I.
IDENTITAS
a. Nama
b. Usia
c. Alamat
d. Agama
: Ny. J
: 50 th
: Sukapura
: Islam
II.
ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
Penurunan kesadaran 30 menit SMRS
b. Keluhan Tambahan
Sebelumnya pasien mengeluh kepala terasa pusing dan kemudian
terjatuh dan pingsan.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Muntah (-), lemas (+).
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Hipertensi (+)
e. Riwayat Penyakit Keluarga
f. Riwayat Pengobatan
Rutin mengkonsumsi amlodipin 5 mg/hari
III.
PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : Tampak Sakit Berat
b. Kesadaran
: Somnolen
c. GCS
: E1 V2 M4
d. Tanda Vital
:
a. TD
: 220/110 mmHg
b. Nadi
: 74 kali/menit
c. RR
: 16 kali/menit
d. Suhu
: 360C
e. Status Generalis
1. Kepala
: Normochepal
2. Mata
: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
pupil bulat anisokor, refleks cahaya (+/+)
3. Hidung : Normonasi, sekret (-/-), epistaksis (-/-)
4. Telinga : Normotia, serumen (-/-), sekret (-/-), darah (-/-)
5. Mulut
: Mukosa bibir basah (+)
6. Leher
: Pembesaran KGB (-).
7. Thoraks :
a. Paru
Inspeksi : Simetris, retraksi dinding dada (-/-)
Palpasi
: Tidak terdapat otot bantu pernapasan
Perkusi
teraba
pada
ICS
midclavikula sinistra
Perkusi : Batas kanan jantung ICS 4, linea
parasternalis dextra. Batas kiri jantung ICS 4, linea
midclavikularis sinistra
Auskultasi: BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
8. Abdomen
a. Inspeksi : Bentuk datar
b. Auskultasi : BU (+) normal pada 4 kuadran
c. Perkusi : Timpani pada seluruh abdomen, asites (-)
d. Palpasi
: Supel, nyeri tekan (-), nyeri epigastrium (-),
hepar, lien, tidak teraba.
9. Ekstremitas
a. Atas
: Akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-),
b. Bawah
sianosis (-/-)
: Akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-),
sianosis (-/-)
10. Motorik :
: (-)
: tidak terbatas
: tidak terbatas
: (-)
: (-)
: (-)
IV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. GDS
: 103 mg/dL
b. CT SCAN
V.
DIAGNOSIS
a. Diagnosa Klinis
: Stroke
b. Diagnosa Etiologi
: Perdarahan/hemoragik
c. Diagnosa Faktor Resiko : Hipertensi
VI.
PENATALAKSANAAN
a. Infus RL
b. Amlodipin 10 mg
c. Captopril 12,5 mg
d. Manitol 0.25/kgBB (Konsultasi dr Saraf)
e. Monitoring TD, Saturasi O2, EKG,
f. Pemasangan orofaring tube, syringe pump
g. Kemudian Rujuk RS Mitra Kelapa Gading
BAB II
PEMBAHASAN
1.
DEFINISI
Stroke adalah defisit neurologis, baik fokal maupun global yang terjadi secara
mendadak, oleh karena gangguan pembuluh darah otak (cerebrovaskular), yang
mempunyai pola gejala yang berhubungan dengan waktu.
2.
EPIDEMIOLOGI
Stroke adalah penyebab kematian yang ketiga setelah penyakit jantung dan
keganasan.Stroke diderita oleh 200 orang per 100.000 penduduk per tahunnya. Stroke
merupakan penyebab utama cacat menahun. Pengklasifikasiannya adalah 65-85%
merupakan stroke non hemoragik ( 53% adalah stroke trombotik, dan 31% adalah stroke
embolik) dengan angka kematian stroke trombotik 37%, dan stroke embolik 60%.
Presentase stroke non hemoragik hanya sebanyk 15-35%. 10-20% disebabkan oleh
VASKULARISASI OTAK
Otak menerima darah yang dipompakan dari jantung melalui arkus aorta yang
mempunyai 3 cabang, yaitu arteri brakhiosefalik (arteri innominata), arteri karotis
komunis kiri dan arteri subklavia kiri. Arteri brakhiosefalik dan arteri karotis komunis
kiri berasal dari bagian kanan arkus aorta. Arteri brakhiosefalik selanjutnya bercabang
dalam arteri karotis komunis kanan dan arteri subklavia kanan. Arteri karotis komunis kiri
dan kanan masing-masing bercabang menjadi arteri karotis interna dan eksterna (kiri dan
kanan) dan arteri subklavia kiri dan kanan masing-masing mempunyai salah satu cabang
yaitu vertebralis kiri dan kanan. Aliran darah ke otak yang melalui arteri vertebralis
berserta cabang-cabangnya disebut sistem vertebrobasiler, dan yang melalui arteri karotis
interna beserta cabang-cabangnya disebut sistem karotis. Sistem karotis terdiri dari tiga
arteri mayor, yaitu arteri karotis komunis, karotis interna, dan karotis eksterna.
Berikut ini merupakan gambar dari peredaran darah arteri mulai dari aorta sampai
ke arteri karotis interna.
1.
Pars servikalis
Berasal dari arteri karotis komunis dalam trigonum karotikum sampai ke dasar tengkorak.
2.
Pars petrosa
Terletak di dalam os petrosum bersama-sama dengan pleksus venosus karotikus internus.
Setelah meninggalkan kanalis karotikus, di sisi depan ujung puncak piramid pars petrosa
hanya dipisahkan dari ganglion trigeminal yang terletak disisi lateral oleh septum berupa
jaringan ikat atau menyerupai tulang pipih.
3.
Pars kavernosa
Melintasi ujung sinus kavernosus, membentuk lintasan berliku menyerupai huruf "S"
yang sangat melengkung, dinamakan Karotissphon. Di sisi medial, pars kavernosa
terletak berdekatan badan tulang baji di dalam suatu slur mendatar yang membentang
sampai dengan dasar prosesus klinoidesus anterior.
4.
