dibutuhkan
untuk
pembentukan
sel
darah
merah,
yang
Nilai Hb normal
a. Pria : 13.8 - 17.2 gram/dl
b. Wanita : 12.1 15.1 gram/dl
2. Etiologi
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang
diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam
folat. Selebihnya merupakan akibat dari beragam kondisi seperti
perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan
sebagainya(Doenges, 1999).
b.
c.
d.
Kehilangan darah :
a.
b.
c.
3. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum
tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya.
Kegagalan sumsum tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan
toksik, invasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak
diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis
(destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel
darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal
atau akibat beberapa faktor diluar sel darah merah yang menyebabkan
destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sistem
fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial terutama dalam hati dan
limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk
dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi
sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan
bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5
mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
(Smeltzer & Bare. 2002 : 935 )
4. Manifestasi klinis
Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari
berbagai sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan
neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku,
anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif
yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan,
gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung.Cara mudah
mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai.Kalau
muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain
adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga
dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bias
menyebabkan stroke atau serangan jantung. (Sjaifoellah, 1998)
Pucat
oleh
karena
kekurangan
volume
darah
dan
Hb,
Koilorikia
Kuku sendok (Spoon nail) kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertical,
dan menjadi cekung seperti sendok.
Stomatitis angularis
Adanya peradangan pada sudut mulut, sehingga tampak sebagai bercak
berwarna pucat keputihan.
Disfagia
Nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring.
5. Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya
tahan tubuh
berkurang.
Akibatnya, penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batukpilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung
juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih
kuat.Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan
berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin.Selain
bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu
perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak. (Sjaifoellah, 1998)
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium pada pasien anemia menurut (Doenges,
1999 :572)
a. Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV
(volume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular
rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB),
peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik).
Nilai normal eritrosit (juta/mikro lt) : 3,9 juta per mikro liter pada
wanita dan 4,1 -6 juta per mikro liter pada pria
b. Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.
c. Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat
(respons sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).
d. Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk
(dapat mengindikasikan tipe khusus anemia).
e. LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal :
peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.
f. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa
anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai
waktu hidup lebih pendek.
g. Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
h. SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial)
mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik)
Nilai normal Leokosit (per mikro lt) : 6000 10.000 permokro liter
i. Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau
tinggi (hemolitik)
Nilai normal Trombosit (per mikro lt) : 200.000 400.000 per mikro
liter darah
j. Hemoglobin
elektroforesis
mengidentifikasi
tipe
struktur
hemoglobin.
k. Nilai normal Hb (gr/dl) : Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat
(AP, hemolitik).
Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia
sehubungan dengan defisiensi masukan/absorpsi
l. Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
m. TBC serum : meningkat (DB)
n. Feritin serum : meningkat (DB)
o. Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
p. LDH serum : menurun (DB)
q. Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
r. Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster,
menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).
s. Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan :
perdarahan GI
t. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak
adanya asam hidroklorik bebas (AP).
Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak
berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan
tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum
dengan penurunan sel darah (aplastik).
7. Penatalaksanaan
Tindakan umum menurut Sjaifoellah (1998). Penatalaksanaan anemia
ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang
meliputi:
a. Transpalasi sel darah merah.
b. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
c. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
d. Menghindari
situasi
kekurangan
oksigen
atau
aktivitas
yang
membutuhkan oksigen
BAB IV
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1.
A
Fokus Pengkajian
Primer Assesment
a. Data subjektif
Riwayat penyakit saat ini: pingsan secara tiba-tiba atau penurunan
kesadaran, kelemahan, keletihan berat disertai nyeri kepala,
demam, penglihatan kabur, dan vertigo.
Riwayat sebelumnya : gagal jantung, dan/atau perdarahan massif.
b. Data objektif
Airway
Tidak ada sumbatan jalan napas (obstruksi)
Breathing
Sesak sewaktu bekerja, dipsnea, takipnea, dan orthopnea
Circulation
CRT > 2 detik, takikardi, bunyi jantung murmur, pucat pada kulit
dan membrane mukosa (konjunctiva, mulut, faring, bibir) dan
dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak
sebagai keabu-abuan), kuku mudah patah, berbentuk seperti
sendok (clubbing finger), rambut kering, mudah putus, menipis,
perasaan dingin pada ekstremitas.
Disability (status neurologi)
9
Sekunder Assessment
a. Eksposure
Tidak ada jejas atau kontusio pada dada, punggung, dan abdomen.
b. Five intervention
Hipotensi, takikardia, dispnea, ortopnea, takipnea, demam,
hemoglobin dan hemalokrit menurun, hasil lab pada setiap jenis
anemia dapat berbeda. Biasnya hasil lab menunjukkan jumlah
eritrosit menurun, jumlah retikulosit bervariasi, misal : menurun
pada anemia aplastik (AP) dan meningkat pada respons sumsum
tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis.
c. Give comfort
Adanya nyeri kepala hebat yang bersifat akut dan dirasakan secara
tiba-tiba, nyeri yang dialami tersebut hilang timbul
d. Head to toe
10
Pathway
11
12
1.
No
1
Diagnosa
Tujuan
Intoleransi aktivitas
Setelah dilakukan
B.d
ketidakseimbangan
dapat menunjukkan
toleransi terhadap
O2
Intervensi
Terapi aktivitas :
Kaji kemampuan ps melakukan aktivitas
Jelaskan pada ps manfaat aktivitas bertahap
13
Ketidakseimbangan
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
menunjukan status
inadekuat, faktor
nutrisi adekuat
psikologis
dengan KH:
Manajemen Nutrisi
Kaji adanya alergi makanan.
Kaji makanan yang disukai oleh klien.
Kolaborasi team gizi untuk penyediaan
nutrisi TKTP
BB stabil, tingkat
energi adekuat
masukan nutrisi adekuat
14
tindakan keperawatan
perubahan ikatan
selama jam
O2 dengan Hb,
perfusi jaringan
penurunan
konsentrasi Hb
criteria :
dalam darah.
- Membran mukosa
merah muda
- Conjunctiva tidak
anemis
- Akral hangat
- TTV dalam batas
normal
15
Setelah dilakukan
imunitas tubuh
menurun, prosedur
invasive
infeksi dg KH:
bebas dari gejala
infeksi,
angka lekosit normal
(4-11.000)
V/S dbn
Konrol infeksi :
Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien
lain.
Batasi pengunjung bila perlu dan anjurkan
u/ istirahat yang cukup
Anjurkan keluarga untuk cuci tangan
sebelum dan setelah kontak dengan klien.
Gunakan sabun anti microba untuk mencuci
tangan.
Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan.
Gunakan baju dan sarung tangan sebagai
alat pelindung.
Pertahankan lingkungan yang aseptik
selama pemasangan alat.
Lakukan perawatan luka dan dresing
infus,DC setiap hari jika ada
Tingkatkan intake nutrisi. Dan cairan yang
adekuat
berikan antibiotik sesuai program.
Proteksi terhadap infeksi
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
dan lokal.
16
Setelah dilakukan
penyakitnya
keluarga dapat
merawat diri :
kebutuhan klien
sehari-hari terpenuhi
(makan, berpakaian,
toileting, berhias,
DAFTAR PUSTAKA
Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.
Burton, J.L. 1990. Segi Praktis Ilmu Penyakit Dalam. Binarupa Aksara : Jakarta
18
19