Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

BAB II
GAMBARAN UMUM
2.1 Gambaran Wilayah Studi
2.1.1 Letak Geografis Kota Binjai
Kota Binjai adalah salah satu kota (dahulu daerah tingkat II berstatus kotamadya) yang
berada dalam wilayah provinsi Sumatera Utara. Kota Binjai terletak 22 km di sebelah barat
ibukota provinsi Sumatera Utara yaitu Medan. sebelum berstatus kotamadya, Binjai adalah
ibukota kabupaten Langkat yang kemudian dipindahkan ke Stabat. Total luas wilayah Kota
Binjai adalah seluas 90.23 Km. Letak geografis Binjai 0303'40" - 0340'02" LU dan
9827'03" - 9839'32" BT. Ketinggian rata-rata adalah 28 meter diatas permukaan laut.
Adapun batas-batas wilayah kota Binjai adalah sebagai berikut :
Utara

: Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang

Selatan

: Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang

Barat

: Kabupaten Langkat

Timur

: Kabupaten Deli Serdang

LAPORAN PENDAHULUAN ANALISIS KAWASAN INDUSTRI KOTA BINJAI

II- 1

LAPORAN PENDAHULUAN

Gambar 2.1
Peta Administratif Kota Binjai

LAPORAN PENDAHULUAN ANALISIS KAWASAN INDUSTRI KOTA BINJAI

II- 2

LAPORAN PENDAHULUAN
Kota Binjai termasuk daerah yang beriklim tropis yang memiliki dua musim yaitu
musim hujan dan musim kemarau. Berdasarkan data BPS Kota Binjai dalam angka tahun
2011, curah hujan bervariasi antar kecamatan, curah hujan tertinggi mencapai 1.070 mm3
yang terjadi pada bulan Juni, sementara curah hujan terendah mencapai 177,5 mm 3 yang
terjadi pada bulan Februari. Curah hujan maksimal terdapat pada kecamatan Binjai Utara
yaitu 191,083 mm/tahun sedangkan curah hujan minimum terdapat di kecamatan Binjai Kota
yaitu 96,833 mm/tahun. Kota Binjai memiliki dua aliran sungai (DAS) dimana sebagian besar
wilayah barat masuk ke DAS Wampu dan sebagian kecil wilayah timr masuk kedalam DAS
Belawan. Ada dua sungai yang membelah kota Binjai yaitu sungai Bingai dan Mencirim yang
menyuplai kebutuhan air bersih bagi PDAM Tirta Sari Binjai untuk kemudian disalurkan
untuk kebutuhan penduduk kota Binjai. Namun dipinggiran Kota Binjai masih banyak
penduduk yang menggantungkan kebutuhan air mereka kepada air sumur yang memang
masih layak dikonsumsi.
Tabel 2.1
Daerah Aliran Sungai (DAS) Kota Binjai
No

Sungai

Panjang

Luas

Kawasan

Debit maks (musim

DAS

penghujan)
1
2

Bingai
Mencirim

Bangkatan

Anak sungai

15
15
9

150
150
45

Binjai Utara
Binjai Utara
Binjai Selatan

0,7 m3/det

Wampu

Wampu

0,3 - 0,5 m /det


0,1 - 0,3 m /det

Binjai Timur

Wampu

Belawan

Sumber : RTRW Kota Binjai Tahun 2011-2030

LAPORAN PENDAHULUAN ANALISIS KAWASAN INDUSTRI KOTA BINJAI

II- 3

LAPORAN PENDAHULUAN

Gambar 2.2
Aliran Sungai Kota Binjai

LAPORAN PENDAHULUAN ANALISIS KAWASAN INDUSTRI KOTA BINJAI

II- 4

LAPORAN PENDAHULUAN
Kota Binjai terdiri dari

lima kecamatan yang kemudian dibagi lagi menjadi 37

kelurahan dan desa. Lima kecamatan tersebut adalah kecamatan Binjai Kota, Binjai Utara,
Binjai Barat, Binjai Timur dan Binjai Selatan. Kecamatan Binjai Kota, Binjai Selatan dan
Binjai Timur baru dibentuk pada tahun 1981.
Tabel 2.2
Luas Daerah Per Kecamatan Di Kota Binjai
Jumlah kelurahan

Luas (Km2)

Binjai Selatan

29.96

Binjai Kota

4.12

Binjai Timur

21.70

Binjai Utara

23.59

Binjai Barat

10.86

37

90.23

No

Kecamatan

Jumlah

Sumber : BPS Binjai dalam angka 2011

2.1.2 Demografi Kota Binjai


Kota Binjai merupakan kota multi etnis yang dihuni oleh suku Jawa, Batak Karo, suku
Tionghoa dan suku Melayu dengan agama yang dianut penududuk Kota Binjai yaitu agama
Islam, Kristen, Katolik, Budha, Hindu serta Konghucu. Kemajemukan etnis ini menjadikan
Kota Binjai kaya akan kebudayaan yang beragam. Jumlah penduduk Kota Binjai pada tahun
2011 berjumlah 248.456 jiwa yang terdiri dari 124.173 laki-laki dan 124.283 perempuan.
kepadatan penduduk 2.754 jiwa/km 2 dan rata-rata 4,32 jiwa per rumah tangga dengan
jumlah penduduk terbanyak terdapat di kecamatan Binjai Utara 71.051 jiwa. Jumlah
penduduk paling sedikit terdapat di Binjai Kota yaitu sebanyak 30.473 jiwa dan banyak juga
penduduk yang Medan yang bekerja di Kota Binjai karena jarak antara Kota Medan dan
Binjai yang dekat.
Tabel 2.3
Jumlah Penduduk Di Kota Binjai Tahun 2009-2011 Berdasarkan Rentang Usia
No.

