Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Salah satu indikator kesehatan suatu negara adalah dinilai dari angka kematian ibu dan
angka kematian bayi. Menurut data SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia), Angka
Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2012 adalah 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini kurang
lebih tiga kali lebih besar dari tujuan MDG 2015 yaitu 102 per 100.000 kelahiran.
Angka Kematian Neonatus (AKN) adalah angka kematian pada bayi usia 0 28 hari,
meskipun angka ini menurun hingga pada tahun 2012 tercatat oleh SDKI sebesar 19 per
kelahiran hidup, namun angka ini berkontribusi terhadap 56% dari keseluruhan kematian bayi
sehingga ini merupakan suatu masalah.
Salah satu penyebab kematian ibu dan bayi adalah tetanus neonatorum dan tetanus
maternal. Kematian akibat tetanus di negara berkembang 135 kali lebih tinggi dibandingkan di
negara maju sedangkan di Indonesia pada tahun 2010 dilapokan terdapat 147 kasus dengan
jumlah meninggal sebanyak 84 kasus atau case fatality rate (CFR) tetanus neonatorum sebesar
57,14%.
Di Indonesia, kematian bayi baru lahir akibat penyakit tetanus neonatorum menduduki
peringkat ketiga dengan proporsi 10% (Survei Kesehatan Rumah Tangga, 2001). Tetanus
neonatorum terjadi akibat kontaminasi spora Clostridium tetani pada tali pusat bayi baru lahir
saat pemotongan atau perawatan tali pusat sedangkan tetanus maternal dapat diakibatkan oleh
tindakan aborsi atau tindakan kebidanan lain yang tidak steril.
Kekebalan terhadap tetanus tidak timbul setelah terkena penyakit tetanus, tetapi hanya
dapat diperoleh melalui kekebalan buatan secara pasif, diberikan dengan suntikan anti tetanus
serum, dan kekebalan buatan aktif dengan pemberian suntikan tetanus toxoid (TT). Maka dengan
itu, untuk pencegahannya dapat dilakukan imunisasi Tetanus. Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
pada ibu hamil dimulai pada tahun 1974 sedangkan pemberian imunisasi DPT pada anak SD
atau sederajat dimulai pada tahun 1976. Manfaat imunisasi tetanus bagi ibu hamil yaitu untuk
melindungi bayi yang baru lahir dari tetanus neonatorum yang dapat mengakibatkan kematian
dan dapat melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka.
Pemberian imunisasi TT tersebut dapat dilakukan di tempat pelayanan kesehatan seperti
puskesmas, Posyandu, rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya. Oleh karenanya kunjungan
ibu hamil untuk memeriksakan diri pada tempat - tempat pelayanan kesehatan tentunya akan
memberikan dampak positif terhadap peningkatan cakupan pelayanan imunisasi TT ibu hamil.
Dalam rangka peningkatan frekuensi kunjungan ibu hamil ke bagian Kesehatan ibu dan Anak
1
(KIA) di puskesmas diperlukan upaya Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) mengenai program
KIA dan Imunisasi di Puskesmas. (Depkes RI, 2005).
Dengan pencapaian cakupan TT ibu hamil tetanus neonatorum dapat dieliminasi. Jika
dilihat dari hasil pencapaian TT ibu hamil maka dari tahun ke tahun pencapaiannya masih belum
mencapai target yang diharapkan dan keadaan ini akan memungkinkan terjadinya kasus tetanus
neonatorum di mana saja, terutama pada daerah-daerah yang cakupan TT ibu hamilnya masih
rendah.
Pada tahun 2002, cakupan imunisasi TT ibu hamil secara nasional telah mencapai 78,5 %
untuk pemberian TT1, sedangkan untuk TT2 mencapai 71,6 %. Tetapi, pada tahun 2003 cakupan
imunisasi TT ibu hamil secara nasional menjadi turun, untuk TT1 cakupannya 71,71 %
sedangkan untuk TT2 hanya mencapai 66,1%. Dari data diatas dapat dilihat bahwa upaya
pencegahan tetanus neonatorum dengan pemberian imunisasi TT pada ibu hamil melalui
kegiatan rutin belum menunjukkan hasil yang efektif, disebabkan cakupan imunisasi tersebut
mengalami penurunan dan belum mencapai 100 %. (Depkes RI,2003).
