Anda di halaman 1dari 16

RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR COUNSELING (REBC)

DALAM PELAKSANAAN KONSELING

MAKALAH

Disusun untuk melengkapi tugas


Matakuliah Teori dan Teknik Intervensi Individu
yang dibimbing oleh Ribut Purwaningrum, S.Pd, M.Pd

Disusun oleh
Duhita Sari

201310230311359

Dwi Januar W. B.

201310230311391

Rima Nur Shellyna

201310230311410

Yogia Galih Adiratna

201310230311419

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


FAKULTAS PSIKOLOGI
Maret 2015

Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat
dan HidayahNya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Rational Emotive
Behavior Counseling . Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Teori dan Teknik Intervensi Individu.
Makalah ini terdiri dari tiga bab. Bab 1 berisi pendahuluan yang
menjelaskan latar belakang, rumusan masalah serta tujuan dari Rational
Emotive Behavior Counseling . Bab 2 berisi pembahasan yang menjelaskan
Sejarah perkembangan Rational Emotive Behavior Counseling (REBC),
Pandangan Behavioral terhadap manusia (human nature),Manusia bermasalah
dan penyebabnya, Manusia sehat dan pendukungnya, Makna konseling menurut
Rational Emotive Behavior Counseling (REBC), Tujuan Rational Emotive
Behavior Counseling (REBC), Fungsi konselor, Peran konseli, Situasi hubungan
dalam konseling, Langkah dan teknik khusus dalam Rational Emotive Behavior
Counseling (REBC),serta Aplikasi Rational Emotive Behavior Counseling
(REBC)yang berisi uraian kasus singkat yang bisa dianalisis dan diselesaikan
menggunakan Rational Emotive Behavior Counseling (REBC). Bab 3 adalah
Penutup yang berisi kesimpulan dan saran bagi para calon konselor.
Kepada dosen kami tercinta Ibu Ribut Purwaningrum, S.Pd, M.Pd. yang
mengampu mata kuliah Teori dan Teknik Intervensi Individu, kami ucapkan
terima kasih karena telah membimbing dan mengajarkan salah satu mata kuliah
yang penting untuk kami sebagai calon Sarjana Psikologi. Kepada kelompok 12
terima kasih atas waktu, kerjasama, kekompakan, dan semangat sehingga kita
dapat menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah yang telah kami buat ini bisa bermanfaat serta
menambah wawasan dan pemahaman khususnya mengenai Rational Emotive
Behavior Counseling (REBC).Amin
Malang, Maret 2015
Penulis

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konseling REBT merupakan salah satu diantara pendekatan konseling
yang dipakai dalam praktik konseling individu dan kelompok.Konseling REBT
dikembangkan oleh Albert Ellis sejak tahun 1955.Albert Ellis lahir di Pittsburg,
Pensylvania tahun 1913. Sebagai seorang pakar psikologi klinis, ia memulai
karirnya dibidang konseling perkawinan, keluarga dan seks. Konseling REBT
berawal dari ketidakpuasan Ellis terhadap praktik konseling tradisional yang
dinilai kurang efisien, khususnya ancangan psikoanalitik klasik yang pernah
ditekuninya.Berdasar pada temuan-temuan eksperiman dan klinisnya, Ellis
memperkenalkan pendekatan baru yang lebih praktis yaitu konseling REBT.
Ancangan ini menjadi populer bertepatan dengan dipublikasikannya buku
perdananya Reason And Emotion In Psychotheraphy pada 1962.
Konseling REBT tergolong pada ancanagn konseling yang berorientasi
kognitif dan merupakan salah satu bentuk aktif-direktif yang menyerupai proses
pendidikan (education) dan pengajaran (teaching) dengan mempertahankan
dimansi pikiran dari pada perasaan.Oleh karena itu para konselor dan calon
konselor perlu menguasai keterampilan dan pengetahuan menerapkannya dalam
situasi konseling yang sesuai dengan prinsip-prinsip dasar pendekatan
REBT.Konselor dan calon konselor hendaknya menguasai konsep-konsep dasar,
perkembangan tingkah laku manusia dan kondisi bagi timbulnya pengubahan
serta mampu menerapkannya dalam situasi praktek konseling.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah perkembangan Rational Emotive Behavior Counseling
2.
3.
4.
5.

