PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes insipidus adalah gangguan kelenjar hipofisis posterior yang ditandai dengan
kekurangan hormon antidiuretik (ADH), atau vasopresin. Haus yang sangat (polidipsia)
dan volume urin besar merupakan ciri gangguan ADH. Mungkin karena sebab sekunder
sekunder seperti trauma kepala, tumor otak, atau bedah ablasi atau iradiasi dari kelenjar
pituitari. Hal ini juga dapat terjadi karena infeksi sistem saraf pusat (meningitis,
ensefalitis, tuberkulosis) atau tumor (misalnya, penyakit metastatik, limfoma dari
payudara atau paru-paru). Penyebab lain diabetes insipidus adalah kegagalan
tubulus ginjal untuk menanggapi ADH, bentuk nephrogenik mungkin berhubungan deng
an hipokalemia,
hiperkalsemia,
dan
berbagai
obat-obatan
misalnya,
lithium,
7. Pemeriksaan penunjang
8. Penatalaksanaan Diabetes insipidus
9. Asuhan keperawatan pada pasien dengan Diabetes insipidus
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dengan Diabetes insipidus
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi Diabetes insipidus
b. Mengetahui etiologi Diabetes insipidus
c. Mengetahui manifestasi klinis Diabetes insipidus
d. Mengetahui pemeriksaan diagnostic pada klien dengan Diabetes insipidus
e. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan Diabetes insipidus
BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Definisi
Diabetes insipidus merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan poliuria polidipsi
yang disebabkan oleh defisiensi ADH. (Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan, Fransisca B. Batticaca. 2008)
Merupakan penyakit yang ditandai oleh penurunan produksi, sekresi atau fungsi ADH.
(Buku Saku Patofisiologi, Elizabeth J. Cormin. 2007)
Merupakan keadaan patologis dimana terjadi pengeluaran urine yang sangat banyak dan
encer dengan plasma dalam keadaan terkonsentrasi. (Medicine at a Glance, Patrick
Davey. 2006)
Diabetes insipidus adalah suatu penyakit yang jarang ditemukan, penyakit ini
diakibatkan
oleh
berbagai
penyebab
yang
dapat
mengganggu
mekanisme
litium,
demoksiklin,
propoksifen.
d) Penyakit sickle cell
4
asetoheksamid,
tolazamid,
glikurid,
e) Gangguan diet (intake air yang berlebihan, penurunan intake NaCl, penurunan
intake protein)
C. Patofisiologi
Suatu keadaan yang ditandai dengan berkemih berlebihan (poliuria) akibat
ketidakmampuan ginjal menyerap air dengan benar dari urine, disebabkan oleh defisiensi
ADH (Anti Deuretik Hormon). Keadaan ini terjadi oleh beberapa proses, termasuk
trauma kepala, tumor, penyakit peradangan hipotalamus dan hipofisis serta tindakan
bedah yang mengenai hipotalamus dan hipofisis. Penyakit ini juga dapat timbul spontan
tanpa penyakit yang mendasari (Kumar, 2010:1187).
Secara patogenesis diabetes insipidus dibagi menjadi dua jenis, yaiu diabetes insipidus
sentral dan diabetes insipidus nefrogenik (Sjaifoellah Noer, 1996:816).
1.
turun dari dari tempat tidur atau terbatas kemampuannya memperoleh air dapat
mengalami dehidrasi dan mengancam nyawa. (Kumar, 2010:1187)
D. Manifestasi Klinis / Tanda dan Gejala.
Keluhan dan gejala utama diabetes insipidus adalah poliuria dan polidipsia. Jumlah
cairan yang diminum maupun produksi urin per 24 jam sangat banyak, dapat mencapai 5
10 liter sehari. Berat jenis urin biasanya sangat rendah, berkisar antara 1001 1005
atau.
osmolaritas serum > 300 m. Osm/kg. Selain poliuria dan polidipsia, biasanya tidak
terdapat gejala gejala lain kecuali jika ada penyakit lain yang menyebabkan timbulnya
gangguan pada mekanisme neurohypophyseal renal reflex. (Sudoyo, 2006)
Jika merupakan penyakit keturunan, maka gejala biasanya mulai timbul segera setelah
lahir. Gejalanya berupa rasa haus yang berlebihan (polidipsi) dan pengeluaran sejumlah
besar air kemih yang encer (poliuri). Bayi tidak dapat menyatakan rasa hausnya,
sehingga mereka bisa mengalami dehidrasi. Bayi bisa mengalami demam tinggi yang
disertai dengan muntah dan kejang-kejang. Jika tidak segera terdiagnosis dan diobati,
bisa terjadi kerusakan otak, sehingga bayi mengalami keterbelakangan mental. Dehidrasi
yang sering berulang juga akan menghambat perkembangan fisik. (Sudoyo, et al: 2006)
E. Komplikasi
Berdasarkan Wikipedia (2013), komplikasi pada pasien diabetes insipidus antara lain
adalah sebagai berikut:
1. Hypovolemia
2. Hyperosmolality
3. Cyrculatory collapse
4. Kehilangan kesadaran
5. Kerusakan sistem saraf pusat
F. Pemeriksaan Penunjang
7
Jika kita mencurigai penyebab poliuria ini adalah Diabetes Insipidus, maka harus
melakukan pemeriksaan untuk menunjang diagnosis dan untuk membedakan apakah jenis
Diabetes Insipidus yang dialami, karena penatalaksanaan dari dua jenis diabetes insipidus
ini berbeda. Ada beberapa pemeriksaan pada Diabetes Insipidus, antara lain:
1.
2.
Infuse dengan dextrose dan air sampai terjadi dieresis 5 ml/menit (biasanya 8-
b)
10 ml/menit).
Infuse diganti dengan NaCl 2,5 % dengan jumlah 0,25 ml/menit/kgbb.
Obat yang dipakai adalah Nikotin Salisilat secara intravena. Akibat sampingnya
adalah mual dan muntah.
Penilaian : kalau normal dieresis akan menurun secara mencolok.
Perhatian : pemeriksaan ini cukup berbahaya.
4.
Uji Vasopresin:
Pemeriksaan ini untuk membuktikan bahwa ginjal dapat memberikan respons
terhadap ADH. Obat yang dipakai adalah pitresin.
8
a)
dengan vasopresin. Desmopresi (DDAVP), yaitu suatu preparat sintetik vasopresin yang
tidak memiliki efek vaskuler ADH alami, merupakan preparat yang sangat berguna
karena mempunyai durasi kerja yang lebih lama dan efek samping yang lebih sedikit jika
dibandingkan dengan preparat lain yang pernah digunakan untuk mengobati penyakit ini.
Preparat ini diberikan intranasal dengan menyemprotkan larutan obat ke dalam hidung
melalui pipa plastik fleksibel yang sudah dikalibrasi. Dua hingga empat kali pemberian
perhari telah dapat mengendalikan gejala diabetes insipidus. Preparat lypressin (Diapid)
merupakan preparat yang kerjanya singkat dan diabsorsi lewat mukosa nasal ke dalam
darah ; namun, kerja preparat ini mungkin terlampau singkat bagi penderita diabetes insi
pidus yang berat. Jika kita akan menggunakan jalur intranasal dalam pemberian suatu
obat, observasi kondisi pasien untuk mengetahui adanya rinofaringitis kronis.
Bentuk terapi yang lain adalah penyuntikan intramuskuler ADH, yaitu vasopresin
tannat dalam minyak yang dilakukan bila pemberian intranasal tidak dimungkinkan.
Preparat suntikan ini diberikan tiap 24-96 jam. Botol obat suntik harus dihangatkan
dahulu atau diguncang dengan kuat sebelum obat disuntikkan. Penyuntikkan dilakukan
pada malam hari agar hasil yang optimal dicapai pada saat tidur. Kram abdomen
merupakan efek samping obat tersebut. Rotasi lokasi penyuntikkan harus dilakukan
untuk menghindari lipodistrofi.
Mempertahankan cairan. Klofibrat, merupakan preparat hipolipidemik, ternyata
memiliki efek antidiuretik pada penderita diabetes insipidus yamg masih sedikit
9
10
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Fokus Pengkajian
1. Data demografi
Nama
Umur
Jenis kelamin
Status
Agama
Suku bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Diagnosa medis
2. Riwayat penyakit sekarang : klien merasakan nyeri dada yang mendadak dan terasa
seperti dicabik cabik atau dirobek dan ekspresi wajah pasien tampak kesakitan,
pucat, berkeringat, mengalami takikardi dan cemas akan keadaan penyakitnya
11
12
13
terbangun akibat poliuri, nokturia, dan polidipsi, ditandai dengan klien sering
terbangun waktu malam akibat ingin berkemih dan ingin minum.
2. Kriteria Hasil dan Intervensi
a. Diagnosa keperawatan
Ketidakseimbangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
keluaran cairan aktif haluaran urine yang berlebihan sekunder akibat diabetes
insipidus (ketidakadekuatan hormone diuretic) ditandai dengan haluaran urin
berlebih (4-30 liter/hari), klien sering berkemih, haus, kulit/membrane mukosa
kering, penurunan berat badan.
Kriteria hasil:
TTV dalam batas normal/ not compromised (skala 5). (Nadi: 80-110 x/mnt, RR: 16-24
2. Porpose :
Fluid balance, hydration, nutritional status food and luid intake.
3. Criteria :
a. Maintain urine output more tham 1300 ml/day (or at least 30 m;/hr)
b. Maintain normal blood presur / pulse and body temperature
c. Maintain elastic skin turgor, moist tongue and mucaus membranes and
orientation to person please and time.
d. Explain measures that can be taken to treat or prevent fluid volume loss.
4. EBNP :
a. A systematic review found capillary refill not helpful to determine hypovolemi.
(devault et al, 2008)
b. A study of healty voloonters who experienced a fluid restriction of up to 37 hours
reported, symptoms of headache , decrease alertness and in abilityto concentrate.
(shireffs et ak, 2004)
c. A systematic review derostrated hypotention and tachycardia and occasionally
fever, are clinical signs of ndehydration. (terry, 2005)
15
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes insipidus adalah gangguan kelenjar hipofisis posterior yang ditandai
dengan kekurangan hormon antidiuretik (ADH), atau vasopresin. Haus yang sangat
(polidipsia) dan volume urin besar merupakan ciri gangguan ADH. Mungkin karena
sebab
sekunder
sekunder
seperti
trauma
kepala,
tumor
16
DAFTAR PUSTAKA
Bardesono, Francesca. 2011, 22 Februari. Diabetes Insipidus. Diakses dari
http://flipper.diff.org/app/items/info/3360
Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Persarafan. Jakarta:
Salemba Medika
Bestpractice. 2012, 17 September. Sumber :http://bestpractice.bmj.com/bestpractice/monograph/288/follow-up/prognosis.html
Capernito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 10. Jakarta : EGC
https://www.clinicalkey.com/topics/.../diabetes-insipidus.html
Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G. 2004. Brunner & Suddarths Textbook of Medical
Surgical Nursing 10th edition [CDROM]. Philadelphia : Lippincott Williams
& Wilkins
Sudoyo, A.W., et al.2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . Edisi ke-4. Jakarta : Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI
Wilkinson, Judith M..2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 7 dengan Intervensi
NIC dan Kriteria NOC. Jakarta : EGC
Wissmann, Jeanne (Ed.) 2007. Registered Nurse Adult Medical-Surgical Review Module
Edition 7.1. USA : Assesment Technologies Institute
Wolters Kluwer Health .2006. Hand Book Medical-Surgical Nursing Fourth Edition.
Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins
Wolters Kluwer Health. 2009. Professional Guide to Diseases Ninth Edition. Philadelphia :
Lippincott Williams & Wilkins
17