Anda di halaman 1dari 38

Makalah Sosiologi Penyimpangan Sosial

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Berkat rahmat dan inayahNya yang diberikan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Penyimpangan Sosial.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
banyak kesalahan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun, demi perbaikan makalah ini di masa yang akan datang.
Akhirnya kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Perilaku Menyimpang................................................................. 3
B. Teori Tentang Perilaku Menyimpang............................................................ 3
C. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Menyimpang........................................... 8
D. Macam-Macam Atau Jenis-Jenis Perilaku Menyimpang.............................. 9
E. Sifat-Sifat Perilaku Menyimpang............................................................... 11
F.

Bentuk-Bentuk Perilaku Penyimpangan Sosial.......................................... 12

G. Akibat Perilaku Menyimpang..................................................................... 12


PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................. 18
B. Saran .......................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 19

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perilaku menyimpang perlu membedakan adanya perilaku menyimpang yang tidak
disengaja dan yang disengaja.Diantaranya karena si pelaku kurang memahami
aturan-aturan yang ada.Sedangkan perilaku yang menyimpang yang disengaja,
bukan karena si pelaku tidak mengetahui aturan. Hal yang relevan untuk
memahami bentuk perilaku tersebut, adalah mengapa seseorang melakukan
penyimpangan, sedangkan ia tahu apa yang dilakukan melanggar aturan. Becker
(dalam Soerjono Soekanto, 1988,26), mengatakan bahwa tidak ada alasan untuk
mengasumsikan hanya mereka yang : menyimpang mempunyai dorongan untuk
berbuat demikian. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya setiap manusia pasti
mengalami nyimpang dan dorongan untuk melanggar pada situasi tertentu, tetapi
mengapa pada kebanyakan orang tidak menjadi kenyataan yang berwujud tukan
perilaku penyimpangan, sebab orang dianggap normal biasanya dapat menahan diri
dari dorongan-dorongan untuk menyimpang.
Proses sosialisasi terjadi dalam kehidupan sehari-hari melalui interaksi sosiai
dengan menggunakan media atau lingkungan sosiai tertentu. Oleh sebab itu,
kondisi kehidupan lingkungan tersebut akan sangat mewarnai dan mempengaruhi
input dan pengetahuan yang diserap. Salah satu variasi dari teori yang menjelaskan
kriminalitas di daerah perkotaan, bahwa beberapa tempat di kota mempunyai sifat
yang kondusif bagi tindakan kriminal oleh karena lokasi tersebut mempunyai
karakteristik tertentu, misalnya (Eitzen, 1986 : 400), mengatakan tingkat
kriminalitas yang tinggi dalam masyarakat kota pada umumnya berada pada bagian
wilayah kota yang miskin, dampak kondisi perumahan di bawah standar,
overcrowding, derajat kesehatan rendah dari kondisi serta komposisi penduduk
yang tidak stabil. Penelitian inipun dilakukan di daerah pinggiran kota yaitu di
Pondok Pinang Jakarta Selatan tampak ciri-ciri seperti disebutkan Eitzen diatas.
Sutherland dalam (Eitzen,1986) beranggapan bahwa seorang belajar untuk menjadi
kriminal melalui interaksi. Apabila lingkungan interaksi cenderung devian, maka

seseorang akan mempunyai kemungkinan besar untuk belajar tentang teknik dan
nilai-nilai devian yang pada gilirannya akan memungkinkan untuk menumbuhkan
tindakan kriminal.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas dapat kami rumuskan sebagai berikut :
1.
para ahli !

Jelaskan pengertian perilaku menyimpang secara umum dan menurut

2.

Jelaskan teori tentang perilaku menyimpang !

3.

Sebutkan faktor-faktor perilaku menyimpang!

4.

Sebutkan jenis-jenis perilaku menyimpang !

5.

Sebutkan sifat-sifat perilaku menyimpang !

6.

Sebutkan bentuk-bentuk perilaku menyimpang sosial !

7.

Sebutkan dampak perilaku menyimpang !

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perilaku Menyimpang


1.
Secara Umum Perilaku individu atau sekelompok individu yang tidak sesuai
dengan nilai dan norma yang berlaku secara umum dalam masyarakat sering terjadi
dalam kehidupan kita sehari-hari.
2.
Menurut Pendapat Ahli. Berikut menurut pendapat para ahli mengenai perilaku
menyimpang :
a. Paul B.Horton Ia mendevinisikan bahwa perilaku menyimpang adalah perilaku
yang dinyatakan sabagai pelanggaran-pelanggaran terhadap norma-norma
kelompok ataupun masyarakat.
b. Bruce J.Cohen Ia berpendapat bahwa perilaku menyimpang adalah setiap
perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak
masyarakat atu kelompok tertentu dalam masyarakat.
c. Robert M.Z Lawang Ia menyatakan bahwa perilaku menyimpang adalah semua
tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem
sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem tersebut
untuk memperbaiki perilaku tersebut.

d. James Vander Sander Ia berpendapat bahwa yang dimaksud perilaku


menyimpang adalah perilaku yang dianggap sebagai hal tercela dan di luar batasbatas toleransi oleh sejumlah atau sebagian besar orang atau masyarakat.

B. Teori Tentang Perilaku Menyimpang


1.
a.

Berdasarkan Sudut Pandang Sosiologi


Teori Labeling

Teori ini dikemukakan oleh Edwin M.Lemert, menurutnya seseorang berperilaku


menyimpang karena proses labeling yang diberikan masyarakat kepadanya.
Labeling adalah pemberian julukan, cap, etiket, ataupun kepada seseorang. Pada
awalnya seseorang melakukan penyimpangan primer karena itu sang pelaku
penyimpangan mendapatkan cap (labeling) dari masyarakat. Karena adanya label
tersebut, maka sang pelaku mengidentifikasikan dirinya sebagai penyimpang dan
mengulangi lagi penyimpangan itupun menjadi suatu kebiasaan atau gaya hidup
bagi pelakunya.
b.

Teori Sosialisasi

Teori Sosialisasi menyatakan bahwa seseorang biasanya menghayati nilai-nilai dan


norma-norma dari bebrapa orang yang dekat dan cocok dengan dirinya. Jadi,
bagaimanakah seseorang menghayati nilai-nilai dan norma-norma sosial sehingga
dirinya dapat melahirkan perilaku menyimpang...????? Ada dua penjelasan yang
dapat di kemukakan. Pertama, Kebudayaan khusus yang menyimpang, yaitu apabila
sebagian besar teman seseorang melakukan perilaku menyimpang maka orang itu
mungkin akan berperilaku menyimpang juga. Sebagai contoh, beberapa studydi
Amerika, menunjukkan bahwa di kampung-kampung yang berantakan dan tidak
terorganisir secara baik, perilaku jahat merupakan pola perilaku yang normal
(wajar).
c.

Teori Pergaulan Berbeda ( Differential Association )

Teori ini diciptakan oleh Edwin H. Sutherland dan menurut teori ini penyimpangan
bersumber dari pergaulan dengan sekelompok orang yang telah menyimpang.
Penyimpangan didapatkan dari proses alih budaya (cultural transmission) dan dari
proses tersebut seseorang mempelajari subkebudayaan menyimpangang (deviant
subculture). Contoh teori pergaulan berbeda : perilaku tunasusila, peran sebagai
tunasusila dipelajari oleh seseorang dengan belajar yaitu melakukan pergaulan
yang intim dengan para penyimpang (tunasusila senior) dan kemudian ia
melakukan percobaan dengan melakukan peran menyimpang tersebut.
d.

Teori Anomie

Konsep anomie di kembangkangkan oleh seorang sosiologi dari Perancis, Emile


Durkheim. Istilah Anomie dapat diartikan sebagai ketiadaan norma. Konsep tersebut
dipakai untuk menggambarkan suatu masyarakat yang memiliki banyak norma dan
nilai yang satu sama lain saling bertentangan. Suatu mayarakat yang anomis (tanpa
norma) tidak mempunyai pedoman mantap yang dapat dipelajari dan di pegang

oleh para anggota masyarakatnya. Selain Emile Durkheim ada tokoh lain yang
mengemukakan tentang teori anomie yaitu Robert K. Merton, ia mengemukakan
bahwa penyimpangan terjadi melalui struktur sosial. Menurut Merton struktur sosial
dapat menghasilkan perilaku yang konformis (sesuai dengan norma) dan sekaligus
perilaku yang dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan. Merton berpendapat
bahwa struktur sosial mengahasilkan tekanan kearah anomie dan perilaku
menyimpang karena adanya ketidakharmonisan antara tujuan budaya dengan caracara yang dipakai untuk mencapai tujuan tersebut.
Menurut Merton ada lima tipe cara adaptasi individu untuk mencapai tujuan budaya
dari yang wajar sampai menyimpang, yaitu sebagai berikut :
a. Konformitas (Conformity) Konformitas merupakan sikap menerima tujuan budaya
dengan cara mengikuti tujuan dan cara yang ditentukan oleh masyarakat.
Contoh : seseorang yang ingin menjadi orang kaya berusaha untuk mewujudkannya
dengan menempuh pendidikan tinggi dan bekerja keras.
b. Inovasi (Innovation) Inovasi merupakan sikap menerima secara kritis cara-cara
pencapaian tujuan yang sesuai dengan nilai budaya sambil menempuh cara-cara
batu yang belum biasa atau tidak umum dilakukan.
Contoh : seseorang yang ingin menjadi orang kaya, tetpai kedudukannya di tempat
tidak memungkinkan memperoleh gaji besar, sehingga ia melakukan jalan pintas
memperoleh rasa aman saja.
c. Ritualisme (Ritualism) Ritualisme merupakan sikap menerima cara-cara yang
diperkenalkan secara cultural, namun menolak tujuan-tujuan kebudayaan, sehingga
perbuatan ritualisme berpegang teguh pada kaida-kaidah yang berlaku namun
mengorbankan nilai sosial budaya yang ada.
Contoh : seorang karyawan bekerja tidak untuk memperoleh kekayaan, tetapi hanya
sekedar memperoleh rasa aman saja.
d. Pengasingan Diri (Retreatism) Pengasingan diri merupakan sikap menolak
tujuan-tujuan ataupun cara-cara untuk mencapai tujuan yang telah menjadi bagian
kehidupan masyarakat ataupun lingkungan sosialnya.
Contoh : para pemabuk dan pemakai narkoba yang seakan-akan berusaha
melarikan diri dari masyarakat dan lingkungan.
e. Pemberontakan (Rebeliion) Pemberontakan merupakan sikap menolak sarana
dan tujuan-tujuan yang disahkan oleh budaya masyarakat dan menggantikan
dengan cara yang baru.
Contoh : kaum pemberontak yang memperjuangkan ideologinya melalui
perlawanan bersenjata. Dari kelima tipe diatas, tipe cara adaptasi konformitaslah
yang merupakan bentuk perilaku yang tidak menyimpang, sedangkan ke-empat tipe
adaptasi lainnya termasuk dalam bentuk perilaku yang menyimpang.
Untuk memperjelas pemahaman anda mengenai tipe cara adaptasi individu
menurut Merton, perhatikan table di bawah ini :

Tipe Cara Adaptasi Tujuan Budaya Cara-Cara yang Melembaga Konformitas Inovasi
Ritualisme Pengasingan diri Pembenrontakan + + - - + - + -
Keterangan : +: sikap menerima - : penolakan : penolakan terhadap nilai-nilai
yang berlaku dan upaya menggantinya dengan nilai-nilai baru.