Rentang usia (tahun)

10-14
215-54
355 +
Jumlah Penduduk

Tahun 2009
Laki-Laki Perempuan
30,939
31,683
86,600
86,755
10,103
11,045
127,642
129,483

Tahun 2010
Laki-Laki Perempuan
36,907
34,645
75,184
78,258
10,906
12,254
122,997
125,157

Tahun 2011
Laki-Laki Perempuan
36,635
34,370
76,032
77,075
11,506
12,838
124,173
124,283

Sumber : BPS Kota Binjai Dalam Angka Tahun 2011

LAPORAN PENDAHULUAN ANALISIS KAWASAN INDUSTRI KOTA BINJAI

II- 5

LAPORAN PENDAHULUAN
Tabel 2.4
Kepadatan Penduduk Kota Binjai Per Kecamatan Tahun 2009-2011 (Jiwa/Ha)
No
1
2
3
4
5

Kecamatan
Tahun 2009
Binjai Selatan
16
Binjai Kota
93
Binjai Timur
25
Binjai Utara
31
Binjai Barat
40
Total
28
Sumber : BPS Kota Binjai Dalam Angka tahun 2011

Tahun 2010
16
73
25
30
39
27

Tahun 2011
16
73
25
30
40
27

2.1.3 Pendidikan
Jumlah total sekolah yang ada di kota Binjai sebanyak 241 buah yang terdiri dari 154
Sekolah Dasar, 37 buah Sekolah Menengah Pertama, 9 buah sekolah Madrasah yang
setingkat dengan SMP, 31 buah Sekolah Menengah Umum dan 10 buah sekolah Madrasah
setingkat SMU.
Tabel 2.5
Jumlah Sekolah Perkecamatan di Kota Binjai
Kecamatan
Binjai Utara
Binjai Selatan
Binjai Timur

SD
45
31
31

SMP

Madrasah
16
6
3

Binjai Barat
21
3
Binjai Kota
26
9
Jumlah
154
37
Sumber : Dinas P & K Kota Binjai

SMU

Tsanawiyah
5
1
1
2
9

Madrasah

Total

12
12
1

Aliyah
7
1
-

85
51
35

6
31

2
10

25
41
241

Tabel 2.6
Jumlah Penduduk Masa Usia Sekolah
Kecamatan
5-12 tahun (SD)
Binjai Utara
6.360
Binjai Selatan
5.112
Binjai Timur
4.474
Binjai Barat
9.694
Binjai Kota
5.754
Jumlah
34.394
Sumber : Dinas P & K Kota Binjai

12-15 tahun (SMP)


2.228
1.951
2.656
3.519
6.124
16.478

15-19 tahun (SMU)


5.031
4.105
5.864
7.622
4.530
27.152

2.1.4 Keuangan dan Perekonomian Kota Binjai


Sampai saat ini kondisi pendapatan daerah kota Binjai masih sangat bergantung pada
dana perimbangan yang pengalokasiannya dilakukan oleh pemerintah provinsi yang terdiri

LAPORAN PENDAHULUAN ANALISIS KAWASAN INDUSTRI KOTA BINJAI

II- 6

LAPORAN PENDAHULUAN
dari Bagi Hasil Bukan Pajak/ Sumber Daya Alam, Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Dana
Alokasi Khusus (DAK) serta pendapatan lain-lain yang sah dalam bentuk bantuan
kontijensi/penyeimbang dari pemerintah pusat. Penerimaan pendapatan daerah Kota Binjai
selama 5 (lima) tahun terakhir mengalami peningkatan realisasi yang diikuti dengan
peningkatan

persentase kenaikan pendapatan pada tahun 2011 sebesar 31,15 % jika

dibandingkan dengan persentase kenaikan pendapatan pada tahun 2010 sebesar 11,59 %.
Untuk lebih jelas mengenai ringkasan realisasi APBD Kota Binjai dapat di lihat pada tabel
2.7
Tabel 2.7
Ringkasan Realisasi APBD Kota Binjai Tahun 2007-2011
N

Anggaran

o
a
A
1

B
Pendapatan
Pendapatan Asli Daerah

(PAD)
Dana Perimbangan

2007

2008

Tahun
2009

2010

2011

10.497.671.215,49

13.842.575.407,4

17.272.605.866,42

18.832.884.480,7

26.640.032.636,71

320.686.589.241,00

7
343.468.762.018,0

364.953.958.201,71

7
372.387.616.528,0

417.735.148.865,00

Lain-lain Pendapatan

15.025.071.220,00

0
22.675.002.130,9

13.929.319.000,00

0
50.833.233.800,0

135.360.652.865,00

yang Sah
Jumlah Pendapatan

346.209.331.676,49

3
379.986.339.556,4

396.155.883.068,13

0
442.053.734.808,7

579.735.834.366,71

a
B
1

B
Belanja
Belanja Tidak

156.289.306.078,

187.561.422.112,0

220.874.661.428,

277.840.220.041,

313.714.068.757,

Langsung
Belanja Langsung

00
198.107.776.208,

0
205.953.009.790,0

00
162.592.222.373,

00
140.380.171.794,

84
232.783.322.589,

Jumlah Belanja

00
354.397.082.286,

0
393.514.431.902,0

00
383.466.883.801,

00
418.220.391.835,

00
546.497.391.346,

Srplus/Defisit

00
(8.187.750.609,5

0
(13.528.092.345,6

00
12.688.999.267,

00
23.833.342.973,

84
33.238.443.019,

1)
0)
13
Sumber : Penjabaran Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Kota Binjai

77

87

Apabila dengan angka absolut PDRB atas dasar harga konstan, PDRB Kota Binjai
pada tahun 2011 sebesar Rp 2.020.895.760.000,- atau meningkat sebesar 6,07 % bila
dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar Rp 1.905.182.860.000,-. Sedangkan PDRB
perkapita tahun 2011 mencapai Rp 8.209.884,- meningkat 5,07 % dibandingkan PDRB per
kapita tahun 2010 sebesar Rp 7.813.795,-. Angka ini menunjukan bahwa secara rata-rata
setiap penduduk kota Binjai pada tahun 2011 memiliki pendapatan sekitar Rp 8.209.884,LAPORAN PENDAHULUAN ANALISIS KAWASAN INDUSTRI KOTA BINJAI

II- 7

LAPORAN PENDAHULUAN
dalam setahun atau sekitar Rp 684.157,- per bulan suatu angka dibawah upah minimum di
provinsi Sumatera Utara, dimana upah minimum di Sumatera Utara pada tahun 2011 sebesar
Rp1.035.500,-. Sedangkan upah minimum Kota Binjai pada tahun 2010 sebesar Rp 925.000,dan pada tahun 2011 sebesar Rp 980.000,-.Laju inflasi Kota Binjai pada tahun 2011
diperkirakan akan mencapai pada kisaran 7,65 %. Pada tingkat inflasi yang demikian
terkatagori pada tingkat inflasi ringan yaitu dibawah 10 % (single digit), yang diharapkan
akan memberi dampak positif pada perekonomian Kota Binjai yaitu mendorong
perekonomian lebih baik, membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan
mengadakan investasi. Mengenai peta perekonomian Kota Binjai dapat dilihat pada tabel 2.8

N
o
a
1

2
3
4
5

Uraian

Tabel 2.8
Peta Perekonomian Kota Binjai Tahun 2006-2010
Tahun
2006
2007
2008
C
D
E
1,613,444,380,00
1,705,066,870,00
1,799,484,850,00
0.00
0.00
0.00

B
PDRB Harga
Konstan (Struktur
Perekonomian)
(Rp.)
Pendapatan
6,834,341.00
Perkapita (Rp.)
Upah Minimum
Regional (Rp.)
Inflasi (%)
5.97
Pertumbuhan
Ekonomi (%)
5.32
Sumber : Pokja Sanitasi Kota Binjai

2009
f
1,905,182,860,00
0.00

2010
g
2,020,895,760,0
00.00

7,143,796.00

7,458,695.00

7,813,795.00

8,209,884.00

770,000.00

825,000.00

925,000.00

980,000.00

6.42

10.63

2.69

7.65

5.68

5.54

5.87

6.07

indeks kemampuan fiskal Kota Binjai pada tahun 2007 sampai dengan 2008 termasuk
katagori tinggi dan pada pada tahun 2010 sampai dengan 2011 menurun dengan katagori
rendah. Mengenai ruang fiskal Kota Binjai dapat dilihat pada tabel 2.9

Tahun
2007
2008
2009
2010
2011

Tabel 2.9
Ruang Fiskal Kota Binjai Tahun 2007-2011
Tingkat
Indeks Kemampuan Fiskal/Ruang
Penyediaan
Fiskal Daerah (IFRD)
DDUB
1.1607
Tinggi
1.2076
Tinggi
0.7573
Sedang
0.449
Rendah
0.476
Rendah

Sumber : www.depekeu.go.id

Dari segi pembagian tata ruang kota Binjai, daerah komersil dan pusat perekonomian
serta pusat pemerintahan terutama berpusat didaerah Binjai Kota. Kawasan perindustrian
LAPORAN PENDAHULUAN ANALISIS KAWASAN INDUSTRI KOTA BINJAI

II- 8

LAPORAN PENDAHULUAN
dipusatkan didaerah Binjai Utara sedangkan Binjai Timur dan Selatan dipusatkan sebagai
daerah pertanian dan Binjai Barat sebagai daerah untuk pengembangan pternakan. Binjai
juga merupakan penghasil minyak bumi dan gas ditandai dengan kawasan eksplorasi minyak
bumi dan gas alam di kawasan Tandam Hilir kecamatan Binjai Utara. Secara umum ada
empat sektor yang cukup dominan dalam total pembentukan PDRB kota Binjai yaitu sektor
industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor keuangan, persewaan dan
jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa. Bidang perkebunan tentu saja perlu mendapat perhatian
dimana kota Binjai terkenal dengan rambutan sehingga dikenal dengan kota rambutan dimana
luas perkebunan rambutan yang mencapai 425 Ha dengan kapasitas 2.400 ton per tahun.
Sayangnya potensi yang besar ini tidak dibarengi dengan modernisasi industri pengolahan
rambutan menjadi komoditi unggulan yang bernilai tambah misalnya seperti industri
pengalengan rambutan, keripik rambutan dengan jalur pemasaran yang komplit.
Tabel 2.10
Share Per Sektor Terhadap PDRB Kota Binjai Tahun 2007-2011

Sektor
Pertanian
Pertambangan
Industri Pengolahan
Listrik dan Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel,
Restoran
Angkutan/Komunikasi
Bank/Keu/Perum
Jasa
Total

2011
Rupiah
(juta)
149.298
133.466
451.008
31.944
204.393

%
6,95
6,21
21,00
1,49
9,52

2010
Rupiah
%
(juta)
142.524
7,05
130.358
6,45
430.462 21,30
29.599
1,46
185.415
9,17

Tahun
2009
Rupiah
%
(juta)
137.322
7,21
127.809
6,71
410.887 21,57
27.416
1,44
168.656
8,85