Pars serebralis
Dalam lamela duramater kranial arteri ini membentuk cabang arteri oftalmika, yang
segera membelok ke rostral dan berjalan di bawah nervus optikus dan ke dalam orbita.
Pembuluh darah ini berakhir pada cabang-cabang yang memberi darah kulit dari dahi,
pangkal hidung dan kelopak mata dan beranastomosis dengan arteri fasialis serta arteri
maksilaris interna, yang merupakan cabang dari arteri karotis eksterna.
2.
Pars petrosa
Arteri karotikotimpani, memperdarahi bagian anterior dan medial dari telinga tengah.
Pars kavernosa
3.
Pars supraklinoid
4.
Arteri kallosomarginalis,
Arteri serebri media, memperdarahi korteks orbitalis, lobus frontalis, parietal dan
temporal serta cabang sentralis. Cabang-cabang dari arteri serebri media yaitu. :
Arteri orbitofrontalis lateralis, memperdarahi girus frontalis inferior dan bagian lateral
girus orbitalis.
Arteri pre-rolandika (arteri sulkus presentralis) arteri rolandika (arteri sulkus sentralis).
Kedua arteri ini mangurus vaskularisasi girus frontalis inferior, girus frontalis medius,
dan girus presentralis
Arteri temporalis posterior dan anterior memperdarahi kortek permulaan lateral dari lobus
temporalis.
3.2.
sistem vertebrobasiler
Arteri vertebralis (VA) merupakan cabang pertama dari arteri subclavia. Setelah
keluar dari sudut kanan arteri subclavia, VA berjalan beberapa cm sebelum masuk
kedalam foramen intervertebralis dari C6. Setelah itu ia akan berjalan sepanjang foramen
dari C6 hingga C1 dan melewati bagian superior dari arcus C1 dan menembus membran
atlantooccipital dan masuk kedalam rongga kepala. Saat berjalan kearah ventral dan
superior, ia memberikan cabang arteri cerebellar inferior posterior (PICA) sebelum
akhirnya bersatu dengan VA dari arah yang berlawanan pada pertengahan bagian ventral
dari pontomedulary junction untuk membentuk arteri basillaris (BA). BA akan bercabang
membentuk dua arteri cerebral posterior pada pontomesencephalic junction. Hubungan
menuju sirkulasi anterior melalui PCoA akan melengkapi sirkulus Willisi.
PICA merupakan cabang terbesar dari sirkulasi posterior (vertebrobasiller) dan
mensuplai medulla vermis inferior, tonsil, dan bagian inferior hemisfer cerebellum. PICA
juga sangat erat kaitannya dengan saraf kranial ke 9, 10, dan 11.
Arteri cerebellar inferior anterior (AICA) biasanya bermula dari distal dari
vertebrobasilary junction setinggi pontomedullary junction, mensuplai pons, pedunculus
cerebellar media, dan bagian tambahan cerebellum. Selain itu AICA juga terkait erat
dengan saraf kranial ke 7 dan 8.
Arteri cerebellar superior (SCA) berasal dari proksimal percabangan basilaris, dan
mensuplai otak tengah, pons sebelah atas, dan bagian atas cerebellum. Cabang dari SCA
akan membentuk anastomose dengan cabang dari PICA dan IACA pada hemisfer
cerebellum dan merupakan sumber potensial dari aliran kolateral.
Arteri cerebralis posterior (PCA) dibentuk oleh percabangan BA dan mensuplai
otak tengah bagian atas, thalamus posterior, bagian posteromedial lobus temporalis, dan
lobus occipitalis.
10
3.3.
Sistem Anastomose
Sirkulus arteri Willisi berasal dari karotis interna dan sistem arteri vertebralis.
Pada putaran ini arteri mernberikan cabang arteri komunikans posterior. Yang bergabung
dengan tunggul proksimal dari arteri serebri posterior dan membentuk bersama dengan
arteri ini dan arteri basilaris rostral, arkus posterior dari sirkulus Willisi
Karotis interna juga memberi cabang aa. Khoroidalis anterior sebelum karotis
berakhir dan terbagi menjadi aa. Serebri anterior dan media. Tunggul dari aa. Serebri
anterior segera mencembung ke garis tengah dan saling berhubungan melalui arteri
komunikans anterior. Jadi, arkus anterior dari sirkulus Willisi tertutup.7
11
4.
KLASIFIKASI
Dasar klasifikasi yang berbeda-beda ini perlu, sebab setiap jenis stroke
mempunyai cara pengobatan, preventif dan prognosa yang berbeda, walaupun
patogenesisnya serupa (Ali, et al, 1996; Misbach, 1999). Adapun klasifikasi tersebut,
antara lain :
4.1.
a.
i.
ii.
b.
i.
ii.
12
4.2.
4.2.1.
sistem, yaitu sistem karotis dan sistem vertebrobasilaris, maka TIA dibedakan menjadi :
Vertigo dengan atau tanpa disertai nausea dan/atau muntah, terutama bila disertai
dengan diplopia, dysphagia atau dysarthria
Unilateral atau bilateral (atau satu sisi kemudian diikuti oleh sisi yang lain)
gangguan visual, motorik atau sensorik
Hemianopsia homonim
Drop attack, yaitu keadaan dimana kekuatan kedua tungkai tiba-tiba menghilang
sehingga penderita jatuh.
4.2.2.
13
Sumbatan agak besar, daerah iskemia lebih luas sehingga penurunan CBF regional lebih
besar. Pada keadaan ini, mekanisme kompensasi masih mampu memulihkan fungsi
neurologik dalam waktu beberapa hari sampai 2 minggu. Keadaan ini secara klinis
disebut Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND).
4.2.3.
Progressing stroke atau Stroke in evolution
Sumbatan cukup besar menyebabkan daerah iskemia yang luas, sehingga mekanisme
kolateral dan kompensasi tidak dapat mengatasinya. Dalam keadaan ini timbul defisit
neurologis yang berlanjut.
Pada bentuk ini kelainan yang ada masih terus berkembang ke arah yang lebih berat.
4.2.4.
Completed stroke
Completed stroke diartikan bahwa kelainan neurologis yang ada sifatnya sudah menetap,
tidak berkembang lagi.