1. Berdasarkan Sudut Pandang Psikologi Seorang tokoh psikolog asal Australia yang
terkenal dengan teori psikoanalisasinyabernama Sigmund Freud (1856-1939)
menyatakan bahwa dalam diri manusia terdapat tiga bagian penting, yaitu berupa
hal-hal sebagai berikut:
a. Id, adalah bagian dari yang bersifat tidak sadar, nalurilah, dan mudah
terpengaruh oleh gerak hati.
b. Ego, adalah bagian diri yang bersifat sadar dan rasional yang berfungsi
menjaga pintu kepribadian.
c. Supergo, adalah bagian dari diri yang telah mengabsorbsi (menyerap) nilai-nilai
cultural yang berfungsi sebagai suara hati. Menurut Fried perilaku menyimpang
dapat terjadi pada diri seseorang apabila id terlalu berlebihan sehingga tidak
terkontrol dan muncul bersamaan dengan superegoyang tidak aktif, sementara
dalam waktu yang bersamaan ego tidak berhasil memberikan perimbangan.
3. Berdasarkan Sudut Pandang Biologi Sheldon mengidentifikasikan tipe tubuh
menjadi tiga tipe dasar,yaitu sebagai berikut :
a.

Endomorph (bundar, halus, dan gemuk)

b.

Mesomorph (berotot dan atletis)

c. Ectomorph (tipis dan kurus) Stiap tipe tubuh mempunyai kecenderungan sifatsifat kepribadian.
Contohnya, penjahat pada umumnya bertipe mesomorph. Sedangkan Cesare
Lombroso, seorang kriminologi dari Italia berpendapat bahwa orang jahat memiliki
ciri-ciri ukuran rahang dan tulang pipi panjang, memiliki kelainan pada mata yang
khas, tangan dan jari-jari relative besar, dan susunan gigi abnormal. Adapun tipe
pelaku kriminal menurut Casare Lomboso adal sebagai berikut : Teori biologis
mendapat banyak kritikan dan diragukam kebenarannya, sehingga para ilmuwan
sosial beranggapan bahwa factor biologis merupakan factor yang secara relative
tidak penting pengaruhnya terhadap penyimpangan perilaku.

4. Berdasarkan Sudut Pandang Kriminologi


a. Teori Konflik Berdasarkan teori ini terdapat dua macam konflik, yaitu sebagai
berikut :
1) Konflik Budaya Dalam suatu masyarakat dapat terjadi konflik budaya etika
dalam masyarakat tersebut terdapat sejumlah kebudayaan khusus dimana setiap

kebudayaan khusus tersebut cenderung tertutup sehingga mengurangi


kemungkinan adanya kesepakatan nilai. Sejumlah norma yang bersumber dari
kebudayaan khusus yang berbeda saling bertentangan antara satu dengan yang
lainnya dan dapat menimbulkan kondisi anomie.
2) Konflik Kelas Sosial Konflik kelas sosial dapat terjadi di masyarakat ketika suatu
kelompok membuat peraturan sendiri untuk melindungi kepentingan, sehingga
terjadilah eksploitasi kelas atas terhadap kelas bawah. Orang-orang yang
menentang hak-hak istimewa kelas atas dianggap berperilaku menyimpang dan di
cap sebagai penjahat.
b. Teori Pengendalian Teori pengendalian beranggapan bahwa masyarakat
sebenarnya mmiliki kesepakatan tentang nilai-nilai tertentu yang menjadi dasar
suatu perilaku dapat dikatakan menyimpang atau tidak. Pengendalian itu
mencangkup dua bentuk, yaitu pengendalian dari dalam dan pengendalian dari luar.
Pengendalian dari dalam berupa norma yang dihayati dan nilai yang dipelajari oleh
seseorang melalui proses sosialisasi.
Contohnya, nilai-nilai dan norma sosial yang diperoleh dari lembaga keluarga,
lembaga sekolah dan masyarakat yang mengharuskannya untuk menghormati
sesame manusia. Pengendalian dari luar adalah imbalan sosial terhadap kepatuhan
dan sanksi yang diberikan kepada setiap tindak penyimpangan atau pelanggaran
nilai dan norma dominan. Misalnya, jika seseorang melanggar norma pergaulan
sosial maka ia akan dijatuhi sanksi oleh masyarakatnya.

C. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Menyimpang


Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh seseorang tidak terjadi begitu saja tanpa
ada sebab-sebab yang menyertainya, karena perilaku menyimpang berkembang
melalui suatu periode waktu-waktu tertentu sebagai hasil dari serangkaian tahapan
interaksisosial dan adanya kesempatan untuk berperilaku menyimpang.

Adapun sebab atau faktor-faktor terjadinya perilaku menyimpang antara lain yaitu :
1.
Hasil Sosialisasi yang Tidak Sempurna ( Ketidaksanggupan Menyerap NormaNorma Kebudayaan) Apabila proses sosialisasi tidak sempurna, maka dapat
melahirkan suatu perilaku menyimpang. Proses sosialisasi tidak sempurna terjadi
karena nilai-nilai atau norma-norma yang dipelajari kurang dapat dipahami dalam
proses sosialisasi yang dijalankan, sehingga seseorang tidak memprhitungkan
resiko yang terjadi apabila ia melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan nilai
dan norma sosial yang berlaku. Contoh perilaku menyimpang akibat
ketidaksempurnaan proses sosialisasi dalam keluarga, bahwa anak-anak yang
melakukan kejahatan cenderung berasal dari keluarga yang retak/rusak, artinya ia
mengalami ketiksempurnaan dalam proses sosialisasi dalm keluarganya.
2.
Proses Belajar yang Menyimpang Proses belajar ini terjadi karena melalui
interaksi sosial dengan orang lain terutama dengan orang-orang yang memiliki

perilaku menyimpang dan sudah berpengalaman dalam hal


menyimpang.Ketegangan antara Kebudayaan dan Struktur Sosial Apabila peluang
untuk mencari cara-cara dalam memenuhi kebutuhan hidupnya tidak diberikan,
maka muncul kemungkinan akan terjadinya perilaku menyimpang. Contoh pada
masyarakat feodal tuan tanah memiliki kekuasaan istimewa atas warga yang
berstatus buruh tani atau penyewa sehingga tuan tanah dapat melakukan tindakan
sewenang-wenang pada para buruh atau penyewa tanah yaitu dengan menurunkan
upah ataupun kenaikan harga sewa. Apabila kesewenang-wenangan itu terjadi
secara terus-menerus, maka dapat memicu terjadinya perilaku menyimpang yang
dilakukan oleh buruh dan penyewa tanah yaitu dengan melakukan kekerasan,
perlawanan, penipuan, atau bahkan pembunuhan.
3.

Ikatan Sosial yang Berlainan

4.

Hasil Sosialisasi dari Nilai-Nilai Subkebudayaan yang Menyimpang

D. Macam-Macam Atau Jenis-Jenis Perilaku Menyimpang


1. Berdasarkan Kekerapannya :
a.

Penyimpangan Primer

Penyimpangan primer adalah suatu pelanggaran atau penyimpangan yang bersifat


sementara (temporer), sehingga individu yang melakukan penyimpangan tersebut
masih dapat diterima oleh kelompok sosialnya, sebab pelanggaran terhadap normanorma umum tidak berlangsung secara terus-menerus. Contoh penyimpangan
primer adalah : terlambat membayar pajak listrik, mencontek saat ulangan,
melanggar rambu-rambu lalu lintas.

b.

Penyimpangan Sekunder

Penyimpangan sekunder adalah penyimpangan sosial yang nyata dan sering


dilakukan sehingga menimbulkan akibat yang cukup parah dan mengganggu orang
lain. Contoh penyimpangan sekunder adalah : berjudi, mencuri, seseorang yang
sering mabuk-mabukan, bahkan pembunhan.

1. Berdasarkan Jumlah Pelakunya


a. Penyimpangan Individual (individual deviation) Penyimpangan individual
merupakan pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang atau individu tertentu
terhadap norma-norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakatnya.
Macam-macam penyimpangan individu adalah sebagai berikut :
Penyimpangan karena melanggar norma-norma umum yang Penyimpangan karena
berlaku didalam masyarakat disebut pelanggar. tidak patuh terhadap nasehat orang

tua untuk mengubah pendirian atau kebiasaan buruk menjadi baik yang disebut
dengan pembandel. Penyimpangan karena tidak menepati janji atau berbohong dan
sering berkhianat yang disebut dengan munafik. Penyimpangan karena tidak taat
terhadap peringantan orang lain, yang disebut pembangkang. Penyimpangan
karena melanggar norma-norma umum yang mengakibatkan kerugian harta
benda/jiwa dilingkungannya yang disebut penjahat atau perusuh.
b. Penyimpangan Kelompok (group deviation) Perilaku penyimpangan dapat
disebut dengan penyimpangan kelompok apabila penyimpangan tersebut dilakukan
secara bersama-sama oleh sekelompok orang yang bergabung dalam suatu
kelompok tertentu. Setiap individu yang bergabung didalam kelompok tersebut
berperilaku sesuai dengan norma yang ditentukan dalam kelompok tersebut
walaupun perilaku tersebut jelas-jelas bertentangan dengan norma-norma sosial
umum yang terdapat/berlaku dalam masyarakat sekitar dimana ia tinggal.
Penyimpangan kelompok lebih rumit dan berbahaya dibandingkan dengan
penyimpangan individual, karena mereka memiliki fanatisme terhadap nilai, norma,
sikap, dan tradisi yang berlaku dalam kelompoknya sehingga mereka beranggapan
bahwa mereka tidak melakukan suatu penyimpangan. Adapun yang termasuk
dalam penyimpangan kelompok antara lain yaitu:
Kelompok pengacau keamananan dengan tujuan-tujuan tertentu yang disebut
Persekongkolan dalam dunia usaha dan lembaga dengan teroris. Kelompok atau
(geng) pemerintah untuk mencari keuntungan sendiri. kejahatan terorganisir yang
melakukan perampokan dan penyelundupan. Kelompok yang ingin meisahkan diri
dari suatu Negara, yang disebut separatis.