(REBC)?
Bagaimana Pandangan Behavioral terhadap manusia (human nature),
Jelaskan Manusia bermasalah dan penyebabnya !
Jelaskan Manusia sehat dan pendukungnya!
Apa makna konseling menurut Rational Emotive Behavior Counseling

(REBC) ?
6. Apa tujuan Rational Emotive Behavior Counseling (REBC),
7. Apa fungsi konselor dalam konseling?
8. Apa peran konseli dalam konseling ?

9. Bagaimana situasi hubungan dalam konseling?


10. Bagaimana Langkah dan teknik khusus dalam Rational Emotive Behavior
Counseling (REBC) ?
11. Bagaimana Aplikasi Rational Emotive Behavior Counseling (REBC)?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Sejarah perkembangan Rational Emotive Behavior Counseling
(REBC).
2. Mengetahui Pandangan Behavioral terhadap manusia (human nature).
3. Menjelaskan Manusia bermasalah dan penyebabnya.
4. Menjelaskan Manusia sehat dan pendukungnya.
5. Mengetahui
makna konseling menurut Rational Emotive Behavior
Counseling (REBC) .
6. Mengetahui tujuanRational Emotive Behavior Counseling (REBC)
7. Menegtahui fungsi konselor dalam konseling.
8. Mengetahui peran konseli dalam konseling.
9. Mengetahui situasi hubungan dalam konseling.
10. Mengetahui Langkah dan teknik khusus dalam Rational Emotive Behavior
Counseling (REBC) ?
11. Mengetahui Aplikasi Rational Emotive Behavior Counseling (REBC)?

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Perkembangan
Albert Ellis adalah peletak dasar konseling rasional emotif behavior atau
lebih tepatnya di sebut rasional emotive behavioral therapy ( REBT). Ellis adalah
klinisi yang memulai mengembangkan teorinya sejak 1955.Dia menysun REBT
berdasarkan hasil pengamatannya sejak 1955 bahwa banyak anak yang tidak
mencapai kemajuan karena dia tidak memiliki pemahaman yang tepat dalam
hubungannya dengan peristiwa-peristiwa yang dialami.

Secara filosofis, Ellis dipengaruhi oleh ahli-ahli filsafat terdahulu yang dipelajari.
Filsuf yang sangat berpengaruh diantara Epictetus, yang beranggapan bahwa
what disturbs peoples minds is not events but their judsment on events, yaitu
manusia itu diganggu bukan oleh sesuatu tetapi oleh pandangannya yang
mereka dapatkan dari sesuatu itu. Di kalangan Budha dan Tao ada anggpan
bahwa emosi manusia mula-mula dari pikiran manusia dan untuk mengubah
emosi itu, orang harus mengubah pikirannya ( Gilliland dkk., 1984; Gregg, 1997)
gagasan-gagasan ini selanjutnya oleh Ellis dirumuskan dalam konsep psikoterapi.
Pada mulanya Ellis berambisi menjadi novelis besar di Amerika.Pada
tahun 1934 meraih bachelors degree pada bidang Bussines Administration.
Meraih gelar MA pada Columbia University pada bidang Psikologi Klinis pada
1943 dan empat tahun kemudian gelar doctor diraih di universitas dan bidang
yang sama.
Ellis menulis lebih dari tujuh ratus artikel tentang REBT yang terbesar di
berbagai jurnal. Buku penting yang tulisan antara lain adalah Rational and
Emotion in Psychotherapy, bersama Robert A. Harper menulis A Guide Living,
Inc., (1959), Institude for Rational Emotive Behavioral Therapy (1968) di New
York serta mendirikan jurnal Rastional Living. REBT memiliki berbagai nama,
yaitu Rasional therapy, Rational emotive therapy, Semantic Therapy, Cognitive
behavior therapy dan Rational behavior training. REBT ini dalam teori-teori
konseling dan psikoterapi dikelompokkan sebagai terapi kognitif-behavior.Ellis
berpandangan bahwa REBT merupakan terapi yang sangat komperhensif, yang
menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan emosi, kognisi, dan
perilaku.Dia termasuk ahli terapi yang berseberangan dengan penganut
humanistic.
2.2 Pandangan behavior terhadap manusia
Menurut Behavior Therapy, manusia adalah produk dan produsen
(penghasil) dari lingkungannya. Pandangan ini tidak tergantung pada asumsi
deterministik bahwa manusia adalah produk belaka dari pengkondisian
sosiokultural mereka.Manusia dipandang memiliki potensi untuk berperilaku baik
atau buruk, tepat atau salah.Pendekatan behavior berpandangan bahwa setiap

perilaku

dapat

dipelajari.

