Anda di halaman 1dari 9

Bab 1 Masuknya Pengaruh Cina

Kebudayaan Austronesia tidak mungkin berkembang sendiri di wilayah Asia


Tenggara, karena kawasan tersebut menjadi arena pertemuan dua kebudayaan
besar Asia yang telah lama berkembang, kedua kebudayaan itu adalah India dan
Cina. Di awal tarikh Masehi, dalam periode protosejarah, dapat dipastikan
banyak pelaut dan niagawan dari Cina dan India saling berkunjung. Para pelaut
tersebut sudah pasti melalui laut, selat, dan pantai-pantai Asia Tenggara. Pada
masa itulah terjadi interaksi antara para pelaut Cina dan India dengan penduduk
Asia Tenggara yang merupakan bangsa besar Austronesia yang telah mengalami
diasporanya.
Kebudayaan bangsa-bangsa di Asia Tenggara (baca: Austronesia) akhirnya
diperkaya dengan diterimanya pengaruh dua kebudayaan besar Asia pada masa
itu. Maka tidak mengherankan apabila banyak aspek kebudayaan yang datang
dari India dan Cina kemudian diterima oleh sub-bangsa-bangsa Austronesia di
Asia Tenggara.
Apabila diperhatikan secara saksama, maka banyak bangsa Asia Tenggara yang
pada awal tarikh Masehi justru menerima kebudayaan India. Penduduk di wilayah
Jawa, Sumatera, Bali, Semenanjung Malaysia, Tumasik (Singapura), Thailand,
Khmer, Champa, Myanmar yang menerima aspek-aspek budaya India. Adapun
Laos dan Vietnam banyak dipengaruhi oleh budaya Cina, walaupun pengaruh
kebudayaan India meninggalkan pula jejaknyawalau sedikitdi Laos dan
Vietnam. Filipina agaknya lebih lama berada dalam masa proto-sejarah dan tetap
mengembangkan kebudayaan Austronesia yang awal. Berdasarkan bukti-bukti
arkeologis yang dapat dilacak di Filipina, dapat ditafsirkan bahwa Filipina tidak
banyak mendapat pengaruh dari kebudayaan India atau Cina. Penduduk Filipina
selatan langsung menerima agama Islam dalam abad ke-15, sedangkan
penduduk Filipina di pulau-pulau bagian utara yang masih mengembangkan
kebudayaan Austronesia langsung bergaul dan menerima kebudayaan Spanyol
yang mengembangkan agama Katholik.
Apabila dibuat prosentasinya negara-negara Asia Tenggara yang mendapat
pengaruh budaya India dan yang mendapat pengaruh budaya Cina di awal tarikh
Masehi, maka keluarlah angka 70 % untuk budaya India, 20 % untuk budaya
Cina, dan 10 % yang masih mengembangkan budaya Austronesianya, artinya
tidak mendapat pengaruh dari dua kebudayaan tersebut. Sebenarnya hanya 3
aspek yang diterima dari kebudayaan India oleh kebudayaan sub-bangsa-bangsa
Austronesia di Asia Tenggara, yaitu (1) agama Hindu-Buddha, (2) penggunaan
aksara Pallawa yang menjadi dasar terbentuknya aksara-aksara tradisional Asia
Tenggara, dan (3) sistem kalender Saka. Berpijak kepada 3 hal itulah maka
kebudayaan Austronesia menjadi lebih pesat berkembang memasuki zaman
sejarahnya. Sumbangan dari kebudayaan Cina yang mengendap dan menjadi
dasar perkembangan perkembangan kebudayaan selanjutnya hampir sedikit
dirasakan oleh orang-orang Austronesia, kecuali pengaruh politik yang dirasa
lebih dominan dari pada India. Banyak sumber sejarah Asia Tenggara selalu