342.540 15,95

329.571

16,31

317.532

106.400 4,95
343.019 15,97
385.684 17,96
2.147.751 100

96.369
325.963
350.635
2.020.896

4,77
16,13
17,35
100

86.756
309.850
318.953
1.905.183

Laju Pertumbuhan

16,67

2008
Rupiah
(juta)
132.705
125.487
393.582
25.410
153.474

%
7,37
6,97
21,87
1,41
8,53

306.652 17,04

berlaku mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, seperti yang tergambar pada tabel 2.11
dibawah ini
Tabel 2.11
PDRB Atas Harga Berlaku Dan Atasa Dasar Harga Konstan 2000 Kota Binjai Tahun 2005-2011
dasar

2005
1531,99

2006
1613,44

2007
1705,07

2008
1796,24

2009
1903,00

2010
2020,90

LAPORAN PENDAHULUAN ANALISIS KAWASAN INDUSTRI KOTA BINJAI

7,
6,
22,
1,
8,

292.700 17,

4,55
78.141 4,34
71.747 4,
16,26 293.873 16,33 281.503 16,
16,74 290.161 16,12 270.146 15,
100 1.799.485 100 1.705.073
1

Dari segi PDRB kota Binjai baik berdasarkan harga konstan 200 maupun atas dasar harga

PDRB
Atas

2007
Rupiah
(juta)
129.218
111.367
384.026
24.657
139.708

2011
2147,82

II- 9

LAPORAN PENDAHULUAN
harga konstan
2000
Atas

dasar

2494,69

2889,99

3311,30

3809,37

4312,46

4945,36

5701,43

harga berlaku
Sumber : www. sumut.bps.go.id

Dari segi pendapatan domestik regional bruto (PDRB) per kapita baik atas dasar harga
berlaku dan atasa dasar harga konstan 2000 juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun
seperti yang terlihat pada tabel 2.12 di bawah ini
Tabel 2.12
PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku Dan Atasa Dasar Harga Konstan 2000 Kota Binjai Tahun
2005-2011
PDRB

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

Kapita
Atas dasar harga

10486444

11831812

13338251

15077532

16773145

20090526

229474440

berlaku
Atasa

6439516

6605547

6868205

7109527

7401639

8209884

8644670

harga

Per

dasar
konstan

2000
Sumber : www. sumut.bps.go.id
Tabel 2.13
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Binjai Tahun 2005-2011
Tahun

2005
2006
5,28
5,32
Sumber : www.sumut.bps.go.id

2007
5,68

2008
5,35

2009
5,75

2010
5,74

2011
5,99

2.1.4 Transportasi
Sarana transportasi di kota Binjai adalah beca mesin roda tiga yang unik dan juga
angkutan umum yang disebut sudako. Untuk transportasi ke luar kota selain transportasi jalan
juga terdapat transportasi kereta api yang menghubungkan Binjai dengan Medan dan Kuala di
kabupaten Langkat. Letak Binjai juga tidak jauh dari bandara terdekat yaitu bandara Polonia,
Medan .

LAPORAN PENDAHULUAN ANALISIS KAWASAN INDUSTRI KOTA BINJAI

II- 10

LAPORAN PENDAHULUAN

Gambar 2.3
Peta transportasi Kota Binjai

LAPORAN PENDAHULUAN ANALISIS KAWASAN INDUSTRI KOTA BINJAI

II- 11

LAPORAN PENDAHULUAN

2.2 Gambaran Umum Kegiatan


2.2.1 Perkembangan Kawasan Industri di Indonesia
Untuk pertama kalinya kawasan industri dikembangkan di Inggris yaitu Trafford Park
Estates pada tahun 1876 dengan luas sekitar 500 Ha yang merupakan kawasan industri
terluas Amerika yaitu Central Manufacturing District dibangun pada tahun 1902 dengan
luas 105 Ha, The Clearing Industrial District yang dibangun pada tahun 1909 dengan luas
215 Ha dan The Pershing Road District yang dibangun pada tahun 1910 dengan luas 40 Ha.
Selanjutnya pada tahun 1960an di Amerika Serikat telah berkembang kawasan industri yang
dikenal dengan nama Science Park atau Technology Park yaitu kawasan industri untuk
tujuan penelitian dan pengembangan. Pada tahun 1970-an

konsep Business Park

dikembangkan dimana dalam suatu kawasan tertampung berbagai kegiatan seperti industri
dan perkantoran yang ditunjang oleh kegiatan perdagangan dan rekreasi, kemudian pada
tahun 1980an perumahan juga dimasukkan dalam kawasan Business Park. Di Indonesia
sendiri kawasan industri baru dikembangkan pada tahun 1970 sebagai suatu usaha untuk
memenuhi kegiatan penanaman modal baik dari dalam maupun luar negeri.
Pada awalnya pemerintah

mengembangkan kawasan industri melalui badan usaha

milik negara (BUMN). Pada tahun 1973 pemerintah mulai mengadakan

pembangunan

kawasan industri pertama di Jakarta Industrial Estate Pulogadung (JIEP) kemudian disusul
Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER) pada tahun 1974. Kawasan industri lainnya yang
dikembangkan pemerintah kawasan industri Cilacap (1974), kawasan industri Medan ( 1975),
kawasan Makasar (1978), kawasan industri Cirebon (1984) dan kawasan industri Lampung
(1986) selain itu pada tahun 1986 pemerintah melalui PT. Kawasan Berikat Nusantara
mengembangkan kawasan berikat (Bonded Zone) dengan tujun untuk mengembangkan
ekspor non migas.
Kawasan berikat merupakan kawasan khusus untuk melancarkan arus barang ekspor
dan semua kepabean untuk barang ekspor dilakukan pada kawasan tersebut dan bahan baku
untuk ekspor mendapat fasilitas bebas bea masuk. Seiring dengan perkembangan investasi
yang terus meningkat kemudian pihak swasta dilibatkan dalam usaha kawasan industri
melalui Kepres no 53 Tahun 1989 dimana diatur bahwa usaha kawasan industri dapat
dilaksanakan oleh pihak swasta domestik maupun swasta asing tanpa campur tangan BUMN.
Sejak kawasan swasta diperbolehkan untuk mengembangkan kawasan industri maka kawasan
LAPORAN PENDAHULUAN ANALISIS KAWASAN INDUSTRI KOTA BINJAI