Banyak faktor yang berhubungan dengan pencapaian cakupan imunisasi TT ibu hamil
diantaranya adalah waktu pelayanan imunisasi, stok vaksin, pengelolaan rantai vaksin, peralatan
rantai vaksin, peralatan suntik imunisasi, pelatihan petugas imunisasi, kerja sama lintas program,
kerja sama lintas sektoral, pencatatan dan pelaporan, Pemantauan Wilayah Setempat (PWS), dan
penyuluhan.
Selain itu, pada pelaksanaan di lapangan ada faktor lain yang dapat mempengaruhi
pencapaian cakupan imunisasi diantaranya adalah pendidikan petugas imunisasi, pengetahuan
petugas, jumlah petugas pelaksana imunisasi, pengetahuan ibu hamil tentang imunisasi TT dan
tersedianya kendaraan operasional.
Kematian bayi baru lahir akibat penyakit tetanus neonatorum menduduki peringkat ketiga
dengan proporsi 10% (Survei Kesehatan Rumah Tangga, 2001).
1.2.2.
Angka Kematian Ibu (AKI) 2013 (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas)
sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. (SDKI 2012)
1.2.3.
1.2.4.
Upaya pencegahan tetanus neonatorum dengan pemberian imunisasi TT pada ibu hamil melalui
kegiatan rutin belum menunjukkan hasil yang efektif, disebabkan cakupan imunisasi tersebut
mengalami penurunan dan belum mencapai 100 %. (Depkes RI, 2003).
1.3 Tujuan
1. 1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui penyebab masalah dan penyelesaian masalah dalam pelaksanaan
program tetanus toxoid pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Klari, Kabupaten
Karawang periode Januari sampai dengan September 2015. Oleh karena itu, diharapkan
cakupan imunisasi tetanus toxoid pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Klari,
Kabupaten Karawang mencapai 90% pada akhir tahun 2015 dalam rangka menurunkan
angka kesakitan dan kematian bayi dan ibu akibat tetanus.
2. 1.3.2 Tujuan Khusus
3. 1.3.2.1. Diketahuinya cakupan pelayanan imunisasi tetanus toxoid pada ibu hamil di
Puskesmas Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang periode Januari hingga
September 2015.
1.3.2.2. Diketahuinya cakupan skrining status vaksin tetanus toxoid ibu hamil di Puskemas
Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang periode Januari hingga September 2015
1.3.2.3. Diketahuinya cakupan penyuluhan kelompok dan perorangan mengenai imunisasi
tetanus toxoid ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang
periode Januari hingga September 2015.
1.4. Manfaat
1. 1.4.1. Bagi Evaluator
2. 1.4.1.1.Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama duduk di
bangku kuliah.
3. 1.4.1.2.Melatih serta mempersiapkan diri dalam menjalankan suatu program
khususnya program Imunisasi Tetanus toxoid ibu hamil.
4. 1.4.1.3.Menumbuhkan minat dan pengetahuan mengevaluasi program di puskesmas.
5. 1.4.1.4.Menumbuhkan rasa peduli akan kesejahteraan masyarakat.
6. 1.4.1.5.Mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis.
1.4.2.3.Mewujudkan Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida) sebagai universitas yang menghasilkan
dokter yang berkualitas dan memiliki keperdulian terhadap masyarakat secara luas.
1.4.3. Bagi Puskesmas yang Dievaluasi
1.4.3.1.Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam pelaksanaan program Imunisasi tetanus toksoid
ibu hamil disertai dengan usulan atau saran sebagai pemecahan masalah.
1.4.3.2.Memberi masukan dalam meningkatkan kerjasama dan membina peran serta masyarakat dalam
melaksanakan program Imunisasi Tetanus toxoid ibu hamil secara optimal.