Manusia

mampu

melakukan

refleksi

atas

tingkahlakunya sendiri, dan dapat mengatur serta mengontrol perilakunya dan


dapat belajar tingkah laku baru atau dapat mempengaruhi orang lain. Terapi
behavior bertujuan untuk meningkatkan keterampilan masyarakat sehingga
mereka memiliki lebih banyak pilihan untuk merespon.Dengan mengatasi
perilaku melemahkan yang membatasi pilihan, orang lebih bebas untuk memilih
dari kemungkinan yang tidak tersedia sebelumnya.
Selain itu, dalam memandang manusia REBT memiliki sejumlah asumsi
tentang kebahagiaan daan ketidakbahagiaan dalam hubungannya dengan
dinamika pikiran dan perasaan itu ( Ellis, 1994 ). Asumsi tentang hakikat manusia
menurut REBT adalah sebagai berikut :
1. Pada dasarnya individu adalah unik, yang memiliki kecenderungan
untuk berpikir rasional dan irrasional.
2. Reaksi emosional seseorang sebagaian besar disebabkan oleh
evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang disadari maupun tidak disadari oleh
individu.
3. Hambatan psikologis atau emosional adalah akibat dari cara berpikir
yang tidak logis dan irrasional. Emosi menyertai individu yang berpikir dengan
penuh prasangka, sangat personal dan irrasional.
4. Berpikir irrasional diawali dengan belajar secara tidak logis yang
diperoleh dari orangtua dan kultur tempat dibesarkan. Dalam proses
pertumbuhannya, akan terus berpikir dan merasakan dengan pasti tentang dirinya
dan tentang yang lain. ini adalah baik dan yang itu adalah jelek. Pandangan
ini terus membentuk cara pandangnya selanjutnya.
5. Berpikir secara irrasional akan tercermin dari verbalisasi yang
digunakan. Verbalisasi yang tidak logis menunjukkan cara berpikir yang salah
dan verbalisasi yang tepat menunjukkan cara berpikirnyayang tepat. Dalam
kaitannya dengan hal ini, tujuan konseling adalah (1) menunjukkan kepada klien
bahwa verbalisasi diri telah menjadi sumber hambatan emosional (2)
membenarkan bahwa verbalisasi diri adalah tidak logis dan irrasional dan (3)
membenarkan atau meluruskan cara berpikir dengan verbalisasi diri yang lebih

logis dan efisien dan tidak berhubungan dengan emosi negatif dan perilaku
penolakan diri (self-defeating).
6. Perasaan dan berpikir negatif dan penolakan diri harus dilawan dengan
cara berpikir yang rasional dan logis yang dapat diterima menurut akal yang
sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang rasional.
2.3 Manusia bermasalah dan penyebabnya
Perilaku yang salah adalah perilaku yang didasarkan pada cara berpikir yang
irrasional. Albert Ellis (1994) mengemukakan indicator keyakinan yang
irrasioanal yang berlaku secara universal.Indicator-indikator orang yang
berkeyakinan irrasional tersebut sebagai berikut.
1. Pandangan bahwa sesuatu keharusan bagi orang dewasa untuk dicintai
oleh orang lain dari segala sesuatu yang dikerjakan. Seharusnya mereka
menghargai diri sendiri (self-respect), dan mencintai daripada menjadi
objek yang dicintai.
2. Pandangan bahwa tindakan tertentu adalah mengerikan dan jahat, dan
orang yang melakukan tindakan demikian sangat terkutuk. Seharusnya
berpandangan bahwa tindakan tertentu adalah kegagalan diri atau
antisosial, dan orang yang melakukan tindakan demikian adalah
melakukan kebodohan, ketidaktahua, atau neurotic, dan akan lebih baik
jika ditolong untuk berubah.
3. Pandangan bahwa hal yang mengerikan jika terjadi sesuatu yang tidak
diinginkan pada diri kita
4. Pandangan bahwa kesengsaraan (segala masalah) manusia selalu
disebabkan oleh factor eksternal dan kesengsaraan itu menimpa kita
melalui orang lain atau peristiwa.
5. Pandangan jika sesuatu itu berahaya atau menakutkan, kita terganggu dan
tidak akan berakhir dalam memikirkannya.
6. Pandangan bahwa kita lebih mudah menghindari berbagai kesulitan hidup
dan tanggung jawab daripada berusaha untuk menghadapinya

