Kajian Disparitas Sebagai Solusi Dalam Penentuan Pemilihan Ibu Kota Baru - Gravitasi - Indeks Sentralitas PDF
Kajian Disparitas Sebagai Solusi Dalam Penentuan Pemilihan Ibu Kota Baru - Gravitasi - Indeks Sentralitas PDF
email:acan_plano05@yahoo.com
ABSTRAK
Pelaksanaan program penambahan kecamatan di Kota Pasuruan dilatarbelakangi oleh pemusatan
pembangunan di wilayah pusat kota. Kondisi tersebut mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pelayanan dan
kurang optimalnya pembangunan. Tujuan dari studi ini adalah: (1) mengevaluasi tingkat kesenjangan
perkembangan masing-masing kecamatan di Kota Pasuruan sehingga dapat diketahui kemerataan
pembangunan di Kota Pasuruan, (2) menentukan pilihan terbaik dari tiga alternatif kecamatan-kecamatan baru
di Kota Pasuruan, sehingga dapat tercipta suatu kota dengan tingkat kesenjangan rendah dan tingkat
pembangunan tinggi, yang dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik. Hasil yang diperoleh
dari studi ini adalah: (1) Kota Pasuruan memiliki tingkat kesenjangan perkembangan yang tidak terlalu besar,
dengan nilai IoD 18,41. Sehingga tahapan selanjutnya yang dapat dilakukan pemerintah adalah memeratakan
dan mengoptimalkan pembangunan. Hasil ini diperoleh dari analisis tingkat perkembangan, dengan variabel
kepadatan penduduk, rasio tenaga kerja non-pertanian, dan rasio luas lahan terbangun; (2) alternatif yang
dipergunakan untuk penambahan kecamatan baru adalah alternatif III, yang memiliki 4 kecamatan, terdiri dari
9, 9, 5, dan 11 kelurahan. Alternatif ini memiliki rata-rata nilai indeks sentralitas terkecil yaitu 60,66 serta nilai
IoD (Indeks of Dissimilarty) terkecil, yaitu sebesar 11,03. Nilai tersebut diperoleh dari analisis tingkat
perkembangan, analisis indeks sentralitas, dan analisis gravitasi. Variabel yang dipergunakan adalah
kepadatan penduduk, rasio tenaga kerja non-pertanian, rasio luas lahan terbanguan, jenis dan jumlah sarana,
serta jarak antar kelurahan.
Kata kunci: Disparitas, Tingkat perkembangan, Indeks sentralitas, Gravitasi, Iod
ABSTRACT
The implementation of district augmentation in Pasuruan is caused by centralized development in city center.
This condition affects the effectiveness and efficiency of services, and the development growth. The objectives of
this study are: (1) to evaluate disparity level of development in each district, so it can be inferred whether the
development is distributed evenly in Pasuruan; (2) to choose the best scenario from three alternatives. It is
hoped that Pasuruan can reduce its disparity and increase development growth, thus this scenario can improve
the effectiveness and efficiency of public services. The conclusions of this study are: (1) The disparity level of
Pasuruan is not significantly high with IoD value 18,41, so the government next program is to optimize and
distribute the development more evenly. This value is obtained from developmental level analysis using three
variables, i.e: population density, non-agriculture man power ratio, and ratio of built area; (2) alternative that
can be used for augmentation of new district is alternative III, wich is 4 district, each coumpounds of 9,9,5, and
11 villages. This alternative has the lowerst centrality index value of 60,66 and the lowerst IoD (Index of
Dissimilarity) 11,03, concluded by using developmental level analysis, centrality index analysis and gravity
analysis. Five variables used in this analysis, were: population density, non-agriculture manpower ratio, ratio of
built area, types and total facilities, and distance between villages.
Keywords: Disparity, Developmental level, Centrality index, Gravity , IoD (Index of Dissimilarity)
PENDAHULUAN
83
KAJIAN DISPARITAS SEBAGAI SOLUSI DALAM PENENTUAN PEMILIHAN KECAMATAN BARU KOTA
PASURUAN
84
dan
Asumsi
No.
No.
Variabel
Kepadatan
penduduk
(sumber:
Pusporini,
2006 dan
Sujarto,
1990)
Raso
jumlah
penduduk
menurut
pekerjaan
(sumber:
Pusporini,
2006 dan
Sujarto,
1990)
Alasan pemilihan
Variabel
Asumsi
terhadap
perkembangan
kota yang
semakin tinggi
Diasumsikan
kepadatan
penduduk yang
tinggi di suatu
ota
menunjukkan
semakin
tingginya dan
semakin
beranekaragamn
ya kegiatan,
semakin
tingginya
keutuhan akan
dasilitas publi
dan semakin
tingginya fungsi
kota sebagai
pusat
permukiman.
Kota mempunyai
fungsi sebagai
wilayah fungsional,
dimana terdapat
berbagai macam
(heteroogen)
kegiatan yang
ditunjukkan dengan
beranekaragamnya
jenis mata
pecnaharian yang
ada (Yunus, 2005).
Kota memiliki
fungsi yang berbeda,
Diasumsikan
bahwa semakin
tinggi jumlah
penduduk yang
bekerja di sektor
non pertanian di
suatu kota maka
semakin tinggi
heterogenitas
dan fungsi kota
sebagai pusat
pelayanan,
sehingga
menyebabkan
tingginya
pembangunan
Rasio luas
penggunaan
lahan
terbangun
(sumber:
Pusporini,
2006
Alasan pemilihan
Asumsi
terhadap
perkembangan
kota yang
semakin tinggi
di mana memiliki
kegiatan basis
beranekaragam.
Kegiatan basis yang
dimiliki selain
sektor penghasil
barang 9pertanian,
industri,
pertambangan) juga
meli[uti sektor
perdagangan dan
jasa (Tarigan, 2005).
Kawasan perkotaan
adalah wilayah
memiliki kegiatan
utama bukan
pertanian (UU
Penataan Ruang,
No. 26 Tahun 2007).
Rasio jumlah
penduduk menurut
pekerjaan
merupakan salah
satu variabel untuk
mengetahui
heterogenitas
pekerjaan
(nonagraris) yang
mengidentifikasi
bahwa di suatu
wilayah/daerah telah
mempunyai kegiatan
fungsional yang
tinggi sehingga
penduduk dapat
bergerak lebih
dinamis
dibandingkan
dengan penduduk
agraris.
yang
menunjukkan
semakin
berkembangnya
suatu kota.
Diasumsikan
semakin tinggi
rasio luas lahan
terbangun di
suatu kota
menunjukkan
semakin
tingginya
pembangunan
fisik binaan di
kota tersebut,
yang
mengidentifikasi
kan semakin
tingginya
perkembangan
suatu kota.
85
KAJIAN DISPARITAS SEBAGAI SOLUSI DALAM PENENTUAN PEMILIHAN KECAMATAN BARU KOTA
PASURUAN
No.
Variabel
Alasan pemilihan
Asumsi
terhadap
perkembangan
kota yang
semakin tinggi
No.
86
Jumlah dan
jenis sarana
Jarak antar
masingmasing
kelurahan
Kawasan perkotaan
adalah kawasan
dengan susunan
fungsi kawasan
sebagai tempat
permukiman
perkotaan,
pemusatan dan
distribusi pelayanan
jasa pemerintahan,
pelayanan sosial dan
kegiatan ekonomi
(UU Penataan
Ruang no 26 tahun
2007). Faktor
pelayanan umum
merupakan faktor
penarik terhadap
penduduk dan
fungsi-fungsi
kekotaan untuk
datang kearahnya.
(Yunus, 2005)
Kemerataan
penyediaan sarana
dapat
mengidentifikasikan
kesenjangan/ketidak
merataan
pembangunan,
dimana
pengelompokan
pembangunan sarana
dapat
mengakibatkan
pengelompokan
aktivitas penduduk..
Diasumsikan
bahwa semakin
memusat
pembangunan
sarana publik,
maka semakin
memusat
pertumbuhan
suatu kota dan
semakin
memusatnya
aktivitas
penduduk,
sehingga
menyebabkan
disparitas antar
kecamatan
semakin besar.
Tingkat aksesibilitas
mempengaruhi
kemudahan
pencapaian.
Semakin mudah
pencapaian maka
diasumsikan
semakin baik
prasarana
transportasinya. Ciri
tersebut dimiliki
oleh kawasan
perkotaan dengan
tingkat aksesibilitas
tinggi
(Tarigan, 2005).
