Anda di halaman 1dari 6

TUGAS EKOTOKSITOLOGI

TOKSITOLOGI ARSEN

OLEH:
NOPIANA MASHURI
(E1A014032)
KELAS A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS MATARAM
2016

LOGAM BERAT ARSEN


A. Pengertian Arsen
Arsen merupakan logam berat dengan valensi 3 atau 5, dan berwarna metal
(steel-grey). Senyawa arsen didalam alam berada dalam 3 bentuk: Arsen trichlorida
(AsCl3) berupa cairan berminyak, Arsen trioksida (As2O3, arsen putih) berupa kristal
putih dan berupa gas arsine (AsH3). Lewisite, yang sering disebut sebagai gas perang,
merupakan salah satu turunan gas arsine. Pada umumnya arsen tidak berbau, tetapi
beberapa senyawanya dapat mengeluarkan bau bawang putih. Racun arsen pada
umumnya mudah larut dalam air, khususnya dalam air panas .
Arsen merupakan unsur dari komponen obat sejak dahulu kala. Senyawa arsen
trioksida misalnya pernah digunakan sebagai tonikum, yaitu dengan dosis 3 x 1-2 mg.
Dalam jangka panjang, penggunaan tonikum ini ternyata telah menyebabkan timbulnya
gejala intoksikasi arsen kronis. Arsen juga pernah digunakan sebagai obat untuk berbagai
infeksi parasit, seperti protozoa, cacing, amoeba, spirocheta dan tripanosoma, tetapi
kemudian tidak lagi digunakan karena ditemukannya obat lain yang lebih aman. Arsen
dalam dosis kecil sampai saat ini juga masih digunakan sebagai obat pada resep
homeopathi .
Bermacam-macam bentuk senyawa kimia dari arsen ini yaitu sebagai berikut;
1. Arsen triokasida (As2O3), ialah bentuk garam inorganic dan bentuk trivial dari
asam arsenat (H4AsO4) berwarna putih dan padat seperti gula.
2. Arsen pentaoksida (As2O5)
3. Arsenat (misalnya: PbHAsO4), ialah bentuk garam dari asam arsenat, merupakan
senyawa arsen yang banyak dijumpai di alam dan bersifat kurang toksik.
4. Arsen organic, arsen berikatan kovalen dengan rantai karbon alifatik atau struktur
cincin,dimana arsen terikat dalam bentuk trivalent ataupun pentavalen.Bentuk
senyawa arsen ini kurang toksin dibandingkan denagn bentuk senyawa arsen
inorganic trivalent.
Bentuk senyawa arsen yang paling beracun ialah gas arsin (AsH 3), yang terbentuk
bila asam bereaksi dengan arsenat yang mengandung logam lain. Selain dapat ditemukan
di udara, air maupun makanan, arsen juga dapat ditemukan di industri seperti industri
pestisida, proses pengecoran logam maupun pusat tenaga geotermal. Elemen yang
mengandung arsen dalam jumlah sedikit atau komponen arsen organik (biasanya
ditemukan pada produk laut seperti ikan laut) biasanya tidak beracun(tidak toksik). Arsen
dapat dalam bentuk in organik bervalensi tiga dan bervalensi lima. Bentuk in organik
arsen bervalensi tiga adalah arsenik trioksid, sodium arsenik, dan arsenik triklorida.,
sedangkan bentuk in organik arsen bervalensi lima adalah arsenik pentosida, asam
arsenik, dan arsenat (Pb arsenat, Ca arsenat). Arsen bervalensi tiga (trioksid) merupakan
bahan kimia yang cukup potensial untuk menimbulkan terjadinya keracunan akut.
B. Sumber pencemaran arsen dalam lingkungan

