Anda di halaman 1dari 19

BAB I

KONSEP DASAR ANEMIA


1. Definisi
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti
kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi
yang

dibutuhkan

untuk

pembentukan

sel

darah

merah,

yang

mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges,


1999).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel
darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah
normal(Smeltzer, 2002 : 935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel
darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells
(hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 : 256).
Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau
penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau
gangguan fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis yang mendasar yang
diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan
informasi laboratorium (So, 2000).

Nilai Hb normal
a. Pria : 13.8 - 17.2 gram/dl
b. Wanita : 12.1 15.1 gram/dl

2. Etiologi
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang
diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam
folat. Selebihnya merupakan akibat dari beragam kondisi seperti
perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan
sebagainya(Doenges, 1999).

Penyebab umum dari anemia:


A

Gangguan produksi sel darah merah, yang dapat terjadi karena :


a.

Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemia

b.

Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrient

c.

Fungsi sel induk (stem sel ) terganggu

d.

Inflitrasi sum-sum tulang

Kehilangan darah :
a.

Akut karena perdarahan

b.

Kronis karena perdarahan

c.

Hemofilia (defisiensi faktor pembekuan darah)\


Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolisis) yang dapat terjadi
karena :
a. Faktor bawaan misalnya kekurangan enzim G6PD
b. Faktor yang didapat, yaitu bahan yang dapat merusak eritrosit
c. Bahan baku untuk membentuk eritrosit tidak ada
d. Ini merupakan penyebab tersering dari anemia dimana terjadi
kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara
lain besi, vitamin B12 dan asam folat.

3. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum
tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya.
Kegagalan sumsum tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan
toksik, invasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak
diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis
(destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel
darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal
atau akibat beberapa faktor diluar sel darah merah yang menyebabkan
destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sistem
fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial terutama dalam hati dan
limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk
dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi
sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan
bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5
mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
(Smeltzer & Bare. 2002 : 935 )
4. Manifestasi klinis
Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari
berbagai sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan
neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku,
anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif
yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan,
gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung.Cara mudah
mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai.Kalau
muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain
adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga
dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bias
menyebabkan stroke atau serangan jantung. (Sjaifoellah, 1998)

Pucat

oleh

karena

kekurangan

volume

darah

dan

Hb,

vasokontriksi.Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan


aliran darah) Angina (sakit dada).
B

Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2


berkurang).

Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan


berkurangnya oksigenasi pada SS.

Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi


atau diare).
Pucat merupakan tanda paling penting pada defisiensi besi. Pada ADB
dengan kadar Hb 6-10 g/dl terjadi mekanisme kompensasi yang efektif
sehingga gejala anemia hanya ringan saja. Bila kadar Hb turun <> 100
g/dl eritrosi.
Gejala khas yang dijumpai pada defisiensi besi dan tidak dijumpai
pada anemia jenis lain adalah sebagai berikut :

Koilorikia
Kuku sendok (Spoon nail) kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertical,
dan menjadi cekung seperti sendok.

Atrofi papilla lidah


Permukaan lidah menjadi licin dan mengilap karena papil lidah
menghilang.

Stomatitis angularis
Adanya peradangan pada sudut mulut, sehingga tampak sebagai bercak
berwarna pucat keputihan.

Disfagia
Nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring.

5. Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya

tahan tubuh

berkurang.

Akibatnya, penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batukpilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung
juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih

kuat.Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan
berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin.Selain
bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu
perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak. (Sjaifoellah, 1998)
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium pada pasien anemia menurut (Doenges,
1999 :572)
a. Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV
(volume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular
rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB),
peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik).
Nilai normal eritrosit (juta/mikro lt) : 3,9 juta per mikro liter pada
wanita dan 4,1 -6 juta per mikro liter pada pria
b. Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.
c. Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat
(respons sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).
d. Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk
(dapat mengindikasikan tipe khusus anemia).
e. LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal :
peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.
f. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa
anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai
waktu hidup lebih pendek.
g. Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
h. SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial)
mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik)
Nilai normal Leokosit (per mikro lt) : 6000 10.000 permokro liter
i. Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau
tinggi (hemolitik)
Nilai normal Trombosit (per mikro lt) : 200.000 400.000 per mikro
liter darah

j. Hemoglobin

elektroforesis

mengidentifikasi

tipe

struktur

hemoglobin.
k. Nilai normal Hb (gr/dl) : Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat
(AP, hemolitik).
Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia
sehubungan dengan defisiensi masukan/absorpsi
l. Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
m. TBC serum : meningkat (DB)
n. Feritin serum : meningkat (DB)
o. Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
p. LDH serum : menurun (DB)
q. Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
r. Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster,
menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).
s. Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan :
perdarahan GI
t. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak
adanya asam hidroklorik bebas (AP).
Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak
berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan
tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum
dengan penurunan sel darah (aplastik).
7. Penatalaksanaan
Tindakan umum menurut Sjaifoellah (1998). Penatalaksanaan anemia
ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang
meliputi:
a. Transpalasi sel darah merah.
b. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
c. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
d. Menghindari

situasi

kekurangan

oksigen

atau

aktivitas

yang

membutuhkan oksigen

e. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.


f. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Penatalaksanaan Keperawatan
a. Medikamentosa
Pemberian preparat besi (ferosulfat/ferofumarat/feroglukonat) dosis 4
-6 mg besi elemental/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis, diberikan di
antara waktu makan. Preparat besi ini diberikan sampai 2-3 bulan
setelah kadar hemoglobin normal. Asam askorbat 100 mg/15 mg besi
elemental (untuk meningkatkan absorbsi besi).
b. Pemberian preparat besi peroral
Preparat yang tersedia berupa ferrous glukonat, fumarat dan suksinat.
Yang sering dipakai adalah ferrous sulfat karena harganya lebih murah.
Untuk bayi tersedia preparat besi berupa tetes (drop). Untuk
mendapatkan respon pengobatan dosis besi yang dipakai adalah 4 - 6
mg besi elemental/kgBB/hari. Obat diberikan dalam 2-3 dosis sehari.
Preparat besi ini harus diberikan selama 2 bulan setelah anemia pada
penderita teratasi.1,2
c. Pemberian preparat besi parenteral
Pemberian besi secara intramuskuler menimbulkan rasa sakit dan
harganya mahal.Dapat menyebabkan limfadenopati regional dan reaksi
alergi. Kemampuan untuk menaikkan kadar Hb tidak lebih baik
dibanding peroral. Preparat yang sering dipakai adalah dekstran
besi.Larutan ini mengandung 50 mg besi.Dosis dihitung berdasarkan.:
Dosis besi (mg) = BB (kg) x kadar Hb yang diinginkan (g/dl) x 2,5.
d. Transfusi darah
Transfusi darah jarang diperlukan, transfusi darah hanya diberikan
pada keadaan anemia yang sangat berat atau yang disertai infeksi yang
dapat mempengaruhi respon terapi. Pemberian PRC dilakukan secara
perlahan dalam jumlah yang cukup untuk menaikkan kadar Hb sampai
tingkat aman sambil menunggu respon terapi besi.
e. Bedah

Untuk penyebab yang memerlukan intervensi bedah seperti perdarahan


karena diverticulum Meckel.
f. Suportif
Makanan gizi seimbang terutama yang mengandung kadar besi tinggi
yang bersumber dari hewani (limfa,hati, daging) dan nabati (bayam,
kacang-kacangan).
Prinsip penatalaksanaan ADB adalah mengetahui faktor penyebab dan
mengatasinya serta memberikan terapi penggantian dengan preparat
besi.Sekitar 80-85% penyebab ADB dapat diketahui sehingga
penaganannya dapat dilakukan dengan tepat.Pemberian preparat Fe
dapat secara peroral atau parenteral. Pemberian peroral lebih aman,
murah dan sama efektifnya dengan pemberian secara parenteral.
Pemberian secara parenteral dilakukan pada penderita yang tidak dapat
memakan obat oleh karena terdapat gangguan pencernaan.
A. Pencegahan
Tindakan penting yang dapat dilakukan untuk mencegah
kekurangan besi pada masa awal kehidupan adalah meningkatkan
penggunaan ASI eksklusif, menunda penggunaan susu sapi sampai usia 1
tahun, memberikan makanan bayi yang mengandung besi serta makanan
yang kaya dengan asam askorbat (jus buah) pada saat memperkenalkan
makanan pada usia 4-6 bulan, memberikan suplementasi Fe kepada bayi
yang kurang bulan, serta pemakaian PASI (susu formula) yang
mengandung besi.
B. Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :
a. Anemia defisiensi besi
Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan
yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur. Pemberian
preparat fe Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
b. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12

c. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral


d. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan
pemberian cairan dan transfusi darah.