menyatakan bahwa raja-raja yang baru dilantik akan mengirimkan utusan ke


Cina sebagai informasi atas kedudukan barunya dan seperti meminta
pengesahan dari para kaisar Cina.
Bangsa-bangsa Asia Tenggara telah memiliki benih dari perkembangan
peradabannya. Datangnya pengaruh kebudayaan India, Cina, dan Islam,
sejatinya bagaikan air penyiram benih yang siap disemaikan. Benih itulah yang
mengakar jauh sejak masa prasaejarah lalu memasuki era protosejarah dan
akhirnya menembus zaman sejarah. Akar yang sama itu dimiliki oleh bangsabangsa Asia Tenggara, akar tersebut berupa segala pencapaian yang telah
berhasil diraih oleh bangsa Austronesia sebelum pengaruh luar memperkaya
kebudayaan mereka. Akar itu adalah segala kepandaian yang dimiliki bangsa
Austronesia dalam masa prasejarah sebagaimana yang telah dikemukakan
terdahulu. Kemudian masuklah berbagai aspek kebudayaan dari India dan Cina.
Cina memiliki perjalanan sejarah yang cukup panjang. Beberapa abad yang lalu,
Cina menyebut dirinya sebagai Kerajaan Tengah. Cina menyumbang
kebudayaan yang cukup besar di kawasan Asia Tenggara, terutama Vietnam
yakni berupa agama, budaya hingga ide-ide. Masuknya budaya Cina ke Asia
Tenggara, terjadi akibat adanya perdagangan antar pedagang Cina dan Asia
Tenggara.
Hubungan dengan India
Selain menjadi jembatan penghubung antara dua benua, kepulauan nusantara
juga terletak dalam jalur perdagangan antara dua pusat perdagangan kuno,
yaitu India dan Cina. Letaknya dalam jalur perdagangan internasional ini besar
pengaruhnya terhadap perkembangan sejarah Indonesia. J.C. van Leur and O.W.
Wolters berpendapat bahwa hubungan dagang antara India dengan Indonesia
lebih dahulu berkembang dari pada hubungan dagang antara Indonesia dengan
Cina. Para ahli berpendapat bahwa hubungan dagang antara Indonesia dengan
India telah terjadi sejak Zaman Prasejarah. Di India Selatan terdapat beberapa
suku bangsa yang memiliki kesamaan ciri-ciri fisik dengan penduduk Indonesia,
misalnya suku bangsa Parawar dan Shanar. Orang-orang Parawar sejak dulu
dikenal sebagai penyelam mutiara di teluk Manar. Mereka juga menggunakan
perahu bercadik, sedangkan Suku Shanar kehidupannya terutama dari
perkebunan kelapa. Tanaman kelapa tersebut di perkirakan berasal dari
Indonesia melalui Srilangka. Di samping itu wilayah kepulauan Nusantara banyak
disebutkan dalam kitab-kitab kuno, baik dari India maupun dari bangsa Barat.
Dalam kitab Jataka yang berisi tentang kehidupan Sang Budha menyebutkan
tentang Suvarnabhumi sebagai negeri yang memerlukan perjalanan yang jauh
dan penuh bahaya untuk mencapainya. Suvarnabhumi berarti pulau emas.
Menurut S. Levi yang dimaksud dengan Suvarnabhumi adalah sebuah negeri di
sebelah timur Teluk Benggala, sedangkan Kitab Ramayana menyebutkan nama
Yawadwipa yang diperkirakan adalah Pulau Jawa. Dikisahkan bahwa tentara kera
yang bertugas mencari Sita di negeri-negeri sebelah timur telah memeriksa
Yawadwipa yang dihias
oleh 7 kerajaan. Pulau ini adalah Pulau