7. Pandangan bahwa kita secara absolut membutuhkan sesuatu dari orang


yanglain atau otau orang asing atau yang lebih besar daripada diri sendiri
sebagai sandaran
8. Pandangan bahwa kita seharusnya kompeten, intelegen, dan mencapai
dalam semua kemungkinan yang mnjadi perhatian kita
9. Pandangan

bahwa

karena

segala

sesuatu

kejadian

sangat

kuat

pengaruhnya terhadap kehidupan kita, hal itu akan mempengaruhi dalam


jangka waktu yang tidak terbatas.
10. Pandangan bahwa kita harus memiki kepastian dan pengendalian yang
sempurna atas sesuatu hal
11. Pandangan bahwa kebahagian manusaia dapat dicapai dengan santai dan
berbuat.
12. Pandangan bahwa kita sebenarnya tiak mengendalikan emosi kita tidak
dapat membantu perasaan yang mengganggu pikiran.
Keyakinan-keyakinan yang irrrasional tersebut menghasilkan reaksi
emosional pada individu.Dalam pandangan Ellis, keyakinan yang rasioanl
berakibat pada perilaku dan reaksi individu yang tepat, sedangkan
keyakinan yang irrasional berakibat pada reaksi emosional dan perilaku
yang salah.
2.4 Manusia sehat dan pendukungnya
a. Tidak kurang dan tidak berlebihan dalam tingkah laku memenuhi
kebutuhan.
b. Dapat merespon stimuls yang ada di lingkungan secara cepat.
c. Mempunyai derajat kepuasan yang tinggi atas tingkah laku ber tingkah
laku dengan tidak mengecewakan diri dan lingkungan.
d. Dapat mengambil keputusan yang tepat atas konflik yang dihadapi.
e. Mempunyai atau dapat mengembangkan reinforce internal disamping
eksternal.
f. Mempunyai self kontrol yang memadai.

2.5 Makna konseling menurut Rational Emotive Behavior Counseling


(REBC)
Konseling rasional emotif dilakukan dengan menggunakan prosedur

yang bervariasi dan sistematis yang secara khusus dimaksudkan untuk


mengubah tingkah laku dalam batas-batas tujuan yang disusun secara
bersama-sama oleh konselor dan klien. Karakteristik Proses Konseling
Rasional-Emotif :
1.Aktif-direktif, artinya bahwa dalam hubungan konseling konselor lebih aktif
membantu mengarahkan klien dalam menghadapi dan memecahkan
masalahnya.
2.

Kognitif-eksperiensial, artinya bahwa hubungan yang dibentuk berfokus


pada aspek kognitif dari klien dan berintikan pemecahan masalah yang
rasional.

3.

Emotif-ekspreriensial, artinya bahwa hubungan konseling yang


dikembangkan juga memfokuskan pada aspek emosi klien dengan
mempelajari sumber-sumber gangguan emosional, sekaligus membongkar
akar-akar keyakinan yang keliru yang mendasari gangguan tersebut.

4.

Behavioristik, artinya bahwa hubungan konseling yang dikembangkan


hendaknya menyentuh dan mendorong terjadinya perubahan tingkah laku
klien.

2.6 Tujuan Rational Emotive Behavior Counseling (REBC)


Tujuan konseling merupakan efek (E) yang diharapkann terjadi setelah
dilakukan intervesi oleh konselor.Karena itu teori REBT tentang kepribadian
dalam formula A-B-C dilengkapi oleh Ellis sebagai teori konseling yaitu, menjadi
A-B-C-D-E (antecedent event, belief, emotional consequenceal, desputing, dan
effect). Efek yang dimaksud adalah keadaan psikologis yang diharapkan terjadi
pada klien setelah mengikuti proses konseling.
Ada tiga tingkatan insight yang perlu dicapai di dalam REBT (dkk., 1984) yaitu :

