Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Istilah cardiac arrest dikenal pula dengan istilah lain yaitu kegagalan sistem
jantung paru (cardiopulmonary arrest) atau kegagalan sistemsirkulasi (circulatoryarrest).
Disini terjadi akibat berhentinya secara tiba tiba peredaran darah yang

normal

menyebabkan jantung gagal dalam berkontraksi. Cardiac arrest dibedakan dengan


serangan jantung (heart attact) walaupun seringkali serangan jantung merupakan penyebab
dari cardiac arrest.
Penyebab utama dari cardiac arrest adalah aritmia, yang dicetuskan oleh
beberapa faktor,diantaranya penyakit jantung koroner, stress fisik (perdarahan yang
banyak, sengatan listrik, kekurangan oksigen akibat tersedak, tenggelam ataupunserangan
asma yang berat), kelainan bawaan, perubahan struktur jantung (akibatpenyakit katup atau
otot jantung)dan obat-obatan (seperti salisilat, etanol, alkohol,antidepresan).
Penyebab

lain

cardiac

arrest

adalah

tamponade

jantung

dan

tension

pneumothorax. Sebagai akibat dari henti jantung, peredaran darah akan berhenti.
Berhentinya peredaran darah mencegah aliran oksigen untuk semua organ tubuh.Organorgan tubuh akan mulai berhenti berfungsi akibat tidak adanya suplai oksigen,termasuk
otak.
Hypoxia cerebral atau ketiadaan oksigen ke otak,menyebabkankorban kehilangan
kesadaran dan berhenti bernapas normal .Kerusakanotak mungkinterjadi jika cardiac arrest
tidak ditangani dalam 5 menit dan selanjutnya akanterjadikematian dalam 10 menit. Jika
cardiac arrest dapat dideteksi dan ditangani dengan segera, kerusakan organ yang serius
seperti kerusakan otak, ataupun kematian mungkin bisa dicegah.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Konsep penyakit
Cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba dan mendadak, bisa
terjadi pada seseorang yang memang didiagnosa dengan penyakit jantung ataupun
tidak. Waktu kejadiannya tidak bisa diperkirakan, terjadi dengan sangat cepat begitu
gejala dan tanda tampak (American Heart Association,2010).
Jameson, dkk (2005), menyatakan bahwa cardiac arrest adalah penghentian sirkulasi
normal darah akibat kegagalan jantung untuk berkontraksi secara efektif.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa henti
jantung atau cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara mendadak untuk
mempertahankan sirkulasi normal darah untuk memberi kebutuhan oksigen ke otak dan
organ vital lainnya akibat kegagalan jantung untuk berkontraksi secara efektif.
Henti jantung atau tepatnya henti sirkulasi (Cardiac arrest ) ialah keadaan dengan
sirkuasi yang tidak efektif dari jantung ke seluruh tubuh.hal ini menandakan penderita
dalam keadaan gawat.sekitar 90% henti jantung dasarnya ialah asistole mekanis dan
elektrik komplet,sedangkan 10% lainnya mempunyai mempunyai dasar fibrilasi
ventrikel (ilmu kesehatan anak volume 2).
Henti jantung adalah terhentinya denyut jantung dan peredaran darah secara tiba-tiba
pada seseorang yang tidak apa-apa,merupakan keadaan darurat yang paling gawat,yang
lebih di kenal dengan istilah henti jantung (cardiac arrest).keadaan ini biasanya di ikuti
pula dengan berhentinya fungsi pernafasan dan hilangnya kesadaran serta reflek.(ilmu
kesehatan anak volume 3).

B. Etiologi
1. Terhentinya system pernafasan secara tiba-tiba yang dapat disebabkan karena:
Penyumbatan jalan nafas : aspirasi cairan lambung atau benda asing.
Sekresi air yang terdapat dijalan nafas, seperti pada saat tenggelam, edema paru,
lender yang banyak.
Depresi susunan saraf pusat yang disebabkan karena obat-obatan, racun, arus listrik
tegangan tinggi, hipoksia berat, edema otak.
2. Terhentinya peredaran darah secara tiba-tiba yang disebabkan :
Hipoksia, asidosis, hiperkapnia karena penyakit paru atau karena henti perrnafasan
secara tiba-tiba.
3. Terganggunya fungsi system saraf, yang terjadi sebagai akibat terganggunya system
pernafasan dan peredaran darah.
4. penyakit-penyakit jantung yang menyebabkan henti jantung seperti :
ATEROSKLEROSIS

Aterosklerosis adalah penebalan dinding arteri sebelah dalam karena endapan


plak (lemak, kolesterol dan buangan sel lainnya) sehingga menghambat dan
menyumbat pasokan darah ke sel-sel otot. Aterosklerosis dapat terjadi di seluruh
bagian tubuh. Bila terjadi pada dinding arteri jantung, maka disebut penyakit jantung
koroner (coronary artery disease) atau penyakit jantung iskemik.
Aterosklerosis berlangsung menahun dan menimbulkan banyak gangguan
penyakit. Aterosklerosis dimulai dari adanya lesi dan retakan pada dinding
pembuluh darah, terutama karena adanya tekanan kuat pada pembuluh jantung. Pada
tahap berikutnya, tubuh berusaha memulihkan diri dengan menempatkan zat-zat
lemak ke dalam pembuluh darah untuk menutup keretakan. Lambat laun, karena
proses peretakan dan penutupan yang berulang, zat-zat lemak itu bisa menutup
pembuluh jantung.

INFARK MIOKARD AKUT


Infark miokard adalah kematian otot jantung karena penyumbatan pada arteri
koroner. Otot-otot jantung yang tidak tersuplai darah akan mengalami kerusakan
atau kematian mendadak. Kebanyakan pasien dengan infark miokard akut mencari
pengobatan karena rasa sakit didada. Namun demikian, gambaran klinis bisa
bervariasi dari pasien yang datang untuk melakukan pemeriksaan rutin, sampai pada
pasien yang merasa nyeri di substernal yang hebat dan secara cepat berkembang
menjadi syok dan eadem pulmonal, dan ada pula pasien yang baru saja tampak sehat
lalu tiba-tiba meninggal.
Serangan infark miokard biasanya akut , dengan rasa sakit seperti angina,
tetapi tidak seperti angina yang biasa, maka disini terdapat rasa penekanan yang luar
biasa pada dada atau perasaan akan datangnya kematian. Rasa sakitnya adalah
diffuse dan bersifat mencekam, mencekik, mencengkram atau membor. Paling nyata
didaerah subternal, dari mana menyebar kedua lengan, kerongkongan atau dagu,
atau abdomen sebelah atas.