1.4.3.3.Membantu kemandirian Puskesmas dalam upaya lebih mengaktifkan program Imunisasi Tetanus
toxoid ibu hamil sehingga dapat memenuhi target cakupan program.
1.4.4. Bagi Masyarakat
1.4.4.1.Meningkatkan pembinaan peran serta masyarakat dan kader dalam kegiatan imunisasi di wilayah
kerja Puskesmas Kecamatan Klari
1.4.4.2.Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Klari
1.4.4.3.Dengan tercapainya keberhasilan program, diharapkan dapat menurunkan prevalensi penyakit
tetanus, menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
1.4.4.4.Dengan tercapainya keberhasilan program, diharapkan dapat menjadi contoh bagi daerah-daerah
lain di Indonesia.
1.5. Sasaran
Semua ibu hamil yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Klari, Kabupaten
Karawang periode Januari hingga September 2015
Bab II
Materi dan Metode
2.
2.1 Materi dan Metode
Kegiatan imunisasi Tetanus Toxoid ibu hamil meliputi :
Kelompok : Dengan penyuluhan dan diskusi setiap kelas ibu hamil 1 kali per
Bab III
Kerangka Teori
3.1 Bagan Teori
LINGKUNGAN (6)
MASUKAN (1)
PROSES
(2)
KELUARAN (3)
DAMPAK (5)
5. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem.
6. Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem
tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem.
umpan balik,
lingkungan dan dampak. Digunakan sebagai pembanding atau target yang harus dicapai
dalam program Imunisasi Dasar.
Bab IV
Penyajian Data
4.1 Sumber Data
Data sekunder dari :
4.1.1. Catatan bulanan program imunisasi Puskesmas Kecamatan Klari, Kabupaten
Karawang periode Januari hingga September 2015
4.1.2. Catatan bulanan bahan konsultasi program imunisasi Puskesmas Kecamatan Klari,
Kabupaten Karawang periode Januari hingga September 2015
Data tersier dari:
4.1.3. Data demografi Puskesmas Kecamatan Klari tahun 2015
4.2 Data
4.2.1 Data Umum
4.2.1.1 Data Geografis
4.2.1.1.1 Lokasi puskesmas
Lokasi Puskesmas Kecamatan Klari terletak dijalur ring road atau jalan provinsi
yaitu Jalan Raya Kosambi. Komplek puskesmas Klari terletak di desa Duren dan berada
di depan kantor kepala desa Duren di samping kiri kecamatan Klari, di belakang terdapat
TK Mawar dan di samping kanan rumah penduduk. Secara administrasi UPTD
Puskesmas Klari Kecamatan Klari berbatasan dengan:
- Sebelah Utara
: Puskesmas Telagasari
- Sebelah Selatan
: Puskesmas Curug
- Sebelah Barat
: Puskesmas Anggadita
- Sebelah Timur
: Puskesmas Purwasari
Wilayah kerja
Luas wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Klari 693.878 Ha, mencakup 8 desa,
69 RW, 268 RT, Kedelapan desa tersebut adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
4.2.1.1.3
Desa Duren
Desa Pancawati
Desa Walahar
Desa Kiara Payung
Desa Sumur kondang
Desa Cibalongsari
Desa Klari
Desa Belendung
Data Demografis
Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang tahun 2015 adalah sebesar 90.152 jiwa.5
Jumlah penduduk Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang, tahun 2015
berdasarkan jenis kelamin : Laki-laki 46.248 jiwa dan jumlah perempuan 43.904