Emas dan Perak. Kitab ini juga menyebutkan nama Suwarnadwipa yang berarti
pulau

emas. Suwarnadwipa memang


kemudian dipergunakan untuk menyebutkan Pulau Sumatra. Dalam kitab dari
Barat yang berjudul Periplous tes Erythras thalases merupakan kitab pedoman
untuk berlayar di Samudra India. Kitab ini di tulis oleh seorang nahkoda Yunani
Mesir yang biasa mengadakan pelayaran antara Asia barat dengan India.
Diperkirakan kitab ini ditulis pada awal tarikh Masehi. Dalam kitab Periplous
tersebut terdapat uraian yangmenerangkan bahwa ada kapal-kapal Colandia
berangkat ke Chryse (negeri emas) yang diperkirakan Pulau Sum
atra, sedangkan Colandia di perkirakan adalah Kun
-lun, sebutan tambo Cina untuk bangsa-bangsa di Asia Tenggara. Perluasan
pelayaran dan perdagangan ke arah Timur dari India ini disebabkan adanya
angin muson yang baik untuk menyeberangi Samudra Hindia ke Timur dan
sebaliknya. Seorang nahkoda yang bernama Hippalos adalah orang Barat
pertama yang mengetahui tentang adanya angin muson tersebut pada abad
pertama masehi bertepatan pula pada saat itu mulai dibuat kapal-kapal besar
untuk pelayaran jarak jauh. Sebuah sumber dari Barat lain adalah kitab
Geographike Hypegesis yang ditulis oleh Claudius Ptolomeus seorang Yunani di
Iskandaria pada abad ke-2 Masehi. Kitab ini berisi petunjuk cara-cara membuat
peta. Dalam kitabn tersebut ditemikan lagi nama-nama tempat yang
berhubungan dengan emas dan perak. Tempat tersebut adalah Argyre Chora,
Chryse Chora, dan ChrysE Chersonesos. Kitab ini juga menyebutkan pula nama
labadiou. Ywa dalam bahasa Sansekerta berarti jelai. Diou dalam bahasa Pakrit
adalah diwu dan Dwipa dalam bahasa Sansekerta yang artinya pulau. Jadi, yang
dimaksud dengan Iabadiou adalah Yawadwipa yang besar kemungkinan adalah
Pulau Jawa. Dalam Prasasti Canggal yang berangka tahun 654 Saka atau tahun
732 Masehi, Pulau Jawa disebut dengan nama Dwipa Yawa. Berdasarkan kitabkitab tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa sejak awal Masehi kepulauan
Nusantara telah masuk dalam jaringan perdagangan internasional. Motivasi
utama kedatangan orang-orang India itu untuk berdagang. Menurut Van Leur
barang-barang yang diperdagangkan pada masa itu adalah barang-barang yang
bernilai tinggi, seperti logam mulia, perhiasan, berbagai jenis tenunan, barangbarang pecah belah disamping barang-barang baku yang diperlukan untuk
berbagai kerajinan. Selain itu, juga bahan-bahan ramuan untuk wangi-wangian
dan obat sehingga barang-barang tersebut memerlukan masyarakat dalam taraf
perkembangan tertantu sebagai konsumen. Selain itu, tentang berpindahnya
minat para pedagang India kedaerah timur, Coedes menjelaskan bahwa
menjelang awal tarikh Masehi, India kehilangan sumber emas yang utama, yaitu
Siberia. Sebelumnya emas di datangkan oleh para khalifah dari Siberia melalui
Baktria. Akan tetapi, gerakan berbagai bangsa di Asia Tengah telah memutuskan

jalan-jalan kalifah dari utara itu. Sebagai gantinya India mengimpor mata uang
emas dalam jumlah besar dari Romawi. Usaha ini kemudian dihentikan oleh
Kaisar Vespasianus (69-79) karena mengalirkan emas keluar negeri ternyata
telah membahayakan ekonomi negara sehingga hal ini mendorong para
pedagang India untuk mencari emas di daerah lain. Barang-barang yang
diperdagangkan dari Indonesia selain emas berupa kayu cendana dan cengkeh
dari daerah Indonesia bagian timur. Dalam kitab Raghuvansa karangan Kalidasa
yang menurut para ahli hidup sekitar tahun 400 Masehi, disebutkan bahwa
lavanga (cengkeh) yang berasal dari dvipantar. Wolter percaya bahwa yang
dimaksud dengan dvipantara adalah kepulauan Nusantara (dwipa=nusa=pulau).
Kehadiran orang-orang India di Asia Tenggara ternyata berpengaruh besar pada
perkembangan budaya di wilayah ini, khususnya dalam proses pengendalian
Asia Tenggara. kehadiran orang-orang India di Asia Tenggara ini ternyata
berpengaruh besar pada perkembangan budaya di wilayah ini, khususnya dalam
proses pengendalian Asia Tenggara.

