Ditinjau dari perspektif sejarah persekolahan pada tingkat SD, SMP/MTs, dan SMU/SMK/MA di
Indonesia, masyarakat sekolah khususnya orang tua siswa, telah memerankan sebagian fungsinya
dalam membantu penyelenggaran pendidikan.
Sebelum tahun 1974 masyarakat orang tua siswa di lingkungan masing-masing sekolah
telah membentuk persatuan orang tua dan guru (POMG).
POMG dibubarkan awal tahun 1974 dan dibentuk suatu badan yang dikenal dengan
Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan (BP3). Seiring dengan perkembangan
tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan dan hasil pendidikan yang diberikan
oleh sekolah dan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional melalui upaya
peningkatan mutu, pemerataan dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan, dan
Dalam memasuki era MBS perlu dibenahi selaras dengan tuntutan perubahan yang
dilandasi kesepakatan, komitmen, kesadaran, dan kesiapan membangun budaya baru dan
profesionalisme dalam mewujudkan masyarakat sekolah memiliki loyalitas pada
peningkatan mutu sekolah. Untuk terciptanya suatu masyarakat sekolah yang kompak
dan sinergis, maka komite sekolah merupakan bentuk atau wujud-wujud kebersamaan
yang dibangun melalui kesepakatan (SK Mendiknas Nomor 044/U/2002)
dan
akuntabilitas
10. Masyarakat
11. Bantuan pihak asing yang tidak mengikat, dan/atau
12. Sumber lain yang sah.
Pasal 197:
1. Anggota komite sekolah/madrasah berjumlah paling banyak 15 (lima belas) orang, terdiri
atas unsur:
2. Orang tua/wali peserta didik paling banyak 50% (lima puluh persen)
3. Tokoh masyarakat paling banyak 30% (tiga puluh persen), dan
4. Pakar pendidikan yang relevan paling banyak 30% (tiga puluh persen).
5. Masa jabatan keanggotaan komite sekolah/madrasah adalah 3 (tiga) tahun dan dapat
dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.
6. Anggota komite sekolah/madrasah dapat diberhentikan apabila:
7. Mengundurkan diri
8. Meninggal dunia, atau
9. Tidak dapat melaksanakan tugas karena berhalangan tetap
10. Dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana kejahatan berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
11. Susunan kepengurusan komite sekolah/madrasah dipilih oleh rapat orang tua/wali peserta
didik satuan pendidikan.
12. Anggota komite sekolah/madrasah dipilih oleh rapat orang tua/wali peserta didik satuan
pendidikan.
13. Ketua komite dan sekretaris sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dipilih dari dan oleh
anggota secara musyawarah mufakat atau melalui pemungutan suara.
14. Anggota, sekretaris dan ketua komite sekolah/madrasah ditetapkan oleh kapal sekolah.
Komite sekolah sesuai dengan peran dan fungsinya, melakukan akuntabilitas sebagai berikut:
1. Sering disebut komite sekolah tukang stempel: pembentukan komite sekolah model ini
dapat dipastikan tidak melaksanakan Prinsip dan mekanisme pembentukan yang telah
diatur dalam Kepmendiknas 044/U/2002. Kepala sekolah hanya menetapkan pengurus
BP3 (yang dianggap sejalan dan dapat dikendalikan) diberikan SK sebagai Komite
Sekolah, komite sekolah seperti ini hanya mengekor kepala sekolah, tidak memiliki ide
dan tidak dapat melaksanakan fungsi tugasnya secara baik, program kepala sekolah itulah
yang menjadi progam komite sekolah (tahunya hanya tanda tangan dan stempel).
2. Sering disebut Komite Sekolah Eksekutor: komite sekolah model ini beranggapan bahwa
komite sekolah adalah legislatif dan kepala sekolah adalah eksekutif, kedudukan sebagai
kepala sekolah sebagai incaran, kepala sekolah tidak boleh salah. Jika kepala sekolah
diindikasi telah melakukan penyimpangan, komite sekolah tidak segan-segan
mengajukan rekomendasi kepada kepala dinas untuk mengganti kepala sekolah itu.
3. Sering disebut komite sekolah normatif: komite sekolah model ini mengerti, memahami,
dan melaksanakan fungsinya, yakni (1) memberikan pertimbangan, (2) memberikan
dukungan, (3) melakukan pengawasan, dan (4) menjadi mediator.
Tanpa bermaksud menyeragamkan terhadap seluruh komite sekolah yang ada, namun demikian
satu hal yang harus sama adalah menumbuhkan dampak positif terhadap peningkatan efisiensi
dan efektivitas pembangunan pendidikan di setiap satuan pendidikan, sesuai dengan kebijakan
pendidikan yang telah diterapkan oleh pemerintah. Dengan peran dan fungsinya komite sekolah
berpengaruh positif terhadap laju perkembangan pendidikan di satuan pendidikan.