BAB IV
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1.
A

Fokus Pengkajian
Primer Assesment
a. Data subjektif
Riwayat penyakit saat ini: pingsan secara tiba-tiba atau penurunan
kesadaran, kelemahan, keletihan berat disertai nyeri kepala,
demam, penglihatan kabur, dan vertigo.
Riwayat sebelumnya : gagal jantung, dan/atau perdarahan massif.
b. Data objektif
Airway
Tidak ada sumbatan jalan napas (obstruksi)
Breathing
Sesak sewaktu bekerja, dipsnea, takipnea, dan orthopnea
Circulation
CRT > 2 detik, takikardi, bunyi jantung murmur, pucat pada kulit
dan membrane mukosa (konjunctiva, mulut, faring, bibir) dan
dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak
sebagai keabu-abuan), kuku mudah patah, berbentuk seperti
sendok (clubbing finger), rambut kering, mudah putus, menipis,
perasaan dingin pada ekstremitas.
Disability (status neurologi)
9

Sakit/nyeri kepala, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan


berkonsentrasi, insomnia, penglihatan kabur, kelemahan, keletihan
berat, sensitif terhadap dingin.

Sekunder Assessment
a. Eksposure
Tidak ada jejas atau kontusio pada dada, punggung, dan abdomen.
b. Five intervention
Hipotensi, takikardia, dispnea, ortopnea, takipnea, demam,
hemoglobin dan hemalokrit menurun, hasil lab pada setiap jenis
anemia dapat berbeda. Biasnya hasil lab menunjukkan jumlah
eritrosit menurun, jumlah retikulosit bervariasi, misal : menurun
pada anemia aplastik (AP) dan meningkat pada respons sumsum
tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis.
c. Give comfort
Adanya nyeri kepala hebat yang bersifat akut dan dirasakan secara
tiba-tiba, nyeri yang dialami tersebut hilang timbul
d. Head to toe

Daerah kepala : konjunctiva pucat, sclera jaundice.


Daerah dada : tidak ada jejas akibat trauma, bunyi jantung

murmur, bunyi napas wheezing.


Daerah abdomen : splenomegali
Daerah ekstremitas : penurunan kekuatan otot karena
kelemahan, clubbing finger (kuku sendok), perasaan dingin
pada ekstremitas.

e. Inspect the posterior surface


Tidak ada jejas pada daerah punggung.

10

Pathway

11

B Nursing Care Pland


DIAGNOSA

12

1.

Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan


oksigen.
2.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
inadekuat intake makanan.
3.
Perfusi jaringan tidak efektif b.d perubahan ikatan O2 dengan Hb,
penurunan konsentrasi Hb dalam darah.
4.
Resiko Infeksi b/d imunitas tubuh skunder menurun (penurunan
Hb), prosedur invasive
5.
Kurang pengatahuan tentang penyakit dan perawatannya b/d
kurang informasi.

No
1

Diagnosa

Tujuan

Intoleransi aktivitas

Setelah dilakukan

B.d

askep .... jam Klien

ketidakseimbangan

dapat menunjukkan

suplai & kebutuhan

toleransi terhadap

O2

aktivitas dgn KH:

Intervensi
Terapi aktivitas :
Kaji kemampuan ps melakukan aktivitas
Jelaskan pada ps manfaat aktivitas bertahap

Evaluasi dan motivasi keinginan ps u/


Klien mampu aktivitas meningktkan aktivitas
minimal
Tetap sertakan oksigen saat aktivitas.
Kemampuan aktivitas
Monitoring V/S
meningkat secara
bertahap
Tidak ada keluhan
sesak nafas dan lelah

Pantau V/S ps sebelum, selama, dan setelah


aktivitas selama 3-5 menit.
Energi manajemen

selama dan setelah


aktivits minimal

Rencanakan aktivitas saat ps mempunyai


energi cukup u/ melakukannya.

v/s dbn selama dan


setelah aktivitas

Bantu klien untuk istirahat setelah aktivitas.


Manajemen nutrisi
Monitor intake nutrisi untuk memastikan

13

kecukupan sumber-sumber energi


Emosional support
Berikan reinfortcemen positip bila ps
mengalami kemajuan
2

Ketidakseimbangan

Setelah dilakukan

nutrisi kurang dari

asuhan keperawatan

kebutuhan tubuh b.d jam klien


intake nutrisi

menunjukan status

inadekuat, faktor

nutrisi adekuat

psikologis

dengan KH:

Manajemen Nutrisi
Kaji adanya alergi makanan.
Kaji makanan yang disukai oleh klien.
Kolaborasi team gizi untuk penyediaan
nutrisi TKTP

BB stabil, tingkat
energi adekuat
masukan nutrisi adekuat

Anjurkan klien untuk meningkatkan asupan


nutrisi TKTP dan banyak mengandung
vitamin C
Yakinkan diet yang dikonsumsi
mengandung cukup serat untuk mencegah
konstipasi.
Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
kalori.
Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi.
Monitor Nutrisi
Monitor BB jika memungkinkan
Monitor respon klien terhadap situasi yang
mengharuskan klien makan.
Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak

14

bersamaan dengan waktu klien makan.


Monitor adanya mual muntah.
Kolaborasi untuk pemberian terapi sesuai
order
Monitor adanya gangguan dalam input
makanan misalnya perdarahan, bengkak dsb.
Monitor intake nutrisi dan kalori.
Monitor kadar energi, kelemahan dan
kelelahan.
3

Perfusi jaringan tdk Setelah dilakukan


efektive b.d

tindakan keperawatan

perubahan ikatan

selama jam

O2 dengan Hb,

perfusi jaringan

penurunan

klien adekuat dengan

konsentrasi Hb

criteria :

dalam darah.

- Membran mukosa
merah muda
- Conjunctiva tidak
anemis
- Akral hangat
- TTV dalam batas
normal

perawatan sirkulasi : arterial insuficiency


Lakukan penilaian secara komprehensif
fungsi sirkulasi periper. (cek nadi
priper,oedema, kapiler refil, temperatur
ekstremitas).
Evaluasi nadi, oedema
Inspeksi kulit dan Palpasi anggota badan
Kaji nyeri
Atur posisi pasien, ekstremitas bawah lebih
rendah untuk memperbaiki sirkulasi.
Berikan therapi antikoagulan.
Rubah posisi pasien jika memungkinkan
Monitor status cairan intake dan output
Berikan makanan yang adekuat untuk

15

menjaga viskositas darah


4

Risiko infeksi b/d

Setelah dilakukan

imunitas tubuh

askep . jam tidak

menurun, prosedur

terdapat faktor risiko

invasive

infeksi dg KH:
bebas dari gejala
infeksi,
angka lekosit normal
(4-11.000)
V/S dbn

Konrol infeksi :
Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien
lain.
Batasi pengunjung bila perlu dan anjurkan
u/ istirahat yang cukup
Anjurkan keluarga untuk cuci tangan
sebelum dan setelah kontak dengan klien.
Gunakan sabun anti microba untuk mencuci
tangan.
Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan.
Gunakan baju dan sarung tangan sebagai
alat pelindung.
Pertahankan lingkungan yang aseptik
selama pemasangan alat.
Lakukan perawatan luka dan dresing
infus,DC setiap hari jika ada
Tingkatkan intake nutrisi. Dan cairan yang
adekuat
berikan antibiotik sesuai program.
Proteksi terhadap infeksi
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
dan lokal.

16

Monitor hitung granulosit dan WBC.


Monitor kerentanan terhadap infeksi.
Pertahankan teknik aseptik untuk setiap
tindakan.
Inspeksi kulit dan mebran mukosa terhadap
kemerahan, panas.
Monitor perubahan tingkat energi.
Dorong klien untuk meningkatkan mobilitas
dan latihan.
Instruksikan klien untuk minum antibiotik
sesuai program.
Ajarkan keluarga/klien tentang tanda dan
gejala infeksi.dan melaporkan kecurigaan
infeksi.

Sindrom defisit self

Setelah dilakukan

care b/d kelemahan,

askep jam klien dan

penyakitnya

keluarga dapat
merawat diri :

Bantuan perawatan diri


Monitor kemampuan pasien terhadap
perawatan diri yang mandiri

activity daily living

Monitor kebutuhan akan personal hygiene,

(adl) dengan kritria :

berpakaian, toileting dan makan, berhias

kebutuhan klien
sehari-hari terpenuhi
(makan, berpakaian,
toileting, berhias,

Beri bantuan sampai klien mempunyai


kemapuan untuk merawat diri
Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya
sehari-hari.
17

hygiene, oral higiene) Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas


klien bersih dan tidak
bau.

sehari-hari sesuai kemampuannya


Pertahankan aktivitas perawatan diri secara
rutin
dorong untuk melakukan secara mandiri tapi
beri bantuan ketika klien tidak mampu
melakukannya.
Berikan reinforcement positif atas usaha
yang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.
Burton, J.L. 1990. Segi Praktis Ilmu Penyakit Dalam. Binarupa Aksara : Jakarta
18

Carpenito, L. J. 1999. Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi


keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed.
2.EGC : Jakarta
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian pasien.ed.3. EGC : Jakarta

19

Anda mungkin juga menyukai