II- 12

LAPORAN PENDAHULUAN
industri berkembang pesat, misalnya sampai pada tahun 1994 misalnya sudah sebanyak 146
lokasi kawasan industri dengan luas total sebesar 42.019 Ha yang sebagian besar tersebar di
Jawa Barat dan kota Jakarta. Kawasan industri yang terzoning memungkinkan terjadinya
penurunan biaya infrastruktur, mampu menarik bisnis baru karena menyediakan infrastruktur
yang terintegrasi dalam suatu lokasi, terpisah dari area tempat tinggal masyarakat sehingga
dapat mengurangi dampak lingkungan dan sosial yang kontrol lingkungan yang lebih baik
sesuai dengan kebutuhan area industri.
Tabel 2.14
Persebaran Kawasan Industri Menurut Provinsi

2.2.2

Arah Pengembangan Kawasan Industri di Luar Pulau Jawa


Adapun pengembangan kawasan industri yang berada di luar pulau jawa adalah

sebagai berikut :
1. Pengembangan kawasan-kawasan industri baru yang diarahkan pada industri-industri
berbasis sumber daya alam dan pengolahan mineral serta memanfaatkan lokasi
geografi yang strategis
2. Mensinergikan pengembangan kawasan industri dengan program MP3EI untuk
membangun pusat-pusat pertumbuhan ekonomi

LAPORAN PENDAHULUAN ANALISIS KAWASAN INDUSTRI KOTA BINJAI

II- 13

LAPORAN PENDAHULUAN

Gambar 2.4
Pengembangan Kawasan Industri Di Koridor Ekonomi Sumatera

LAPORAN PENDAHULUAN ANALISIS KAWASAN INDUSTRI KOTA BINJAI

II- 14

LAPORAN PENDAHULUAN
2.2.3

Perkembangan Kawasan Industri di Sumatera Utara


Kawasan industri pertama yang dibangun di provinsi Sumatera Utara adalah kawasan

industri Medan (KIM) yang berdiri pada 7 Oktober tahun 1988 dengan komposisi sahamnya
terdiri dari pemerintah pusat (60%) , pemerintah provinsi Sumatera Utara (30%) dan
pemerintah kota Medan (10%). Hingga saat ini luas total dari kawasan industri Medan adalah
780 Ha. Areal awasan industri Medan (Tahap I) dengan luas 200 Ha terletak disebelah barat
jalan tol dan area disebelah timur jalan tol disebut Kawasan Industri Medan tahap II dengan
luas 325 Ha. Dalam kawasan yang terbesar di Sumatera Utara ini telah bergabung 600
pengusaha mulai dari skala UKM, menengah hingga industri-industri multinasional dan
internasional. Terdapat berbagai hasil produksi yang diproduksi dengan mengandalkan
potensi dan sumber daya alam unggulan di sumatera utara seperti industri pengolahan kelapa
sawit (CPO) dan turunannya seperti Fatty Acid, Steric Acid, Palmitat Acid, Isopropil Palmiat,
Gliserin dan jenis oleochemical lainnya, karet, coklat, kopi, teh dan hasil-hasil pertanian dari
dataran tinggi Sumatera Utara berupa sayur mayur dan buah-buahan. Industri Hasil Laut,
Goldstorage, pengalengan ikan, makanan dan minuman, industri hasil hutan, furniture, rotan,
meubel, industri bangunan (baja) dan lain-lain. Adapun jenis industri yang teradapt di
kawasan industri Medan adalah sebagai berikut :

Hasil laut

Permen

Cocoa Powder

Biscuite

Industri Plastik

Industri Furniture

Industri Pakan Ternak

Industri Baja

Industri Bahan Bangunan (seng, paku, concreate,dll)

Industri Keramik (Tile)

Industri Pembungkus

LAPORAN PENDAHULUAN ANALISIS KAWASAN INDUSTRI KOTA BINJAI

II- 15

LAPORAN PENDAHULUAN

Industri Berbasis CPO

Industri Sarung Tangan

Industri Paper over Lay

Industri Percetakan

Industri Es

Industri Pupukustri

Gambar 2.5
Site Plan PT.KIM

Kemudian dibangun lagi kawasan industri di Tanjong Morawa kabupaten Deli Serdang yang
bernama Kawasan Industri Medan Star. Jenis-jenis industri yang terdapat di kawasan industri
ini antara lain industri perakitan barang-barang elektronik, makanan, rokok dan lain-lain.
Kemudian dibangun kawasan ekonomi khusus (KEK) Sei Mangkei yang berlokasi di
kecamtan Bosar Maligas, kabupaten Simalungun.
Seperti diketahui KEK Sei mangkei merupakan bagian strategis dari program
Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). KEK Sei
Mangkei mempunyai luas 2002 Ha dan dikembangkan untuk industri hilir kelapa sawit,
LAPORAN PENDAHULUAN ANALISIS KAWASAN INDUSTRI KOTA BINJAI

