Anda di halaman 1dari 3

METODE RISET GIZI

OLEH :

DARWIN HAMENTE
D1C1 13 092

JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2016

Jurnal yang kami bahas:


Perbaikan Status Gizi Anak Balita Dengan Intervensi Biskuit Berbasis Blondo,
Ikan Gabus (Channa Striata), Dan Beras Merah (Oryza Nivara)
Kemungkinan yang bisa dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan serta
melanjutkan penelitian tersebut adalah kadar proteinnya yang tinggi yang bisa
digunakan untuk mengatasi penyakit akibat Kurang Energy Protein (KEP).

Hasil penelitian Hidayati et al., (2010) di wilayah kumuh perkotaan Surakarta,


bahwa anak balita yang kekurangan asupan protein mempunyai risiko 3,46 kali menjadi
anak stunting dibandingkan dengan anak yang asupan proteinnya cukup. Lebih
banyaknya asupan protein dan lebih beragamnya makanan yang dikonsumsi perharinya
pada kelompok anak balita normal dalam penelitian ini merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan anak memiliki laju pertumbuhan yang baik sesuai dengan umurnya.
KEP mempengaruhi kecerdasan melalui kerusakan otak. KEP yang diderita pada
usia muda akan mempengaruhi system saraf pusat terutama kecerdasan mereka karena
akan mengurangi sintesis DNA yang menyebabkan sel otak dalam jumlah yang kurang
walaupun besarnya otak normal. Jika KEP terjadi setelah masa devisi otak berhenti
hambatan sintesis protein akan menghasilkan sel otak yang normal tetapi dengan ukuran
yang lebih kecil (Pudjiadji, 2001). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
yang telah dilakukan oleh Rochayati (2005) dengan judul Hubungan Status Gizi Dengan
Perkembangan Motorik pada anak usia 0 24 bulan di posyandu RW III Gendingan
Ngampilan Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang
signifikan antara status gizi dengan perkembngan motoric anak usia 0 24 bulan.
Hasil penelitian Yusnandar ME, Sejati S. di Cianjur tahun 2006 menunjukkan
bahwa KEP pada anak balita dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang rendah,
kurangnya pengetahuan tentang sumber bahan makanan, serta perilaku ibu dalam
bertindak atas perubahan fisik dan kesehatan anak. Di samping itu, cara mengolah
makanan, pengetahuan tentang penyakit infeksi, tindakan yang harus dilakukan, dan
rendahnya pendapatan keluarga yang diperoleh untuk kebutuhan hidup, dapat menjadi
penyebab kekurangan energi protein pada anak balita.

DAFTAR PUSTAKA
Jurnal 1 :
Pengaruh Konsumsi Protein Dan Seng Serta Riwayat Penyakit Infeksi Terhadap
Kejadian Stunting Pada Anak Balita

Umur 24-59 Bulan Di Wilayah Kerja

Puskesmas Nusa Penida III.


Oleh : Ida Ayu Kade Chandra Dewi dan Kadek Tresna Adhi
Daftar pustaka :
Hidayati, L., Hadi, H., & Kumara, A. (2010). Kekurangan Energi Dan Zat Gizi
Merupakan Risiko Kejadian Stunted Pada Anak Usia 1-3 Tahun Yang Tinggal Di
Wilayah Kumuh Perkotaan Surakarta. Jurnal Kesehatan, ISSN 19797621, Vol. 3, No.
1, Juni 2010: 89-104, 3(1), 89104.

Jurnal 2 :
Hubungan Kurang Energi Protein Dengan Perkembangan Anak Balita Di Desa
Bowongso Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo Tahun 2012.
Oleh : Retno Eko Wulandari
Daftar Pustaka :
Rochayati. D. (2005). Hubungan Status Gizi Dengan Perkembangan Motorik Pada Anak
Usia 0 24 Bulan Di Posyandu RW III Gendingan Ngampilan Yogyakarta. Yogyakarta :
KTI tidak diterbitkan. STIKES Aisyiyah. Yogyakarta.

Jurnal 3 :
Pola Asuh Ibu Sebagai Faktor Risiko Kejadian Kurang Energi Protein (Kep) Pada
Anak Balita.
Oleh : Adni Abdul Razak1 , I Made Alit Gunawan2 , R. Dwi Budiningsari3
Daftar Pustaka :
Yusnandar ME, Sejati S. Aplikasi Analisis Khi Kuadrat terhadap Kekurangan Energi
Protein pada Anak Balita dan Faktor-faktor yang Berhubungan. Informatika Pertanian
2006;15:17-31.

Anda mungkin juga menyukai