Pembakaran batubara dan pelelehan logam merupakan sumber utama pencemaran


arsen dalam udara. Pencemaran arsen terdapat di sekitar pelelehan logam (tembaga dan
timah hitam). Arsen merupakan salah satu hasil sampingan dari proses pengolahan bijih
logam non-besi terutama emas, yang mempunyai sifat sangat beracun. Ketika tailing dari
suatu kegiatan pertambangan dibuang di dataran atau badan air, limbah unsur pencemar
kemungkinan tersebar di sekitar wilayah tersebut dan dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan. Bahaya pencemaran lingkungan ini terbentuk jika tailing yang mengandung
unsur tersebut tidak ditangani secara tepat.
Tingginya tingkat pelapukan kimiawi dan aktivitas biokimia pada wilayah tropis,
akan menunjang percepatan mobilisasi unsur-unsur berpotensi racun. Selanjutnya dapat
memasuki sistem air permukaan atau merembes ke dalam akifer-akifer air tanah
setempat. Ini terjadi di negara-negara yang memproduksi emas dan logam dasar.
Sumber pencemaran arsen juga dapat berasal dari:
1. Pembakaran kayu yang diawetkan oleh senyawa arsen pentavalen, dapat menaikkan
kadar arsen di udara.
2. Pusat listrik tenaga panas bumi (geothermal) yang dapat menyebabkan kontaminasi
arsen pada udara ambient.
3. Pupuk yang di dalamnya mengandung arsen.
C. Mekanisme toksititas
Mekanisme Masuknya Arsen dalam tubuh manusia umumnya melalui oral, dari
makanan/minuman. Arsen yang tertelan secara cepat akan diserap lambung dan usus
halus kemudian masuk ke peredaran darah.
Arsen adalah racun yang bekerja dalam sel secara umum.Hal tersebut terjadi
apabila arsen terikat dengan gugus sulfhidril (-SH), terutama yang berada dalam
enzim.Salah satu system enzim tersebut ialah kompleks.piruvat dehidrogenase yang
berfungsi untuk oksidasi dekarboksilasi piruvat menjadi Co-A dan CO 2 sebelum masuk
dalam siklus TOA (tricarbocyclic acid). Dimana enzim tersebut terdiri dari beberapa
enzim dan kofaktor.Reaksi tersebut melibatkan transasetilasi yang mengikat koenzim
A(CoA-SH) untuk membentuk asetil CoA dan dihidrolipoil-enzim, yang mengandung
dua gugus sulfhidril.Kelompok sulfhidril sangat berperan mengikat arsen trivial yang
membentuk kelat.kelat dari dihidrofil-arsenat dapat menghambat reoksidasi dari
kelompok akibatnya bila arsen terikat dengan system enzim, akan terjadi akumulasi asam
piruvat dalam darah.
Arsenat juga memisahkan oksigen dan fosfolirasi pada fase kedua dariglikolosis
dengan jalan berkompetisi dengan fosfat dalama reaksi gliseraldehid dehidrogenase.
Dengan adanya pengikatan arsenat reaksi gliseraldehid-3-fosfat, akibatnya tidak terjadi
proses enzimatik hidrolisis menjadi 3-fosfogliserat dan tidak memproduksi ATP.Selama
Arsen bergabung dengan gugus SH, maupun gugus SH yang terdapat dalam
enzim,maka akan banyak ikatan As dalam hati yang terikat sebagai enzim
metabolic.Karena adanya protein yang juga mengandung gugus SH terikat dengan As,
maka hal inilah yang meneyebbkan As juga ditemukan dalam rambut, kuku dan

tulang.Karena eratnya As bergabung dengan gugus SH, maka arsen masih dapat
terdeteksi dalam rambut dan tulang bebrapa tahun kemudian.
D. Organ target
Bahan kimia arsen dapat masuk ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan
makanan, saluran pernafasan serta melalui kulit walaupun jumlahnya sangat terbatas.
Arsen yang masuk ke dalam peredaran darah dapat ditimbun dalam organ seperti hati,
ginjal, otot, tulang, kulit dan rambut.
Arseni trioksid yang dapat disimpan di kuku dan rambut dapat mempengaruhi
enzim yang berperan dalam rantai respirasi, metabolisme glutation ataupun enzim yang
berperan dalam proses perbaikan DNA yang rusak. Didalam tubuh arsenik bervalensi
lima dapat berubah menjadi arsenik bervalensi tiga. Hasil metabolisme dari arsenik
bervalensi 3 adalah asam dimetil arsenik dan asam mono metil arsenik yang keduanya
dapat diekskresi melalui urine.
Gas arsin terbentuk dari reaksi antara hidrogen dan arsen yang merupakan hasil
samping dari proses refining (pemurnian logam) non besi (non ferrous metal). Keracunan
gas arsin biasanya bersifat akut dengan gejala mual, muntah, nafas pendek dan sakit
kepala. Jika paparan terus berlanjut dapat menimbulkan gejala hemoglobinuria dan
anemia, gagal ginjal dan ikterus (gangguan hati).
E. Pengendalian
Dampak pencemaran terhadap kesehatan tergantung pada tipe polutan, jalur
masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena arsen, berbagai macam
pestisida dan herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi.
Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia
beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat
menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik dan antropoda yang
hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat memusnahkan beberapa
spesies primer dari rantai makanan, yang dapat memberi akibat yang besar terhadap
predator atau tingkatan lain dari rantai makanan tersebut. Bahkan jika efek kimia pada
bentuk kehidupan terbawah tersebut rendah, bagian bawah piramida makanan dapat
menelan bahan kimia asing yang lama-kelamaan akan terkonsentrasi pada makhlukmakhluk penghuni piramida atas. Banyak dari efek-efek ini terlihat pada saat ini, seperti
konsentrasi DDT pada burung menyebabkan rapuhnya cangkang telur, meningkatnya
tingkat kematian anakan dan kemungkinan hilangnya spesies tersebut.
Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang pada akhirnya
dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan dampak
lanjutan pada konservasi tanaman di mana tanaman tidak mampu menahan lapisan tanah
dari erosi. Ada beberapa langkah penangan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan
oleh pencemaran khususnya tanah. Diantaranya adalah :
1. Remidiasi

Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar.


Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site).
Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih
mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi. Pembersihan offsite meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman.
Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu,
tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke
bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang
kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih
mahal dan rumit.
2. Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah denga menggunakan
mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau
mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun
(karbon dioksida dan air.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Logam Berat Arsen. Diakses dari http://chitralestari.blogspot.com. Pada tanggal
13 November 2016 pukul 21.14 WITA.

Anonim. 2010. Makalah Toksikologi Industri ARSEN. Diakses dari


unsoed.blogspot.com. Pada tanggal 13 November 2016 pukul 21.14 WITA.

http://kesmas-

Anonim. 2011. Arsen. Diakses dari https://feviliansari.wordpress.com. Pada tanggal 13


November 2016 pukul 21.14 WITA.
Cotton dan Wilkinson . 2009 . Kimia Anorganik Dasar . Jakarta : UI-Press
Darmono. 2006 . Lingkung an Hidup dan Pencemaran Hubungannya Dengan Toksikologi
Seyawa Logam . Jakarta . UI-Press.

Anda mungkin juga menyukai