Untuk apa ya, orang-orang India datang ke Indonesia?


Kepulauan Nusantara selain menjadi jembatan penghubung antara dua benua,
juga terletak dalam jalur perdagangan kuno antara India dan Cina.
Jadi, kedatangan orang-orang India ke Nusantara adalah untuk berdagang, dan
banyak ahli berpendapat bahwa hubungan dagang, antara Indonesia dan India
telah terjadi sejak zaman prasejarah.

Bukti nya..
Di India Selatan terdapat beberapa suku bangsa yang memiliki kesamaan secara
fisik dengan Bangsa Indonesia, yaitu suku bangsa Prawar dan Shanar. Sejak dulu
orang Parawar dikenal sebagai penyelam mutiara di Teluk Manar, sedangkan
suku Shanar hidup dari berkebun kelapa, tumbuhan yang di duga berasal dari
Indonesia sampai ke India melalui Srilangka.
2. Kitab kuno Jataka, yang berisi tentang kehidupan Budha, menyebut-nyebut
tentang Suvarnabhumi, yang berarti pulau emas. Menurut S. Levi, yang
dimaksud dengan Suvarnabhumi adalah sebuah negeri di timur teluk Benggala,
arah itu menunjuk Sumatera.
3. Kitab Ramayana menyebut Jawadwipa yang diperkirakan sebutan untuk pulau
Jawa

4. Dalam prasasti Canggal yang berangka tahun 654 saka atau tahun 732
masehi, pulau Jawa disebut
dengan nama Dwipayawa

Bab 11 .Hubungan budaya logam dengan perkembangan manusia purba di


indonesia
. Situs-situs Peninggalan Budaya Perunggu di Indonesia
Situs-situs peninggalan budaya perunggu di Indonesia, tersebar hampir di
seluruh wilayah Indonesia. Di Sumatra bagian Selatan (daerah Bangkinang dan
Kerinci) ditemukan benda-benda perunggu berupa aneka patung dalam ukuran
kecil, cincin dan gelang-gelang. Gelang-gelang tersebut kebanyakan ditemukan
dalam kubur peti batu atau sarkofagus sebagai bekal kubur. Selain di Sumatra
situs-situs ditemukannya peninggalan budaya perunggu di Indonesia antara lain
terdapat di:
Jawa Timur (daerah Lumajang) berupa nekara tipe Heger I, pisau belati atau
pisau pendek dengan mata pisau dari besi dan pegangan dari perunggu.
Jawa Tengah (daerah Gunung Kidul, dekat Wonosari) berupa kapak, pahatan,
pisau bertangkai, cincin perunggu, dan manik-manik.
Sama seperti penemuan di Sumatra, semua temuan benda perunggu di Jawa
ditemukan di dlam kubur peti batu atau sarkofagus dan berfungsi sebagai bekal
kubur bagi yang meninggal.
Jawa Barat, berupa kapak corong, cincin, mata tombak, kapak-kapak yang
berkaitan dengan benda upacara (candrasa)
Sulawesi Selatan (Makasar) berupa bejana perunggu berbentuk pipih.
Bali (daerah Pacung dekat Sembiran) berupa nekara Pejeng
NTT berupa nekara bertipe Heger I