II- 16

LAPORAN PENDAHULUAN
aneka industri. Logistic, pariwisata serta UMKM. Saat ini KEK Sei Mangkei sudah
memasuki tahap pembangunan, dengan mulai dibangunnya pabrik Oleochemical Plant,
pabrik Fatty Acid, pabrik Fatty Alcohol, pabrik Refinery, pabrik pupuk NPK Fertilizer, Pabrik
energi Bioma. KEK Sei Mangkei dirancang untuk mengakomodir 200 unit industri
berkelas dunia. KEK Sei Mangkei adalah satu-satunya KEK yang memiliki akses ke Selat

Malaka yang juga akan terintegrasi dengan kawasan Kuala Tanjung dan terkoneksi langsung
dengan Global Hub Kuala Tanjung. Dengan keunggulan geografis yang sangat strategis
tersebut, KEK Sei Mangkei akan berkembang pesat dan menjadi simpul ekonomi dunia.
Hadirnya KEK Sei Mangkei, diharapkan Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada
bahan baku impor dalam memenuhi berbagai kebutuhan bagi masyarakat
2.2.4

Perkembangan Industri di Kota Binjai

Produksi unggulan yang dihasilkan oleh industri-industri di kota Binjai antara lain industri
anyaman bambu, industri konveksi, industri kerupuk, industri meubel bambu usaha), industri
barang-barang tekstil, industri jam selai buah-buahan, industri tepung/terasi, industri
sepatu/selop dan industri tahu tempe. Berikut merupakan perkembangan industri unggulan
kota Binjai.
Tabel 2.15
Jumlah Industri Di Kota Binjai Pada Tahun 2007 Dan 2009
No
Jenis industri
2007
1
Industri konveksi
36
2
Industri anyaman bambu
24
3
Industri tahu tempe
10
4
Industri kerupuk
16
5
Industri tepung/terasi
4
6
Industri sepatu/selop
2
7
Industri kecap
2
8
Industri barang tekstil
2
9
Industri jam/selai buah-buahan
1
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Kantor

2009
77
75
34
16
4
3
3
2
1

Jika dilihat dari kondisi kota Binjai dimana kota Binjai terkenal dengan komoditas buah
rambutan sehingga kota Binjai terkenal dengan julukan kota Rambutan, akan tetapi potensi
yang sangat besar ini tidak diimbangi dengan modernisasi pengolahan buah rambutan dimana
sistem pemasaran buah rambutan masih bisa dikatakan dengan cara yang tradisonal sehingga
tidak terjadi peningkatan nilai tambah bagi petani rambutan.

LAPORAN PENDAHULUAN ANALISIS KAWASAN INDUSTRI KOTA BINJAI

II- 17

LAPORAN PENDAHULUAN

2.2.5 Pembangunan Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan


Pembangunan

kawasan

industri

pada

dasarnya

merupakan

sarana

untuk

mengembangkan industri yang berwawasan lingkungan serta memberikan kemudahan dan


daya tarik bagi investasi harus dilakukan dengan pendekatan konsep kesesuaian tata ruang
efisiensi dan ramah lingkungan.
1. Aspek efisiensi
Merupakan suatu dasar pokok yang menjadi landasan pengembangan kawasan
industri. Melalui pengembangan kawasan industri maka bagi investor pengguna
kavling industri (user) akan mendapat lokasi industri yang sudah baik dimana
terdapat beberapa keuntungan seperti bantuan proses perijinan, ketersediaan
infrastruktur yang lengkap, keamanan dan kepastian tempat usaha yang sesuai
dengan rencana tata ruang daerah (RTRD) maupun rencana tata ruang wilayah
(RTRW). Sedangkan dari sisi pemerintah daerah dengan konsep pengembangan
industri berbagai jaringan infrastruktur yang disediakan ke kawasan industri akan
menjadi lebih efisien karena dalam perencanaan infrastruktur kapasitasnya sudah
disesuaikan dengan kegiatan industri yang berada di kawasan industri.
2. Aspek tata ruang
Dengan adanya kawasan industri maka masalah konflik penggunaan lahan akan
dapat dihindari. Demikian pula bilamana kegiatan industri dapat diarahkan pada
lokasi peruntukannya maka akan lebih mudah bagi penataan ruang daerah,
khususnya daerah kawasan industri.
3. Aspek lingkungan hidup
Dengan dikelompokkannya kegiatan industri pada suatu lokasi pengelolaan maka
akan lebih mudah menyediakan fasilitas pengolahan limbah dan pengendalian
limbah.
Pembangunan kawasan industri merupakan salah satu sarana untuk mengembangkan industri
yang berwawasan lingkungan serta memberikan kemudahan dan daya tarik investasi. Hal ini
sejalan dengan amanat dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1984 tentang perindustrian
bahwa upaya untuk mendorong pengembangan industri maka perlu dilakukan pembangunan
industri yaitu kawasan industri. Guna mendorong percepatan pembangunan kawasan industri
pemerintah menerbitkan peraturan pemerintah nomor 24 tahun 2009 tentang kawasan
LAPORAN PENDAHULUAN ANALISIS KAWASAN INDUSTRI KOTA BINJAI