1. Pemahaman (insight) dicapai ketika klien memahami perilaku penolakan


diri yang dihubungkan pada penyebab sebelumnya tentang peristiwa yang
diterima (antecedaent event) yang lalu dan saat ini.
2. Pemahaman terjadi ketika konselor/ terapis membantu klien untuk
memahami bahwa apa yang mengganggu kllien pada saat ini adalah
karena berkeyakinan yang irrasional terus dipelajari dan yang diperoleh
sebelumnya.
3. Pemahaman dicapai saat konselor membantu klien untuk mencapai
pemahaman ketiga, yaitu tidak ada jalan lain untuk keluar dari hambatan
emosional kecuali dengan mendeteksi dan melawan keyakinan yang
irrasional.
2.7 Fungsi konselor
Konselor disini fungsinya adalah sebagai fasilitator, pembimbing, dan
pendamping klien. Dalam perannya membantu klien mengatasi masalah- masalah
yang sedang dihadapinya, sehingga klien dapat secara sadar dan mandiri
mengembangkan atau meningkatkan potensi-potensi yang dimilikinya.
2.8 Peran konseli
Umumnya, peran klien dalam REBT mirip seorang siswa atau pelajar.
Proses konseling dipandang sebagai suatu proses reedukatif di mana klien belajar
cara menerapkan pikiran logis pada pemecahan masalah.
Pengamalam utama klien adalah mencapai pemahaman emosional atas
sumber-sumber gangguan yang dialaminya.Pada taraf pertama, klien menjadi
sadar bahwa ada anteseden tertentu yang menyebabkan timbulnya irrasional
belief.Taraf kedua, klien mengakui dirinyalah yang sekarang mempertahankan
pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan yang irrasional.Tahap ketiga, klien
berusaha untuk menghadapi secara rasional-emotif, memikirkannya, dan
berusaha menghapus irrational belief dan mengggantinya dengan rational belief.
Klien yang telah memiliki keyakinan rasional terjadi peningkatan dalam
hal : (1) minat kepada diri sendiri, (2) minat sosial, (3) pengarahan diri, (4)

toleransi terhadap pihak lain, (5) fleksibel, (6) menerima ketidakpastian, (7)
komitmen terhadap sesuatu di luar dirinya, (8) penerimaan diri, (9) berani
mengambil risiko, dan (10) menerima kenyataan.

2.9 Situasi hubungan dalam konseling


Karena REBT pada dasarnya adalah proses perilaku kognitif dan direktif,
sebuah hubungan intens antara terapis dan klien tidak diperlukan. Seperti halnya
terapi person centered Rogers, praktisi REBT menerima tanpa syarat semua klien
den juga mengajarkan mereja untukm menerima oranglain tanpa syarat dan diri
mereka sendiri.
Namun, Ellis yakin bahwa terlalu banyak kehangatan dan pemahaman dapat
menjadi kontraproduktif dengan menumpuk rasa ketergantungan persetujuan dari
terapis. Praktisi REBT menerima klien mereka sebagai makhluk tidak sempurna
yang dapat dibantu melalui berbagai teknik mengajar, biblioterapi dan modifikasi
perilaku,. Ellis membangun hubungan dengan kliennya dengan menunjukkan
kepada mereka bahwa ia memiliki iman yang besar dalam kemampuan mereka
untuk merubah diri mereka sendiri dan bahwa ia memiliki alat untuk membantu
mereka melakukan hal ini.
Terapis REBT sering terbuka dan langsung dalam pengungkapan keyakinan diri
dan nilai-nilai. Mereka bersedia untuk berbagi ketidaksempurnaan diri mereka
sebagai cara untuk memperjuangkan gagasan realistis klien. Itu adalah penting
untuk membangun sebanyak mungkin hubungan egaliter, sebagai lawan untuk
menghadirkan diri sebagai sebuah otoritas.

2.10 Langkah dan teknik khusus dalam Rational Emriotive Behavior


Counseling (REBC)
Langkah :
Georgedan christiani ( 1984 ) mengemukakan tahap tahap konseLing REBT
adalah sebagai berikut :

Tahap pertama, proses untuk menunjukkan kepada klien bahwa dirinya


tidak logis, membantu mereka memahami bagaimana dan mengapa menjadi
demikian, dan menunjukkan hubungan gangguan yang irrasional itu dengan
ketidak bahagiaan dan gangguan emmosional yang dialaminya.
Tahap kedua, membantu klien meyakini bahwa berfikir dapat ditantang
dan diubah.Kesediaan klien untuk diekdplorasi secara logis terhadap gagasan
yang dialami oleh klien dan konselor mengarahkan kepada klien untuk
melakukan disputing terhadap keyakinn klien irrasional.
Tahap ketiga, membantu klien lebih mendapatkan ( disputing ) gangguan
yang tidak tepat atau irrasional yang dipertahankan selama ini menuju cara
berfikir yang lebih rasional dengan cara reinduktrinasi yang rasional termasuk
bersikap secara rasional.
Teknik :
Berbagai teknik dapat digunakan dalam konseling melalui pendekatan
REBT.Sejumlah teknik tersebut dapat dikelompokkan pada 3 aspek, yaitu
kognitif, emotif, dan perilaku.Berikut teknik-teknik yang dapat digunakan dalam
konseling REBT (Corey, 2005).
Metode Kognitif
Mempertanyakan keyakinan irrasional
Pekerjaan rumah kognitif
Mengubah gaya berbahasa
Humor