KARDIOMIOPATI
Kardiomiopati adalah

kerusakan/gangguan

otot

jantung

sehingga

menyebabkan dinding-dinding jantung tidak bergerak sempurna dalam menyedot


dan memompa darah. Penderita kardiomiopati seringkali berisiko terkena aritmia

dan gagal jantung mendadak. Kondisi semacam ini cenderung mulai dengan
gejala ringan, selanjutnya memburuk dengan cepat. Pada keadaan ini terjadi
kerusakan atau gangguan miokardium, sehingga jantung tidak mampu
berkontraksi secara normal. Sebagai kompensasi, otot jantung menebal atau
hipertrofi dan rongga jantung membesar. Bersama dengan proses pembesaran ini,
jaringan ikat berproliferasi dan menginfiltrasi otot jantung. Miosit jantung
(kardiomiosit) mengalami kerusakan dan kematian, akibatnya dapat terjadi gagal
jantung, aritmia dan kematian mendadak. Oleh karena itu kardiomiopati dianggap
sebagai penyebab utama morbiditas dan mortilitas kardiovaskular.

ARITMIA
Arritmia berarti irama jantung tidak normal, yang bisa disebabkan oleh
gangguan rangsang dan penghantaran rangsang jantung ringan maupun berat.
aritmia jantung adalah sekelompok kondisi di mana aktivitas listrik jantung tidak
teratur atau lebih cepat atau lebih lambat dari biasanya.
Bila gejala-gejala itu menyebabkan implantasi alat pacu jantung yang
diperlukan. Atau aritmia yang memerlukan medis risiko yang terkait dengan
mengevaluasi aritmia. Tanda dan gejala aritmia jantung dapat bervariasi dari
asimtomatik sepenuhnya kehilangan kesadaran atau kematian jantung mendadak.
Gejala seperti pusing, rasa pusing, tremor, sesak nafas, nyeri dada, mengambang
atau sangat kuat, dan kekuatan atau extrasystoles menyakitkan sering dilaporkan
dengan berbagai aritmia. Ketukan dihasilkan oleh impuls listrik di atrium (ruang
atas jantung), kemudian ke ventrikel, di mana mereka menghasilkan kontraksi otot
yang kuat yang memompa darah.

FIBRILASI ATRIAL
Fibrilasi atrial adalah gangguan ritme listik jantung yang mengganggu atrial.
Gangguan impuls listrik ini menyebabkan kontraksi otot jantung tidak beraturan
dan memompa darah secara tidak efisien. Akibatnya, atrium jantung tidak
sepenuhnya mengosongkan darah menuju ke serambi (ventrikel). Fibrilasi atrial
biasanya

terkait

dengan

banyak

gangguan

jantung

lainnya,

termasuk

kardiomiopati, koroner, hipertropi ventrikel, dll. Hipertiroid dan keracunan


alkohol juga bisa menyebabkan fibrilasi atrial.

INFLAMASI JANTUNG

Inflamasi jantung dapat terjadi pada dinding jantung (miokarditis), selaput


yang menyelimuti jantung (perikarditis), atau bagian dalam (endokarditis).
Inflamasi jantung dapat disebabkan oleh racun maupun infeksi.
Miokarditis akut adalah proses inflamasi di miokardium. Jantung merupakan
organ otot, jadi, efisiensinya tergantung padasehatnya tiap serabut otot. Bila
serabut otot sehat, jantung dapat berfungsi dengan baik meskipun ada cedera
katup yang berat; bilaserabut otot rusak, maka hidup dapat terancam
Endokarditis adalah Terjadinya endokarditis rematik disebabkan langsungoleh demam
rematik, suatu penyakit sistemik yang disebabkan oleh infeksi streptokokus
grup

A.

Demam

rematik

mempengaruhi

semua

persendian,

menyebabkan poliartritis. Jantung juga merupakan organ sasaran dan merupakan


bagianyang kerusakannya paling serius.
Perikarditis mengacu pada inflamasi pada perikardium, kantong membran yang
membungkus jantung. Bisa merupakanpenyakit primer, atau dapat
terjadi sesuai perjalanan berbagaipenyakit medis dan bedah.

PENYAKIT JANTUNG REMATIK


Penyakit jantung rematik adalah kerusakan pada katup jantung karena demam
rematik, yang disebabkan oleh bakteri streptokokus. Penyakit jantung reumatik
(PJR) merupakan komplikasi yang membahayakan dari demam reumatik.
Katup-katup jantung tersebut rusak karena proses perjalananpenyakit
yang dimulai dengan infeksi tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri
Streptococcus hemoliticus tipe A yang bisa menyebabkan demam reumatik.

KELAINAN KATUP JANTUNG


Katup jantung berfungsi mengendalikan arah aliran darah dalam jantung.
Kelainan katup jantung yang dapat mengganggu aliran tersebut, antara lain karena
pengecilan (stenosis), kebocoran (regurgiasi), atau tidak menutup sempurna
(prolapsis). Kelainan katup dapat terjadi sebagai bawaan lahir maupun karena

infeksi dan efek samping pengobatan.


5. Patofisiologi
Henti jantung terjadi bila jantung tiba-tiba berhenti berdenyut, akibat terjadinya
penghentian sirkulasi efektif. Semua kerja jantung berhenti atau terjadi kedutan otot
yang tidak seirama ( fibrasi ventrikel ).
Terjadi kehilangan kesadaran mendadak, tidak ada denyutan dan bunyi jantung tidak
terdengar. Pupil mata mulai berdilatasi dalam 45 detik. Bias atau tidak terjadi kejang.

Terdapat interval waktu sekitar 4 menit antara berhentinya sirkulasi dengan terjadinya
kerusakan otak menetap. Intervalnya dpat bervariasi tergantung usia pasien.
6. Manifestasi klinis
- Kehilangan kesadaran mendadak.
- Tidak adanya denyut karotis dan femoralis.
- Henti nafas segera timbul setelahnya.
7. Masalah ABC pada klien dengan henti jantung :
Airway :
Terjadi relaksasi dari otot-otot termasuk otot-otot di dalam mulut. Akibatnya
lidah bisa saja jatuh ke bagian belakang dari tenggorokan dan akan menutupi
jalan napas sehingga korban tidak bisa bernapas
Breathing :
Terjadi hipoksia jaringan karena tidak adanya sirkulasi darah yang
mengangkut oksigen.
Circulation :
Jantung tidak dapat memompakan darah ke seluruh tubuh sehingga aliran
darah sistemik berhenti. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan organ karena
suplai darah ke seluruh organ tubuh berhenti atau tidak tercapai.
8. penatalaksanaan
Bantuan Hidup Dasar
Seseorang yang mengalami henti napas ataupun henti jantung belum tentu ia mengalami
kematian, mereka masih dapat ditolong. Dengan melakukan tindakan pertolongan
pertama, seseorang yang henti napas dan henti jantung dapat dipulihkan kembali.
Tindakan pertolongan pertama yang dilakukan untuk memulihkan kembali seseorang
yang mengalami henti napas dan henti jantung disebut bantuan hidup dasar.
Pada dasarnya gangguan salah satu system akan mengganggu system yang lannya.
Sebaga contohadalah saluran nafas tidak terbuka dengan baik dan dapat menimbulkan
gagal nafas yang diikuti dengan henti jantung. Bagi penderita penolong harus memeriksa
system pernapasan dan system sirkulasi berfungsi dengan baik atau setidak-tidaknya
mampu mempertahankan kehidupan sebelum memperoleh pertolongan yang lebih lanjut.
Bagaimana Gangguan Napas Terjadi
Berkurangnya oksigen di dalam tubuh kita akan memberikan suatu keadaan yang disebut
hipoksia. Hipoksia ini dikenal dengan istilah sesak napas. Frekuensi napas pada keadaan
sesak napas lebih cepat daripada keadaan normal. Oleh karena itu, bila sesak napas ini