II- 18

LAPORAN PENDAHULUAN
industri, dimana setiap perusahaan industri baru setelah diberlakukannya peraturan
pemerintah tersebut wajib masuk kawasan industri. Dasar pertimbangan mewajibkan industri
baru masuk kedalam kawasan industri adalah agar industri yang baru agar berada dalam tata
ruang yang benar dan tepat. Dengan dibangunnya kawasan industri maka dapat memberikan
dampak sebagai berikut :
1. Memberikan kemudahan bagi dunia usaha untuk memperoleh kavling industri siap
bangun yang sudah dilengkapi berbagai infrastruktur yang memadai.
2. Memberikan kepastian hukum lokasi tempat usaha sehingga terhindar dari segala
bentuk gangguan dan diperolehnya rasa aman bagi dunia usaha.
3. Mengatasi permasalahan tata ruang dan sekaligus mengendalikan masalah dampak
lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan industri.
2.2.6 Dampak Ekonomi Pembangunan Kawasan Industri
Dampak diartikan sebagai suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat adanya suatu
aktivitas, aktivitas disini dapat bersifat alamiah, kimia, maupun bio fisik. Dalam konteks
analisa dampak lingkungan, penelitian dampak dilakukan karena adanya rencana aktivitas
manusia dalam pembangunan, yang melibatkan perubahan-perubahan besar maupun kecil
dalam struktur sosial dan sikap mental yang ada dalam masyarakat. Batasan dampak
pembangunan terhadap lingkungan adalah perbedaan antara kondisi lingkungan yang di
perkirakan akan terjadi tanpa adanya pembangunan dan yang di perkirakan terjadi dengan
adanya pembangunan. Dampak pembangunan yang menjadi masalah karena perubahan yang
disebabkan oleh pembangunan lebih besar daripada yang menjadi sasaran pembangunan.
Dalam penelitian ini dampak kawasan industri terhadap aspek ekonomi dibatasi oleh
beberapa faktor yaitu antara lain :perubahan peluang berusaha,pola penggunaan
lahan,perubahan mata pencarian serta

sarana dan prasarana perekonomian,aspek

kependudukan (tingkat migrasi), laju pertumbuhan dan kepadatan penduduk, aspek interaksi
sosial dan aspek kelembagaan di masyarakat.

LAPORAN PENDAHULUAN ANALISIS KAWASAN INDUSTRI KOTA BINJAI

II- 19

LAPORAN PENDAHULUAN

Gambar 2.6
Hubungan Antara Kualitas Lingkungan Dengan Waktu

Menurut konsep Departemen Perindustrian , Wilayah Pusat pertumbuhan Industri (WPPI),


diartikan sebagai suatu bentangan alami yang terdiri dari beberapa daerah yang memiliki
potensi untuk tumbuh dan berkembangnya aktivitas industri dan mempunyai keterkaitan
ekonomi karena dukungan sistem perhubungan yang mantap. Berdasarkan konsep
Departemen Perindustrian kawasan industri diartikan sebagai tempat tumbuh dan
berkembangnya industri yang mempunyai daya pikat spasial dari ikatan ekonomi pada
umumnya dan kegiatan industri pada khususnya serta beraglomerasi dengan kegiatan
pertanian, dimana industri sebagai leader factor dan mover factor yaitu faktor pemimpin dan
penggerak dimana faktor ini akan sangat berpengaruh terhadap faktor yang lainnya dalam
kegiatan perekonomian. Kawasan industri ditetapkan berdasarkan prinsip material oriented
dan market oriented. Industri hulu adalah industri yang bersifat material oriented, karena
didirikan berdekatan dengan sumber daya alam/bahan baku. Sedangkan industri hilir lebih
bersifat market oriented, karena industri cenderung didirikan mendekati tempat pemasaran.
Adanya kawasan industri akan mengakibatkan terjadinya proses industrialisasi yang
nantinya akan mengakibatkan perubahan struktur perekonomian, dimana perekonomian yang
semula bercorak agraris berubah menjadi bercorak industri. Perubahan pola perekonomian
memang tidak terlepas dari usaha-usaha pengembangan industri. Keduanya berjalan seiring.
LAPORAN PENDAHULUAN ANALISIS KAWASAN INDUSTRI KOTA BINJAI

II- 20

LAPORAN PENDAHULUAN
Proses ini selanjutnya diikuti pula perpindahan angkatan kerja dari sektor pertanian ke sektor
industri sehingga terjadinya perubahan komposisi angkatan kerja di kedua sektor. Perubahan
struktur perekonomian terjadi akibat adanya perubahan realokasi faktor-faktor produksi
seperti modal, tenaga kerja dan sumber daya alam dari satu sektor ke sektor lainnya. Hal ini
membawa akibat terjadinya perubahan komposisi angkatan kerja akibat adanya perpindahan
angkatan kerja dari masing-masing sektor. Realokasi sumber daya alam ditandai oleh
perubahan penggunaan lahan dari pertanian ke non pertanian.
Dampak dari pembangunan kawasan industri mengakibatkan terjadinya perubahan
struktur perekonomian dari sektor pertanian ke sektor industri, yang juga berarti telah terjadi
proses industrialisasi di daerah tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Kadariah (1985)
bahwa proses pembangunan dalam hal ini proses industrialisasi akan membawa serta
perubahan dalam struktur ekonomi dan sektor industri ini mempunyai peranan reatif makin
besar. Berubahnya struktur perekonomian dan komposisi angkatan kerja ini cenderung
berakibat lebih lanjut pada lembaga kemasyarakatan yang ada di masyarakat, sebagai upaya
penyesuaian terhadap kondisi yang ada.
2.2.7 Dampak Terhadap Aspek Kependudukan
1. Tingkat migrasi
Migrasi diartikan sebagai perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lainnya
dalam suatu negara (biasa disebut migrasi intern). Migrasi ini dapat juga berarti perpindahan
penduduk dari desa ke kota