4.3.
b.
5.
darah yang tidak normal tersebut dapat pecah atau robek sehingga menimbulkan
perdarahan otak.
2.
Jenis kelamin dan penuaan, pria berusia 65 tahun memiliki resiko terkena stroke
iskemik ataupun perdarahan intra serebrum lebih tinggi sekitar 20 % daripada wanita.
Resiko terkena stroke meningkat sejak usia 45 tahun. Setelah mencapai 50 tahun, setiap
penambahan usia 3 tahun meningkatkan risiko stroke sebesar 11-20%, dengan
peningkatan bertambah seiring usia terutama pada pasien yang berusia lebih dari 64 tahun
dimana pada usia ini 75% stroke ditemukan.
14
3.
Riwayat keluarga dan genetika, kelainan turunan sangat jarang menjadi penyebab
langsung stroke. namun gen berperan besar dalam beberapa faktor risiko stroke misalnya
hipertensi, penyakit jantung, diabetes, dan kelainan pembuluh darah.
4.
Ras
Di Amerika Serikat, insidens stroke lebih tinggi pada populasi kulit hitam daripada
populasi kulit putih. Lelaki negro memiliki insidens 93 per 100.000 jiwa dengan tingkat
kematian mencapai 51% sedang pada wanita negro memiliki insidens 79 per 100.000
jiwa dengan tingkat kematian 39,2%. Lelaki kulit putih memiliki insidens 62,8 per
100.000 jiwa dengan tingkat kematian mencapai 26,3% sedang pada wanita kulit putih
memiliki insidens 59 per 100.000 jiwa dengan tingkat kematian 39,2%.
- Faktor resiko yang dapat di modifikasi yaitu :
1.
Hipertensi, merupakan faktor resiko utama bagi terjadinya trombosis infark cerebral
dikemudian hari antara lain: penyakit jantung rematik, penyakit jantung koroner, dan
gangguan irama jantung. Faktor resiko ini umumnya menimbulkan sumbatan/hambatan
darah ke otak karena jantung melepas gumpalan darah atau sel-sel/jaringan yang mati ke
dalam aliran darah. Munculnya penyakit jantung dapat disebabkan oleh hipertensi,
diabetes mellitus, obesitas ataupun hiperkolesterolemia.
3.
pembuluh darah otak yang berukuran besar dan akhirnya mengganggu kelancaran aliran
darah otak dan menimbulkan infark otak.
4.
merupakan faktor resiko penting bagi terjadinya aterosklerosis sehingga harus segera
dikoreksi.
15
5.
Serangan iskemik sesaat, sekitar 1 dari 100 orang dewasa akan mengalami paling
sedikit satu kali serangan iskemik sesaat ( transient ischemic attack atau TIA) seumur
hidup mereka. Jika tidak diobati dengan benar, sekitar sepersepuluh dari pasien ini akan
mengalami stroke dalam 3 bulan serangan pertama, dan sekitar sepertiga akn terkena
stroke dalam lima tahun setelah serangan pertama.
6.
Obesitas, berat badan berlebih, masih menjadi perdebatan apakah suatu faktor
resiko stroke atau bukan. Obesitas merupakan faktor resiko terjadinya penyakit jantung
sehingga obesitas mungkin menjadi faktor resiko sekunder bagi terjadinya stroke.
7.
PATOFISIOLOGI
Dari percobaan pada hewan maupun manusia, ternyata derajat ambang batas
aliran darah otak yang secara langsung berhubungan dengan fungsi otak, yaitu :
a. Ambang fungsional
Adalah batas aliran darah otak, sekitar 50-60 cc/ 100 gram/ menit, yang bila tidak
terpenuhi akan menyebabkan terhentinya fungsi neuronal, tetapi integritas sel-sel saraf
masih utuh.
b. Ambang aktivitas listrik otak (treshold of brain electrical activity)
Adalah batas aliran darah otak, sekitar 15 cc/ 100 gram/ menit, yang bila tidak tercapai
akan menyebabkan aktivitas listrik neuronal terhenti, berarti sebagian struktur intrasel
telah berada dalam proses desintegrasi.
c. Ambang kematian sel (treshold of neuronal death)
Adalah batas aliran darah otak, kurang dari 15 cc/ 100 gram/ menit, yang bila tidak
terpenuhi akan menyebabkan kerusakan total sel-sel otak.
METABOLISME SEL OTAK
Mempelajari aliran darah otak dan metabolisme otak sangat penting dalam
hubungannya dengan daerah penumbra dan therapeutic window. Otak dapat berfungsi
dan bermetabolisme tergantung dengan pemasukan oksigen. Pada individu yang sehat
16
pemasukan oksigen sekitar 3,5 ml/ 100 gram / menit dan aliran darah otak sekitar 50 ml/
100 gram/ menit.
Glukosa adalah suatu sumber energi yang dibutuhkan otak, bila dioksidasi maka
akan dipecah menjadi CO2 dan H2O. Secara fisiologis 90% glukosa mengalami
metabolisme oksidatif secara komplit, hanya 10% yang diubah menjadi asam piruvat dan
asam laktat (metabolisme anaerob). Energi yang dihasilkan oleh metabolisme aerob
(siklus Krebs) adalah 38 mol ATP per mol glukosa, sedangkan pada glikolisis anaerob
dihasilkan hanya 2 mol ATP per mol glukosa. Energi ini diperlukan untuk kelangsungan
integritas neuron yaitu kerja dari pompa sodium yang mengeluarkan natrium dan kalsium
ke ruang ekstraseluler dan mempertahankan ion kalium dalam sel. Kadar kalium
intraseluler 20 100 kali lebih tinggi daripada ekstraseluler dan di intraseluler kadar
natrium 5 15 kali lebih kecil dibandingkan ekstraseluler.
Ion kalsium berperan dalam perangsangan membran dan dalam pengaturan
resistensi pembuluh darah serebral pada tingkat prekapiler. Selain itu ion kalsium juga
ambil bagian dalam patogenesis dari vasospasme.