Jarak merupakan
salah satu unsur
Diasumsikan
semakin dekat
jarak tempuh
antar kelurahan
maka semakin
tinggi interaksi
kegiatan dan
kemudahan
aksesibilitasnya,
sehingga dapat
dikelompokkan
menjadi satu
wilayah
kecamatan.
Alasan pemilihan
yang mempengaruhi
tingkat aksesibilitas
(Yunus, 2005). Jarak
tempuh merupakan
salah satu variabel
untuk
mengidentifikasi
kedekatan lokasi
antar kelurahan yang
berpengaruh pada
jangkauan pelayanan
masing-masing
kelurahan, sehingga
dapat diketahui
interaksi dan
aksesibilitas antar
kelurahan.
bangunan pada
suatu
kota/lingkungan.
Perbandingan
prosentase yang
besar antara lahan
terbangun dan lahan
tak terbangun pada
tiap-tiap daerah
menunjukkan
adanya pemusatan
pembangunan pada
satu daerah.
4
Variabel
Asumsi
terhadap
perkembangan
kota yang
semakin tinggi
1.
Metode Indeks
Metode ini digunakan dalam analisis
tingkat kesenjangan perkembangan kota pada
masing-masing kajian penambahan kecamatan
yang telah ada. Untuk mengetahui tingkat
kesenjangan perkembangan kota, maka langkahlangkah yang dilakukan adalah:
a.
Menentukan variabel-variabel yang akan
digunakan sebagai indikator, yaitu variabel
kepadatan penduduk, rasio tenaga kerja
non pertanian, dan rasio luas lahan
terbangun.
b.
Menghitung indeks tiap variabel. Berikut
ini rumus perhitungan indeks:
. ( persamaan 1)
c.
d.
e.
Keterangan:
i = indeks
x = nilai hitung
y = nilai tertinggi
Menghitung indeks kumulatif, Membuat
diagram kesenjangan perkembangan kota
yang berasal dari nilai indeks masingmasing variabel.
Membuat
diagram
kesenjangan
perkembangan kota yang berasal dari nilai
indeks masing-masing variabel.
Setelah memperoleh nilai indeks kumulatif
maka
langkah
selanjutnya
adalah
menerjemahkan hasil perhitungan dari
indeks ke dalam skala kuantitatif, melalui
perhitungan jumlah kelas dan interval
indeks. Jumlah kelas ditentukan dari rumus
perhitungan sturgess.
K 1 3,33 log n
Keterangan:
K = jumlah kelas
n= jumlah populasi
f.
Membagi
kelas
menjadi
beberapa
tingkatan kesenjangan, yaitu kecamatan
dengan tingkat kesenjangan tinggi, sedang,
dan rendah.
Metode Kumulatif
Metode Kumulatif untuk mencari nilai IoD
masing-masing kecamatan. Di dalam analisis ini
terdapat Kurva Lorenz yang diperoleh dari nilai
proporsi msing-masing variabel dibandingkan
dengan nilai proporsi luas wilayah, dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Mencari proporsi dari masing-masing
variabel dengan cara: nilai hitung dibagi
total nilai keseluruhan dikali dengan
seratus.
2.
Mencari
nilai
kumulatif
dengan
menjumlahkan proporsi dari masingmasing
kecamatan,
dengan
urutan
kecamatan yang memiliki nilai eksisting
terendah sampai kecamatan dengan nilai
eksisting tertinggi.
3.
Mencari nilai IoD dengan cara:
4.
...(persamaan 2)
Membuat koordinat dalam kurva dimana
sumbu Y merupakan indikator dan sumbu
X merupakan luas wilayah. Luas wilayah
merupakan pembanding tetap antar
indikator.
Masing-masing
variabel
dibandingkan dengan kurva distribusi
normal,
dimana
semakin
luas
A.
87
KAJIAN DISPARITAS SEBAGAI SOLUSI DALAM PENENTUAN PEMILIHAN KECAMATAN BARU KOTA
PASURUAN
B.
Analisis Gravitasi
Analisis Gravitasi dipergunakan untuk
mengelompokkan masing-masing kelurahan
menjadi beberapa kecamatan di Kota Pasuruan.
Pengelompokan ini berdasarkan kedekatan jarak
antara kelurahan dengan indeks fungsi terkecil
dengan kelurahan dengan nilai indeks fungsi
terbesar (pusat kelurahan) yang telah didapatkan
pada perhitungan analisis indeks sentralitas.
(Wibowo, 2004). Dengan persamaan sebagai
berikut:
Di mana:
Tij
Pi dan Pj
Dij
K
K 1 3,33 log n
Keterangan:
K = jumlah kelas
n= jumlah populasi
Membagi
kelas
menjadi
beberapa
tingkatan kesenjangan, yaitu kecamatan
dengan tingkat kesenjangan tinggi, sedang,
dan rendah
Metode Kumulatif
Perhitungan kumulatif dilakukan dengan
menggunakan informasi yang tersedia seperti
variabell kepadatan penduduk dan luas
wilayah masing-masing kecamatan di Kota
Pasuruan. Dapat dilihat pada Persamaan 2.
Metode Indeks
Metode ini digunakan dalam analisis
tingkat kesenjangan perkembangan kota pada
masing-masing kajian penambahan kecamatan
yang telah ada. Untuk mengetahui tingkat
kesenjangan perkembangan kota, maka langkahlangkah yang dilakukan adalah:
Membuat
diagram
kesenjangan
perkembangan kota yang berasal dari nilai
indeks masing-masing variabel.
1.
Berdasarkan
analisis
tingkat
perkembangan, yang terdiri dari metode
indeks, skalogram dan kurva kumulatif
maka didapatkan hasil sebahai berikut:
Metode Indeks
A.
Kepadatan
Penduduk
Eks
Gadingrejo
Purworejo
Bugul Kidul
In
Rasio
Tenaga
Kerja NonPertanian
Eks
In
Rasio Luas
Lahan
Terbangun
Eks
In
Indeks
Kumulatif
Eks
In
5697
80
0.99
99
0.55
89
100
0.99
0.62
299
100
2993
42
99
10
0
88
10
0
267
7158
0.46
74
216
72
Indeks
Kumulatif
89
100
72
Skalogram
Sedang
Tinggi
Rendah
Kecamatan
Metode Kumulatif
Alternatif I
Berikut merupakan hasil Indeks Sentralitas
Alternatif I:
Tabel 4. Indeks Sentralitas Alternatif I Kota
Pasuruan
Kecamatan
Kelurahan
Wilayah
Kecamatan
Gadingrejo
Krapyakrejo
Bukir
Sebani
Gentong
Nilai Indeks
Sentralitas
23.74
49.95
44.42
38.89
Nilai Indeks
Sentralitas
131.47
22.42
60.29
32.57
403.44
79.00
17.85
57.05
195.28
99.52
217.11
50.03
718.26
38.19
23.46
33.43
23.87
90.35
53.14
57.52
320.06
29.83
69.76
95.88
96.19
121.44
104.66
82.38
66.72
11.29
20.92
21.65
41.51
760.48
65,53
Kelurahan
Gadingrejo
Randusari
Karangketug
Petahunan
Total Nilai Indeks Sentralitas
Wilayah
Kecamatan Pohjentrek
Purworejo
Wirogunan
Tembokrejo
Purutrejo
Kebonagung
Purworejo
Sekargadung
Total Nilai Indeks Sentralitas
Wilayah
Kecamatan Bakalan
Bugul Kidul
Krampyangan
Blandongan
Kepel
Bugulkidul
Petamanan
Tapaan
Total Nilai Indeks Sentralitas
Wilayah
Kecamatan Ngemplakrejo
Baru
Mayangan
Trajeng
Bangilan
Kebonsari
Karanganyar
Kandangsapi
Pekuncen
Panggungrejo
Mandaranrejo
Tambaan
Bugullor
Total Nilai Indeks Sentralitas
Rata-rata Indeks Sentralitas Alternatif I
Berikut
Alternatif I:
merupakan
100
Kurva
Lorenz
Kepadatan
Penduduk
80
indikator kumulatif
B.
Rasio TK
nonpertanian
Rasio Luas
Lahan
Terbangun
kurva
normal
60
40
20
0
0
20 40 60 80 100
Kumulatif
Luas Wilayah
89
KAJIAN DISPARITAS SEBAGAI SOLUSI DALAM PENENTUAN PEMILIHAN KECAMATAN BARU KOTA
PASURUAN
Berdasarkan
ketiga
indikator
perkembangan kota yaitu kepadatan
penduduk, rasio tenaga kerja nonpertanian, dan rasio luas lahan terbangun
dapat ditarik kesimpulan bahwa telah
terjadi kesenjangan laju perkembangan
kota. Hal ini dapat dilihat dari hasil selisih
indeks
kumulatif
antar
keempat
kecamatan.