(biasa disebut urbanisasi). Bersama dengan meningkatnya

kemampuan sektor non pertanian dalam menyerap kelebihan tenaga kerja, terjadi pula
peningkatan mobilitas dari desa ke kota. Faktor yang mendorong untuk melakukan migrasi
terdiri dari dua faktor, yaitu faktor ekonomi dan non ekonomi. Seseorang akan melakukan
migrasi bila ada peluang yang lebih besar untuk bekerja dan tingkat upah yang relatif tinggi
dengan harapan taraf hidup dapat lebih ditingkatkan. Demikian pula alasan migrasi oleh
adanya alasan-alasan ekonomi, dimana secara rasional seseorang akan pindah bila ada hasil
yang menguntungkan dengan perpindahan itu. Alasan lainnya adalah tersedianya fasilitas
baik pendidikan, transportasi maupun hiburan di kota.
2. Laju Pertumbuhan dan kepadatan Penduduk
Pertumbuhan jumlah penduduk selain disebabkan oleh pertumbuhan alami (kelahiran
dan kematian) juga disebabkan oleh adanya migrasi dari satu daerah ke lain , serta adanya
daerah pedesaan yang berubah menjadi daerah perkotaan atau prakota. Peningkatan jumlah
penduduk terjadi karena adanya mobilitas penduduk dari satu daerah ke daerah lain, sebagai
akibat adanya faktr pendorong dari daerah asal dan adanya faktor penarik dari daerah tujuan.
LAPORAN PENDAHULUAN ANALISIS KAWASAN INDUSTRI KOTA BINJAI

II- 21

LAPORAN PENDAHULUAN
Tingginya arus mobilitas penduduk muncul sebagai akibat makin tersedianya sarana
transportasi, sehingga memungkinkan gerak penduduk dari satu daerah ke daerah lain.
Mobilitas penduduk yang tinggi ini akan menyebabkan penyebaran dan komposisi penduduk
menjadi tidak merata. Dilain pihak meningkatnya pembangunan mengakibatkan pula
perubahan pola penggunaan lahan dari pertanian ke sektor perdagangan dan jasa dan
perumahan. Sementara itu persediaan lahan relatif tetap, sedangkan kebutuhan akan lahan
semakin meningkat akibatnya man-land ratio menjadi semakin tinggi
2.2.8 Dampak Terhadap Aspek Interaksi Sosial
Interaksi sosial merupakan bentuk umum dari proses sosial, dan merupakan syarat
untuk terjadinya aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis,
yang menyangkut hubungan antar individu dalam satu kelompok,

antar kelompok dan

individu dengan kelompok. Syarat untuk terjadinya interaksi adalah kontak sosial dan
komunikasi. Interaksi sosial pada masyarakat industri didasarkan pada rasionalitas sosial,
yaitu sistem yang diterapkan dalam proses industrialisasi, yang kemudian mempengaruhi
masyarakat secara keseluruhan.
Proses rasionalitas ini mengakibatkan melemahnya ikatan tradisonal, dan pola
hubungan yang terbentuk cenderung menjadi bersifat rasional, legal dan kontraktual. Pada
masyarakat industri muncul moral baru yang lebih menekankan pada rasionalitas ekonomi,
yaitu rasionalitas yang mendorong masyarakat secara individu maupun kelompok untuk
memaksimalkan hasil dari manajemen dan ilmu pengetahuan yang diterapkan pada
masyarakat. Kehadiran kawasan industri diperkirakan membawa dampak terhadap perubahan
pola hubungan dari tradisional ke rasional.
2.2.9 Dampak Terhadap Kelembagaan
Lembaga kemasyarakatan yang oleh Koentjoroningrat (1983) disebut sebagai pranata
sosial, diartikan sebagai sistem tata kelakuan dan hubungan yang terpusat pada aktivitas
untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Sesuai dengan
tujuannya maka lembaga kemasyarakatan mempunyai beberapa fungsi :
1. Memberi pedoman kepada anggota masyarakat untuk bertingkah laku/bersikap
2. Menjaga keutuhan dari masyarakat yang bersangkutan
3. Memberi pegangan/pedoman kepada masyarakat untuk mengadakan sistem
pengendalian sosial/social control, yaitu sistem pengendalian/pengawasan dari
masyarakat terhadap tingkah laku anggotanya.
Sementara itu Gillin dan Gillin dalam Soekanto (1982), mengemukakan ciri-ciri
lembaga kemasyarakatan sebagai berikut :
LAPORAN PENDAHULUAN ANALISIS KAWASAN INDUSTRI KOTA BINJAI

II- 22

LAPORAN PENDAHULUAN
1) Lembaga kemasyarakatan merupakan suatu organisasi dari pola-pola pemikiran dan
2)
3)
4)
5)

perilaku dari aktivitas masyarakat yang terwujud.


Mempunyai tingkat kekekalan tertentu dan biasanya berumur panjang.
Mempunyai beberapa tujuan
Mempunyai alat kelengkapan untuk mencapai tujuan
Mempunyai lambang yang mencerminkan fungsi dan tujuan dari lembaga yang

bersangkutan
6) Mempunyai tradisi yang tertulis maupun tidak
Karena lembaga permasyarakatan itu bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pokok
manusia, maka lembaga kemasyarakatan dapat berubah sesuai dengan kondisi dan dinamika
masyarakat sekitarnya. Perubahan kelembagaan dapat dikaji dalam hubungan timbal balik
yang dinyatakn oleh Ruttan (1985), bahwa ada hubungan timbal balik anatara perubahan
kelembagaan, teknologi, sumberdaya alam dan tekanan penduduk.

LAPORAN PENDAHULUAN ANALISIS KAWASAN INDUSTRI KOTA BINJAI

II- 23

Anda mungkin juga menyukai