Di Indonesia, diantara benda-benda perunggu yang paling menarik perhatian


adalah nekara. Nekara adalah benda yang terbuat dari perunggu dengan bentuk
seperti gendang (alat musik tabuh tradisional Jawa). Terdiri dari tiga bagian, yaitu
bagian atas yang yang terdiri dari bidang pukul datar, bagian tengah yang
berbentuk silinder dan bagian bawah atau bagian kaki yang melebar. Sebuah
nekara biasanya dihiasi dengan berbagai ornamentasi dengan pola seperti
geometrik, gambar-gambar manusia dan binatang dan berbagai ornamentasi
lainnya. Dan diantara jenis nekara yang ditemukan, tipe Heger dan Pejeng
adalah yang paling terkenal. Terdapat juga jenis nekara yang ukurannya lebih
kecil, yang disebut dengan Moko atau Mako.
2. Teknik Pembuatan Berbagai Benda Peninggalan Perunggu di Indonesia
Pada periode tradisi pengecoran logam, besi dan perunggu kemungkinan besar
dikenal dalam waktu yang bersamaan. Pada periode ini manusia telah mampu
membuat alat-alat penunjang kehidupan mereka dari perunggu. Daerah asal
kebudayaan ini adalah di Indo-Cina. Masuk ke Indonesia pada sekitar tahun 500
SM. Di Indonesia, benda-benda hasil peninggalan zaman perunggu diantaranya
adalah nekara, jenis kapak, bejana, senjata, arca dan perhiasan. Situs-situs
ditemukannya peninggalan perunggu meliputi Jawa, Bali, Selayar, Luang, Roti
dan Leti.
Ada dua teknik pembuatan barang-barang dari perunggu. Teknik pertama adalah
yang dikenal dengan teknik setangkup atau bivalve, dan teknik kedua adalah
teknik cetakan lilin (a cire perdue).
Pertama, teknik bivalve
Teknik cetakan ini menggunakan dua cetakan dengan bentuk sesuai benda yang
diinginkan yang dapat ditangkupkan. Cetakan diberi lubang pada bagian atasnya
dan dari lubang tersebut kemudian dituangkan cairan logam. Bila sudah dingin,
cetakan baru dibuka.
Kedua, teknik cetakan lilin
Teknik cetakan lilin menggunakan bentuk bendanya yang terlebih dahulu dibuat
dari lilin yang berisis tanah liat sebagai intinya. Bentuk lilin dihias menurut
keperluan dengan berbagai pola hias. Bentuk lilin yang sudah lengkap kemudian
dibungkus dengan tanah liat. Pada bagian atas dan bawah diberi lubang. Dari
lubang bagian atas kemudian dituangkan cairan perunggu dan dari lubang di
bawah
mengalir lelehan lilin. Bila cairan perunggu yang dituang sudah dingin, cetakan
dipecah untuk mengambil bendanya yang sudah jadi. Cetakan seperti ini hanya
dapat digunakan sekali saja.
Disamping tradisi pembuatan alat-alat perunggu manusia pada periode ini sudah
mampu melebur bijih-bijih besi dalam bentuk alat-alat yang sesuai dengan
keinginan dan kegunaannya. Benda-benda besi yang banyak ditemukan di
Indonesia antara lain berupa mata kapak, berbagai jenis pisau dalam berbagai
ukuran, mata sabit yang berbentuk melingkar, tajak, mata tombak, gelanggelang besi dan sebagainya. Disamping perunggu dan besi, emas juga telah
dimanfaatkan utamanya untuk membuat perhiasan dan benda-benda
persembahan kubur.