jiwa. Dari jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Klari, 22.313 jiwa
diantaranya merupakan penduduk lanjut usia, manakala didapatkan jumlah ibu
4.2.1.1.4
Fasilitas Kesehatan
8
4.2.2
APBD
: Ada, cukup
APBN
: Ada, cukup
BOK
: Ada, cukup
Sarana
Medis
Peralatan suntik
Disposible syringe (1cc, 2cc, 3 cc ,5 cc) : Ada
Autodisposible syringe (0,05cc, 0,5cc) : Ada
Alkohol 70 %
: Ada
Cold Chain
Lemari es
: 1 buah
Mini freezer
: 1 buah
Vaccine carrier (cold box)
: 13 buah
Termos + 4 buah cold pack : Sejumlah tim lapangan
Vaksin
Tetanus Toxoid
: Ada
Alat dan obat KIPI
Stetoskop
: 1 buah
Tensimeter
: 1 buah
Infus set
: Ada
Alat suntik
: Ada
Cairan infus NaCl 0,9 % : Ada
Deksamethason injeksi : Ada
Adrenalin
: Ada
Paracetamol
: Ada
Non Medis
Leaflet
: Ada
Poster
: Tidak ada
Flip chart
: Ada
9
Gedung Puskesmas
Ruang Pendaftaran
: 1 ruang
Ruang Tunggu
: 1 ruang
Ruang Periksa
: 1 ruang
Kamar Obat
: 1 ruang
Posyandu (87 pos): Sistem lima meja
Buku KIA/KMS
: Ada
Buku pencatatan hasil imunisasi : Ada
Buku pencatatan stok vaksin
: Ada
Kartu pencatatan suhu lemari es : Ada
Kartu pencatatan suhu freezer
: 1 lembar/bulan
Kapas dan tempatnya
: Ada
Tempat sampah
: 1 buah
4.2.2.2 Proses
Perencanaan
Memberikan penyuluhan mengenai imunisasi dasar
Perorangan
: setiap kunjungan periksa kehamilan, dilayani setiap hari
Kelompok
: setiap bulan sesuai jadwal Posyandu dan kelas ibu hamil
Menentukan besarnya sasaran dan target cakupan imunisasi dasar
Besar sasaran : 2679 ibu hamil per tahun
Besar sasaran Januari 2015 September 2015 :
2679 x 9/12 = 2010 ibu hamil
Target cakupan :
- Cakupan Imunisasi tetanus toxoid ibu hamil : 90%
- Cakupan Status Imunisasi tetanus toxoid ibu hamil : 100%
Membuat jadwal pelayanan imunisasi tetanus toxoid ibu hamil :
Dua kali seminggu, setiap hari Rabu dan Kamis di puskesmas.
Sebulan sekali sesuai jadwal Posyandu
Merencanakan logistik imunisasi tetanus toxoid
siang/sore.
Melakukan monitoring dengan PWS : 12 x/tahun
Merencanakan penatalaksanaan KIPI : Jika ada kasus, setiap hari
Melakukan pencatatan dan pelaporan : 12 x/tahun
Pengorganisasian
Adanya pembagian dan pemberian tugas yang teratur dalam melaksanakan
tugasnya.
Kepala Puskesmas
Dr. Dini Nurdianti P, M.Epid
Bidan Desa
Kader Terlatih
Bidan :
imunisasi
Memberikan pelayanan imunisas Tetanus Toxoid ibu hamil di Puskesmas
Pelaksanaan
Pendataan status dan pelaksanaan imunisasi dilakukan setiap bulan lewat kegiatan
Posyandu
Para kader mengumpulkan ibu hamil yang ada di wilayah kerja Posyandu
Pemeriksaan ANC dilakukan oleh bidan yang bertanggung jawab di suatu Posyandu
tersebut
Pengawasan
Pencatatan dilakukan secara berkala setiap bulan oleh pemegang program imunisasi
4.2.2.3 Keluaran
Tabel 1. Data Cakupan Imunisasi Tetanus Toxoid Ibu Hamil di Puskesmas
Kecamatan Klari Periode Januari 2015 hingga September 2015
Sasar
an
Bumil
2010
TT
1
TT
2
TT
3
TT
4
TT
5
TT1(
+)
TT2(
+)
23
%
20
%
16
%
10
%
5%
54%
51%
Tabel 2. Data
TT1
TT2
TT3
TT4
TT5
12
Bumil
2010
25%
22%
17%
11%
6%
Hasil