Kecamatan
Petahunan
Karanganyar
Total Nilai Indeks Sentralitas
Wilayah
Kecamatan
Pohjentrek
Purworejo
Kelurahan Wirogunan
Tembokrejo
Purutrejo
Kebonagung
Purworejo
Sekargadung
Bangilan
Total Nilai Indeks Sentralitas
Wilayah Kecamatan Bugul
Bakalan
Kidul
Krampyangan
Blandongan
Kepel
Bugulkidul
Petamanan
Tapaan
Total Nilai Indeks Sentralitas
Wilayah Kecamatan Baru
Ngemplakrejo
Mayangan
Trajeng
Kebonsari
Kandangsapi
Pekuncen
Panggungrejo
Mandaranrejo
Tambaan
Bugullor
Total Nilai Indeks Sentralitas
Rata-rata Indeks Sentralitas Alternatif II
Berikut
Alternatif II:
100
90
Kecamatan
Kelurahan
Nilai Indeks
Sentralitas
Krapyakrejo
23.74
Bukir
Sebani
Gentong
Gadingrejo
Randusari
Karangketug
49.95
44.42
38.89
131.47
22.42
60.29
indikator kumulatif
Wilayah
Gadingrejo
merupakan
79.00
17.85
57.05
195.28
99.52
217.11
50.03
96.19
814.48
38.19
23.46
33.43
23.87
90.35
53.14
57.52
320.06
29.83
69.76
95.88
121.44
82.38
66.72
11.29
20.92
21.65
41.51
560.33
64,51
Kurva
Lorenz
Kepadatan
Penduduk
80
Nilai Indeks
Sentralitas
32.57
104,66
486.40
B. Alternatif II
Kecamatan
Kelurahan
Rasio TK
nonpertanian
60
40
Rasio Luas
Lahan
Terbangun
20
0
0 20 40 60 80 100
Kumulatif Luas
Wilayah
Berdasarkan
ketiga
indikator
perkembangan kota yaitu kepadatan
penduduk, rasio tenaga kerja nonpertanian, dan rasio luas lahan terbangun
dapat ditarik kesimpulan bahwa telah
terjadi kesenjangan laju perkembangan
kota. Hal ini dapat dilihat dari hasil selisih
indeks kumulatif antar keempat kecamatan
Kelurahan Kebonsari
Wilayah Kecamatan Bugul Kidul, dengan
pusat-pusat kegiatan dan pusat-pusat
kelurahan yang direkomendasikan adalah:
Kelurahan Bugul Kidul
4.
Wilayah Kecamatan Baru, dengan pusatpusat kegiatan dan pusat-pusat kelurahan
yang direkomendasikan adalah:
Kelurahan Bangilan
Kelurahan Kandangsapi
Kelurahan Purutejo, kelurahan ini
dikelompokkan menjadi anggota dari
Wilayah Kecamatan Baru walaupun
dalam
perhitungan
gravitasinya
memperoleh hasil kecenderungan
lebih dekat dengan Kelurahan
Kebonagung. Hal ini dikarenakan
pertimbangan dari jumlah penduduk
dan luas wilayah Kelurahan Purutrejo
yang nantinya akan mempengaruhi
hasil analisis IoD.
Berikut merupakan hasil Indeks Sentralitas
Alternatif III :
3.