3. Situs-situs Peninggalan Budaya Besi di Indonesia


Berbeda dengan benda perunggu, penemuan benda besi di Indonesia sangat
terbatas jumlahnya. Kebanyakan benda-benda besi ini ditemukan dalam kubur
batu atau kubur langsung sebagai benda bekal kubur. Diantara situs-situs
ditemukannya benda-benda besi ini antara lain adalah di Wonosari (tepatnya
dalam peti kubur batu di daerah Gunung Kidul, Jawa Tengah), Besuki, Tuban,
Madiun dan Pacitan (semuanya ada di Jawa Timur).
Tahap perkembangan kebudayaan logam di Indonesia tahap logam
awal sumatra
Tahap logam awal di Sumatra
Tahap perkembangan kebudayaan logam di Indonesia - Seorang arkeolog
bernama A.N van der Hoop berhasil menemukan kubur peti batu di daerahTegur
wangi,sumatra selatan.Dari peti kubur tersebut ditemukan manik manik kaca
dan sejumlah benda logam.Benda benda logam tersebut yaitu peniti emas dan
tombak besi yang telah rusak.Sementara itu,di Pasemah ditemukan juga patung
manusia dan patung hewan dari bongkahan batu besar.Patung laki laki
diperlihatkan tengah mengendarai gajah atau kerbau dengan memakai
kalung,gelang kaki,cawat,jubah,penutup telinga dan penutup kepala berbentuk
runcing pada bagian dekat punggung.Kepala hewan dan manusia sering diukir
dengan sangat detail,sedangkan tubuhnya dibentuk terlalu kecil sehingga tidak
proporsional.Jadi,bila dilihat sepintas pahatan patung tersebut tampak seperti
karikatur saja.Sejumlah relief lain menunjukan pertempuran manusia melawan
harimau atau ular.Tampak pula pahatan berbentuk kerbau dan gajah yang
digambarkan sebagai hewan yang dapat dikendalikan oleh manusia.Penemuan
tersebut menunjukan perkembangan logam tahap awal di wilayah
sumatra.Melalui tehnikpengecoran dan pencetakan logam,masyarakat purba
memenuhi kebutuhan hidupnya lebih efisien.
Tahap perkembangan kebudayaan logam di Indonesia tahap logam
awal di jawa
Tahap logam awal di Jawa
Tahap perkembangan kebudayaan logam di Indonesia - Penelitian terhadap kubur
peti batu di daerah Gunung kidul oleh A.R van der hoop membuktikan bahwa
pada kubur peti batu tersebut terdapat bekal kubur berupa perkakas perkakas
dari besi seperti pisau bertangkai,belati,kapak,cincin perunggu,dan manik
manik kaca.Sementara itu,penelitian yang dilakukan Heekern pada tahun 1931 di
Besuki,jawa timur terhadap sarkofagus tidak berhasil menemukan benda benda
logam.Situs situs lainya di jawa terdapat di leuwiliang dekat bogor,jawa
barat.dan di Pejaten,jakarta bagian selatan.Di Leuwiliang berhasil ditemukan
sejumlah bekal kubur yang terdiri atas anting anting perunggu dan topeng dari
logam mulia,sedangkan di pejaten ditemukan cetakan dari tanah liat
yangdibakar sebagai tempat membuat beliung perunggu dan pisau.Cetakan
tanah liat tersebut di tafsir dibuat pada tahun 200SM