berlangsung lama maka akan memberikan kelelahan pada otot-otot pernapasan. Kelelahan
otot-otot napas akan mengakibatkan terjadinya penumpukan sisa-sisa pembakaran berupa
gas CO2. Gas CO2 yang tinggi ini akan mempengaruhi susunan saraf pusat dengan
menekan pusat napas yang ada di sana. Keadaan ini dikenal dengan istilah henti napas.
Otot jantung juga membutuhkan oksigen untuk berkontraksi agar darah dapat dipompa
keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Dengan berhentinya napas maka oksigen tidak ada
sama sekali di dalam tubuh sehingga jantung tidak dapat berkontraksi dan akibatnya
terjadi keadaan yang disebut henti jantung.

Penyebab Henti Napas dan Henti Jantung


Penyebab henti napas dan henti jantung ini sangat banyak. Setiap peristiwa atau penyakit
apapun yang menyebabkan berkurangnya oksigen dalam tubuh dapat menimbulkan
keadaan henti napas dan henti jantung. Penyakit dan keadaan yang dapat menyebabkan
henti napas dan henti jantung antara lain:
1. Penyakit paru-paru, seperti radang paru, TBC, asma, dan bronchitis.
2. Penyakit jantung, seperti jantung koroner, jantung bawaan, dan penyakit jantung
lainnya.
3. Kecelakaan lalu lintas yang mengenai rongga dada.
4. Penyakit-penyakit yang mngenai susunan saraf.
5. Sumbatan jalan napas oleh benda asing, misal: tersedak.

Cara Mengatasi Henti Napas dan Henti Jantung


Bila di sekitar Anda ada orang atau bahkan balita Anda sendiri mengalami kecelakaan
yang mengakibatkan gangguan pernapasan, apa yang harus Anda lakukan Ada tiga hal
penting yang harus diperhatikan oleh seorang penolong korban henti napas dan henti
jantung dalam melakukan tindakan-tindakan bantuan hidup dasar.
1. Jalan napas korban harus dalam keadaan terbuka. Tujuannya agar oksigen bisa masuk
ke tubuh korban.
2. Pernapasan harus berlangsung terus sampai bantuan tenaga kesehatan datang. Hal ini
dimaksudkan agar oksigen masuk ke dalam aliran peredaran darah paru-paru.
3. Darah harus mengalir ke seluruh tubuh supaya oksigen dapat dibawa oleh darah ke
semua organ-organ tubuh terutama otak.

Sebelum melakukan langkah-langkah bantuan hidup dasar ini, penolong harus


menentukan kesadaran dari korban terlebih dahulu. Cara menentukan kesadaran
seseorang korban adalah dengan menilai respon korban terhadap sentuhan atau
panggilan dari penolong. Langkah-langkah bantuan hidup dasar terdiri dari tiga tahap:

Memeriksa Jalan Napas


Pada korban yang tidak sadar akan terjadi relaksasi dari otot-otot termasuk otot-otot di
dalam mulut. Akibatnya lidah akan jatuh ke bagian belakang dari tenggorokan dan
akan menutupi jalan napas. Akibatnya, korban tidak dapat bernapas. Penutupan jalan
napas ini juga dapat disebabkan oleh gigi palsu, sisa-sisa muntahan, atau benda asing
lainnya.
Di sini penolong memeriksa apakah korban masih bernapas atau tidak. Bila tidak
bernapas akibat adanya sumbatan maka penolong harus membersihkan jalan napas ini
agar menjadi terbuka.
1. Korban dibaringkan terlentang.
2. Penolong berlutut di samping korban sebelah kanan pada posisi sejajar
dengan bahu.
3. Letakkan tangan kiri penolong di atas dahi korban dan tekan kearah
bawah dan tangan kanan penolong mengangkat dagu korban ke atas.
Tindakan ini akan membuat lidah tertarik ke depan dan jalan napas
terbuka serta akan membentuk satu garis lurus sehingga oksigen
mudah masuk.
Dekatkan wajah Anda ke wajah korban, dengar serta rasakanv
hembusan napas korban sambil melihat ke arah dada korban apakah
ada gerakan dada atau tidak. Bila korban masih bernapas maka:
Baringkan korban di tempat yang aman dan nyaman
Jangan dikerumuni
Berikan posisi berbaring yang senyaman mungkin bagi korban

4. Bila Anda tidak dapat mendengar dan tidak merasakan napas korban
serta tidak adanya gerakan dada, maka ini menunjukkan bahwa korban
tidak bernapas. Setelah itu lakukan langkah kedua.

Melakukan Pernapasan Buatan


Ada dua macam pernapasan buatan, yaitu:
a. Pernapasan buatan dari mulut ke mulut
i. Korban dalam posisi terlentang dengan kepala seperti pada langkah pertama,
yaitu kepala mendongak.
ii. Tangan kiri penolong menutup hidung korban dengan cara memijitnya dengan
jari telunjuk dan ibu jari, tangan kanan penolong menarik dagu korban ke atas.
iii. Penolong menarik napas dalam-dalam, kemudian letakkan mulut penolong ke
atas mulut korban sampai menutupi seluruh mulut korban jangan sampai ada
kebocoran, kemudian tiupkan napas penolong ke dalam mulut korban secara
pelan-pelan sambil memperhatikan adanya gerakan dada korban sebagai akibat
dari tiupan napas penolong. Gerakan ini menunjukkan bahwa udara yang
ditiupkan oleh penolong itu masuk ke dalam paru-paru korban, dan ini juga
berarti oksigen telah masuk ke dalam paru-paru korban.
iv. Setelah itu angkat mulut penolong dan lepaskan jari penolong dari hidung
korban. Hal ini untuk memberi kesempatan pada dada korban kembali ke posisi
semua sebelum pernapasan buatan berikutnya diberikan.
b. Pernapasan buatan dari mulut ke hidung
i. Sama dengan cara dari mulut ke mulut, hanya bedanya penolong meniup
napasnya melalui hidung korban. Mulut korban harus menutupi seluruh
hidung korban, sementara meniup napas, mulut korban dalam keadaan
tertutup.

ii. Setelah melakukan langkah ke-2 ini, penolong memeriksa denyut nadi
korban melalui denyut nadi yang ada di sebelah kanan dan kiri leher
korban. Caranya:
1. Tentukan garis tengah leher yang melewati adams apple (jakun)
Geser jari penolong ke kiri atau ke kanan sejauh 2 jari. Di situlah
tempat meraba denyut nadi leher.
2. Raba denyut nadi leher tersebut dengan menggunakan 2 jari (jari
telunjuk dan jari tengah) Apabila tidak teraba denyut nadi, ini
menandakan bahwa jantung korban tidak berdenyut, maka lanjutkan ke
langkah 3.
3. Membuat peredaran darah buatan Tujuan dari langkah ke-3 ini adalah
untuk membuat suatu aliran darah buatan yang dapat menggantikan
fungsi jantung sehingga oksigen yang diberikan dapat sampai ke
organ-organ yang membutuhkan. Adapun mekanismenya sebagai
berikut:
Bila dilakukan penekanan pada tulang dada di atasv jantung maka
darah akan terdorong keluar dari jantung masuk ke jaringan tubuh.