Kelurahan
Wilayah
Kecamatan
Gadingrejo
Karangketug
Gadingrejo
Tambaan
Randusari
Trajeng
Sebani
Petahunan
Gentong
Karanganyar
Total Nilai Indeks Sentralitas
Wilayah
Purworejo
Kecamatan
Kebonsari
Purworejo
Pohjentrek
Wirogunan
Tembokrejo
Bukir
Kebonagung
Sekargadung
Krapyakrejo
Total Nilai Indeks Sentralitas
Wilayah
Bugulkidul
Kecamatan
Blandongan
Bugul Kidul
Bakalan
Kepel
Krampyangan
Total Nilai Indeks Sentralitas
Wilayah
Bangilan
Kecamatan Baru
Kandangsapi
Tapaan
Bugullor
Mayangan
Mandaranrejo
Panggungrejo
Ngemplakrejo
Purutrejo
Petamanan
Pekuncen
Nilai Indeks
Sentralitas
60.29
131.47
21.65
22.42
95.88
44.42
32.57
38.89
104,66
517.93
217.11
121.44
79.00
17.85
57.05
49.95
99.52
50.03
23.74
714.92
90.35
33.43
38.19
23.87
23.46
198.98
96.19
82.38
57.52
41.51
69.76
20.92
11.29
29.83
195.28
53.14
66.72
91
KAJIAN DISPARITAS SEBAGAI SOLUSI DALAM PENENTUAN PEMILIHAN KECAMATAN BARU KOTA
PASURUAN
Kecamatan
Kelurahan
Nilai Indeks
Sentralitas
724.33
Berikut
Alternatif III:
merupakan
100
60,66
Kurva
Lorenz
Kepadatan
Penduduk
indikator kumulatif
80
60
Rasio TK nonpertanian
40
20
0
0
20 40 60 80 100
Rasio Luas
Lahan
Terbangun
Berdasarkan
ketiga
indikator
perkembangan kota yaitu kepadatan
penduduk, rasio tenaga kerja nonpertanian, dan rasio luas lahan terbangun
dapat ditarik kesimpulan bahwa telah
terjadi kesenjangan laju perkembangan
kota. Hal ini dapat dilihat dari gambar
kurva ketiga indikator yang menyimpang
dari kurva normal dan hasil indeks
kumulatif. Akan tetapi untuk alternatif III
penyimpangan ketiga indikator dari kurva
distribusi normal tidak begitu besar,
terlihat dari selisih hasil kurva kumulatif
antar keempat kecamatan.
92
KESIMPULAN
1.
2.
Jumlah
Kecamatan
Rata-Rata
Indeks
Sentralitas
RataRata
Nilai
IoD
Nilai
Kumulatif
Prioritas
Pemilihan
65,53
12,95
78,48
Ketiga
64,41
13,64
78,05
Kedua
60,66
11,03
71,69
Pertama
Kelurahan Karangketug
Kelurahan Gadingrejo
Kelurahan Tambaan
Kelurahan Randusari
Kelurahan Trajeng
Kelurahan Sebani
2.
3.
4.
Kelurahan Petahunan
Kelurahan Gentong
Kelurahan Karanganyar
Kelurahan Purworejo
Kelurahan Kebonsari
Kelurahan Pohjentrek
Kelurahan Wirogunan
Kelurahan Tembokrejo
Kelurahan Bukir
Kelurahan Kebonagung
Kelurahan Sekargadung
Kelurahan Krapyakrejo
Wilayah Kecamatan Bugul Kidul, dengan
pusat kecamatan terletak di Kelurahan
Bugul Kidul, terdapat 5 kelurahan yang
termasuk didalamnya antara lain:
Kelurahan Blandongan
Kelurahan Bakalan
Kelurahan Kepel
Kelurahan Krampyangan
Wilayah Kecamatan Baru, dengan pusat
kecamatan terletak di Kelurahan Purutrejo,
terdapat 11 kelurahan yang termasuk
didalamnya antara lain:
Kelurahan Bangilan
Kelurahan Kandangsapi
Kelurahan Tapaan
Kelurahan Bugullor
Kelurahan Mayangan
Kelurahan Mandaranrejo
Kelurahan Panggungrejo
Kelurahan Purutrejo
Kelurahan Petamanan
Kelurahan Pekuncen
DAFTAR PUSTAKA
Budiharsono, Sugeng. 2005. Teknik Analisis
Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Daryanto,
Arief.
2009.
Disparitas
Pembangunan,,http://www.akademik.unsri.
ac.id/. ( diakses tanggal 28 November
2009)
Pusporini, Nuryatiningsih, 2006. Skripsi:
Perkembangan Kota pada KelurahanKelurahan Baru menurut Perda no. 12
Tahun 2000 di Kota Malang. Malang:
Planologi, UB
Sujarto, Djoko. 1990. Beberapa Pengertian
Pokok tentang Kota. Bandung: ITB
93
KAJIAN DISPARITAS SEBAGAI SOLUSI DALAM PENENTUAN PEMILIHAN KECAMATAN BARU KOTA
PASURUAN
94