E. Sifat-Sifat Perilaku Menyimpang


Penyimpangan yang bersifat positif. Penyimpangan yang bersifat positif adalah
sauatu perbuatan yang tidak sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku umum
yang mempunyai dampak positif terhadap sistem sosial dimana ia tinggal.
Seseorang dikatakan menyimpang secara positif ketika ia merealisasikan citacitanya akan tetapi masyarakat belum bisa menerima cara yang ia pergunakan
ataupun cita-cita yang ia inginkan. Contoh penyimpangan yang bersifat positif
adalah : seorang wanita yang bercita-cita sekolah setinggi-tingginya dan menjadi
dokter spesialis atau wanita karier. Bagi sebagian masyarakat perbuatan sang
wanita adalah suatu penyimpangan, namun dari penyimpangan tersebut ada
dampak positif yang muncul dari dalam dirinya yaitu emansipasi wanita. Karena ia
telah bersifat mulia yaitu mau menjadi seorang dokter atau bersosial kepada orang
lain atau masyarakat dengan menjadi seorang dokter.
Penyimpangan yang bersifat negatif
Penyimpangan yang bersifat ngatif adalah suatu perbuatan atau kecenderungan
bertindak kearah nilai-nilai sosial yang dipandang rendah dan berakibat buruk
sehingga mengganggu sistem sosial yang ada. Penyimpangan terhadap kaidah
hukum positif maka aka nada hukum dan sanksi yang jelas dari Negara. Contoh

penyimpangan yang bersifat negatif adalah : pencurian, pembunuhan, pelacuran,


pemerkosaan,pemabuk, penjudi, dan lain-lain.

F.

Bentuk-Bentuk Perilaku Penyimpangan Sosial

Menyimpang atau tidaknya perilaku seseorang ditentukan oleh norma atau nilainilai yang berlaku dalam masyarakat dimana ia tinggal. Setiap tindakan atau
perilaku yang bertentangan dengan nilai dan norma yang berlaku akan dianggap
sebagai penyimpangan. Ada beberapa bentuk perilaku menyimpang yang bersifat
negatif, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Tindakan Kriminal atau Kejahatan. Tindakan kriminal atau kejahatan
merupakan tindakan yang bertentangan dengan norma hukum, norma sosial dan
norma agama. Adapun tindakan kriminal meliputi pencurian, perampokan,
pemerkosaan, penganiayan, pembunuhan. Selain itu berbagai bentuk kegiatan yang
mengganggu keamanan Negara seperti korupsi, maker, dan terorisme, juga
termasuk tindakan kriminal. Berbagai tindakan tersebut biasanya menjatuhkan
korban di mana si korban akan kehilangan harta benda, cacat tubuh, bahkan tidak
jarang pula kehilangan nyawa.
2.
Penyalahgunaan Narkotika. Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai
bahaya penyalahgunaan narkotika, ada baiknya kita membahasnya dari tinjauan
medis terlebih dahulu. Secara medis, narkotika berfungsi di rumah sakit bagi orang
yang menderita sakit berat dengan rekomendasi dokter. Misalnya untuk penderita
kanker atau orang yang akan menjalani operasi sebagai obat bius. Efek dari
narkotika selain sebagai obat adalah timbulnya efek halusinasi (khayalan), impian
yang indah-indah, atau rasa nyaman. Karena fungsi sampingan inilah ada sebagian
masyarakat, terutama dikalangan remaja, ingin menggunakan narkotika walaupun
tidak sedang menderita suatu penyakit. Hal itulah yang dinamakan penyalahgunaan
narkotika. Penyalahgunaan narkotika dan obat-obat perangsang yang sejenis
terutama dikalangan remaja berkaitan erat dengan beberapa hal yang menyangkut
sebab, motivasi, dan akibat yang ingin dicapai. Secara sosiologis, penyalahgunaan
narkotika oleh kaum remaja merupakan perbuatan yang disadari berdasarkan
pengetahuan/pengalaman sebagai pengaruh langsung ataupun tidak langsung dan
pembentukan jati diri. Secara subjectif, penyalahguanaan narkotika oleh kaum
remaja merupakan salah satu upaya individual agar dapat mengungkap dan
menangkap kepuasan yang belum pernah dirasakan oleh setiap individu, terutama
bagi setiap remaja yang sedang tumbuh dan berkembang dalam proses pencarian
identitas dan pembentukan jati diri. Sedangkan secara objectif, penyalahgunaan
narkotika adalah merupakan visualisasi dari proses isolasi yang pasti membebani
fisik dan mental sehingga dapat menghambat pertumbuhan yang sehat. Secara
universal, pnyalahgunaan narkotia dan zat lain sejenisnya merupakan perbuatan
destruktif dengan efek-efek negatifnya atau bahkan dapat menimbulkan kematian
bagi penggunanya. Sedangkan menurut Graham Baliene, seorang remaja yang
melakukan penyalahgunaan narkotika disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :

a. Membuktikan keberanian dalam melakukan tindakan-tindakan yang berbahaya


seperti berkelahi, ngebut dijalan atau balap sepeda, bergaul dengan lawan jenis,
dan lain-lain.
b. Menunjukkan tindakan menentang otoritas terhadap orang tua, guru, orang
lain, atau bahkan kepada norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat.
c. Melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh pengalaman-pengalaman
emosional.
d.

Mencari dan menemukan arti hidup.

e.

Menghilangkan kegelisahan, frustasi, dan kepenatan hati.

f.

Mempermudah penyaluran dan perbuatan seksual.

g.

Hanya iseng-iseng atau didorong oleh rasa ingin tahu.

h.

Mengisi kekosongan dan kesepian/kebosanan.

i.
Mengikuti kemauan teman atau sepergaulan dalam rangka pembinaan
solidaritas.

Penyalahgunan narkotika dapat mengakibatkan ketergantungan obat (ketagiahan)


atau biasa disebut adikasi. Adikasi adalah ketergantungan obat atau keracunan obat
yang bersifat kronik atau periodic sehinggan penderita menjadi kehilangan control
terhadapdirinya dan menimbulkan kerugian, baik bagi dirinya sendiri maupun
masyarakat. Mungkin pada awalnya seorang pemakai (sebutan bagi pengguna
narkotika) hanya coba-coba dalam dosis ringan atau kecil, akan tetapi lamakelamaan hal tersebut menjadi kebiasaan (habituasi).
Apabila sudah sampai kondisi itu, maka ia akan menambah dosis untuk dapat
menikmati efek yang diinginkan dan seperti itu terus-menerus (terus menambah
dosis) hingga ia mengalami fase dipendensi (ketergantungan) dan merasa ia tidak
dapat hidup tanpa narkotika. Kondisi demikian sudah dipastikan sangat
membahayakan karena mengonsumsi narkotika secara berlebihan dapat merusak
saraf, kelumpuhan, atau bahkan menimbulkan kematian yang biasa disebut dengan
istilah OD (over dosis). Adapun bberapa gejala yang tampak pada sesorang yang
menunjukkan ketergantungan terhadap obat-obat narkotika, diantaranya adalah
sebagai berikut :
a. Muncul perilaku yang tidak dapat diterima oleh masyarakat sekelilingnya,
seperti bertindak semaunya sendiri, sering berdusta, menjadi tidak disiplin, ingin
selalu keluar rumah, dan susah untuk bangun pagi.
b. Pada proses lanjut, kenakalan meningkat sampai pada tindakan mengambil
barang berharga milik orang lain (mencuri) guna memenuhi kebutuhannya untuk
mengonsumsi narkotika.
c. Pada dosis tinggi pemakai akan merasa dirinya paling tinggi, paling hebat, dan
paling sanggup melakukan apa saja (kepercayaan dirinya melampaui batas).

d. Pada saat efek mulai menurun, penderita merasa sangat gelisah, muncul
perasaan seperti diancam, dikejar-kejar, dan ingin menyakiti dirinya sendiri sampai
bunuh diri atau membunuh orang lain yang disebut dengan sakau. Berikut ini
adalah bebrapa jenis bahan narkotika dan obat bius antara lain adalah sebagai
berikut :
1) Tembakau Didalam tembakau terdapat racun nikotin keras yang dan dapat
merangsang susunan saraf sehingga menimbulkan ketagihan. Selain nikotin, dalam
tembakau juga terdapat tar yaitu zat yang dapat mengakibatkan penyakit kanker
paru-paru.
2) Kafein Kafein terdapat didalam kopi yang dapat mempengaruhi susunan saraf
dan jantung. Kopi dapat menyebabkan orang sulit tidur dan dapat menyebabkan
ketagihan sehingga orang yang telah ketagihan akan merasa cemas dan kepala
pusing apabila tidak meminumnya.
3) Candu atau Opium Candu dan Opium berasal dari tumbuhan Paper
somniferum. Tumbuhanini banyak dijumpai di Rusia, Meksiko, Iran, Turki, Cina,
India,, dan Afrika Selatan. Candu dan Opium termasuk tanaman semak dengan
ketinggian 70-110 cm. Memiliki bunga dengan warna ungu, merah, dan putih.
Buahnya berbentuk seperti pemukul gong dan bergetah. Getah itulah yang dihisap
dan dijadikan sebagai candu.
4) Morfin Morfin adalah zat yang didapat dari candu. Morfin ditemukan oleh
Setumur berkewarganegaraan Jerman pada tahun 1805. Pada umumnya morfin
berwarna putih dan berwujud bubukan (serbuk) dengan rasa yang pahit. Melalui
proses kimia morfin dijadikan sebagai zat yang berfungsi menenangkan sistem urut
saraf.
5) LSD (Lusergic Acid Diethylamide) LSD ditemukan oleh dokter yang
berkewarganegaraan Jerma yang bernama Dr. Albert Hoffman. LSD dapat
menimbulkan halusinasi atau bayangan dengan berbagai macam khayalan.
6) Alkohol Alkohol apabila diminum pada awalnya menimbulkan perasaan riang
gembira dan banyak berbicara, namun lama-kelamaan tingkat kesadaran menjadi
menurun dan keseimbangan badan terganggu hingga mabuk. Pemakaian alcohol
secara berlebihan dapat menyebabkan kelumpuhan karena radang saraf yang
diakibatkan oleh pemakaian alcohol bersifat menimbulkan gangguan susunan saraf
(kelumpuhan).
7) Ganja atau Mariyuana Ganja berasal dari tanaman bernama Canabis sativa.
Tumbuhan tersebut banyak tumbuh di daerah tropic dan subtropik dan tergolong
tumbuhan semak. Pemakaian ganja dilakukan dengan mengambil daun yang diirisiris dan dikeringkan seperti tembakau.
8) Kokain Kokain berasal dari tumbuhan Erythroxylon coca. Dan termasuk
golongan semak dengan ketinggian 2 meter. Serbuk kokain berwarna putih dengan
rasa yang pahit dan diperoleh dari daun tanaman Erythroxy yang berfungsi sebagai
obat pembius sehingga sering digunakan pada proses pembedahan (operasi).