ISKEMIA OTAK
Iskemia otak adalah gangguan aliran darah otak yang membahayakan fungsi
neuron tanpa perubahan yang menetap. Bila aliran darah otak turun pada batas kritis yaitu
10 18 ml/ 100 gram otak/ menit maka akan terjadi penekanan aktivitas neuronal tanpa
17
perubahan struktural dari sel. Daerah otak dengan keadaan ini dikenal sebagai penumbra
iskemik. Di sini sel relatif inaktif tapi masih viable.
Pada iskemia otak yang luas, tampak daerah yang tidak homogen akibat
perbedaan tingkat iskemia, yang terdiri dari 3 lapisan (area) yang berbeda, yaitu :
membaik dalam beberapa jam secara spontan maupun dengan terapeutik. Daerah
penumbra ini berkaitan erat dengan penanganan stroke tentang apa yang disebut sebagai
therapeutic window, yaitu 6 8 jam setelah awitan. Apabila bisa ditangani dengan baik
maka daerah penumbra akan dapat diselamatkan sehingga infark tidak bertambah luas.
Pada saat permulaan pembuluh darah di daerah penumbra akan berdilatasi
maksimal karena penurunan tekanan perfusi otak. Di daerah penumbra iskemik kemudian
akan terdapat vasoparalisis, sebaliknya pembuluh darah di luar daerah penumbra iskemik
tetap bereaksi terhadap perubahan kadar CO2 dan asidosis sehingga terjadi dilatasi, ini
disebut sebagai Steal phenomenon.
Bila tekanan perfusi turun di bawah ambang iskemia kurang lebih 8 10 ml/ 100
gram/ menit, maka akan terjadi gangguan biokimiawi seluler dan gangguan stabilitas
membran, yaitu :
Ion K+ mengalir ke ekstraseluler sedangkan natrium dan kalsium terkumpul dalam sel.
Pelepasan asam lemak bebas. Oksidasi dari asam lemak bebas ini akan menghasilkan
metabolit-metabolit yang lebih toksik seperti radikal bebas, prostaglandin yang
menyebabkan vasokonstriksi dan meningkatnya agregasi trombosit, nantinya akan
mengakibatkan perubahan sel yang irreversibel.
Radikal bebas dalam keadaan normal, diproduksi tubuh dalam jumlah yang sangat sedikit
sebagai bagian produk dari metabolisme oksidatif terutama dalam mitokondria. Pada
keadaan iskemia fokal, peranan peroksidase-lipid sangat penting karena merupakan
bagian dari patofisiologi iskemi fokal maupun global. Superoksida, radikal bebas oksigen
telah ditemukan pada iskemia terutama pada periode reperfusi jaringan, yang berasal dari
proses alamiah maupun sebagai tindakan pengobatan. Radikal bebas oksigen dihasilkan
dari proses lipolisis kaskade arakhidonat dalam sel-sel di daerah penumbra. Sumber lain
dari superoksida ialah aktivitas enzimatik (monoaminoksidase) dalam otooksidase dari
biologiamin (epinefrin, serotonin dan sebagainya). Pada iskemia fokal, peroksidase lipid
i.
19
ii.
Pada proses disintegrasi pompa kalsium dan natrium kalium akibat kerusakan
membran sel yang berkaitan dengan pompa ion. Gangguan ini mempercepat kalsium
iii.
Meningkatnya
aktivitas
superoksida
mempercepat
dan
memperbesar
20
Dari percobaan pada hewan terbukti bahwa resusitasi atau reperfusi pada
penutupan atau penghentian aliran darah ke otak mencetuskan beberapa reaksi kompleks
di tingkat mikrosirkulasi, iskemia berupa edema jaringan, vasospasme kapiler/arteriol,
penggumpalan sel-sel darah merah, asidosis jaringan, aliran kalsium masuk ke dalam sel,
dan dilepaskannya radikal bebas. Perubahan ini dapat demikian hebat sehingga disebut
sebagai reperfusion injury yang berakibat munculnya gejala neurologik yang relatif
menetap.
Pada dasarnya terjadi 2 perubahan sekunder pada periode reperfusi jaringan
iskemia otak :
Hyperemic paska iskemik atau hiperemia reaktif yang disebabkan oleh melebarnya
pembuluh darah di daerah iskemia. Keadaan ini terjadi pada + 20 menit pertama setelah
penyumbatan pembuluh darah otak terutama pada iskemia global otak.
Hipoperfusi paska-iskemik yang berlangsung antara 6-24 jam berikutnya. Keadaan ini
ditandai dengan vasokonstriksi (akibat asidosis jaringan), naiknya produksi tromboksan
A2 dan edema jaringan. Diduga proses ini yang akhirnya menghasilkan nekrosis dan
kerusakan sel yang diikuti oleh munculnya gejala neurologik.
Terdapat perbedaan etiologi iskemi otak fokal dan global. Pada iskemi global
aliran otak secara keseluruhan menurun akibat tekanan perfusi misalnya karena syok
irreversibel karena henti jantung, perdarahan sistemik yang masif, fibrilasi atrial berat,
dan lain-lain. Sedangkan iskemik fokal terjadi akibat menurunnya tekanan perfusi otak
regional. Keadaan ini disebabkan oleh sumbatan atau pecahnya salah satu pembuluh
21
darah otak di daerah sumbatan atau tertutupnya aliran darah otak baik sebagian atau
vertebro-basilar.
Perubahan akibat perubahan sifat darah, misalnya sickle-cell, leukemia akut,
22
merusak dinding sel beserta isinya sehingga mengalami lisis (sitolisis), di lain pihak pada
daerah
penumbra
jika
terjadi
iskemia
berkepanjangan
sel
tidak
dapat
lagi
mempertahankan integritasnya sehingga akan terjadi kematian sel, yang secara akut
timbul melalui proses apoptosis : disintegrasi elemen-elemen seluler secara bertahap
dengan kerusakan dinding sel yang disebut programmed cell death.
Kumpulan sel-sel ini disebut sebagai selectively vulnerable neuron. Pada
neuron-neuron tersebut terdapat hierarchi sensitivitas terhadap iskemia diawali pada
daerah hypokampus CA I dan sebagian kolikulus inferior, kemudian jika iskemia lebih
dari 5 menit (10-15 menit) akan diikuti oleh lapis 3 dan 5 dari Neocortex Striatum
Septum, sektor CA 3 hipokampus, talamus, korpus genikulatum medial dan substansia
nigra. Meskipun ditemukan pada binatang, kenyataan ini menunjukkan bahwa di daerah
sistem limbik dan ganglia basal terdapat sel-sel yang sensitif terhadap iskemia. Hal yang
juga menarik adalah bahwa sel-sel yang sensintif terhadap iskemia terutama merupakan
bagian dari serabut yang terisi glutamat. Iskemia menyebabkan aktivitas intraseluler Ca 2+
meningkat menyebabkan aktivitas Ca2+ di synaptic cleft bertambah dengan akibat
sekresi yang berlebihan dari neurotransmitter termasuk glutamat, aspartat dan kainat yang
bersifat eksitotoksin.
Disamping itu Abe dkk (1987) yang diulas oleh Kogure (1992), membuktikan
bahwa, akibat lamanya stimulasi reseptor metabolik oleh zat-zat yang dikeluarkan oleh
sel, menyebabkan juga aktivasi reseptor neurotropik yang merangsang pembukaan Ca 2+
channel yang tidak tergantung pada kondisi tegangan potensial membran seluler disebut
receptor operated gate opening disamping terbukanya Ca2+ channel akibat aktivasi
NMDA reseptor voltage operated gate opening yang telah terjadi sebelumnya. Kedua
proses tersebut mengakibatkan masuknya Ca2+ ion ekstraseluler ke dalam ruang
intraseluler. Jika proses berlanjut, pada akhirnya akan menyebabkan kerusakan membran
sel dan rangka sel (cytoskeleton) melalui terganggunya proses fosforilase dari regulator
sekunder sintesa protein, proses proteolisis dan lipolisis yang akan menyebabkan ruptur
atau nekrosis.
Disamping neuron-neuron yang sensitif terhadap iskemia, kematian sel dapat
langsung terjadi pada iskemia berat dengan hilangnya energi secara total dari sel karena
berhentinya aliran darah. Disamping itu desintegrasi sitoplasma dan disrupsi membran sel
juga menghasilkan ion-ion radikal bebas yang dapat lebih memperburuk keadaan
lingkungan seluler.
24
ETIOLOGI
7.1. Stroke Iskemik
Stroke iskemik dibagi menjadi beberapa tipe menurut penyebabnya, yaitu :
TROMBOSIS
Otak diperdarahi oleh 4 pembuluh darah besar yang sepasang A.corotis interna
dan A. Vertobralis yang di daerah basis cranii akan membentuk circulus Wallisi. A.
carotis interna masuk ke dalam rongga tengkorak melalui canalis caroticus dan setinggi
chiasma opticus akan bercabang menjadi A.cerebri media dan anterior, dan biasa disebut
sistem anerior atau sistem karotis. Sistem karotis akan memperdarahi 2/3 bagian depan
serebrum termasuk sebagian besar ganglia basalis dan capsula interna.
Sedangkan a.vertebralis memasuki rongga tengkorak melalui foramen magnum
dan bersatu di bagian ventral batang otak membentuk A. basilaris. Sistem ini biasa
disebut sistem vertebrobasiler. Sistem ini memperdarahi cerebellum, batang otak,
sebagian besar thalamus dan 1/3 bagian belakang cerebrum.
25
Bentuk dan posisi anatomis pembuluh darah dalam rongga kranium berpengaruh
dalam terjadinya proses aterombotik pada pembuluh darah tersebut. Lesi aterosklerotik
mudah terjadi pada tempat percabangan dan belokan pembuluh darah, karena pada
daerah-daerah tersebut aliran darah mengalami peningkatan turbulensi dan penurunan
26
shear
stress
sehingga
endotel
yang
ada
mudah
terkoyak.
Sumbatan karena bekuan darah (trombus) sering terjadi di malam hari pada saat
tidur atau tidak beraktivitas. Pasien biasanya baru sadar bahwa mereka mengalami
kelemahan anggota badan sesisi pada saat mereka bangun. Gejala kelemahan tersebut
biasanya akan semakin memburuk dalam beberapa hari ke depan, kemudian stabil, baru
mengalami perbaikan setelah kurang lebih 7 hari kemudian.
Disfungsi
popular saat ini. Injury atau cedera endotel oleh berbagai jenis mekanisme
menyebabkan lepasnya endotel, adesi platelet pada sub endotel, kemotaksis faktor pada
monosit dan limfosit sel-T, pelepasan platelet-derived dan monocyte-derived
27
growth factor yang memicu migrasi sel otot polos dari tunika media ke tunika intima
vaskuler, dimana
pembentukan fibrous plaque. Sel lainnya seperti makrofag , sel endotel , sel otot polos
arteri , juga menghasilkan Growth factor yang berperan pada proliferasi sel otot polos
dan produksi matrik ekstraseluler .
Tahapan pembentukan plak aterosklerosis dibagi menjadi empat tahapan
awal yang
mendahului
makrofag
bergabung dengan sejumlah sel otot polos . Proses ini meliputi migrasi sel otot polos
yang dirangsang oleh platelet derived growth factor (PDGF) fibroblast growth
factor 2 (FGF2) dan Transforming growth factor (TGF ) aktivasi dari sel limfosit T
diperantarai oleh Tumor necrosis factor
(TNF),
thrombosis dan biasanya pada titik paling tipis yang menutup lesi . Penipisan fibrous
cap akibat dari berlangsungnya influk dan aktivasi
hemodinamik
dapat
iskemik.
Gambar. Tahap perkembangan suatu plak aterosklerotik. Pertama LDL bergerak ke subendothelium dan
teroksidasi oleh makrofag dan SMCs (1 dan 2). Pelepasan faktor pertumbuhan dan sitokin menarik
monosit (3 dan 4). Sel busa hasil akumulasi dan SMC proliferasi dalam pertumbuhan plak (6,7 dan 8)
Sumber : David P. Faxon, Valentin Fuster, Peter Libby, Joshua A. Beckman, William R. Hiatt.
Atherosclerotic Vascular Disease Conference: Writing Group III: Pathophysiology, Circulation AHA
2004.
30
mendadak karena arteri serebri tersumbat oleh trombus dari jantung, arkus aorta atau
arteri besar lainnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi aterosklerosis pada pasien
stroke iskemik adalah meningkatnya viskositas darah, yang salah satunya dipengaruhi
oleh kadar fibrinogen dalam darah.
Pembentukan Emboli Dari Jantung
Pembentukan trombus atau emboli dari jantung belum sepenuhnya diketahui, tetapi ada
beberapa faktor prediktif pada kelainan jantung yang berperan dalam proses
1
31
Sebaliknya pada shear rate yang rendah seperti pada stasis aliran darah atau
resirkulasi akan terbentuk trombus yang terutama mengandung fibrin, karena pada shear
rate yang rendah pembentukan trombus tergantung atau membutuhkan fibrinogen.
Stasis aliran darah di atrium, merupakan faktor prediktif terjadinya emboli pada
penderita fibrilasi atrium, fraksi ejeksi yang rendah, gagal jantung, infark miokardium,
3
kardiomiopati dilatasi.
Proses trombolisis di endokardium
Pemecahan trombus oleh enzim trombolitik endokardium berperan untuk terjadinya
emboli, walupun pemecahan trombus ini tidak selalu menimbulkan emboli secara klinik.
Hal ini telah dibuktikan bahwa bekuan (clot) setelah Infark miocard, menghilang dari
ventrikel kiri tanpa gejala emboli dengan pemeriksaan ekhokardiografi. Keadaan kondisi
aliran lokal yang menentukan kecepatan pembentukan deposit platelet disertai dengan
kerusakan endotelium yang merusak proses litik, kedua hal ini akan menyebabkan
trombus menjadi lebih stabil.
32
Faktor vaskuler, yaitu proses fibrinolisis endotel lokal, yang memegang peran
33
7.2.
Stroke Perdarahan
20% dari total kejadian stroke. Diakibatkan karena pecahnya suatu mikroaneurisma
dari Charcot atau etat crible di otak. Dapat dibedakan berdasarkan:
a.
34
degeneratif ini dan ditambah dengan beban tekanan darah tinggi, dapat membentuk
penggembungan-penggembungan kecil setempat yang disebut aneurisma CahrcotBourchard. Aneurisma ini merupakan suatu locus minorus resisten (LMR). Pada lonjakan
tekanan darah sistemik, misalnya sewaktu marah, saat aktivitas yang mengeluarkan tenaga
banyak, mengejan dan sebagainya, dapat menyebabkan pecahnya LMR ini. Oleh karena itu
stroke hemoragik dikenal juga sebagai "Stress Stroke" (Warlow et. al., 2007). Lokasi
predileksi untuk perdarahan intraserebral hipertensif adalah ganglia basalia, thalamus,
nucleus serebeli, dan pons.
Ancaman utama perdarahan intraserebral adalah hipertensi intracranial akibat efek
masa hematom. Tidak seperti infark, yang meningkatkan tekanan intracranial secara
perlahan ketika edema sitotoksik yang menyertainya bertambah berat, perdarahan
intracranial meningkatkan tekanan intracranial dengan sangat cepat.
Penyebab perdarahan intraserebral :
Hipertensi (80%)
Aneurisma
Malformasi arteriovenous
Neoplasma
Gangguan koagulasi seperti hemofilia
Antikoagulan
Vaskulitis
Idiophatic
b.
arteri-arteri diluar parenkim dan aneurisma ini mempunyai ukuran lebih besar (Warlow et.
al., 2007).
Penyebab perdarahan subarachnoid :
- Aneurisma (70-75%)
- Malformasi arterivenous (5%)
- Antikoagulan ( < 5%)
- Tumor ( < 5% )
- Vaskulitis (<5%)
- Tidak di ketahui (15%)
- Trauma
Jenis-jenis Aneurisma:
Aneurisma sakular (berry)
Ditemukan pada titik bifurkasio arteri intracranial. Aneurisma ini terbentuk pada
lesi pada dinding pembuluh darah yang sebelumnya telah ada, baik akibat
kerusakan structural (biasanya congenital), maupun cedera akibat hipertensi. Lokasi
tersering aneurisma sakular adalah arteri komunikans anterior (40%), bifurkasio
arteri serebri media di fisura sylvii (20%), dinding lateral arteri karotis interna
(pada tempat berasalanya arteri oftalmika atau arteri komunikasn posterior (30%)
dan basilar tip (10%)
Aneurisma Fusiformis
Pembesaran pembuluh darah yang memanjang (berbentuk gelondong) disebut
aneurisma fusiformis. Aneurisma tersebut umumnya melibatkan segmen intracranial
arteri karotis interna, trunkus utama arteri serebri media, dan arteri basilaris.
Struktur ini biasanya disebabkan oleh aterosklerosis dan atau hipertensi, dan hana
sedikit yang menjadi sumber perdarahan. Aliran yan lambat pada aneurisma
fusiformis
dapat
pembentukan
aneurisma,
sisinya,
emboli
mempercepat
bekuan
terutama
dengan
pada
akibat
intrasisistroke
secara
langsung.
Aneurisma Mikotik
36
Tempat tersering intrakranial aneurisma: (a) arteri posterior inferior cerebellar, (b)
arteri,basilar (c) arteri communicans posterior (PCA), (d) arteri carotis interal (ICA), (e)
arteri communicans anterior (ACA), dan (f) percabangan dari arteri cerebri media (MCA).
Mekanisme kematian neuron pada stroke perdarahan
Pada stroke perdarahan, kematian neuron terjadi karena tiga hal berikut :
1.
DIAGNOSIS
The American Heart Association telah mempublikasikan suatu pedoman
pemeriksaan sistem saraf untuk membantu penyedia perawatan menentukan berat
ringannya stroke dan apakah intervensi agresif mungkin diperlukan.
Untuk membedakan stroke tersebut termasuk jenis hemoragis atau non hemoragis.
antara keduanya, dapat ditentukan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis
neurologis, algoritma dan penilaian dengan skor stroke, dan pemeriksaan penunjang.
1.
Anamnesis
37
Bila sudah ditetapkan sebagai penyebabnya adalah stroke, maka langkah berikutnya
adalah menetapkan stroke tersebut termasuk jenis yang mana, stroke hemoragis atau
stroke non hemoragis. Untuk keperluan tersebut, pengambilan anamnesis harus
dilakukan seteliti mungkin.Berdasarkan hasil anamnesis, dapat ditentukan perbedaan
antara keduanya, seperti tertulis pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Perbedaan stroke hemoragik dan stroke infark berdasarkan anamnesis
2.
Pada pemeriksaan ini dicari tanda-tanda (sign) yang muncul, bila dibandingkan antara
keduanya akan didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 2. Perbedaan Stroke Hemoragik dan Stroke Infark berdasarkan tanda-tandanya.
38
39
Catatan
1.
jenis patologi
lokasi lesi
ukuran lesi
40
Metode lain teknologi MRI: suatu MRI scan dapat juga digunakan untuk secara
spesifik melihat pembuluh darah secara non invasif (tanpa menggunakan pipa atau
injeksi), suatu prosedur yang disebut MRA (magnetic resonance angiogram). Metode
MRI lain disebut dengan diffusion weighted imaging (DWI) ditawarkan di beberapa
pusat kesehatan. Teknik ini dapat mendeteksi area abnormal beberapa menit setelah aliran
darah ke bagian otak yang berhenti, dimana MRI konvensional tidak dapat mendeteksi
stroke sampai lebih dari 6 jam dari saat terjadinya stroke, dan CT scan kadang-kadang
tidak dapat mendeteksi sampai 12-24 jam. Sekali lagi, ini bukanlah test garis depan untuk
mengevaluasi pasien stroke.
Computerized tomography dengan angiography: menggunakan zat warna
yang disuntikkan ke dalam vena di lengan, gambaran pembuluh darah di otak dapat
memberikan informasi tentang aneurisma atau arteriovenous malformation. Seperti
abnormalitas aliran darah otak lainnya dapat dievaluasi dengan peningkatan teknologi
canggih, CT angiography menggeser angiogram konvensional.
Conventional angiogram: suatu angiogram adalah tes lain yang kadang-kadang
digunakan untuk melihat pembuluh darah. Suatu pipa kateter panjang dimasukkan ke
dalam arteri (biasanya di area selangkangan) dan zat warna diinjeksikan sementara foto
sinar-x secara bersamaan diambil. Meskipun angiogram memberikan gambaran anatomi
pembuluh darah yang paling detail, tetapi ini juga merupakan prosedur yang invasif dan
digunakan hanya jika benar-benar diperlukan. Misalnya, angiogram dilakukan setelah
perdarahan jika sumber perdarahan perlu diketahui dengan pasti. Prosedur ini juga
kadang-kadang dilakukan untuk evaluasi yang akurat kondisi arteri carotis ketika
pembedahan untuk membuka sumbatan pembuluh darah dipertimbangkan untuk
dilakukan.
Carotid Doppler ultrasound: adalah suatu metode non-invasif (tanpa injeksi
atau penempatan pipa) yang menggunakan gelombang suara untuk menampakkan
penyempitan dan penurunan aliran darah pada arteri carotis (arteri utama di leher yang
mensuplai darah ke otak)
Tes jantung: tes tertentu untuk mengevaluasi fungsi jantung sering dilakukan
pada pasien stroke untuk mencari sumber emboli. Echocardiogram adalah tes dengan
gelombang suara yang dilakukan dengan menempatkan peralatan microphone pada dada
atau turun melalui esophagus (transesophageal achocardiogram) untuk melihat bilik
41
42
9.
A.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan di Ruang Gawat Darurat
Terapi Umum
a.
Stabilisasi jalan nafas dan pernafasan
b.
Tekanan darah
Pemeriksaan jantung
Derajat kesadaran
Keparahan hemiparesis
d.
Pengendalian peninggian TIK
Monitor TIK harus dipasang pada pasien dengan GCS < 9 dan
pasien yang mengalami penurunan kesadaran
Hindari hipertermia
Jaga normovolemia
44
e.
Pengendalian Kejang
f.
g.
EKG
B.
Berikan cairan isotonis seperti 0,9% salin , CVP pertahankan antara 5-12
mmHg.
45
Beri makanan lewat pipa orogastrik bila terdapat gangguan menelan atau
kesadaran menurun.
Berikan antibiotik sesuai indikasi dan usahakan tes kultur dan sensitivitas
kuman.
Jika gelisah dapat diberikan benzodiazepin atau obat anti cemas lainnya.
Rehabilitasi
46
Edukasi keluarga.
Discharge planning.
Pengelolaan khusus Stroke Non Hemoragik
1.
Ditujukan untuk reperfusi dengan pemberian antiplatelet seperti aspirin dan anti
koagulan, atau yang dianjurkan dengan trombolitik rt-PA (recombinant tissue
2.
Plasminogen Activator).
Dapat juga diberi agen neuroproteksi, yaitu sitikolin atau pirasetam.
Pengelolaan khusus Stroke Hemoragik
-
yang mendapatkan heparin 100 mg & 10 mg vitamin K intravena pada pasien yang
mendapat warfarin dengan prothrombine time memanjang.
Untuk mengurangi kerusakan jaringan iskemik disekeliling hematom dapat diberikan
obat-obat yang mempunyai sifat neuropriteksi.