Bila penekanan tersebut dilepaskan maka darah akan terisap kembali ke


jantung.

Mekanisme ini sama dengan cara kerja dari jantung saat jantung memompa
darah.

Cara membuat peredaran darah buatan

Untuk menentukan letak dari tempat penekanan adalah dengan menelusuri tulang
rusuk korban yang paling bawah dari kiri dan kanan yang akan bertemu di garis
tengah, dari titik pertemuan itu naik 2 jari kemudian letakkan telapak tangan
penolong di atas 2 jari tersebut.

Tangan penolong satunya diletakkan di atas dari telapak tangan di atas 2 jari tadi.

Lakukan penekanan sedalam kira-kira 1/3 dari tingginya rongga dada korban dari
atas korban, biasanya antara 3-5 cm.

Harus diingat, pada saat melakukan penekanan, siku penolong tidak boleh
ditekuk.

Bantuan hidup dasar ini dapat dilakukan oleh satu orang atau bisa juga dilakukan oleh
dua orang penolong. Bila hanya satu orang penolong maka kombinasi antara
pernapasan buatan dan peredaran darah buatan dilakukan dengan frekuensi 15:2.
Artinya 15 kali penekanan dada diberikan 2 kali pernapasan buatan. Bila ada dua orang
penolong maka diberikan dengan frekuensi 5:1, yang artinya setiap 5 kali penekanan
dada diberikan 1 kali pernapasan buatan. Bantuan hidup dasar ini diberikan oleh
penolong sampai tenaga kesehatan datang. (Sumber : Buku Mengatasi Gangguan
Pernafasan Kasus Henti Jantung dan Paru, Karangan : dr. Fina Jusuf)

Algoritma Bantuan Hidup Dasar


Jika menemukan seseorang (selanjutnya disebut penderita) dalam keadaan tidak sadar,
lakukan :

Perhatikan keadaan sekitar. Perhatikan dahulu keselamatan diri anda sebelum


menolong orang lain.

Periksa apakah penderita tersebut tidak responsif, lakukan dengan mengguncangkan


tubuhnya atau panggil dengan nama sapaan.

Mintalah bantuan

Jika penderita tidak responsif, lakukan :

Mulailah ABC, yaitu :


A, Airway. Yang pertama harus dinilai adalah kelancaran jalan napas. Ini meliputi
pemeriksaan adanya sumbatan jalan napas yang dapat disebabkan benda asing,
fraktur tulang wajah, fraktur rahang bawah atau rahang atas, fraktur batang
tenggorok. Usaha untuk membebaskan airway harus melindungi tulang leher. Dalam
hal ini dapat dilakukan chin lift atau jaw thrust. Pada penderita yang dapat berbicara,
dapat dianggap jalan napas bersih, walaupun demikian penilaian ulang terhadap
airway harus tetap dilakukan.keadaan jalan nafas dapat ditentukan bla pasien sadar,
respond an dapat berbicara dengan penolong. Setelah memastikan jalan nafas terbuka
maka jalan nafas harus di perikasa.jalan nafas yang terbuka dengan baik dan bersih
sangat dperlukan untuk pernafasan yang adekuat,
Caranya :
1. Berlututlah didekat pasien atau penderita
2. Silangkan bu jari dan telunjuk penolong
3. Letakkan pada gigi seri bawah penderita dan telunjuk pada gigi seri atas
4.

Lakukan gerakan seperti menggunting untuk membuka mulut penderita.

5. Periksa mulut setelah terbuka apakah ada cairan atau tidak,benda


padat,termasuk patahan gigi atau ggi palsu yang terlepas yang mungkin dapat
menyumbat jalan nafas.

6. Terakhir dengarkan suara nafas tambahan yang merupakan petunjuk adanya


sumbatan misalnya : menggorok,kumur,suara frekuensi tnggi.
B, Breathing. Airway yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Pertukaran gas
yang terjadi pada saat bernapas mutlak untuk pertukaran oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida dari tubuh. Ventilasi yang baik meliputi fungsi yang baik dari paru,
dinding dada, dan diafragma. Setiap komponen ini harus dievaluasi dengan cepat.
Periksa breathing dengan cara Lihat, Dengar, dan Rasakan.
Frekuensi Pemberian Nafas Buatan:
Dewasa

: 10-12 * Pernafasan/menit,masng-masing 1,5 2 detik.

Anak (1-8 Th) : 20 * pernafasan / menit.masing-masing 1- 1,5 detik


Bayi (0-1 Tsh) :lebih dari 20* pernafasan / menit masng-masing 1- 1,5 detik
Bayi baru lahir : 40 * pernafasan / menit,masing-masng 1- 1,5 detik.
C, Circulatory, tindakan paling penting pada bantuan sirkulasi adalah pijatan jantung
luar. Pijatan jantung luar dapat dilakukan mengingat sebagian besar jantung terletak
diantara tulang dada dan tulang panggung, sehingga penekanan dar luar dapat
menyebabkan terjadinya efek pemompa pada jantung yang di nilai cukup untuk
mengatur peredaran darah minimal pada keadaan yang klinis.
Penekanan dilakukan pada garis tengah tulang dada 2 jar diatas pertemuan
lengkungan iga kiri dan kanan.kedalaman penekanan disesuaikan dengan kelompok
usia penderita.
-dewasa

: 4-5 cm

-anak dan bayi : 3-4 cm


- bayi

:1,5 2,5 cm

Jika penderita bernapas :

1. Jika pernapasannya optimal dengan frekuensi normal, tempatkan penderita pada


posisi pemulihan.
2. Jika pernapasannya tidak optimal dan frekuensinya lebih cepat atau lebih
lambat dari normal, lakukan tiupan napas dengan 1 tiupan setiap 5 detik.
3. Periksa denyut nadi pada daerah samping leher, tiap 30 sampai 60 detik.
Jika penderita tidak bernapas :
1.

Lakukan pernapasan dari mulut ke mulut (mouth to mouth) atau dari mulut ke
hidung (mouth to nose), dengan tiupan napas perlahan. Lakukan 2 detik per tiupan
napas.

2. Periksa C (Circulation), dengan cek denyut nadi.


Penderita dengan sirkulasi :
1. Mulai lakukan pernapasan buatan, 1 tiupan napas tiap 5 detik.
2. Monitor terus denyut nadi tiap 30 sampai 60 detik.
Penderita tanpa sirkulasi :
1.

Mulailah kompresi dada

2.

Kombinasikan kompresi dan pernapasan buatan (disebut resusitasi jantung paru)

3.

Lakukan dengan 15 kompresi dan 2 tiupan napas.

Lakukan terus kompresi dan pernapasan buatan sampai ditemukan adanya denyut nadi
dan pernapasan spontan dari penderita.
1. Anda merasa lelah.
Bantuan dari petugas kesehatan datang.

MENURUT MEDICINESIA YANG DIKUTIP DARI JURNAL


Situasi di luar rumah sakit: Pada saat melihat korban tidak sadarkan diri, pastikan bahwa
korban tidak sadar seperti dengan mengguncang-guncang bahu dan memanggil namanya
(atau dengan panggilan umum seperti pak, bu, mas, dsb). Panggil pertolongan sesegera
mungkin bahwa ada korban tidak sadarkan diri. Amankan lingkungan sekitar, jangan sampai
penolong dan korban justru mengalami bahaya lain, misalnya korban tidak sadar di tengah
jalan sehingga ada bahaya dari kendaraan yang lewat. Cek pulsasi karotis. Jika tidak ada nadi
teraba, segera lakukan kompresi dada. Minta bantuan pada orang di sekitar untuk meminta
pertolongan medis (menelepon ambulans atau RS). RJP dilakukan hingga ada orang yang
lebih kompeten atau ambulans datang.
Jika henti jantung terjadi di rumah sakit, segera setelah memulai RJP, korban diberikan
oksigen dan dipasang monitor. Defibrilator segera disiapkan. Setelah monitor siap, lakukan
pemeriksaan ritme jantung untuk memastikan apakah dapat dilakukan shock dengan
defibrilator atau tidak. Jika tidak dapat dishock, yaitu ritme listrik jantung PEA atau asistol,
RJP dilanjutkan kembali selama dua menit. Sembari melakukan RJP, jika belum dipasang,
akses intravena dipasang. Pertimbangkan juga untuk melakukan pemasangan advanced
airway (endotracheal tube atau supraglotic airway). Setelah dua menit RJP, lakukan kembali
pengecekan ritme yang ditampilkan pada monitor. Jika tidak dapat dishock, RJP dilanjutkan.
Suntik epinefrin diberikan setiap 3-5 menit. Dosis pemberian epinefrin adalah 1 mg. Namun,
untuk mempermudahnya, pemberian epinefrin dapat diberikan setiap 4 menit, yaitu tiap kali
dua sesi RJP dilakukan. Tatalaksana pada kasus yang tidak dapat dishock memang hanya RJP
yang berkualitas ditambah dengan pemberian epinefrin. Jadi, siklus itu terus dilanjutkan
sampai pasien ROSC atau memenuhi kriteria untuk tidak melanjutkan resusitasi. Jika tidak
ada, epinefrin dapat diganti dengan vasopresin 40 unit. Sembari melakukan upaya resusitasi,
penyebab dari henti jantung juga perlu dicari dan ditangani.

Pada kondisi ritme yang dapat dishock, yaitu VT atau VF, segera lakukan shock dengan
defibrilator. Alat defibrilator memiliki dua macam jenis, yaitu bifasik dan monofasik. Pada
bifasik, dosis energi yang digunakan sesuai dengan rekomendasi pembuat alat,misalnya dosis
inisial 120-200 J. Jika tidak diketahui, gunakan energi maksimal yang mungkin. Jika alat
monofasik, dosis yang digunakan adalah 360 J.
Setelah melakukan shock dengan defibrilator, RJP dilanjutkan selama dua menit, sembari
melakukan pemasangan akses intravena. Setelah dua menit, lakukan kembali pemeriksaan
ritme jantung. Jika masih VT/VF, shock dengan defibrilator kembali dilakukan. Epinefrin 1
mg diberikan setiap 3-5 menit sebagaimana pada kasus PEA atau asistol. Tiap kali shock
dengan defibrilator selesai dilakukan, RJP dilanjutkan selama dua menit. Setelah tiga kali
shock dengan defibrilator dilakukan korban belum ROSC, pemberian amiodarone dapat
dilakukan dengan dosis 300 mg, bolus. Siklus tetap dilanjutkan sampai pasien ROSC. Setelah
2 kali shock lagi setelah pemberian amiodarone pertama, amiodarone dosis kedua dapat
diberikan sebesar 150 mg, bolus. Pemberian amiodarone hanya dilakukan sebanyak dua kali
itu saja. Jika tidak ada amiodarone, lidokain dapat menjadi penggantinya. Dosis inisial adalah
1-1,5 mg/kgBB IV. Jika masih VF atau pulseless VT, dapat ditambahkan dosis 0.5-0.75
mg/kgBB IV dengan interval pemberian 5-10 menit hingga dosis maksimal 3 mg/kgBB.
Shock hanya dilakukan tiap kali monitor menunjukan gambaran VT atau VF. Jika ritme
berubah menjadi PEA atau asistol, hanya RJP dan pemberian epinefrin saja yang dilakukan.
Jika epinefrin, vasopresin dan lidokain tidak dapat diberikan secara intravena karena
aksesnya tidak bisa didapatkan, pemberian dapat dilakukan melalui endotracheal tube. Dosis
optimal pemberian obat melalui ETT belum diketahui secara pasti, tetapi dosis yang
diberikan biasanya adalah 2-2,5 kali pemberian melalui IV. Obat terlebih dahulu dilarutkan
dalam air steril atau normal saline 5-10 cc.

MENURUT SEPTRIAN 2013


PertolonganPertama pada Gawat Darurat (PPGD)

Prinsip Utama
Prinsip Utama PPGD adalah menyelamatkan pasien dari kematian pada kondisi gawat
darurat. Kemudian filosofi dalam PPGD adalah Time Saving is Life Saving, dalam artian
bahwa seluruh tindakan yang dilakukan pada saat kondisi gawat darurat haruslah benarbenar efektif dan efisien, karena pada kondisi tersebut pasien dapat kehilangan nyawa dalam
hitungan menit saja ( henti nafas selama 2-3 menit dapat mengakibatkan kematian)
Langkah-langkah Dasar
Langkah-langkah dasar dalam PPGD dikenal dengan singkatan A-B-C-D ( Airway Breathing Circulation Disability ). Keempat poin tersebut adalah poin-poin yang harus
sangat diperhatikan dalam penanggulangan pasien dalam kondisi gawat darurat
Algortima Dasar PPGD
1. Ada pasien tidak sadar
2. Pastikan kondisi tempat pertolongan aman bagi pasien dan penolong
3. Beritahukan kepada lingkungan kalau anda akan berusaha menolong
4. Cek kesadaran pasien
a. Lakukan dengan metode AVPU
b. A > Alert : Korban sadar jika tidak sadar lanjut ke poin V
c. V > Verbal : Cobalah memanggil-manggil korban dengan berbicara keras di telinga korban (
pada tahap ini jangan sertakan dengan menggoyang atau menyentuh pasien ), jika tidak
merespon lanjut ke P
d. P > Pain : Cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang paling mudah adalah menekan
bagian putih dari kuku tangan (di pangkal kuku), selain itu dapat juga dengan menekan
bagian tengah tulang dada (sternum) dan juga areal diatas mata (supra orbital)
e. U > Unresponsive : Setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien masih tidak bereaksi maka
pasien berada dalam keadaan unresponsive
5. Call for Help, mintalah bantuan kepada masyarakat di sekitar untuk menelpon ambulans
dengan memberitahukan :
a.

