin juga menyukai