1.
Perkelahian Antarpelajar Perkelahian antarpelajar atau yang lebih disebut
tawuran antar pelajar pada awalnya hanya terjadi di kota-kota besar karena
kompleksnya kehidupan dan persoalan di kota. Akan tetapi, pada saat ini fenomena
tawuran antar pelajar sudah menjamur di kalangan pelajar yang jauh dari kawasan
perkotaan. Perkelahian antarpelajar merupakan termasuk salah satu bentuk
kenakalan remaja dan termasuk perilaku menyimpang karena bertentangan dengan
nilai-nilai ataupun norma-norma sosial yang berlaku di dalam masyarakat tersebut.
Perkelahian antarpelajar merupakan masalah sosial yang berkaitan dengan krisis
moral. Tingkat emosi yang belum stabil serta kerterbatasan pengetahuan akan
kaidah-kaidah masyarakat dan agama mengakibatkan remaja cenderung bertindak
tanpa memikirkan resiko karena mereka hanya mementingkan ego semata.
Perkelahian antarpelajar bisa disebabkan oleh anggapan dari sebagian pelajar
bahwa dengan perkelahian bisa menunjukkan kejantanan dan sportivitas.
Perkelahian tersebut umumnya diawali dari hal-hal yang sepele atau kecil, bahkan
hanya menyangkut dua orang saja dari sekolah yang berbeda. Tetapi karena alasan
solidaritas kelompok, maka konflik bisa meluas dan menjadi konflik antarsekolah.
2.
Hubungan Seksual di Luar Nikah Hubungan seks diluar nikah termasuk
perilaku menyimpang yang sangat ditentang oleh masyarakat. Macam seks di luar
nikah antara lain adalah pelacuran, kumpul kebo, dan pemerkosaan. Selain
mendapatkan hubungan bagi para pelakunya, hubungan seksual di luar nikah juga
dianggap dapat mendatangkan bencana bagi daerah tempat tinggal mereka
sehingga masyarakat mengutuk perbuatan tersebut. Hubungan seksual diluar nikah
juga dapat menyebabkan penyakit yang berbahaya dan bahkan mematikan seperti
AIDS dan PSM (penyakit seks menular).
3.
Penyimpangan Seksual Penyimpangan seksual adalah perilaku seksual yang
tidak semestinya, misalnya perzinahan, lesbianism, homoseksual, kumpul kebo, dan
sodomi. Tindakan-tindakan tersebut merupakan perbuatn yang bertentangan
dengan norma-norma sosial dan agama sehingga dianggap sebagai salah satu
bentuk perilaku menyimpang.

G. Akibat Perilaku Menyimpang


Seorang perilaku penyimpangan senantiasa berusaha mencari kawan yang sama
untuk bergaul bersama, dengan tujuan supaya mendapatkan teman. Lamakelamaan berkumpullah berbagai individu pelaku penyimpangan menjadi
penyimpangan kelompok, akhirnya bermuara pada penentangan terhadap norma
masyarakat. Dampak yang ditimbulkan selain terhadap individu juga terhadap
kelompok atau masyarakat. Dampak apa saja yang ditimbulkan adanya tindak
penyimpangan terhadap kelompok masyarakat??? Marilah kita bahas satu persatu
:
1. Kriminalitas tindak kejahatan Tindak kekerasan seorang kadangkala hasil
penularan seorang individu lain, sehingga tindak kejahatan akan muncul
berkelompok dalam masyarakat.

Contoh : seorang residivis dalam penjara akan mendapatkan kawan sesama


penjahat, sehingga sekeluarnya dari penjara akan membentuk kelompok penjahat
, sehingga dalam masyarakat muncullah kriminalitas-kriminalitas baru.
2. Terganggunya keseimbangan sosial Robert K. Merton mengemukakan teori yang
menjelaskan bahwa perilaku menyimpang itu merupakan penyimpangan melaliu
struktur sosial. Karena masyarakat merupakan struktur sosial, maka tindak
penyimpangan pasti akan berdampak terhadap masyarakat yang akan
mengganggu keseimbangan sosialnya.
Contoh : pemberontakan, pecandu obat bius, gelandangan, pemabuk, dsb.
3. Pudarnya nilai dan norma Karena pelaku penyimpangan tidak mendapatkan
sanksi yang tegas dan jelas, maka muncullah sikap apatis pada pelaksanaan nilainilai dan norma masyarakat. Sehingga nilai dan norma menjadi pudar
kewibawaannya untuk mengatur tata tertib dalam masyarakat. Juga karena
pengaruh globalisasi di bidang informasi dan hiburan memudahkan masuknya
pengaruh asing yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia mampu memudarkan
nilai dan norma, karena tindak penyimpangan sebagai eksesnya.
Contoh : karena pengaruh film-film luar yang mempertontonkan tindak
penyimpangan yang dianggap hal-hal yang wajar disana, akan mampu
menimbulkan orang yang tidak percaya lagi pada nilai dan norma di Indonesia.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perilaku individu atau sekelompok individu yang tidak sesuai dengan nilai dan
norma yang berlaku secara umum dalam masyarakat sering terjadi dalam
kehidupan kita . Teori ini dikemukakan oleh Edwin M.Lemert, menurutnya seseorang
berperilaku menyimpang karena proses labeling yang diberikan masyarakat
kepadanya. Labeling adalah pemberian julukan, cap, etiket, ataupun kepada
seseorang. Pada awalnya seseorang melakukan penyimpangan primer karena itu
sang pelaku penyimpangan mendapatkan cap (labeling) dari masyarakat. Karena
adanya label tersebut, maka sang pelaku mengidentifikasikan dirinya sebagai
penyimpang dan mengulangi lagi penyimpangan itupun menjadi suatu kebiasaan
atau gaya hidup bagi pelakunyaari-hari.

B. Saran
Kami sadari bahwa dalam penulisan makalah ini penulis masih banyak kekurangan
dan kesalahan dalam hal pengetahuan tentang Mata pelajaran sosiologi. Oleh
karena itu kami sangat mengharapkan kritik saran dari pembaca tentunya yang
bersifat membangun.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_menyimpang
Drs. Hasmin, dkk. 2010. Sosilogi untuk SMA Kelas X Semester 2. Pendamping BSE.
CV. Haka MJ : Solo.
http://www.crayonpedia.org/mw/BSE:Penyakit_Sosial_Sebagai_Akibat_Penyimpangan
_Sosial_dan_Upaya_Pencegahannya_8.1_%28BAB_6%29
http://www.akalgi.co.cc/2009/06/perilaku-penyimpangan-sosial_22.html
http://alfinnitihardjo.ohlog.com/perilaku-menyimpang.oh112678.html
http://acep-cyber.blogspot.com/2012/07/makalah-perilaku-menyimpangsosiologi.html

AMALYA
Jumat, 09 Maret 2012
MAKALAH PENYIMPANGAN SOSIAL

KATA PENGANTAR

Beribu terimakasih saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kepada semua
sumber yang telah terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam
pembuatan makalah ini. Tidak lupa juga kepada para pembaca yang telah
meluangkan waktunya untuk sekedar membaca makalah ini. Saya menyadari
bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna, oleh karena itu saya sangat mohon
kepada para pembaca untuk memberikan kritikan dan saran terhadap makalah ini
jika ada hal/sesuatu yang kurang berkenan maupun salah. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Hormat Penulis,

Laila miftahul aini

DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................... 1
Daftar isi.......................................................................................................... 2
Bab I Pendahuluan......................................................................................... 3
1.

Latar belakang.................................................................................... 3

2.

Tujuan penulisan................................................................................ 4

3.

Rumusan masalah.............................................................................. 5

Bab II Landasan Teori................................................................................... 6


1.
a.

Penyimpangan Sosial.......................................................................... 6
Pengertian........................................................................................... 6

b.

Teori-teori perilaku penyimpangan.................................................. 7

c.

Ciri-ciri................................................................................................ 9

d.

Sifat-sifat perilaku menyimpang ...................................................... 10

e.

Bentuk-bentuk perilaku menyimpang.............................................. 11

f.

Macam-macam penyimpangan......................................................... 12

g.

Penyebab terjadinya........................................................................... 13

Bab III Penutup.............................................................................................. 15


1.

Kesimpulan......................................................................................... 15

2.

Saran.................................................................................................... 15

Daftar Pustaka................................................................................................ 16

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Anonymous menulis Ada seorang Ibu yang tinggal di Jakarta bercerita bahwa sejak
maraknya kasus tawuran pelajar di Jakarta, Beliau mengambil inisiatif untuk
mengantar dan menjemput anaknya yang sudah SMU, sebuah kebiasaan yang
belum pernah Beliau lakukan sebelumnya. Bagaimana tidak ngeri, kalau pelajar
yang tidak ikut-ikutan pun ikut diserang,
Mengapa para pelajar itu begitu sering tawuran, seakan-akan mereka sudah tidak
memiliki akal sehat, dan tidak bisa berpikir mana yang berguna dan mana yang
tidak ? Mengapa pula para pelajar banyak yang terlibat narkoba dan seks bebas,
dan hal lainnya yang menyimpang? Apa yang salah dari semua ini?
Adalah sulit untuk menentukan suatu penyimpangan karena tidak semua orang
menganut norma yang sama sehingga ada perbedaan mengenai apa yang
menyimpang dan tidak menyimpang. Orang yang dianggap menyimpang berarti
melakukan perilaku menyimpang. Tetapi perilaku menyimpang bukanlah kondisi
yang perlu untuk menjadi seorang penyimpang. Penyimpang adalah orang-orang
yang mengadopsi peran penyimpang, atau yang disebut penyimpangan sekunder.
Dalam perspektif sosiologi perilaku menyimpang pelajar terjadi karena terdapat
penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan
norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber
masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep
perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur baku
yang harus ditempuh. Perilaku pelajar yang tidak melalui jalur tersebut berarti
telah menyimpang, atau telah terjadi kenakalan pelajar.
Penyimpangan secara normatif didefinisikan sebagai penyimpangan terhadap
norma, di mana penyimpangan itu adalah terlarang bila diketahui dan mendapat
sanksi. Jumlah dan macam penyimpangan dalam masyarakat adalah relatif
tergantung dari besarnya perbedaan Penyimpangan adalah relatif terhadap norma
suatu kelompok atau masyarakat. Karena norma berubah maka penyimpangan
berubah.
Penyimpangan biasanya dilihat dari perspektif orang yang bukan penyimpang.
Pengertian yang penuh terhadap penyimpangan membutuhkan pengertian tentang
penyimpangan bagi penyimpang. Untuk menghargai penyimpangan adalah dengan
cara memahami, bukan menyetujui apa yang dipahami oleh penyimpang. Cara-cara
para penyimpang menghadapi penolakan atau stigma dari orang non penyimpang
disebut dengan teknik pengaturan. Tidak satu teknik pun yang menjamin bahwa
penyimpang dapat hidup di dunia yang menolaknya, Teknik-teknik yang digunakan
oleh penyimpang adalah kerahasiaan, manipulasi aspek lingkungan fisik,

rasionalisasi, partisipasi dalam subkebudayaan menyimpang dan berubah menjadi


tidak menyimpang.
Proses sosialisasi terjadi dalam kehidupan sehari-hari melalui interaksi sosial
dengan menggunakan media atau lingkungan sosial tertentu. Oleh sebab itu,
kondisi kehidupan lingkungan tersebut akan sangat mewarnai dan mempengaruhi
input dan pengetahuan yang diserap oleh setiap pelajar. Karena itulah dalam
membahas perilaku penyimpangan pelajar, penulis menitikberatkan pada
pendekatan sistem, yaitu perilaku individu sebagai masalah sosial yang bersumber
dari sistem sosial terutama dalam pandangan disorganisasi sosial sebagai sumber
masalah. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada umumnya para pelajar yang
mengalami gejala disorganisasi sosial dalam keluarga misalnya, maka norma dan
nilai sosial menjadi kehilangan kekuatan mengikat. Dengan demikian kontrol sosial
menjadi lemah, sehingga memungkinkan terjadinya berbagai bentuk penyimpangan
perilakunya.
2. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penulisan ini adalah:
1. Mengidentifikasi faktor-faktor pendorong timbulnya perilaku penyimpangan yang
dilakukan para pelajar.