Jumlah korban

b.

Kesadaran korban (sadar atau tidak sadar)

c.

Perkiraan usia dan jenis kelamin ( ex: lelaki muda atau ibu tua)

d.

Tempat terjadi kegawatan ( alamat yang lengkap)

6. Bebaskan lah korban dari pakaian di daerah dada ( buka kancing baju bagian atas agar dada
terlihat)
7. Posisikan diri di sebelah korban, usahakan posisi kaki yang mendekati kepala sejajar dengan
bahu pasien
8. Cek apakah ada tanda-tanda berikut :
a. Luka-luka dari bagian bawah bahu ke atas (supra clavicula)
b. Pasien mengalami tumbukan di berbagai tempat (misal : terjatuh dari sepeda motor)
c. Berdasarkan saksi pasien mengalami cedera di tulang belakang bagian leher
9. Tanda-tanda tersebut adalah tanda-tanda kemungkinan terjadinya cedera pada tulang
belakang bagian leher (cervical), cedera pada bagian ini sangat berbahaya karena disini
tedapat syaraf-syaraf yg mengatur fungsi vital manusia (bernapas, denyut jantung)
a. Jika tidak ada tanda-tanda tersebut maka lakukanlah Head Tilt and Chin Lift.
Chin lift dilakukan dengan cara menggunakan dua jari lalu mengangkat tulang dagu (bagian
dagu yang keras) ke atas. Ini disertai dengan melakukan Head tilt yaitu menahan kepala dan
mempertahankan posisi seperti figure berikut. Ini dilakukan untuk membebaskan jalan napas
korban.
b. Jika ada tanda-tanda tersebut, maka beralihlah ke bagian atas pasien, jepit kepala pasien
dengan paha, usahakan agar kepalanya tidak bergerak-gerak lagi (imobilisasi) dan lakukanlah
Jaw Thrust Gerakan ini dilakukan untuk menghindari adanya cedera lebih lanjut pada tulang
belakang bagian leher pasien.
10. Sambil melakukan a atau b di atas, lakukan lah pemeriksaan kondisi Airway (jalan napas) dan
Breathing (Pernapasan) pasien.
11. Metode pengecekan menggunakan metode Look, Listen, and Feel
Look : Lihat apakah ada gerakan dada (gerakan bernapas), apakah gerakan tersebut simetris ?
Listen : Dengarkan apakah ada suara nafas normal, dan apakah ada suara nafas tambahan
yang abnormal (bisa timbul karena ada hambatan sebagian)
Jenis-jenis suara nafas tambahan karena hambatan sebagian jalan nafas :
a. Snoring : suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya kebuntuan jalan napas bagian
atas oleh benda padat, jika terdengar suara ini maka lakukanlah pengecekan langsung dengan
cara cross-finger untuk membuka mulut (menggunakan 2 jari, yaitu ibu jari dan jari telunjuk
tangan yang digunakan untuk chin lift tadi, ibu jari mendorong rahang atas ke atas, telunjuk
menekan rahang bawah ke bawah). Lihatlah apakah ada benda yang menyangkut di
tenggorokan korban (eg: gigi palsu dll). Pindahkan benda tersebut

b. Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada kebuntuan yang disebabkan
oleh cairan (eg: darah), maka lakukanlah cross-finger(seperti di atas), lalu lakukanlah fingersweep (sesuai namanya, menggunakan 2 jari yang sudah dibalut dengan kain untuk
menyapu rongga mulut dari cairan-cairan).
c. Crowing : suara dengan nada tinggi, biasanya disebakan karena pembengkakan (edema) pada
trakea, untuk pertolongan pertama tetap lakukan maneuver head tilt and chin lift atau jaw
thrust saja. Jika suara napas tidak terdengar karena ada hambatan total pada jalan napas, maka
dapat dilakukan :
1.

Back Blow sebanyak 5 kali, yaitu dengan memukul menggunakan telapak tangan

daerah diantara tulang scapula di punggung


2.

Heimlich Maneuver, dengan cara memposisikan diri seperti gambar, lalu menarik

tangan ke arah belakang atas.


3.

Chest Thrust, dilakukan pada ibu hamil, bayi atau obesitas dengan cara

memposisikan diri seperti gambar lalu mendorong tangan kearah dalam atas.
Feel : Rasakan dengan pipi pemeriksa apakah ada hawa napas dari korban ?
12. Jika ternyata pasien masih bernafas, maka hitunglah berapa frekuensi pernapasan pasien itu
dalam 1 menit (Pernapasan normal adalah 12 -20 kali permenit)
13. Jika frekuensi nafas normal, pantau terus kondisi pasien dengan tetap melakukan Look Listen
and Feel
14. Jika frekuensi nafas <>
15. Jika pasien mengalami henti nafas berikan nafas buatan (detail tentang nafas buatan dibawah)
16. Setelah diberikan nafas buatan maka lakukanlah pengecekan nadi carotis yang terletak di
leher (ceklah dengan 2 jari, letakkan jari di tonjolan di tengah tenggorokan, lalu gerakkan lah
jari ke samping, sampai terhambat oleh otot leher (sternocleidomastoideus), rasakanlah
denyut nadi carotis selama 10 detik.
17. Jika tidak ada denyut nadi maka lakukanlah Pijat Jantung(figure D dan E , figure F pada
bayi), diikuti dengan nafas buatan(figure A,B dan C),ulang sampai 6 kali siklus pijat jantungnapas buatan, yang diakhiri dengan pijat jantung
18. Cek lagi nadi karotis (dengan metode seperti diatas) selama 10 detik, jika teraba lakukan
Look Listen and Feel (kembali ke poin 11) lagi. jika tidak teraba ulangi poin nomer 17.
19. Pijat jantung dan nafas buatan dihentikan jika
a. Penolong kelelahan dan sudah tidak kuat lagi
b. Pasien sudah menunjukkan tanda-tanda kematian (kaku mayat)
c. Bantuan sudah datang