-
Bed rest total selama 3 minggu dengan suasana yang tenang, pada pasien yang
Vasospasme terjadi pada 30% pasien, dapat diberikan Calcium Channel Blockers
dengan dosis 60 90 mg oral tiap 4 jam selama 21 hari atau 15 30 mg/kg/jam selama 7
hari, kemudian dilanjutkan per oral 360 mg /hari selama 14 hari, efektif untuk mencegah
terjadinya vasospasme yang biasanya terjadi pada hari ke 7 sesudah iktus yang berlanjut
sampai minggu ke dua setelah iktus.
positif cairan 1 2 Liter diusahakan tekanan arteri pulmonalis 18 20 mmHg dan Central
venous pressure 10 mmHg, bila gagal juga dapat diusahakan peningkatan tekanan sistolik
sampai 180 220 mmHg menggunakan dopamin.
Guidline tindakan PIS dengan pembedahan
Tidak dioperasi bila :
47
Pengelolaan operatif
60 70 th
tak dioperasi
Sadar/somnolen
menurun
Perdarahan serebelum : operasi kadang hasilnya memuaskan walaupun kesadarannya
koma
3.
Topis lesi
Perdarahan putamen
tak dioperasi
48
neurologiknya memburuk
Perdarahan talamus
Pada umumnya tak dioperasi, hanya ditujukan pada hidrocepalusnya akibat perdarahan
dengan VP shunt bila memungkinkan.
Perdarahan serebelum
Bila penampang hematoma lebih 3 cm atau volume lebih dari 50 cc ------------- operasi
Bila penampang kecil, kesadaran makin menurun dan keadaan neurologiknya menurun
ada tanda tanda penekanan batang otak maka ---------- operasi
5.
Dianjurkan untuk operasi secepat mungkin 6 7 jam setelah serangan sebelum timbulnya
edema otak , bila tak memungkinkan sebaiknya ditunda sampai 5 15 hari kemudian.
Indikasi pembedahan pasien PSA adalah pasien dengan grade Hunt & Hest Scale
1 sampai 3, waktu pembedahan dapat segera (< 72 jam) atau lambat (setelah 14 hari).
Pembedahan pasien PSA dengan Hunt &Hest Scale 4 5 menunjukkan angka kematian
yang tinggi (75%).
Operasi pada aneurisma yang ruptur
a.
Kraniotomi
Mayoritas ahli bedah saraf masih memilih kraniotomi untuk evakuasi hematoma. Secara
umum, ahli bedah lebih memilih melakukan operasi jika perdarahan intraserebral terletak
pada hemisfer nondominan, keadaan pasien memburuk, dan jika bekuan terletak pada
49
lobus dan superfisial karena lebih mudah dan kompresi yang lebih besar mungkin
dilakukan dengan resiko yang lebih kecil. Beberapa ahli bedah memilih kraniotomi luas
untuk mempermudah dekompresi eksternal jika terdapat udem serebri yang luas.
Gambar 1. Flap lebar tulang kranium pada Hemicraniotomi dan dekompresi operasi
untuk infrak area arteri cerebri media.(14)
50
Endoskopi
Melalui penelitian Ayer dan kawan-kawan dikatakan bahwa evakuasi hematoma melalui
bantuan endoskopi memberikan hasil lebih baik. pada laporan observasi lainnya
penggunaan endoskopi dengan tuntunan stereotaktik dan ultrasonografi memberikan hasil
memuaskan dengan evakuasi hematoma lebih sedikit (volume < 30 ml) namun teknik ini
belum banyak diaplikasikan dan validitasnya belum dibuktikan.
3.
Hondo dan Lenan melaporkan keberhasilan penggunaan aspirator USG pada aspirasi
stereotaktik perdarahan intracerebral supratentorium, namun prosedur ini masih
diobservasi.
4.
Trombolisis intracavitas
Blaauw dan kawan-kawan melalui penelitian prospektif kecil meneliti pasien perdarahan
intraserebral supratentorial dengan memasukkan urokinase pada kavitas serebri
(perdarahan intraserebri) dan setelah menunggu periode waktu tertentu kemudian
melakukan aspirasi. Namun penelitian ini dinyatakan tidak berpengaruh pada angka
mortalitas, walaupun pada beberapa pasien menunjukkan keberhasilan. Pasien perdarahan
intraserebral dengan ruptur menuju ke ventrikel drainase ventrikular eksternal mungkin
berguna. Namun cara ini belum melalui penelitian prospektif luas dan patut dicatat bahwa
melalui penelitian observasi menunjukkan prognosis buruk. (13)
51
KOMPLIKASI
Komplikasi pada stroke sering terjadi dan menyebabkan gejala klinik stroke
menjadi semakin memburuk. Tanda-tanda komplikasi harus dikenali sejak dini sehingga
dapat dicegah agar tidak semakin buruk dan dapat menentukan terapi yang sesuai.
Komplikasi pada stroke yaitu:
1.
1.
2.
3.
Kejang: kejang pada fase awal lebih sering terjadi pada stroke
hemoragik dan pada umumnya akan memperberat defisit neurologis.
4.
Nyeri kepala
5.
2.
1.
2.
52
3.
4.
Stroke rekuren
5.
Abnormalitas jantung
Stroke dapat menimbulkan beberapa kelainan jantung berupa:
6.
7.
3.
1.
Stroke rekuren
2.
Abnormalitas jantung
3.
4.
Depresi
5.
11.
PROGNOSIS
Ada sekitar 30%-40% penderita stroke yang masih dapat sembuh secara sempurna
asalkan ditangani dalam jangka waktu 6 jam atau kurang dari itu. Hal ini penting agar
penderita tidak mengalami kecacatan. Kalaupun ada gejala sisa seperti jalannya pincang
atau berbicaranya pelo, namun gejala sisa ini masih bisa disembuhkan.
Sayangnya, sebagian besar penderita stroke baru datang ke rumah sakit 48-72 jam
setelah terjadinya serangan. Bila demikian, tindakan yang perlu dilakukan adalah
pemulihan. Tindakan pemulihan ini penting untuk mengurangi komplikasi akibat stroke
dan berupaya mengembalikan keadaan penderita kembali normal seperti sebelum
serangan stroke.
Upaya untuk memulihkan kondisi kesehatan penderita stroke sebaiknya dilakukan
secepat mungkin, idealnya dimulai 4-5 hari setelah kondisi pasien stabil. Tiap pasien
53
54