Metode Emotif
Imajinasi rasional-emotif
Bermain peran
Latihan menyerang rasa malu

Penggunaan kekuatan dan ketegaran


Metode Perilaku
Kondisioning operan
Prinsip mengatur diri
Disentisisasi sistemik
Teknik bersantai
Permodelan

2.11 Aplikasi Rational Emotive Behavior Counseling (REBC)


Aplikasi ( Latihan Melawan Rasa Malu )
Terapis
Albert Ellis
Klien
Chana, cemas saat menghadapi ujian. Akhirnya ia menunda-nunda belajarnya dan
tidak mau mengambil beberapa mata kuliah yang penting, karena ia tahu bahwa
mengambilnya berarti menghadapi beberapa ujian selama semester itu. Chana
takut orang-orang akan tahu bahwa hasil ujiannya sangat buruk.
Latihan menyerang rasa malu
Chana memilih latihan meminta selembar uang kertas bernilai satu dolar kepada
orang yang tidak dikenalnya.Ellis menginstruksikan kepada Chana, ketika
meminta uang kepada orang asing, untuk mengatasi perasaan malunya dan
setelah itu memilih untuk tidak membuat dirinya merasa malu.
Selama latihan
Pada awalnya Chana merasa sangat gugup dan lidahnya terkunci rapat saat
mendekati orang asing. Akan tetapi, ia mengingatkan dirinya bahwa ia tidak

membutuhkan persetujuan orang itu dan ketika ia mencoba untuk ketiga kalinya,
ia benar-benar mulai tidak merasa malu. Dan pada kali kelima, ia mulai
menikmati latihannya.
Setelah latihan
Sebagai hasil latihannya, Chana melihat bahwa ia dapat melakukan latihan
menyerang rasa malu dengan orang-orang yang mengenal dirinya di mana ia
berbicara tentang masalah menghadapi ujiannya. Sebagai bagian dari proses ini,
Chana mengembangkan Filosofi Baru yang efektif : Persetan. Saya tidak
membutuhkan persetujuan mereka. Jadi biar saja mereka berpikir semau
mereka!.

Bab 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konseling rasional emotif behavior atau lebih tepatnya di sebut rasional
emotive behavioral therapy ( REBT). Tokoh dari REBT ini adalah Albert

Ellis.Menurut Behavior Therapy, manusia adalah produk dan produsen


(penghasil) dari lingkungannya.Pendekatan behavior berpandangan bahwa setiap
perilaku

dapat

dipelajari.

Manusia

mampu

melakukan

refleksi

atas

tingkahlakunya sendiri, dan dapat mengatur serta mengontrol perilakunya dan


dapat belajar tingkah laku baru atau dapat mempengaruhi orang lain.Perilaku
yang salah adalah perilaku yang didasarkan pada cara berpikir yang irrasional.
Albert Ellis (1994) mengemukakan indicator keyakinan yang irrasioanal yang
berlaku secara universal.Sedangkan manusia yang sehat adalah manusia yang
bisa berfikir secara rasional.
3.2 Saran
Konseling rasional emotif behavior atau lebih tepatnya di sebut rasional
emotive behavioral therapy ( REBT) dapat diterapkan dalam berbagai macam
konseling, termasuk di dalamnya adalah konseling individual, kelompok
encounter maraton, terapi singkat, terapi keluarga, terapi seks, dan situasi kelas.
Konseli yang cocok untuk Konseling rasional emotif behavior atau lebih tepatnya
di sebut rasional emotive behavioral therapy ( REBT) ini adalah konseli yang
mengalami kecemasan, gangguan neurotik, gangguan karakter, gangguan makan,
ketidakmampuan dalam hal hubungan interpersonal, problem perkawinan,
keterampilan dalam pengasuhan, dan disfungsi seksual. Namun semuanya efektif
digunakan apabila tidak terlalu serius gangguan yang dialami oleh konseli.

Daftar Rujukan
Latipun, 2001, Psikologi Konseling, UMM Press: Malang.
Jones, Richard Nelson, 2011, Edisi Keempat, Teori dan Praktik Konseling dan
Terapi, Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai