GASTROSCHISIS
DISUSUN OLEH :
YOLANDA T HUTAHAEAN
110100212
110100248
110100256
LUSIA A. TARIGAN
110100243
110100400
110100018
110100041
110100280
110100481
S. GUNAWATHI
100100384
070100138
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.2
2.1 Definisi..............................................................................................................2
2.2. Epidemiologi....................................................................................................2
2.3. Etiologi.............................................................................................................3
2.4. Faktor risiko.4
2.5. Embriologi .......................................................................................................4
2.6. Patofisiologi dan Patogenesis...........................................................................5
2.7. Genetika...........................................................................................................7
2.8. Diagnosis..........................................................................................................8
2.9. Tatalaksanaan dan Komplikasi.......................................................................10
2.10.Prognosis16
BAB 3 STATUS PASIEN.....................................................................................17
BAB 4 DISKUSI...25
BAB 5 KESIMPULAN....................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Gastroschisis adalah defek mayor dalam penutupan dinding abdomen.
Pada gastroshcisis, visera tidak tertutup dinding abdomen dan herniasi menembus
defek pada lateral umbilikus (biasanya pada sisi kanan dimana terjadi involusi
vena umbilikal kedua) sehingga terjadi eviserasi dari isi cavum abdomen.
Gastroshisis biasanya berisi usus halus dan sama sekali tidak terdapat membran
yang menutupi.1,2,3
2.2. Epidemiologi
Di Indonesia belum jelas angka kejadian defek abdomen, baik
gastroschisis ataupun omfalokel. Beberapa penelitian mencoba mengaitkan antara
area dan etnis tertentu dengan gastroschisis, tetapi gagal untuk menemukan
hubungannya. Penelitian prevalensi gastroschisis menemukan bahwa terdapat tren
peningkatan angka kejadian sejak tahun 1970. 1,3
2.3. Etiologi
Banyak kontroversi berhubungan dengan penyebab gastroschisis. Defek
abdominal pada gastroschisis terletak di sebelah lateral dan hampir selalu pada
sebelah kanan dari umbilikus. Isi cavitas abdomen yang tereviserasi tidak tertutup
oleh kantong peritoneum yang intak. Defek tersebut sebagai hasil dari rupturnya
basis dari tali pusat dimana merupakan area yang lemah dari tempat involusi vena
umbilikalis kanan. Pada awalnya terdapat sepasang vena umbilikalis, yaitu vena
umbilikalis kanan dan kiri. Ruptur tersebut terjadi in-utero pada daerah lemah
yang sebelumnya terjadi herniasi fisiologis akibat involusi dari vena umbilikalis
kanan. Keadaan ini menerangkan mengapa gastroschisis hampir selalu terjadi di
lateral kanan dari umbiliks. Teori ini didukung oleh pemeriksaan USG secara
serial , dimana pada usia 27 minggu terjadi hernia umbilikalis dan menjadi nyata
gastroschisis pada usia 34,5 minggu. Setelah dilahirkan pada usia 35 minggu,
memang tampak gastroschisis yang nyata. 1,2
Penulis lain berpendapat bahwa gastroschicis diakibatkan pecahnya suatu
eksomphalos. Rupturnya omphalokel kecil dan transformasi menjadi gastroschisis
dapat terjadi di dalam uterus. Tetapi banyaknya kejadian anomali yang
berhubungan dengan omphalokel tidak mendukung teori ini. Teori lain untuk
etiologi
gastroschisis
adalah
terputusnya
secara
prematur
arteri
2.5. Embrologi
Pertumbuhan janin dan pembentukannya diatur oleh proses spesifik pada
waktu dan tempat yang tepat. Percepatan pertumbuhan yang sering diikuti oleh
perlambatan. Diferensiasi seluler, proliferasi, migrasi, dan deposisi terlibat dalam
pembentukan jaringan baru.Permulaannya, embrio sejajar rata dengan cincin
umbilicus, yang ditandai secara histology dengan hubungan epitel silinder dari
epiblast (ektoderm) dan epitel kubus epitel dari amnion. Embrio terdiri dari dua
lapis, epiblast (ektoderm) yang akan menjadi salah satu neuroektoderm atau epitel
permukaan, dan hipoblast, yang menjadi epitel dalam dari organ dalam perut.
Pembentukan dari lapisan germinal yang ketiga (mesoblast) muncul seiring
dengan perubahan bentuk dari embrio. Pemanjangan dari disk embrio dan
pelengkungan longitudinal dan lateral terbentuk silinder sehingga calon bentuk
tubuh dapat dikenali. Menurut Moore (1998), singkatnya embrio manusia
berbentuk disk yang terdiri dari dua lapisan. Ini membutuhkan lapisan sel yang
ketiga yang tumbuh diatas cincin umbilicus dan menjadi silinder dengan
memanjang dan melekuk ke dalam. Lipatan dari tubuh (cephalic, caudal, lateral)
bertemu ditengah embrio dimana amnion tertanam dalam yolk sak. Kecacatan
perkembangan pada titik ini menyebabkan berbagai macam kelainan dinding
extrophy.1
Sementara pada gastroschisis, adanya organ visera diluar dinding abdomen
disebabkan oleh kegagalan umbilical coelom untuk berkembang. Sehingga terjadi
keterbatasan rongga abdomen dalam fase elongasi midgut yang kemudian
melakukan ekspansi dan keluar dinding abdomen pada sisi kanan umbilicus.
Mengapa pada sisi kanan umbilicus, hal ini disebabkan karena bagian tersebut
sebagai bagian terlemah akibat tidak terdapatnya vena umbilical kanan, yang telah
mengalami resorpsi pada minggu ke-4 kehamilan. Pada gastroschisis usus
mengalami oedem, menebal,dan terbungkus dengan fibrin-fibrin. Dahulu kondisi
ini dianggap sebagai akibat meconium pada cairan amnion. Namun kemudian
terbukti dari bahwa, sesungguhnya kondisi usus pada gastroschisis masih normal
hingga 20 menit pertama pasca kelahiran. Setelah itu terjadi perubahan akibat
paparan udara pada usus, dan terjadi oklusi dari vena mesentrica pada level defek,
yang menyebabkan terjadinya edema dan transudasi cairan yang mengandung
protein.2
Banyak kontroversi berhubungan dengan penyebab gastroschisis. Defek
abdominal pada gastroschisis terletak di sebelah lateral dan hampir selalu pada
sebelah kanan dari umbilikus. Isi cavitas abdomen yang tereviserasi tidak tertutup
oleh kantong peritoneum yang intak. Defek tersebut sebagai hasil dari rupturnya
basis dari tali pusat dimana merupakan area yang lemah dari tempat involusi vena
umbilikalis kanan. Pada awalnya terdapat sepasang vena umbilikalis, yaitu vena
umbilikalis kanan dan kiri. Ruptur tersebut terjadi in-utero pada daerah lemah
yang sebelumnya terjadi herniasi fisiologis akibat involusi dari vena umbilikalis
kanan. Keadaan ini menerangkan mengapa gastroschisis hampir selalu terjadi di
lateral kanan dari umbiliks. Teori ini didukung oleh pemeriksaan USG secara
serial , dimana pada usia 27 minggu terjadi hernia umbilikalis dan menjadi nyata
gastroschisis pada usia 34,5 minggu. Setelah dilahirkan pada usia 35 minggu,
memang tampak gastroschisis yang nyata 3,. Penulis lain berpendapat bahwa
gastroschicis diakibatkan pecahnya suatu eksomphalos. Rupturnya omphalokel
kecil dan transformasi menjadi gastroschisis dapat terjadi di dalam uterus. Tetapi
banyaknya kejadian anomali yang berhubungan dengan omphalokel tidak
mendukung teori ini2. Pada gastroschisis jarang terjadi anomali, tetapi sering lahir
prematur (22%)3,Teori lain untuk etiologi gastroschisis adalah terputusnya secara
prematur arteri omphalomesenterik kanan, yang mengakibatkan injuri iskemik
pada dinding depan abdomen dimana herniasi menembus dan terdiri dari isi
abdomen. Pada kondisi normal, arteri ini tetap ada3.
Teori Gastroshizis 4
2.7. Genetika
Gastroschisis mempunyai data empiris yang rendah 3,5% tentang kemungkinan
timbulnya kejadian berulang pada saudara kandung. Sampai sekarang tercatat
tujuh kasus yang dipublikasikan adanya kejadian berulang pada suatu keluarga.
Pada keluarga ini muncul pada saudara kandung, saudara satu orang tua, sepupu
pertama, sepupu kedua, paman dan keponakannya. Dalam keluarga ini semua
yang terlibat berhubungan darah dari ibu. Ada juga keluarga yang mengalami
kelainan oleh saudara kandung dan satu kasus lagi yang dialami dua saudara yang
satu ayah. Dari pengalaman mereka ini merupakan kasus pertama yang muncul
pada saudara kandung seayah. Setelah semua kasus yang dilaporkan tersebut
melalui jalur maternal, satu melalui paternal yang menyebabkan ahli berspekulasi
adanya jejak genetik yang berperan dalam penyakit ini. Tetapi obsevasi yang
dilakukan tidak menunjukan hal yang sama.1
Dari kasus-kasus tersebut kita menegakan diagnosis dengan USG, dan
Pemeriksaan Antenatal
USG Gastroschisis
Pada gambaran USG gastroschisis tampak kontur luar yang tidak rata, tak
tampak gambaran ekhoik yang mengelilingi usus dan terdapat jarak dari
umbilikus. Sedangkan pada omfalokel tampak kontur luar yang rata atau halus,
terdapat gambaran ekhoik yang menyelimuti sakus, dan tampak muncul dari
umbilikus.3
Cairan Amnion dan Serum. Peningkatan kadar alpha fetoprotein baik serum
maupun cairan amnion dan peningkatan acetylcholinesterase berkaitan dengan
adanya defek dinding abdomen jika tidak ditemukan myelomeningocele.2
Keadaan klinis
Pasien biasanya lahir dalam kondisi prematur. Defek biasanya terjadi di sisi kanan
umbilical cord. Defek biasanya berukuran rata-rata < 4 cm. Dalam 20 menit
pertama setelah lahir, usus biasanya masih dalam kondisi normal, kemudian
dinding usus yang keluar akan menebal dan disertai eksudat fibrin sehingga loop
usus menjadi sulit untuk dipisahkan. Karena itu dibutuhkan reduksi dan
penutupan secepatnya pasca kelahiran. Umumnya bayi yang telah terdeteksi
melalui pemeriksaan antenatal, dapat langsung dipersiapkan untuk penutupan
defek segera setelah kelahiran. Kelainan bawaan lain cukup jarang terjadi, dan
biasanya berkaitan dengan midgut, atresia intestinal terjadi pada 15% kasus. Bayi
harus ditangani dengan hati-hati untuk menghindari trauma pada usus dan
kehilangan cairan. Hati- hati terjadinya volvulus.1,2
Adanya inflamasi yang luas dari usus yang menjadikan pembengkakan usus
dan kekakuan sangat mengganggu masuknya usus dan penutupan dinding
abdomen. Inflamasi juga mengubah bentuk dari usus yang menjadikan kesulitan
dalam menentukan apakah ada atresia dari usus.
Bila usus bisa masuk ke cavum abdomen, inflamasi akan menurun, usus melunak,
dan bentuk kembali ke normal. Koreksi untuk atresia usus sampai saat ini masih
lebih baik dengan penundaan, biasanya 3 minggu setelah operasi pertama.
Kelainan fungsi dari usus membutuhkan waktu lama sampai normal, dari 6
minggu sampai beberapa bulan. 1,2
Liver hampir tidak pernah berada diluar abdomen hanya lambung, usus halus,
dan usus besar yang biasanya diluar. Usus mungkin terjadi perforasi pada 5%
penderita. Biasanya ovarium dan tuba falopii pada perempuan dan undescesus
testis pada laki-laki berada diluar. Ruangan cavum abdomen biasanya kecil.
Kedua jenis kelamin terkena secara sama. Ibu yang umur belasan sekitar 25%.
Sekitar 40% mereka prematur atau kecil untuk masa kehamilan. Menurut Stovroff
dan Teague, (2003) juga menyatakan bayi dengan gastroschisis biasanya
mempunyai malrotasi dan kira-kira 23%mempunyai atresia usus atau stenosis.
Berdasarkan BMS (2004), begitu dilahirkan bayi dengan gastroschisis akan
mengalami problem yang sangat serius karena usus yang terpapar. Suhu yang
menurun, kehilangan cairan, dan infeksi merupakan masalah utama yang mesti
dihindar. Biasanya digunakan plastik steril untuk memasukan usus.1,2
Perbedaan Gastroschizis dan Omphalocele, 4
intrauterin/Intrauterine
growth retardation
(IUGR), kematian
janin dan kelahiran prematur, sehingga pengkajian obstetrik dengan serial USG
dan tes lainnya menjadi sangat penting untuk dilakukan. Penyebab kegagalan
pertumbuhan janin pada gastroskisis belum diketahui tetapi diperkirakan oleh
keuntungan dengan seksio sesaria. Atas dasar alasan tersebut beberapa ahli
merekomendasikan persalinan normal. Kecuali ada alasan dari bagian obstetrik
untuk dilakukan seksio sesaria.1,2
2.9.2 Tatalaksana Postnatal
Manajemen awal bayi yang baru lahir dengan defek dinding abdomen
diawali dengan resusitasi ABC dan setelah dinilai dan distabilisasi, perhatian
diarahkan ke defek dinding abdomennya. Masalah yang penting yaitu
kehilangan panas, sehingga pada perawatan harus dipertahankan suhu lingkungan
tetap hangat selagi melakukan proteksi terhadap visera yang terpapar. Kelahiran
prematur umumnya berhubungan dengan kondisi gastroskisis. Prematuritas
berhubungan dengan hipoplasia paru atau defek jantung signifikan yang
mungkin memerlukan intubasi awal dan ventilasi mekanik. Dekompresi
lambung
penting
untuk
mencegah
distensi
traktus gastrointestinal
dan
operasi.
terpapar
dan
harus
diproteksi
dan
kehilangan
panas
Usus yang
cairan
harus
dilapisi
plastic
bening
tetapi
membutuhkan
penilaian
tentang
bagaimana ketat atau kuatnya untuk menutupi dan agar tampak dilihat. Bahan
kain lembab sendiri seharusnya dihindari karena meningkatkan kehilangan
panas melalui penguapan. Setelah usus tadi ditutupi, seluruh masa distabilisasi
dengan menempatkan bayi dengan posisi miring kanan untuk mengurangi
penekanan pada pembuluh mesenterika.1,3
2.9.3. Pre Operatif
Terapi cairan segera diberikan secara intravena. Luasnya daerah usus yang
terpapar menyebabkan kehilangan cairan dan panas yang cepat yang dapat
menyebabkan syok hipovolemik dan hipotermi. Kebanyakan bayi telah
mengalami banyak kerusakan iskemi jaringan pada organ tubuhnya karena defisit
perfusi. Janin mungkin membutuhkan 90-200 ml/kgBB/hari. Asidosis mengkin
dijumpai akibat hipovolum. Bolus cairan menggunakan albumin 5% mungkin
berguna karena kebanyakan janin juga mengalami hipoproteinemia.2
Usus yang terpapar harus dilindungi dengan kasa lembut mengandung
NaCl dengan sedikit larutan antiseptik. Kemudian usus harus dijaga agar usus
tidak melipat diatas tepi defek sehingga arteri mesenterika tidak terjepit. Bila
defek kecil dan arteri mesenterika terjepit maka dilebarkan sampai di tengah 1-2
cm untuk melebarkan defek dan membebaskan jepitan. Usus harus dibungkus
dalam kantung kedap air untuk mengurangi kehilangan evaporasi dan menjaga
hemostasis suhu.2,3
Operasi pada gastroschisis bertujuan untuk memperbaiki defek kongenital
dimana sebagian atau seluruh usus beserta organ intra abdomen berada di luar
abdomen. Mengembalikan organ-organ tersebut ke dalam cavum abdomen
melalui defek, menutup defek bila mungkin atau membuat kantong steril untuk
melindungi usus pada saat mereka perlahan masuk ke cavum abdomen. Pada
tahun 1969, Allen and Wrenn melakukan modifikasi pada tehnik Schusters.
2.9.4. Operative
1. Primary Closure
Tujuan utama pembedahan pada gastroschisis adalah mengembalikan
visera ke rongga abdomen dan meminimalkan resiko kerusakan organ karena
trauma langsung atau karena peningkatan tekanan intra abdomen. Pilihannya
mencakup pemasangan silo, reduksi serial, dan penundaan penutupan dinding
abdomen, reduksi primer dengan penutupan secara operatif dan reduksi primer
atau reduksi tertunda dengan penutupan umbilical cord.
2. Staged Closure
Konsep reduksi bertahap pertama kali dikemukakan pada tahun 1967
dimana Teflon menggunakan selembar silastic yang digunakan seperti sekarang
yang dikenal dengan silo. Penggunaan silo pertama kali oleh Shermeta tahun
1970-an tapi gagal menarik perhatian hingga tahun 1995. Silo telah digunakan
untuk reduksi bertahap sejak awal tahun 1990. Metode ini untuk menghindari
anestesi umum dan pembedahan pada awal-awal kelahiran dan dapat mengontrol
berjalannya waktu. Abdomen akan terlihat eritem. Penutupan yang ketat dapat
menyebabkan eritem namun adanya iskemi usus atau infeksi harus diperhatikan.
Pasien biasanya
operatif. Selama waktu itu, edema usus dan dinding abdomen akan mereda dan
tekanan intra abdomen akan turun.