Tahap perkembangan kebudayaan logam di Indonesia tahap logam


awal di bali
Tahap Logam awal di Bali
Tahap perkembangan kebudayaan logam di Indonesia - Penemuan benda
benda logam tahap awal di Bali juga bersamaan dengan ditemukanya peti kubur
( sarkofagus ).Sebagian benda benda logam tersebut telah hancur dimakan
usia,namun masih ada yang utuh seperti perhiasan,selubung tangan yang dibuat
dari lilitan atau kumparan kawat perunggu,serta alat alat tani semacam
sekop.Di Gilimanuk,situs yang ditemukan berbentuk perkakas logam,tombak besi
yang bertangkai,pisau belati besi yang bergagang perunggu,di manik manik
dari emas.Sedangkan di daerah pangkung Liplip ditemukan penutup mata dan
penutup mulut dari emas.
Tahap perkembangan kebudayaan logam di Indonesia tahap logam
awal di sumba
Tahap logam awal di Sumba
Tahap perkembangan kebudayaan logam di Indonesia - Di sumba,Nusa Tenggara
Barat,ditemukan sejumlah benda benda logam yang berupa bejana atau
tembikar berukuran kecil yang ditempatkan di dalam atau di sekitar
tempayan.Ditemukan pula manik manik gelang dan logam lainya yang
difungsikan sebagai bekal kubur yang umum.Selain sebagai bekal kubur,terdapat
pula peralatan rumah tangga,bercocok tanam,berkebun.Benda benda logam
juga ditemukan di Nusa Tenggara Timur.Sebuah kapak upacara yang terbuat dari
perunggu ditemukan di daerah landau,roti,nusa tenggara timur.Kapak ini
bermotifkan manusia dan memiliki desain seperti model yang ditemukan di
bagian selatan pasifik.
Tahap perkembangan kebudayaan logam di Indonesia tahap logam
awal di maluku utara & talaud
Tahap logam awal di kepulauan Talaud dan maluku utara
Tahap perkembangan kebudayaan logam di Indonesia - Di leang buidane di pulau
selababu,kepulauan talaud ditemukan penguburan dalam tempayan.Gam yang
berada di leang buidane di antaranya adalah gelang,beberapa pecahan benda
dari besi yang sudah tak berbentuk,serta kerucut perunggu dan satu kapak
corong dari tembaga.Ditemukan pula peralatan cetak dari tanah liat bakar
sebaga alat untuk mencetak kapak serta benda benda dari tembaga.Peralatan
cetak tersebut nenbyjtujab bahwa benda benda logam tersebut bukanlah hasil
impor dari daerah lain melainkan hasil produksi penduduk setempat.Sisa sisa
penguburan dalam tempayan juga ditemukan di Maluku bagian utara,tepatnya di
Goa Uattamdi.Benda benda logam yang terdapat di daerah ini sudah tidak
utuh,berupa pecahan pecahan besi dan perunggu.Ditemukan pula manik
manik kaca,mata uang Cina,Cangkang kerang besar,dan lain lain.

Tahap perkembangan kebudayaan logam di Indonesia tahap logam


awal di sulawesi
Tahap logam awal di Sulawesi
Tahap perkembangan kebudayaan logam di Indonesia - seperti di daerah lain,di
Sulawesi ditemukan pula kuburan dari tempayan,umumnya berada di goa goa
tembikar tembikar yang ada di Sulawesi ini diperkirakan berhubungan dengan
tembikar yang ada di daerah Ulu Leang Leang di Maros,sulawesi
selatan.Tembikar ini memiliki bidang hiasan yang padat dengan pola hias
goresan seperti pada tembikar yang ada di Sembiran,Bali.Di sulawesi ditemukan
pula beberapa kuburan tempayan,terutama di daerah Bada,sebelah barat danau
Poso.Pada tempayan tempayan tersebut banyak ditemukan bnda benda
logam sebagai bekal kubur dan tembikar berpola hias dan berukir.Uraian di atas
menunjukan bahwa asal usul masyarakat Indonesia yang paling awal berasal
dari Vietnam,cina selatan.Ini terlihat salah satu dari persebaran benda- benda
prasejarah dari logam di sejumlah wilayah di Indonesia yang memperlihatkan
kebudayaan logam yang ditemukan di Vietnam,khususnya kebudayaan
Dongson.Tahap perkembangan kebudayaan logam di Indonesia
Tahap perkembangan kebudayaan logam di Indonesia - Bangsa Proto dan Deutro
Melayumemasuki wilayah Indonesia secara bergelombang.Masing masing
mendiami wilayah dan pulau yang berbeda- beda sehingga menghasilkan
budaya yang berbeda pula.Meski asalnya bahasa dan budaya mereka
sama,namun setelah masing masing mendiami suatu wilayah berbeda maka
otomatis mereka beradaptasi dengan lingkungan baru yang mereka tempati.Dari
adaptasi inilah muncul perbedaan kebudayaan diantara mereka.nah,udah paham
kan? sekian dulu ya.Ketemu lagi di artikel selain Tahap perkembangan
kebudayaan logam di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai