Anda di halaman 1dari 7

Trichinosis pada manusia dapat terjadi karena memakan daging mentah atau pengolahan

daging pada saat pematang yang belum sempurna ( uncooked ) yang terinfeki oleh larva
cacing Trichinella. Pada manusia gejala trichinosis tidak terlihat dan beberapa orang mungkin
mengalami sakit perut, sakit sendi dan nyeri otot. Didaerah endemik, tikus dapat
menyebabkan reskio trichinosis untuk hewan dalam lingkungan sekitarnya karena dapat
mencemari pakan dan hewan-hewan. Pada suhu musim panas, setelah 4 minggu, larva
infektif masih ditemukan dalam pakan fermentai.
Siklus hidup
Secara umum siklus hidup cacing T.Spirallis biasanya berada di usus manusia dan hewan
karnivora lainya. Didalam usus, cacing betina menghasilkan larva yang dapat menembus
dinding usus sehingga masuk ke aliran darah. Didalam darah, cacing kemudian menuju otot.
Didalam otot larva membentuk kista dan dapat melanjutkan daur hidup. Kista yang infektif
temakan oleh induk semang, maka daging yang mengandung kista tecerna oleh pengaruh
enzim pencernaan dan larva cacing dakan terbebas. Larva akan masuk kedalam usus halus
dan menjadi dewasa kelamin, kemudia cacing jantan dan betina kawin, setelah itu cacing
betina akan menembus kedalam mukosa usus melalui glandula liberkhun kedalam ruang
limfe, disini cacing betina bertelur dan menetas didalam saluran uterus dari cacing. Larva
yang dihasilkan masuk saluran limfe, memnembus ductus tharacicus, vena superior kiri dan
kanan jantung, kemudian masuk ke peredaran darah yang disebarkan keseluruh tubuh.
Penyebaran larva terutama pada urat daging bergaris melintang dan selanjutnya
berkembang pada otot maseter, diafragma, inter costae, lidah, larinx dan mata. Terkadang
ditemukan pada hati, pankreas dan ginjal. Larva dapat tumbuh sampai berukuran panjang 0,81 mm dan diameter 30 mikron ( 16 hari ). Dinding kista terbentuk setelah 3 bulan dan mulai
melingkar dalam kista yang dibentuk oleh jaringan sekitarnya. Otot akan disekitar mengalami
degenarasi dan pengapuran setelah 6-9 bulan, tetapi larva dalam kista tetap hidup untuk
beberapa tahun ( sampai 11 tahun ). Kista akan tumbuh menjadi cacing dewasa dalam usus
induk semang dan daur hidup cacing ini tertutup.

Siklus Hidup Trichinella


(sumber : www.cdc.gov)

Fase Enteral
Fase T.Spirallis terdiri dari fase enteral dan parenteral, yaitu pada tahap fase enteral
perjalanan bayi larva yang baru lahir melalui aliran datan dan masuk ke jaringan ( migrasi ),
dan pada tahap fase enteral ini akan menyebabkan penetrasi mukosa usus. Pada orang yang
terinfeksi akan adanya gejala sakit perut, diare, muntah, malause dan demam rendah yang
semuanya dapat bervariasi dalam tingkat keparahan. Gejala klinik tersebut merupakan
karakteristik enteral

Fase Parenteral
Pada fase parenteral larva dalam perkembangan karena pada tahap larva bayi
yang baru lahir bermigrasi. Dalam infeksi ringan akibat konsumsi makanan
dengan jumlah larva di otot yang rendah. Gejala dan tanda yang dapat timbul
dari orang yang terinfeksi yaitu, demam, sakit kepala, kesulitan menelan,
insomnia, berat badan menurun, gangguan visual dan kelumpuhan otot okular.
Semua tanda dan gejala tersebut diakibatkan karena adanya penetrasi pada
jaringan yang disebabkan oleh bayi larva yang bermigrasi. Perpindahan bayi
larva tersebut dapat menginvasi sel-sel otot yang menyebabkan otot, lemah,
rasa sakit, kelumpuhan dan fotopobia.

Stockley, Corin, et.al (1999). The Usborne Ilustrated Dictionary of Science,


Usborne, London

Siklus hidup T Spirallis menelan daging yang mengandung kista ( encrysted


kista).
Schuppers ME, Frey CF, Gottstein B, Stark KD, Kihh MU, Regula G. 2010.
Comparing the demonstration of freedom from Trichinella infection of
domestic pigs by traditional and risk-based surveillance. Epidemiol Infect
138:1242-1251.
Pozio E. 2005. The broad spectrum of Trichinella spp. hosts: From cold- to
warm-blooded animals. Vet Parasitol. 132:3-11.
Jongwutiwes S, Chantachum N, Kraivichian P, Siriyasatien P, Putaporntip C,
Tamburrini A, La Rosa G, Sreesunpasirikul C, Yingyourd P, and Pozio E. 1998.

First outbreak of human trichinellosis caused by Trichinella pseudospiralis:


Clin Infec Dis. 26: 111115.
[OIE] Office International des Epizooties. 2007. Guidelines for the
Surveillance, Management, Prevention and Control of Trichinellosis. Paris
(FR). p1-51.
Pozio E dan Murrell KD. 2006. Systematics and epidemiology of Trichinella.
Adv Parasitol. 63:367-439.
Pozio E. 2001. Taxonomy of Trichinella and the epidemiology of infection in
the Southeast Asia and Australian Regions. Southeast Asian J Trop Med Public
Health. 32 (2): 129-132.
Soedarto. Zoonosis Kedokteran, Surabaya :Airlangga University Press, 2003.

Dewi PA, Sumarwanta E. 2012. Trichinosis tinjauan umum penyakit, bahaya,


dan penanggulangannya. Bul Lab Vet. 12(3):7-13.
[CDC] Center for Disease Control. 2012. Division of Parasitic Diseases.
Trichinosis. [Internet]. [diunduh 2016 Desember 18]. Tersedia pada
http://www.cdc.gov/parasites/trichinellosis//.
Natasa M, Suzana, Milena M. 2006. Trichinosis. Acta Fac Med Naiss. Review
article. 23. 4: 215-222.
Wakelin D, Denham DA. 1983. The immune response. In Campbell WC (ed.).
Trichinella and trichinosis. Plenum Press, New York (US) : 265308.
Bogitsh BJ, Carter CE, Oeltmann TN. 2005. Human Parasitology. Elsevier. USA.
Kociecka W. 2000. Trichinellosis: human disease, diagnosis and treatment.
Vet Parasitol. 93: 365-383.
Foreyt WJ. 2013. Trichinosis: Reston, Va. US. Geological Survey Circular 1388,
60 p. 2 appendixes, http://dx.doi.org/10.3133/cir1388. [diunduh 2014 Sept
22].
Cap V dan Despommier DD. 1996. Clinical aspects of infection with
Trichinella spp. : Clin Microbiol Rev. 9: 4754.
Harms G, Binz P, Feldmeier H, Zwingenberger K, Scheehauf D, Dewes W,
Kress-Hermesdorf I, Klindworth C, dan Bienzle U. 1993. Trichinosis: A
prospective controlled study of patients 10 years after acute infection: Clin
Infec Dis. 17: 637643
Van Knapen F. 2000. Control of trichinellosis by inspection and farm
management practices. Vet Parasitol. 93: 385392.
Gottstein, Pozio E, Nockler K. 2009. Epidemiology, diagnosis, treatment, and
control of trichinellosis. Clin Microbiol Rev. 22:12745.

M. Rifky Andriansyah
Shelda Iswara
Salsabila Iftina P N
Nanda Finisa
M. Kevin Apriansyah
Ovi Sania Fahren
Yuri Hariyandi
J3P115005
J3P115016
J3P115019
J3P115022
J3P115039
J3P115043
J3P215072

Anda mungkin juga menyukai