Dilakukan setiap kali kunjungan ibu hamil saat
ANC
ANC
Hasil
Tidak dilakukan
Keterangan
Ibu yang pernah mendapatkan imunisasi TT sebanyak 1 kali sepanjang hidupnya
Ibu yang pernah mendapatkan imunisasi TT sebanyak 2 kali sepanjang hidupnya,
dengan jarak minimal 4 minggu antara suntikan TT1 TT2, atau pernah
13
TT3
dengan jarak minimal 6 bulan antara suntikan TT2 TT3, atau pernah
mendapatkan suntikan DPT 3 kali pada saat bayi dan DT 1 kali saat SD
Ibu yang pernah mendapatkan imunisasi TT sebanyak 4 kali sepanjang hidupnya,
TT4
dengan jarak minimal 1 tahun antara suntikan TT3 TT4, atau pernah
mendapatkan suntikan DPT 3 kali dan DT 2 kali saat SD
Ibu yang pernah mendapatkan imunisasi TT sebanyak 5 kali sepanjang hidupnya,
TT5
dengan jarak minimal 1 tahun antara suntikan TT4 TT5, atau mendapatkan
TT1+
suntikan imunisasi DPT 3 kali dan DT 3 kali saat SD (status imunisasi TT lengkap)
Ibu hamil yang menerima suntikan TT sebanyak 1 kali pada saat hamil, dan tidak
TT2+
saat hamil
Ibu hamil dengan status TT3, dan menerima suntikan TT sebanyak 1 kali
saat hamil
Ibu hamil dengan status TT4, dan menerima suntikan TT sebanyak 1 kali
saat hamil.
4.2.2.4 Lingkungan
Lingkungan Fisik
- Lokasi
- Transportasi
- Fasilitas kesehatan lain
Lingkungan Non-Fisik
- Pendidikan
Maka
dengan itu pengetahuan masyarakat mengenai
manfaat imunisasi terhadap ibu hamil masih
-
Budaya
Perilaku
Sosial ekonomi
rendah.
: Kepercayaan masyarakat yang masih kuat bahwa
ibu hamil tidak boleh disuntik
: Ibu hamil hanya memeriksakan diri ke puskesmas
atau bidan pada saat ada masalah pada
kehamilannya.
: Mayoritas ibu hamil bekerja sebagai karyawan
14
Pencatatan dan pelaporan : Adanya pencatatan dan pelaporan setiap bulan secara
lengkap mengenai program imunisasi tetanus toxoid ibu hamil
4.2.2.6 Dampak
Langsung :
Menurunkan jumlah kesakitan ibu dan bayi akibat tetanus maternal dan
neonatorum
belum dapat dinilai
Menurunkan jumlah kematian ibu dan bayi akibat tetanus maternal dan
tetanus neonatorum
belum dapat dinilai
Tidak langsung :
Meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat di wilayah
kerja
15
Bab V
Pembahasan
3. J
5.1
Pembahasan Masalah
5.1.1
TT2
TT3
TT4
TT5
TT1(+) TT2(+)
2010
20%
16%
10%
5%
54%
23%
51%
Keterangan
Target Cakupan TT2+ ibu hamil Januari 2015 September 2015 : 90% x 9/12 = 68%
Besar masalah : 68% - 51% = 17%
5.1.1.2 Cakupan Status Imunisasi Tetanus Toxoid Ibu Hamil :
Sasaran
Bumil
2010
TT1
TT2
TT3
TT4
TT5
25%
22%
17%
11%
6%
Besar
masalah
Keterangan
50%
53%
58%
64%
69%
Target Cakupan status TT ibu hamil Januari 2015 September 2015 : 100 x 9/12 = 75%
Masukan
Tolok Ukur
Pencapaian
Masalah
Tidak dilakukan
(+)
Keterangan:
Target cakupan penyuluhan pada kelompok ibu hamil Januari 2015 September 2015:
Bab VI
Perumusan Masalah
17
TT1
TT2
TT3
5%
54%
51%
Penyebab Masalah
Dari masukan:
TT kepada masyarakat
Waktu pelayanan imunisasi di puskesmas dan Posyandu yang tidak sama dengan
waktu luang ibu hamil yang bekerja, sehingga mereka tidak datang untuk menerima
imunisasi.
Dilakukan kelas ibu hamil dan penyuluhan setiap kali Posyandu, namun tidak semua
ibu hamil dapat menghadiri kelas dan Posyandu karena keterbatasan waktu. Selain
itu, topik imunisasi TT tidak selalu menjadi bahan yang dibahas setiap kali kelas ibu
pendataan.
Kurangnya kerjasama lintas program antara imunisasi dasar dan KIA untuk
membantu ketepatan pencatatan status imunisasi, sekaligus menentukan kebutuhan
18
imunisasi TT, sehingga tidak adanya kepatuhan untuk datang rutin ke Posyandu atau
puskesmas
Kuatnya kepercayaan masyarakat bahwa ibu hamil tidak boleh disuntik
TT1
TT2
TT3
TT4
TT5
25%
22%
17%
11%
6%
Besar masalah
50%
53%
58%
64%
69%
Dari masukan:
Jumlah kader yang kurang, sehingga kurangnya jumlah ibu hamil yang dapat
diskrining.
Dari proses:
Kader tidak dilatih dari awal mengenai cara-cara yang benar untuk menentukan
status imunisasi ibu hamil, sehingga terjadi kesalahan dalam pendataan.
Kurangnya kerjasama lintas program antara imunisasi dasar dan ANC dalam
membantu proses penetapan status imunisasi TT ibu hamil.
Dari lingkungan:
Ibu hamil yang sudah lupa jumlah suntikan imunisasi TT yang pernah mereka
terima sehingga sulit untuk menentukan status imunisasi masing-masing ibu
hamil pada saat skrining dilakukan
Tolok Ukur
Pencapaian
Masalah
Tidak dilakukan
(+)
19
Dari masukan:
Dari proses:
Dari lingkungan:
Ibu hamil jarang hadir ke Posyandu karena waktu luang ibu hamil tidak sama
dengan jadwal Posyandu.
Bab VII
Prioritas Masalah
7.1 Skoring prioritas masalah
Parameter
Masalah
Besarnya masalah
A
3
B
5
C
5
Kemudahan teknis
Total
22
20
21
20
Keterangan :
A. Cakupan imunisasi Tetanus toxoid ibu hamil 51% belum mencapai target 68%
B. Cakupan status imunisasi TT ibu hamil TT1-TT5 belum mencapai target 75%
C. Kurangnya cakupan penyuluhan kelompok ibu hamil mengenai imunisasi TT belum
mencapai target 9 kali.
Koding
Sangat penting
4
3
2
1
Penting
Cukup / Sedang
Kurang
Sangat Kurang
Cakupan imunisasi TT2+ ibu hamil 51% belum mencapai target (68%)
Cakupan penyuluhan kelompok ibu hamil mengenai imunisasi TT belum mencapai target
9 kali.
Bab VIII
Penyelesaian Masalah
8.2
Masalah 1
Cakupan imunisasi TT2+ ibu hamil 51% belum mencapai target (68%)
Penyebab :
Kurangnya tenaga kesehatan (kader) untuk membantu program imunisasi TT ibu hamil di
Posyandu
Terjadi kekeliruan dalam pencatatan data imunisasi TT ibu hamil sehingga cakupan yang
tercatat lebih rendah dari sebetulnya
Kurangnya cakupan program imunisasi dasar, Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS),
dan imunisasi calon pengantin, sehingga ibu hamil harus mendapatkan suntikan imunisasi
TT tambahan berupa TT1+ dan TT2+ pada saat hamil.
Penyelesaian masalah :
21
Menambah waktu pelayanan imunisasi yang lebih fleksibel untuk memenuhi kebutuhan
ibu hamil yang bekerja
Melatih kader-kader yang sedia ada mengenai cara-cara menetapkan status imunisasi TT
dan pencatatan status yang benar, untuk mengelakkan penyuntikan vaksin yang sia-sia.
Meningkatkan cakupan program imunisasi dasar, Bulan Imunisasi Anak Sekolah dan
imunisasi calon pengantin, supaya ibu hamil dan bayi tetap mendapatkan perlindungan
dari tetanus tanpa perlu memberikan suntikan vaksin tetanus saat ANC.
8.2
Masalah 2
Cakupan penyuluhan kelompok ibu hamil belum mencapai target 9 kali dalam periode
Januari 2015 hingga September 2015.
Penyebab :
Penyelesaian masalah :
Menambah tenaga kerja yang ada (kader daerah setempat) untuk membantu program
imunisasi TT ibu hamil.
Bidan bidan dari program ANC dan KIA memberikan penyuluhan mengenai
kepentingan imunisasi TT kepada kader supaya mereka lebih memahami kepentingan
22
imunisasi TT terhadap ibu hamil, agar menjadi pemicu buat mereka untuk menarik lebih
banyak ibu hamil ke Posyandu, serta seterusnya dapat memberikan penyuluhan mengenai
kepentingan program tersebut buat ibu hamil.
Menyusun jadwal Posyandu yang lebih fleksibel agar lebih banyak ibu hamil dapat hadir
ke Posyandu di waktu luang masing-masing.
Menyusun pembagian tugas dan tanggung jawab secara jelas dan tertulis mengenai
pelaksanaan penyuluhan, rincian tugas, serta membuat jadwal penyuluhan secara teratur.
Bab IX
Penutup
9.1
Kesimpulan
Dari hasil evaluasi program Imunisasi tetanus toxoid ibu hamil yang dilakukan dengan
cara pendekatan sistem di Puskesmas Kecamatan Klari dan wilayah kerja sekitarnya pada
periode Januari hingga September 2015 belum berjalan dengan baik melihat berbagai masalah
yang ditemui sebagai berikut :
1. Cakupan imunisasi TT2+ ibu hamil 51% dari target 68%
2. Cakupan status TT ibu hamil:
i.
ii.
iii.
iv.
v.
23
9.2.1
Menyusun pembagian tugas dan tanggung jawab secara jelas dan tertulis mengenai
pelaksanaan penyuluhan, rincian tugas, serta membuat jadwal penyuluhan secara teratur
buat setiap bulan, sehingga diharapkan pada akhir tahun 2015 setiap petugas telah dan
mengerjakan bagian tugas masing-masing sesuai petunjuk dari kepala puskesmas.
9.2.2
9.2.3
Melakukan penyuluhan perorangan oleh para kader atau bidan di daerah setempat, yang
disesuaikan dengan tingkat pendidikan ibu hamil mengenai pentingnya imunisasi dengan
harapan dapat memberi pengetahuan kepada ibu hamil dan menghakis persepsi atau
kepercayaan bahwa ibu hamil tidak boleh disuntik. Dengan itu, diharapkan jumlah ibu
hamil yang datang untuk menerima imunisasi TT meningkat.
9.2.4
Menambah dan melatih kader kader baru yang kompeten dan mempunyai pengertian
yang baik mengenai program imunisasi TT dan cara cara menentukan status imunisasi
TT ibu hamil, dalam rangka untuk mencapai target 5 orang kader per Posyandu, dan
mengurangkan kesalahan dalam pendataan.
24
Daftar Pustaka
1. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Kerja Puskesmas Jilid III. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI, 1996, hal 74-5
2. Depkes RI. Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta. 2005.
3. Badan Pusat Statistik, BKKBN, Menkes RI. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
2012. Jakarta. 2012, hal 17-20.
4. Depkes RI. Imunisasi Dasar Bagi Pelaksana Imunisasi/Bidan. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. 2009, hal 1-39.
5. World Health Organization. Global Health Observatory Data Repository Indonesia
statistics
(2002
present).
Diunduh
dari
25