d. Teraba denyut nadi karotis


20. Setelah berhasil mengamankan kondisi diatas periksalah tanda-tanda shock pada pasien :
a. Denyut nadi >100 kali per menit
b. Telapak tangan basah dingin dan pucat
c. Capilarry Refill Time > 2 detik ( CRT dapat diperiksa dengan cara menekan ujung kuku
pasien dg kuku pemeriksa selama 5 detik, lalu lepaskan, cek berapa lama waktu yg
dibutuhkan agar warna ujung kuku merah lagi)
21. Jika pasien shock, lakukan Shock Position pada pasien, yaitu dengan mengangkat kaki pasien
setinggi 45 derajat dengan harapan sirkulasi darah akan lebih banyak ke jantung
22. Pertahankan posisi shock sampai bantuan datang atau tanda-tanda shock menghilang
23. Jika ada pendarahan pada pasien, coba lah hentikan perdarahan dengan cara menekan atau
membebat luka (membebat jangan terlalu erat karena dapat mengakibatkan jaringan yg
dibebat mati)
24. Setelah kondisi pasien stabil, tetap monitor selalu kondisi pasien dengan Look Listen and
Feel, karena pasien sewaktu-waktu dapat memburuk secara tiba-tiba.
Nafas Bantuan
Nafas Bantuan adalah nafas yang diberikan kepada pasien untuk menormalkan frekuensi
nafas pasien yang di bawah normal. Misal frekuensi napas : 6 kali per menit, maka harus
diberi nafas bantuan di sela setiap nafas spontan dia sehingga total nafas permenitnya
menjadi normal (12 kali).
Prosedurnya :
1. Posisikan diri di samping pasien
2. Jangan lakukan pernapasan mouth to mouth langsung, tapi gunakan lah kain sebagai
pembatas antara mulut anda dan pasien untuk mencegah penularan penyakit2
3. Sambil tetap melakukan chin lift, gunakan tangan yg tadi digunakan untuk head tilt untuk
menutup hidung pasien (agar udara yg diberikan tidak terbuang lewat hidung).
4. Mata memperhatikan dada pasien
5. Tutupilah seluruh mulut korban dengan mulut penolong
6. Hembuskanlah nafas satu kali ( tanda jika nafas yg diberikan masuk adalah dada pasien
mengembang)
7. Lepaskan penutup hidung dan jauhkan mulut sesaat untuk membiarkan pasien
menghembuskan nafas keluar (ekspirasi)
8. Lakukan lagi pemberian nafas sesuai dengan perhitungan agar nafas kembali normal

Nafas Buatan
Cara melakukan nafas buatan sama dengan nafas bantuan, bedanya nafas buatan diberikan
pada pasien yang mengalami henti napas. Diberikan 2 kali efektif (dada mengembang )
Pijat Jantung
Pijat jantung adalah usaha untuk memaksa jantung memompakan darah ke seluruh tubuh,
pijat jantung dilakukan pada korban dengan nadi karotis yang tidak teraba. Pijat jantung
biasanya dipasangkan dengan nafas buatan (seperti dijelaskan pada algortima di atas)
Prosedur pijat jantung :
1. Posisikan diri di samping pasien
2.

Posisikan tangan seperti gambar di center of the chest ( tepat ditengah-tengah dada)

3. Posisikan tangan tegak lurus korban


4. Tekanlah dada korban menggunakan tenaga yang diperoleh dari sendi panggul (hip joint)
5. Tekanlah dada kira-kira sedalam 4-5 cm
6. Setelah menekan, tarik sedikit tangan ke atas agar posisi dada kembali normal
7. Satu set pijat jantung dilakukan sejumlah 30 kali tekanan, untuk memudahkan menghitung
dapat dihitung dengan cara menghitung sebagai berikut :
Satu Dua Tiga Empat SATU
Satu Dua Tiga Empat DUA
Satu Dua Tiga Empat TIGA
Satu Dua Tiga Empat EMPAT
Satu Dua Tiga Empat LIMA
Satu Dua Tiga Empat ENAM
8. Prinsip pijat jantung adalah : Push deep, Push hard, Push fast, Maximum recoil (berikan
waktu jantung relaksasi), Minimum interruption (pada saat melakukan prosedur ini penolong
tidak boleh diinterupsi)
Perlindungan Diri Penolong
Dalam melakukan pertolongan pada kondisi gawat darurat, penolong tetap harus senantiasa
memastikan keselamatan dirinya sendiri, baik dari bahaya yang disebabkan karena
lingkungan, maupun karena bahaya yang disebabkan karena pemberian pertolongan.
Poin-poin penting dalam perlindungan diri penolong :

1. Pastikan kondisi tempat memberi pertolongan tidak akan membahayakan penolong dan
pasien
2. Minimasi kontak langsung dengan pasien, itulah mengapa dalam memberikan napas bantuan
sedapat mungkin digunakan sapu tangan atau kain lainnya untuk melindungi penolong dari
penyakit yang mungkin dapat ditularkan oleh korban
3. Selalu perhatikan kesehatan diri penolong, sebab pemberian pertolongan pertama adalah
tindakan yang sangat memakan energi. Jika dilakukan dengan kondisi tidak fit, justru akan
membahayakan penolong sendiri.

RESUSITASI JANTUNG PARU URUTAN BHD :


D-R-C-C-A-B (Danger-Respon-Call-Circulation-Airway-Breathing). Langkahlangkah BHd
1. Danger : amankan diri, amankan pasien,, amankan lingkungan
2. Response : cek kesadaran dan respon (panggil dan goncangkan badan)
3. Call for help : panggil teman untuk minta bantuan
4. Circulation : cek karotis jika tidak teraba lakukan kompresi
(compression) di bagian bawah os sternum/ tulang dada sebanyak 30x,
kecepatan minimal 100x/menit, kedalaman minimal 5 cm (pada dewasa)
1/3 anterolateral pada bayi/ anak-anak, minimal interupsi serta tiap
kompresi pastikan dada recoil (kembali mengembang) dengan sempurna.
5. Airway : bebaskan jalan napas dengan head tilt (kepala ditengadahkan
dan chin lift (dagi diangkat) supaya lidak tidak menutupi jalan napas.