2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk perilaku menyimpang


3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah ini adalah:
1.
pelajar?

Apakah faktor-faktor timbulnya perilaku menyimpang yang dilakukan

2.

Apakah bentuk-bentuk perilaku menyimpang?

BAB II
LANDASAN TEORI
1.

Penyimpangan sosial

Perilaku menyimpang adalah perilaku dari para warga masyarakat yang dianggap
tidak sesuai dengan kebiasaan, tata aturan atau norma sosial yang berlaku. Secara
umum, yang digolongkan sebagai perilaku menyimpang, antara lain tindakan
yang nonconform, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan nilai atau norma yang
ada; tindakan yang anti sosial atau asosial, yaitu tindakan yang melawan kebiasaan
masyarakat atau kepentingan umum; dan tindakan-tindakan kriminal, yaitu
tindakan yang nyata-nyata telah melanggar aturan-aturan hukum tertulis dan
mengancam jiwa atau keselamatan orang lain.
Perilaku menyimpang didefinisikan secara berbeda berdasarkan empat sudut
pandang. Petama, secarastatiskal, yaitu segala perilaku yang bertolak dari suatu
tindakan yang bukan rata-rata atau perilaku yang jarang dan tidak sering dilakukan.
Kedua, secara absolut atau mutlak. Definisi perilaku menyimpang yang berasal dari
kaum absolutis ini berangkat dari aturan-aturan sosial yang dianggap sebagai
sesuatu yang mutlak atau jelas dan nyata, sudah ada sejak dulu, serta berlaku
tanpa terkecuali, untuk semua warga masyarakat. Ketiga, secara reaktif, yaitu
perilaku yang dicapkan kepadanya atau orang lain telah memberi cap kepadanya.
Dan keempat, secara normatif, yaitu penyimpangan adalah suatu pelanggaran dari
suatu norma sosial.
Ada dua perspektif yang bisa digunakan untuk memahami sebab-sebab dan latar
belakang seseorang atau kelompok berperilaku munyimpang, yaitu perspektif
individualistik dan yang kedua adalah teori-teori sosiologi.

A.Pengertian
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku menyimpang diartikan
sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang
terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada
di dalam masyarakat.
Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan
(norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik
oleh masyarakat. Namun demikian di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang
masih kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang
berlaku pada masyarakat, misalnya seorang siswa menyontek pada saat ulangan,
berbohong, mencuri, dan mengganggu siswa lain.
Berikut ini beberapa definisi dari perilaku menyimpang yang dijelaskan oleh
beberapa ahli sosiologi :
a. James Worker Van der Zaden. Penyimpangan sosial adalah perilaku yang oleh
sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi.
b. Robert Muhamad Zaenal Lawang. Penyimpangan sosial adalah semua tindakan
yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam masyarakat dan
menimbulkan usaha dari yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki
perilaku menyimpang tersebut.
c. Paul Band Horton. Penyimpangan sosial adalah setiap perilaku yang dinyatakan
sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat.
d.Paul B.Horton .Penyimpangan sosial adalah setiap perilaku yang dinyatakan
sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat.
Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut
deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan
disebut devian (deviant). Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku yang
tidak menyimpang yang sering disebut dengan konformitas. Konformitas adalah
bentuk interaksi sosial yang di dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan
harapan kelompok.

B.Teori-teori perilaku menyimpang


a.Teori Differencial Association (Edwin H. Sutherland)
Teori ini menyatakan bahwa perilaku menyimpang merupakan perilaku yang di
sebabkan karena hubungan diferensiasi.
b.Teori Labelling (Edwin M.Lemert)
Teori ini menyatakan bahwa perilaku menyimpang merupakan perilaku yang
menyimpang karena pemberian penjulukan .Teori ini menggambarkan bagaimana
suatu perilaku menyimpang seringkali menimbulkan serangkaian peristiwa yang
justru mempertegas dan meningkatkan tindakan penyimpangan.

c.Teori Merton
Merton mengindefikasikan lima tipe cara adaptasi individu terhadap situasi
tertentu ,empat diantara perilaku dalam menghadapi situasi tersebut merupakan
perilaku menyimpang .
Konformitas,merupakan cara yang paling banyak dilakukan
Inovasi,merupakan cara dimana perilaku mengikuti tujuan yang di tentukan
masyarakat tetapi memakai cara yang dilarang oleh masyarakat.
Ritualisme ,merupakan perilaku seseorang yang telah meninggalkan tujuan budaya
namun masih tetap berpegang pada cara-cara yang telah digariskan masyarakat.
Retreatism,merupakan bentuk adaptasi berikut .Dalam bentuk adaptasi ini perilaku
seseorang tidak mengikuti tujuan budaya dan tidak mengikuti cara untuk meraih
tujuan budaya .pola adaptasi ini dapat di jumpai pada orang yang menderita
gangguan jiwa,gelandangan,pemabuk,pecandu obat bius.
Rebellion (pemberontak ),merupakan bentuk adaptasi terakhir.Dalam pola adaptasi
iniorang tidak lagi mengakui struktur social yang ada dan berupaya menciptakan
suatu struktur social yang lain.

d.Teori Fungsi dari Durkheim


Durkheim berpandangan bahwa kejahatan perlu bagi masyarakat karena dengan
adanya kejahatan maka moralitas dan hukum dapat berkembang secara normal.
e.Teori konflik dari Karl Marx
Menurut pandangan ini apa yang merupakan perilaku menyimpang di definisikan
oleh kelompok-kelompok berkuasa dalam masyarakat untuk melindungi
kepentingan mereka sendiri.Hukum merupakan pencerminan kepentingan kelas
yang berkuasa dan bahwa sistem peradilan pidana mencerminkan nilai dan
kepentingan mereka.
Ada dua macam konflik dalam teori ini ,yaitu ;
Teori konflik budaya
Ini terjadi bilamana dalam suatu masyarakat terdapat sejumlah kebudayaan khusus
hal tersebut mengurangi kemungkinan timbulnya kesepakatan nilai.
Teori konflik kelas social
Mereka memandang kesepakatan nilai sebagai mitos yang diciptakan secara halus
oleh mereka yang berkuasa demi kepentingan mereka sendiri karena hal tersebut
akan memuat nilai mereka seolah-olah merupakan nilai semua orang .mereka yang
menentang hak-hak istimewa kelas dianggap penjahat .
f.Teori pengendalian

Kebanyakan orang menyesuaikan diri dengan nilai dominan karena adanya


pengendalian dari dalam maupun dari luar .
Dalam masyarakat konvensional terdapat empat hal yang mengikat individu
terhadap norma masyarakatnya ,yaitu ;
Kepercayaan ,mengacu pada norma yang di hayati
Ketanggapan ,yaitu sikap tanggap seseorang terhadap pendapat orang lain
Keterikatan,berhubungan dengan berapa banyak imbalan yang di terima seseorang
atas perilakunya
Keterlibatan ,mengacu pada kegiatan seseorang dalam berbagai lembaga
masyarakat
C. Ciri-ciri
Menurut Paul B. Horton perilaku menyimpang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a.Penyimpangan harus dapat didefinisikan. Perilaku dikatakan menyimpang atau
tidak harus bisa dinilai berdasarkan kriteria tertentu dan diketahui penyebabnya.
b.Penyimpangan bisa diterima bisa juga ditolak. Perilaku menyimpang tidak
selamanya negatif, ada kalanya penyimpangan bisa diterima masyarakat, misalnya
wanita karier. Adapun pembunuhan dan perampokan merupakan penyimpangan
sosial yang ditolak masyarakat.
c.Penyimpangan relatif dan penyimpangan mutlak. Semua orang pernah melakukan
perilaku menyimpang, akan tetapi pada batas-batas tertentu yang bersifat relatif
untuk semua orang. Dikatakan relatif karena perbedaannya hanya
pada frekuensi dan kadar penyimpangan. Jadi secara umum, penyimpangan yang
dilakukan setiap orang cenderung relatif. Bahkan orang yang telah melakukan
penyimpangan mutlak lambat laun harus berkompromi dengan lingkungannya.
d.Penyimpangan terhadap budaya nyata ataukah budaya ideal. Budaya ideal adalah
segenap peraturan hukum yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat. Akan
tetapi pada kenyataannya tidak ada seorang pun yang patuh terhadap segenap
peraturan resmi tersebut karena antara budaya nyata dengan budaya ideal selalu
terjadi kesenjangan. Artinya, peraturan yang telah menjadipengetahuan umum
dalam kenyataan kehidupan sehari-hari cenderung banyak dilanggar.
e.Terdapat norma-norma penghindaran dalam penyimpangan. Norma penghindaran
adalah pola perbuatan yang dilakukan orang untuk memenuhi keinginan mereka,
tanpa harus menentang nilai-nilai tata kelakukan secara terbuka. Jadi norma-norma
penghindaran merupakan bentuk penyimpangan perilaku yang bersifat setengah
melembaga.
f.Penyimpangan sosial bersifat adaptif (menyesuaikan). Penyimpangan sosial tidak
selamanya menjadi ancaman karena kadang-kadang dapat dianggap sebagai alat
pemikiran stabilitas sosial.
D.Sifat-sifat perilaku menyimpang

Berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.