Jika dicurigai patah leher lakukan jaw thrust (membuka rahang) tanpa
menengadahkan kepala.
6. Breathing : bantuan napas, beri 2 bantuan napas dan sekali tiupan tidak
lebih dari 1 detik untuk menghindari hiperventilasi. Tutup hidung pasien
saat memberikan napas dari mulut kemulut, pastikan dada yang
mengembang saat nafas ditiupkan bukan perut
7. Ulangio kompresi dan bantuan nafas
dengan perbandingan 30
kompresi : 2 bantuan nafas, dilakukan oleh 1 atau 2 orang penolong
8. Evaluasi bisa dilakukan minimal setelah 2 menit (5 siklus) dalam waktu
tidak lebih dari 10 detik. Evaluasi untuk mengecek apakah nadi pasien
sudah teraba.
9. RJP dapat dihentikan jika denyut sudah teraba dan pasien sudah
kembali bernafas spontan atau jika penolong kelelahan atau keluarga
menolak dilakukan resusitasi atau dokter sudah menyatakan pasien
meninggal dunia
(SPO resutasi jantung paru. ABC berubah menjadi CAB menurut
American Heart Association/ AHA tahun 2010)

ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data Subyektif
1) Riwayat penyakit sekarang
a) Dyspnea
b) Kelelahan dan kelemahan
c) Dyspnea nokturnal Paroxysmal
d) Orthopnea
e) Pertambahan berat badan
f) Ekstremitas bengkak
g) Palpitasi
h) Mengurangi kapasitas latihan
i) nokturia
2) Riwayat penyakit masa lalu
a) Gangguan Endokrin: peningkatan beban kerja jantung.
b) Cardiomyopathy: kekakuan miokard meningkat
ketidakmampuan
konduksi.

dan

atau

jantung untuk berelaksasi, bias juga karena defisit

c) Obat-obatan.
d) Alergi.
b. Data objektif
1) Pemeriksaan fisik
a) keadaan umum
(1) Tidak nyaman, cemas
(2) malnutrisi, kurus: dengan kegagalan kronis
(3) warna kulit kehitaman
b) Keadaan fisik
(1) Takikardia
(2) Penurunan tekanan nadi
(3) diaforesis / dingin
(4) Paru crackles atau mengeluarkan bunyi
(5) takipnea
(6) Distensi vena jugularis
(7) Hepatomegali
(8) Hepatojugular refluks
(9) Peningkatan tekanan vena
(10) Edema: ekstremitas, anasarca, asites
(11) Efusi pleura (hydrothorax)
2) Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemantauan jantung terus-menerus untuk disritmia
b) EKG
(1) Infark miokard akut atau iskemia
(2) Bukti hipertrofi ventrikel, pembesaran atrium, atau kelainan konduksi.
c) Hasil Laboratorium
(1) Proteinuria dan berat urin tinggi khusus
(2) Peningkatan BUN dan kreatinin
(3) Hiponatremia: pada gagal jantung parah
(4) Hipokalemia
(5) tes fungsi hati abnormal
(6) Anemia: eritrosit menurun menyebabkan peningkatan beban kerja,
d) Foto toraks
(1) Cardiomegaly
(2) Edema paru
(3) Efusi pleura
2. Diagnosa Keperawatan
a.
b.
c.
d. Perubahan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi neurovaskuler perifer
berhubungan dengan penurunan / interupsi aliran darah arterial/vena.
e. Risiko cedera: dysrhytmias berhubungan dengan peregangan otot jantung,
kelebihan volume cairan, atau penurunan curah jantung.
f. Kecemasan yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan, kesulitan
bernafas.

g. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan


berhubungan dengan salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber
informasi.
3. Intervensi keperawatan
a. Mempertahankan jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi.
b. Mempertahankan jalan nafas paten / ventilasi yang efektif
1) Menyediakan oksigen tambahan
2) Mengantisipasi intubasi endotrakeal
3) Suction jika perlu
4) Menyediakan oksigen
5) Posisikan klien semi Fowler tinggi.
c. Jika pasien dengan intubasi, mengantisipasi kebutuhan ventilasi mekanis dan
d.
e.
f.
g.

ventilasi ekspirasi akhir positif (PEEP).


Berikan terapi IV dengan larutan normal saline.
Mendapatkan ABG spesimen.
Radiograf dada.
Farmakologis
1) Diuretik furosemid
a) Penurunan preload sekunder terhadap penurunan volume darah, walaupun
onset kerja dapat memakan waktu selama 30 menit.
b) Diduga kebutuhan kateterisasi Foley.
c) Mempertahankan asupan akurat dan merekam output.
d) Diuretik sangat efektif, tetapi pasien geriatrik cenderung hipokalemia dan
hiponatremia disebabkan diuretik.
2) Morfin
a) Mengurangi kecemasan dan stimulasi simpatik jantung, menurunkan
beban kerja miokard preload.
b) Penurunan dan afterload dengan menyebabkan vasodilatasi vena dan
arteri.
c) Harus berhati-hati ketika memberikan obat penenang untuk pasien dengan
dyspnea akut.
d) Sebaiknya hindari pada pasien dengan penurunan tingkat kesadaran,
ventilasi tidak memadai, atau hiperkarbia.
3) Vasodilator
a) Venodilators (misalnya nitrogliserin, mononitrate dinitrate); nitrogliserin
lebih disukai untuk pengobatan edema paru pada pasien dengan penyakit
arteri koroner (CAD) karena meningkatkan aliran darah arteri koroner.
b) arteriol dilator (misalnya, hydralizine, minoxidil), bertindak pada arteri
untuk mengurangi resistensi arteri sistemik. Ini biasanya diberikan
bersamaan dengan venodilators (hydralizine), akan meningkatkan aliran
darah ginjal, sehingga dapat menjadi pilihan yang baik bagi pasien yang
tidak dapat mentolerir.

4) Agen inotropik positif, yang meliputi glikosida digitalis, simpatomimetik


(dopamin,

Dobutamine),

dan

inhibitor

phosphodiesterase

(amrinone,

milrinone).
a) Meningkatnya kontraktilitas dan output jantung.
b) Penurunan beban kerja miokard.
c) Meningkatkan pengiriman oksigen ke jaringan.
d) Dobutamine merupakan obat pilihan untuk edema paru pada pasien
dengan darah normal.
e) Depomine berguna untuk edema paru pada pasien dengan hipotensi.
Dengan tarif infus yang lebih tinggi, menghasilkan vasokonstriksi perifer.
f) Digoxin tidak dianjurkan untuk pengelolaan akut gagal jantung. Dosis
harus ditentukan oleh ukuran tubuh dan fungsi ginjal pada pasien geriatri.
g) phosphodiesterase inhibitor sebagai inodilators dipertimbangkan karena
inotropik positif dan efek vasodilator. Saat ini disediakan untuk gagal
jantung akut.
5) Bronkodilator jika diperintahkan
a) Menilai untuk efek samping, seperti nousea, muntah, dan tachyarrhytmias.
b) Menilai untuk paru tersengal-sengal.
h. Terus memantau dan menilai.
1) Irama jantung
2) Tanda-tanda vital, termasuk oksimetri nadi
3) Denyut jantung, suara paru-paru, BP, laju pernapasan.
4) Tingkat kesadaran.
5) Peripheral (kulit) perfusi
6) Intake dan output cairan
7) Efek samping dari farmakoterapeutik.
i. Bersiaplah untuk melakukan bantuan hidup jantung (ACLS) tindakan jika
diperlukan.
j. Jelaskan semua prosedur.
k. Menjaga ketenangan, secara efisien.

Anda mungkin juga menyukai