Penyimpangan bersifat positif. Penyimpangan bersifat positif adalah penyimpangan
yang mempunyai dampak positif ter-hadap sistem sosial karena mengandung
unsur-unsur inovatif, kreatif, dan memperkaya wawasan seseorang. Penyimpangan
seperti ini biasanya diterima masyarakat karena sesuai perkembangan zaman.
Misalnya emansipasi wanita dalam kehidupan masyarakat yang memunculkan
wanita karier.
Penyimpangan bersifat negatif. Penyimpangan bersifat negatif adalah
penyimpangan yang bertindak ke arah nilai-nilai sosial yang dianggap rendah dan
selalu mengakibatkan hal yang buruk. Bobot penyimpangan negatif didasarkan
pada kaidah sosial yang dilanggar. Pelanggaran terhadap kaidah susila dan adat
istiadat pada umumnya dinilai lebih berat dari pada pelanggaran terhadap tata cara
dan sopan santun. Bentuk penyimpangan yang bersifat negatif antara lain sebagai
berikut:
E.Bentuk-bentuk perilaku menyimpang
Bentuk bentuk penyimpangan di bagi menjadi enam ,yaitu ;
1.
Penyimpangan primer (primary deviation). Penyimpangan primer adalah
penyimpangan yang dilakukan seseorang yang hanya bersifat temporer dan tidak
berulang-ulang. Seseorang yang melakukan penyimpangan primer masih diterima
di masyarakat karena hidupnya tidak didominasi oleh perilaku menyimpang
tersebut. Misalnya, siswa yang terlambat, pengemudi yang sesekali melanggar
peraturan lalu lintas, dan orang yang terlambat membayar pajak.
2.
Penyimpangan sekunder (secondary deviation). Penyimpangan sekunder
adalah perilaku menyimpang yang nyata dan seringkali terjadi, sehingga berakibat
cukup parah serta menganggu orang lain. Misalnya orang yang terbiasa minumminuman keras dan selalu pulang dalam keadaan mabuk, serta seseorang yang
melakukan tindakan pemerkosaan. Tindakan penyimpangan tersebut cukup
meresahkan masyarakat dan mereka biasanya di cap masyarakat sebagai
pencuri, pemabuk, "penodong", dan "pemerkosa". Julukan itu makin melekat
pada si pelaku setelah ia ditangkap polisi dan diganjar dengan hukuman.
3.
Penyimpangan individual (individual deviation) adalah tindakan yang
dilakukan oleh seseorang yang menyimpang dari norma-norma suatu kebudayaan
yang telah mapan. Misalnya, seseorang bertindak sendiri tanpa rencana
melaksanakan suatu kejahatan, seperti: mencuri, menodong, dan memeras.
Penyimpangan individu berdasarkan kadar penyimpangannya dibagi menjadi lima,
yaitu sebagai berikut.
4.
Pembandel yaitu penyimpangan yang terjadi karena tidak patuh pada nasihat
orang tua agar mengubah pendiriannya yang kurang baik.
5.
Pembangkang yaitu penyimpangan yang terjadi karena tidak taat pada
peringatan orang-orang.

6.
Pelanggar yaitu penyimpangan yang terjadi karena melanggar norma-norma
umum yang berlaku dalam masyarakat.
7.
Perusuh atau penjahat yaitu penyimpangan yang terjadi karena mengabaikan
norma-norma umum, sehingga menimbulkan kerugian harta benda atau jiwa di
lingkungannya.
8.
Munafik yaitu penyimpangan yang terjadi karena tidak menepati janji ,berkata
bohong ,mengkhianati kepercayaan,dan berlagak membela.
9.
Penyimpangan kelompok adalah tindakan yang dilakukan oleh sekelompok
orang yang tunduk pada norma kelompok yang bertentangan dengan norma
masyarakatyang berlaku.
10. Penyimpangan situasional,yakni penyimpangan jenis ini di sebabkan oleh
pengaruh bermacam-macam kekuatan situasional atau social diluar individu dan
memaksa individu tersebut untuk berbuat menyimpang.
11. Penyimpangan sistematik,yaitu suatu contoh tingkah laku yang di sertai
organisasi social khusus ,status formal,peranan-peranan,nilai-nilai,norma-norma,dan
moral tentang semuanya berbeda dengan situasi umum.
F.Macam-macam penyimpangan
Macam-macam penyimpangan menurut Robert M.Lawang ada empat macam
penyimpangan ,yaitu ;
1.

Perilaku menyimpang yang dianggap sebagai kejahatan atau criminal

2.
Penyimpangan seksual,yaitu perilaku seksual yang tidak lazim ,dan lain dari
biasanya
3.

Penyimpangan dalam bentuk gaya hidup yang lain dari biasanya

4.
Penyimpangan dalam bentuk pemakaian atau mengkonsumsi obat-obatan dan
minum-minuman keras yang berlebihan
G. Penyebab Terjadi
Menurut Wilnes dalam bukunya Punishment and Reformation sebab-sebab
penyimpangan/kejahatan dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut :
a.
Faktor subjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat
pembawaan yang dibawa sejak lahir).
b.
Faktor objektif adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan). Misalnya
keadaan rumah tangga, seperti hubungan antara orang tua dan anak yang
tidak serasi.
Untuk lebih jelasnya, berikut diuraikan beberapa penyebab terjadinya
penyimpangan seorang individu (faktor objektif), yaitu:

1.
Ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan. Seseorang yang
tidak sanggup menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam kepribadiannya, ia
tidak dapat membedakan hal yang pantas dan tidak pantas. Keadaan itu terjadi
akibat dari proses sosialisasi yang tidak sempurna, misalnya karena seseorang
tumbuh dalam keluarga yang retak (broken home). Apabila kedua orang tuanya
tidak bisa mendidik anaknya dengan sempurna maka anak itu tidak akan
mengetahui hak dan kewajibannya sebagai anggota keluarga.
2.
Proses belajar yang menyimpang. Seseorang yang melakukan tindakan
menyimpang karena seringnya membaca atau melihat tayangan
tentang perilaku menyimpang. Hal itu merupakan bentuk perilaku menyimpang
yang disebabkan karena proses belajar yang menyimpang. Misalnya, seorang anak
yang melakukan tindakan kejahatan setelah melihat tayangan rekonstruksi cara
melakukan kejahatan atau membaca artikel yang memuat tentang tindakan
kriminal. Demikian halnya karier penjahat kelas kakap yang diawali dari kejahatan
kecil-kecilan yang terus meningkat dan makin berani/nekad merupakan
bentuk proses belajar menyimpang. Hal itu juga terjadi pada penjahat berdasi
putih (white collar crime) yakni para koruptor kelas kakap yang merugikan
uangnegara bermilyar- milyar. Berawal dari kecurangan-kecurangan kecil semasa
bekerja di kantor/mengelola uang negara, lama kelamaan makin berani dan
menggunakan berbagai strategi yang sangat rapi dan tidak mengundang
kecurigaan karena tertutup oleh penampilan sesaat.
3.
Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial. Terjadinya ketegangan
antara kebudayaan dan struktur sosial dapat mengakibatkan perilaku yang
menyimpang. Hal itu terjadi jika dalam upaya mencapai suatu tujuan seseorang
tidak memperoleh peluang, sehingga ia mengupayakan peluang itu sendiri, maka
terjadilah perilaku menyimpang. Misalnya jika setiap penguasa terhadap rakyat
makin menindas maka lama-kelamaan rakyat akan berani memberontak untuk
melawan kesewenangan tersebut. Pemberontakan bisa dilakukan secara terbuka
maupun tertutup dengan melakukan penipuan-penipuan/pemalsuan data agar
dapat mencapai tujuannya meskipun dengan cara yang tidak benar. Penarikan
pajak yang tinggi akan memunculkan keinginan memalsukan data, sehingga nilai
pajak yang dikenakan menjadi rendah. Seseorang mencuri arus listrik untuk
menghindari beban pajak listrik yang tinggi. Hal ini merupakan bentuk
pemberontakan/perlawanan yang tersembunyi.
4.
Ikatan sosial yang berlainan. Setiap orang umumnya berhubungan dengan
beberapa kelompok. Jika pergaulan itu mempunyai pola-pola perilaku yang
menyimpang, maka kemungkinan ia juga akan mencontoh pola-pola perilaku
menyimpang.
5.
Akibat proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan yang menyimpang.
Seringnya media massa menampilkan berita atau tayangan tentang tindak
kejahatan (perilaku menyimpang) menyebabkan anak secara tidak sengaja
menganggap bahwa perilaku menyimpang tersebut sesuatu yang wajar. Hal inilah
yang dikatakan sebagai proses belajar dari sub-kebudayaan yang menyimpang,
sehingga terjadi proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan menyimpang pada diri

anak dan anak menganggap perilaku menyimpang merupakan sesuatu yang


wajar/biasa dan boleh dilakukan.
6.

Keinginan untuk dipuji

7.

Dorongan kebutuhan ekonomi

8.

Pelampiasan rasa kecewa

9.

Sifat mental yang tidak sehat.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Adakalanya terjadi penyimpangan terhadap nilai dan norma yang ada. Tindakan
manusia yang menyimpang dari nilai dan norma atau peraturan disebut dengan
perilaku menyimpang.terutama pada kalangan remaja karena tingkat emosionalnya
cukup tinggi dan bulum mampu mengontrol diri dalam mengambil pergaulan
.perilaku menyimpang ini tidak memandang umur baik anak-anak sampai orang
dewasa bisa melakukan perilaku menyimpang tersebut .
B. SARAN
Sebaiknya kita harus lebih memperhatikan dan mentaati segala aturan dan norma
yang berlaku di lingkungan kita karena perilaku menyimpang dapat menyebabkan
kerusakan moral pada masyarakat terutama pada remaja ,apalagi pada zaman ini
banyak terdapat perilaku menyimpang sehingga kita harus lebih menjaga diri dari
perilaku-perilaku tersebut agar tidak merusak masa depan kita .

DAFTAR PUSTAKA

www.google.com
Budiati, Atik Catur.2009.Sosiologi Kontekstual Kelas 10.Penerbit:Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
Purwoto, Juarti.Tanpa Tahun.Sosiologi untuk SMA/MA Semester II Kelas
X.CV.Sindunata.

Monday, 29 August 2016


MAKALAH PENYIMPANGAN SOSIAL
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sudah begitu banyak penyimpangan sosial di Indonesia, terlebih di masyarakat.
Penyimpangan sosial dalam era modern sudah menjadi krusial bahkan
memprihatinkan banyak pihak, baik pemerintah, akademisi, mapupun kalangan
masyarakat biasa. Penyimpangan sosial terjadi akibat berbagai faktor, salah
satunya lingkungan keluarga dan pergaulan. Masalah penyimpangan sosial
bukanlah masalah yang baru muncul. Masalah ini telah lama lahir dan hadir dalam
masyarakat. Namun demikian, masalah-masalah penyimpangan sosial ini tetap saja
ada dan melekat dalam kehidupan masyarakat seolah tidak ada tindakan yang
menanganinya. Ada banyak jenis dan perilaku-perilaku menyimpang yang dilakukan
oleh masyarakat dan telah banyak pula aturan-aturan yang mengatur tentang
penyimpangan tersebut. Pada kenyataannya, hingga saat ini penyimpangan sosial
masih terus terjadi meskipun aturan atau bahkan hukuman diberlakukan bagi para
pelaku. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat akan
buruknya perilaku-perilaku menyimpang, atau mungkin kurangnya sosialisasi
tentang penyimpangan sosial.
Ironisnya, ada banyak masyarakat yang merasa bangga ketika melakukan suatu
perilaku menyimpang, seperti merokok, padahal perilaku menyimpang jelas
bukanlah hal yang patut untuk dibanggakan. Keadaan seperti inilah yang akan
memicu dan memperluas lingkup terjadinya penyimpangan sosial. Selain itu,
penyimpangan sosial akan selalu berpengaruh terhadap masyarakat lain. Para
pelaku penyimpangan sosial akan berinteraksi dengan masyarakat lain dan secara
tidak langsung ia akan memberikan sugesti-sugesti untuk mengikuti perilakunya.
Jika masyarakat tidak memiliki kesadaran yang kuat dan pengetahuan yang lemah
akan perilaku menyimpang, maka dengan mudah mereka akan terpengaruh dan
terbawa dalam kondisi menyimpang. Sebagian masyarakat awam mungkin
menganggap perilaku menyimpang sebagai perilaku yang normal dan wajar untuk
dilakukan, hal itu disebabkan karena masyarakat terlalu sering melakukan atau
sekedar mengamati perilaku-perilaku menyimpang tersebut dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga hal tersebut menjadi biasa
Dengan keadaan masyarakat seperti uraian di atas, penulis berharap
makalah ini dapat sedikit membantu meningkatkan kesadaran masyarakat akan
pentingnya pengetahuan tentang perilaku menyimpang atau penyimpaganpenyimpangan sosial. Serta memberikan informasi-informasi tentang apa yang
dapat menjadi pemicu terjadinya penyimpangan sosial. Sehingga, ke depannya
dapat dibentuk masyarakat yang bermoral dan menghindari perilaku-perilaku
menyimpang. Karena hal tersebut juga akan mempengaruhi kualitas bangsa di
mata dunia internasional.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan
masalah yang akan di bahas adalah :

Apa pengertian dari penyimpangan sosial ?


Apa penyebab perilaku menyimpang?
Sebutkan teori penyimpangan sosial?
Bagaimana proses pembentukan perilaku menyimpang?
Apa contoh penyimpangan sosial ?
Upaya apa yang dapat dilakukan untuk mencegah penyimpangan sosial ?

1.3 Tujuan Penulisan


Dengan rumusan masalah yang telah diutarakan di atas, tujuan penulis
dalam pembuatan makalah tentang penyimpangan sosial ini adalah agar pembaca
dapat :
Untuk mengetahui pengertian dari penyimpangan sosial ?
Untuk mengetahui penyebab perilaku menyimpang?
Untuk mengetahui teori penyimpangan sosial?
Untuk mengetahui proses pembentukan perilaku menyimpang?
Untuk mengetahui contoh penyimpangan sosial ?
Untuk mengetahui Upaya apa yang dapat dilakukan untuk mencegah
penyimpangan sosial ?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penyimpangan Sosial

Penyimpangan adalah segala bentuk perilaku yang tidak menyesuaikan diri


dengan kehendak masyarakat. Dengan kata lain, penyimpangan adalah tindakan
atau perilaku yang tidak sesuai dengan norma dan nilai yang dianut dalam
lingkungan baik lingkungan keluarga maupun masyarakat. Penyimpangan terjadi
apabila seseorang atau kelompok tidak mematuhi norma dan nilai yang berlaku
dalam masyarakat. Penyimpangan terhadap nilai dan norma dalam masyarakat
disebut dengan deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang
melakukan penyimpangan disebut divian (deviant). Berikut merupakan beberapa
pengertian penyimpangan sosial menurut para ahli:
James W van de Zanden, penyimpangan sosial sebagai perilaku yang oleh sejumlah
besar orang dianggap tercela dan di luar batas toleransi.
Bruce J. Cohen, penyimpangan sosial sebagai perbuatan yang mengabaikan norma
dan terjadi jika seseorang atau kelompok tidak mematuhi patokan baku dalam
masyarakat (dalam buku Sosiologi : Suatu Pengantar, Terjemahan).
Robert M.Z. Lawang, penyimpangan sosial sebagai semua tindakan yang
menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan
menimbulkan usaha dari pihak yang berwenang dalam sistem itu untuk
memperbaiki perilaku yang menyimpang (dalam buku materi pokok pengantar
sosiologi).
Penyimpangan sosial terlihat dalam bentuk perilaku menyimpang. Perilaku
menyimpang disebut nonkonformitas. Jadi, pada dasarnya perilaku menyimpang
adalah perilaku yang menyimpang atau sifat sesuai dengan norma dan nilai-nilai
yang dianut masyarakat atau kelompok, baik secara sengaja ataupun tidak sengaja.

Gambar sedang terjadi penyimpangan sosial pada kalangan pelajar di sekolah

2.2 Penyebab Penyimpangan Perilaku Sosial


Terjadinya perilaku menyimpang haruslah dilihat dari situasi dan kondisi
masyarakat yang ada. Adapun faktor-faktor penyebab timbulnya perilaku yang
menyimpang adalah sebagai berikut.
Perbedaan status (kesenjangan) sosial antara si kaya dan si miskin yang sangat
mencolok mengakibatkan timbulnya rasa iri dan dengki sehingga
Banyaknya pemuda putus sekolah (drop out) dan pengangguran. Mereka yang tidak
mempunyai keahlian tidak mungkin bisa bekerja di perkantoran, padahal mereka
membutuhkan sandang, pangan, dan tempat tinggal. Akhirnya, mereka mengambil
jalan pintas dengan menjadi pengamen atau pengemis jalanan.

Kebutuhan ekonomi untuk serba berkecukupan, tanpa harus bersusah payah


bekerja, mengakibatkan seseorang mengambil jalan pintas dengan cara mencuri,
merampok, menodong, dan lain-lain.
Keluarga yang berantakan (broken home) dapat menyebabkan adanya
penyimpangan sosial. Sebagai pelampiasan, mereka melakukan kegiatankegiatan
yang sifatnya negatif seperti berjudi, narkoba, miras, terjun ke dalam kompleks
prostitusi.
Pengaruh media massa seperti adanya berita dan gambar-gambar serta siaran TV
yang menyajikan tentang tayangan tindak kekerasan dan kriminalitas.

2.3 Teori Penyimpangan Sosial


Penyimpangan sosial yang terjadi disebabkan oleh banyak faktor. Oleh karena
itu, muncullah beberapa teori tentang penyimpangan, antara lain sebagai berikut :
1. Teori Anatomi
Teori ini berpandangan bahwa munculnya perilaku menyimpang adalah konsekuensi
dari perkembangan norma masyarakat yang makin lama makin kompleks sehingga
tidak ada pedoman jelas yang dapat dipelajari dan dipatuhi warga masyarakat
sebagai dasar dalam memilih dan bertindak dengan benar. Robert K. Merton
mengemukakan bahwa penyimpangan perilaku itu terjadi karena masyarakat
mempunyai struktur budaya dengan sistem nilai yang berbeda-beda sehingga tidak
ada satu standar nilai yang dijadikan suatu kesepakatan untuk dipatuhi bersama
sehingga masyarakat akan berperilaku sesuai dengan standar.
Dalam suatu perombakan struktur nilai seringkali terjadi perbaharuan untuk
meyempurnakan tata nilai yang lama dan dianggap tidak sesuai. Dalam konteks ini
terjadi inovasi nilai. Inovasi adalah suatu sikap menerima tujuan yang sesuai
dengan nilai budaya tetapi menolak cara yang melembaga untuk mencapai tujuan.

2. Teori Pengendalian
Teori ini muncul bahwa perilaku menyimpang pada dasarnya dipengaruhi oleh dua
faktor.
Pengendalian dari dalam yang berupa norma-norma yang dihadapi.
Pengendalian yang berasal dari luar, yaitu imbalan sosial terhadap konformitas dan
sanksi atau hukuman bagi masyarakat yang melanggar norma tersebut.
Untuk mencegah agar perilaku menyimpang tidak berkembang lagi maka perlunya
masyarakat melakukan peningkatan rasa keterikatan dan kepercayaan terhadap
lembaga dasar masyarakat. Semakin kuat ikatan antara lembaga dasar dengan

masyarakat, akan semakin baik karena bisa menghayati norma sosial yang dominan
yang berlaku dalam masyarakat.

3. Teori Reaksi Sosial


Teori ini umumnya berpendapat bahwa pemberian cap atau stigma seringkali
mengubah perilaku masyarakat terhadap seseorang yang menyimpang, sehingga
bila seseorang melakukan penyimpangan primer maka lambat laun akan melakukan
penyimpangan sekunder.
Seseorang yang tertangkap basah mencuri, dan kemudian diberitakan di media
massa sehingga khalayak umum mengetahuinya maka beban pertama yang harus
ia tanggung adalah adanya stigma atau cap dari lingkungannya yang
mengklasifikasikannya sebagai penjahat. Cap sebagai residivis itu biasanya sifatnya
abadi. Kendati orang tersebut telah menebus kesalahannya yang diperbuat tadi,
yaitu dengan dipenjara, namun hal itu tidak cukup efektif untuk menumbuhkan
kembali kepercayaan masyarakat akan dirinya.

4. Teori Sosialisasi
Menurut para ahli sosiologi, munculnya perilaku menyimpang pada teori ini,
didasarkan dengan adanya ketidakmampuan masyarakat untuk menghayati norma
dan nilai yang dominan. Penyimpangan tersebut disebabkan adanya gangguan
pada proses penghayatan dan pengamalan nilai tersebut dalam perilaku seseorang.
Pada lingkungan komunitas yang rawan dan kondusif bagi tumbuhnya perilaku
menyimpang adalah sebagai berikut.
a.

Jumlah penduduk yang berdesak-desakan dan padat.

b.

Penghuni berstatus ekonomi rendah.

c.

Kondisi perkampungan yang sangat buruk.

d.

Banyak terjadi disorganisasi familiar dan sosial yang bertingkat tinggi.

Menurut pendapat Shaw, Mckay dan mcDonal (1938), menemukan bahwa di


kampung-kampung yang berantakan dan tidak terorganisasi secara baik, perilaku
jahat merupakan pola perilaku yang normal dan wajar.

2.4 Proses Pembentukan Perilaku Menyimpang

Pembentukan perilaku menyimpang dapat terjadi karena proses sosialisasi yang


tidak sempurna dan nilai-nilai subkebudayaan menyimpang.
Proses sosialisasi yang tidak sempurna
Dalam proses sosialisasi yang sangat berperan adalah agents of sosialization atau
pihak-pihak yang melaksanakan sosialisasi. Adapun agen-agen sosialisasi terdiri
atas : keluarga, sekolah, kelompok pergaulan, dan media massa.
Para agen sosialisasi menyampaikan pesan-pesan yang berbeda antara orang tua
dengan lainnya. Hal-hal yang diajarkan oleh keluarga mungkin berbeda dengan
yang disampaikan oleh agen di sekolah. Contoh: Perilaku yang dilarang oleh
keluarga dan sekolah, seperti penyalahgunaan narkoba, pelecehan seksual,
membolos, merokok, berkelahi, dan lain-lain diperoleh dari agen sosialisasi,
kelompok pergaulan dan media massa.
Proses sosialisasi seolah-olah tidak sempurna karena tidak sepadan antara agen
sosialisasi satu dengan yang lain. Proses sosialisasi yang tidak sempurna antara lain
disebabkan oleh :
Terjadinya disorganisasi keluarga yaitu perpecahan dalam keluarga sebagai satu
unit, karena anggota keluarga gagal dalam memenuhi kewajibannya yang sesuai
dengan perannya.
Peperangan mengakibatkan disorganisasi dalam berbagai aspek kemasyarakatan.
Dalam keadaan kacau, nilai dan norma tidak berfungsi sehingga banyak sekali
penyimpangan.

2.5 Contoh penyimpangan Sosial


Ada berbagai jenis penyimpangan sosial yang terjadi dalam keluarga ataupun
masyarakat. Berikut ini beberapa contoh penyimpangan sosial, antara lain yaitu
penyalahgunaan narkotika, perkelahian pelajar, perilaku seksual di luar nikah,
perilaku kriminal, dan homoseksualitas.
1. Penyalahgunaan Narkotika
Penyalahgunaan narkotika dengan dosis teratur dapat bermanfaat seperti untuk
keperluan kesehatan, yaitu suntikan dalam proses pembedahan atau pada
operasioperasi sehingga orang tidak merasakan sakit ketika dilaksanakan suatu
operasi. Namun, penggunaan dengan dosis melampaui ukuran normal dapat
menimbulkan efek negatif, yakni overdosis. Dalam kondisi seperti ini orang akan
mengalami penurunan kesadaran, yaitu setengah sadar dan ingatannya menjadi
kacau. Menurut hasil penelitian ilmiah Dr. Graham Baliane (psikiater),
mengemukakan bahwa alasan seorang remaja yang menggunakan narkotika
adalah:
membuktikan keberaniannya dalam melakukan tindakan-tindakan yang berbahaya;

menunjukkan tindakan yang menentang otoritas orang tua, guru, dan norma sosial;
mempermudah penyaluran perilaku seks;
melepaskan diri dari kesepian;
mencari dan menemukan arti hidup;
mengisi kekosongan;
menghilangkan frustasi dan kegelisahan hidup;
mengikuti kawan-kawan, karena tidak ingin dikatakan sebagai pecundang;
sekadar iseng-iseng dan didorong rasa ingin tahu.
Penyalahgunaan narkotika dan zat-zat lain yang sejenisnya merupakan perbuatan
yang merusak dengan segala akibat negatifnya. Seseorang yang sudah merasa
tergantung akan narkotika bisa merugikan diri sendiri dan hancurnya kehidupan
masa depan.
Beberapa jenis tanaman bahan narkotika dan obat bius, antara lain sebagai berikut.
Candu dan opium yang berasal dari tumbuhan Papaver somniferum.
Morfin merupakan zat yang diperoleh dari candu. Umumnya morfin berwarna
putih dan berwujud bubukan serta berasa pahit. Jenis lainnya adalah heroin dan
kokain.
Alkohol mempunyai sifat menimbulkan gangguan pada susunan saraf. Apabila
diminum pada awalnya akan merasa senang, akan tetap lama kelamaan dapat
menimbulkan kesadarannya merendah, badan terganggu dan lain sebagainya.
Kokain diperoleh dari tumbuhan Erythroxylon coca, termasuk jenis tumbuhan semak
yang tingginya 2 cm. Daunnya mengandung zat pembius, banyak dipakai untuk
operasi.
Ganja atau mariyuana diperoleh dari tumbuhan yang bernama Canabis Sativa.
Cocok di daerah tropis dan sub tropis.
Kafein yang terkandung dalam kopi memengaruhi susunan saraf dan jantung.
LSD (Lusergic acid Diethylamide) dapat menyebabkan halusinasi atau bayangan
dengan bermacam-macam khayalan.
Tembakau mengandung racun nikotin yang keras. Nikotin merangsang susunan urat
saraf sehingga dapat menimbulkan ketagihan.

2. Perilaku Seksual di Luar Nikah


Adanya gambar-gambar porno baik itu di media cetak dan media elektronik dapat
mendorong timbulnya perilaku seksual di luar nikah. Hubungan seksual di luar
pernikahan dianggap sebagai pelanggaran norma, baik itu norma agama maupun

norma sosial yang ada. Oleh karena itu, sejak dulu manusia telah membuat
seperangkat aturan tata nilai dan norma-norma yang mengatur hubungan perilaku
seksual, agar fungsi reproduksi manusia dapat berlangsung tanpa mengganggu
ketertiban sosial.
Akibat penyimpangan seksual yang paling mengerikan saat ini adalah penyakit
AIDS. AIDS adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh adanya virus yang dapat
merusak jaringan tubuh manusia sehingga dapat menimbulkan kematian. Virus
tersebut lebih dikenal dengan nama HIV (Human Immuno Deciency Virus). Virus ini
adalah suatu virus yang menyerang sel darah putih manusia yang mengakibatkan
penurunan daya tahan tubuh sehingga mudah diserang penyakit. Virus HIV dapat
menular lewat tranfusi darah, pencangkokan organ tubuh, pemakaian jarum suntik
secara berlebihan, hubungan seks tidak aman, dan lain-lain.
Secara umum tanda-tanda seseorang terkena penyakit AIDS, yaitu sebagai berikut.
Demam tinggi lebih dari satu bulan.
Berat badan menurun lebih dari 10% dalam waktu singkat.
Diare lebih dari satu bulan.
Batuk berkepanjangan lebih dari satu bulan.

3. Perilaku Kriminal Lainnya


Perilaku kriminal seperti pencurian, perampokan, dan pembunuhan juga termasuk
dalam perilaku menyimpang yang sering dilakukan oleh orang-orang yang tidak
mempunyai tanggung jawab sosial. Pelakunya dapat dikenai hukuman mati,
penjara, atau pencabutan hak-hak oleh negara. Sanksi yang tegas tersebut
dimaksudkan untuk menekan dan mengendalikan tindakan kriminal yang dilakukan
oleh masyarakat yang tidak bertanggung jawab.
Pada dasarnya kriminalitas adalah semua bentuk perilaku warga masyarakat yang
telah dewasa dan bertentangan dengan norma-norma hukum, terutama adalah
hukum pidana. Ada beberapa hal yang menyebabkan timbulnya kriminalitas, yaitu
dengan adanya kepincangan sosial, tekanan mental, dan kebencian. Bisa juga
karena adanya perubahan masyarakat dan kebudayaan yang cepat tetapi tidak
dapat diikuti oleh seluruh anggota masyarakat, sehingga tidak terjadi penyesuaian
yang sempurna.

4. Homoseksualitas
Homoseksualitas adalah kecenderungan seseorang untuk tertarik kepada sesama
jenis kelamin sebagai mitra seksualnya. Tindakan homoseksualitas bertentangan
dengan norma sosial dan norma agama.

5. Kenakalan Remaja
Masalah kenakalan remaja sering menimbulkan kecemasan sosial karena remaja
sebagai generasi penerus terperosot ke arah perilaku negatif. Menurut Prof. Dr. Fuad
Hasan, kenakalan remaja adalah perbuatan antisocial yang dilakukan oleh remaja,
bila hal ini dilakukan orang dewasa termasuk tindak kejahatan.
Pendapat lain menyatakan bahwa semua perbuatan penyelewengan norma yang
menimbulkan kerusakan masyarakat dan dilakukan remaja. Remaja yang dimaksud
adalah mereka yang berusia antara 12 tahun sampai dengan 18 tahun serta belum
menikah.
6. Perkelahian Pelajar
Perkelahian pelajar sebenarnya termasuk dalam kenakalan remaja karena
merupakan bentuk perilaku menyimpang. Perilaku semacam ini sering disebut
dengan istilah tawuran.
Tawuran berbeda dengan per-kelahian satu lawan satu. Perkelahian satu lawan satu
tidak mendatangkan akibat luas, bahkan sebagian masyarakat menganggap
sebagai lambing sportivitas dan kejantanan. Perkelahian pelajar berkaitan dengan
krisis moral akrena tindakannya berlawanan dengan norma agama atau norma
sosial. Biasanya para pelajar yang terlibat perkelahian tidak memikirkan risiko yang
akan ditanggung kemudian.
7. Tindak Kenakalan
Suatu kelompok yang didonimasi oleh orang-orang yang nakal umumnya suka
melakukan sesuatu hal yang dianggap berani dan keren walaupun bagi masyarakat
umum tindakan trsebut adalah bodoh, tidak berguna dan mengganggu. Contoh
penyimpangan kenakalan bersama yaitu seperti aksi kebut-kebutan di jalan,
mendirikan genk yang suka onar, mengoda dan mengganggu cewek yang melintas,
corat-coret tembok orang dan lain sebagainya.

8. Penyimpangan Budaya
Penyimpangan kebudayaan adalah suatu bentuk ketidakmampuan seseorang
menyerap budaya yang berlaku sehingga bertentangan dengan budaya yang ada di
masyarakat. Contoh : merayakan hari-hari besar negara lain di lingkungan tempat
tinggal sekitar sendirian, syarat mas kawin yang tinggi, membuat batas atau hijab
antara laki-laki dengan wanita pada acara resepsi pernikahan, dsb.
9. Tindak Kejahatan Berkelompok / Komplotan
Kelompok jenis ini suka melakukan tindak kejahatan baik secara sembunyisembunyi maupun secara terbuka. Jenis penyimpangan ini bisa bertindak sadis
dalam melakukan tindak kejahatannya dengan tidak segan melukai hingga

membunuh korbannya. Contoh : Perampok, perompak, bajing loncat, penjajah, grup


koruptor, sindikat curanmor dan lain-lain.
10. Gaya hidup
Penyimpangan dalam bentuk gaya hidup yang lain dari perilaku umum atau
biasanya. Penyimpangan ini antara lain :
Sikap arogansi Kesombongan terhadap sesuatu yang dimilikinya seperti
kepandaian, kekuasaan, kekayaan dsb.
Sikap eksentrik Perbuatan yang menyimpang dari biasanya, sehingga
dianggap aneh, misalnya laki-laki beranting di telinga, rambut gondrong dsb.

2.6 Upaya Pencegahan Perilaku Penyimpangan Sosial


Ada banyak upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah perilaku
menyimpang. Upaya-upaya pencegahan bisa dilakukan oleh semua orang yang
bersangkutan, baik oleh pemerintah, keluarga, teman, dan lingkungan sekitar.
Upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah dengan memperluas
sosialisasi tentang penyimpangan-penyimpangan sosial. Pihak keluarga dapat
melakukan kontrol sosial. Dan teman-teman lingkungan sekitar dapat menghimbau
untuk tidak melakukan penyimpangan sosial. Kontrol sosial dan sosialisasi yang
cukup akan membantu mencegah penyimpangan-penyimpangan sosial yang terjadi
di masyarakat. Keharmonisasian keluarga juga sangat mempengaruhi terjadinya
penimpangan sosial, sehingga perlu diciptakan keluarga yang harmonis.

BAB II
PENUTUP

3.1

Kesimpulan

Adakalanya terjadi penyimpangan terhadap nilai dan norma yang ada. Tindakan
manusia yang menyimpang dari nilai dan norma atau peraturan disebut dengan
perilaku menyimpang.terutama pada kalangan remaja karena tingkat emosionalnya
cukup tinggi dan bulum mampu mengontrol diri dalam mengambil pergaulan
.perilaku menyimpang ini tidak memandang umur baik anak-anak sampai orang
dewasa bisa melakukan perilaku menyimpang tersebut.

3.2

Saran

Sebaiknya kita harus lebih memperhatikan dan mentaati segala aturan dan norma
yang berlaku di lingkungan kita karena perilaku menyimpang dapat menyebabkan
kerusakan moral pada masyarakat terutama pada remaja ,apalagi pada zaman ini
banyak terdapat perilaku menyimpang sehingga kita harus lebih menjaga diri dari
perilaku-perilaku tersebut agar tidak merusak masa depan kita .

Anda mungkin juga menyukai