Kebutuhan cairan akan meningkat pada janin dengan gastroskisis. Cairan
diberikan 140-150 ml/kgBB/hari. NGT dipasang untuk membantu dekompresi.
Pemberian makanan dapat dimulai saat produksi NGT sudah tidak lagi hijau,
produksinya minimal dan usus mulai bergerak. Sebaiknya feeding diberikan
dalam jumlah yang bertahap. Parenteral nutrisi sebaiknya diberikan mengingat
lamanya waktu sampai tercapai full enteral feeding. Sekitar 10% pasien dengan
gastroschisis mengalami hipomotilitas usus sehingga memerlukan parenteral
nutrisi yang lebih lama. Penulis menganjurkan untuk diberi stimulasi oral lebih
dini karena refleks menghisap dan menelan dapat hilang selama menunggu fungsi
usus. Antibiotik diberikan selama 48 jam post operatif kecuali terdapat tandatanda luka infeksi maka antibiotik dilanjutkan.3,4
Gastroschisis yang disertai dengan atresia intestinal atau perforasi dapat
berakhir dengan short bowel syndrome. Komplikasi post operasi lainnya antara
lain kolestasis, infeksi luka operasi, sepsis, hernia ventralis, perforasi usus, gagal
ginjal, pneumonia aspirasi, NEC, dan komplikasi lainnya akibat peningkatan
tekanan intraabdomen (respiratory distress, gastroesofageal refluks dan hernia
inguinal).4
2.10.
Prognosis
Prognosis pasien dengan gastrosksis tergantung pada kondisi usus. Secara
BAB 3
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama
: By DS
Gender
: Perempuan
Umur
: 3 hari
MR
: 67.19.39
Alamat
Pekerjaan
:-
Suku
: Batak Karo
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Telaah
oleh
bidan 2 jam SMRS, lahir spontan, langsung menangis.
Pasien merupakan anak kedua dengan BB lahir 2350
gram,
PB lahir 46 cm. Riwayat muntah (-).
Riwayat Kehamilan
kali
dan pasien merupakan anak kedua. Anak pertama sehat.
Riwayat sakit selama hamil disangkal, demam(-), riwayat
hipertensi (-), DM (-), minum obat-obatan (-), jamu (-).
Riwayat Kelahiran
PEMERIKSAAN FISIK
Status Presens
Sensorium
: Compos Mentis
Heart Rate
: 150 kali/menit.
Respiratory Rate
: 52 kali/menit
Suhu
: 36,9 C
a. Kepala
rata.
b. Mata
pupil
c. Telinga
d. Hidung
e. Mulut
f. Thorax
kali/menit,
reguler, desah (-). Respiratory Rate: 52 kali/menit, reguler,
g. Abdomen
ronchi (-).
: soepel, peristaltik sulit dinilai, usus berada diluar rongga
abdomen, berwarna kemerahan, tali pusat diklem dan
h. Ekstremitas
i. Anogenital
: 1,9 g/dL
: 335 mg/dL
FAAL HEMOSTASIS
PT
: 68,5 (14) detik
INR : 4,38
aPTT : 53,5 (33,6) detik
TT
: 13.0 (17.2) detik
FOLLOW UP
TGL
7/4/2016
S
Usus
O
A
diluar Sens: CM
Gastroschizis
HR: 140 x/i. RR: 46 x/i. Suhu: 36,6 C
rongga
Kepala : Ubun-ubun besar terbuka
abdomen.
rata. Ubun-ubun kecil terbuka rata.
Mata : konjungtiva palpebra
anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
desah
(-).
P
Rawat inkubator dengan target
suhu 30,5-31,5 C
Kebutuhan total
cairan:
80
D10% 8cc/jam
Enteral: Sementara puasa
Inj. Ceftazidin 120 mg/12 jam
Inj. Gentamycin 12 mg/36 jam
Inj. Metronidazole LD 36 mg,
12 jam berikutnya HD 18 mg/12
jam
Inj. Vit. K 1 mg per IM
Koreksi Albumin (3-1,9) x
0,8 x 2,35 = 2
cc
sulit dinilai
Ekstremitas
kali/menit,
reguler,
Pulse:
150
Tekanan
8/4/2016
< 2 detik.
Anogenital: Perempuan, anus (+)
Usus diluar Sens: CM
Gastroschizis
HR: 138 x/i. RR: 42 x/i. Suhu: 36,8 C
rongga
Kepala : Ubun-ubun besar terbuka
abdomen.
rata. Ubun-ubun kecil terbuka rata.
Mata : konjungtiva palpebra
anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
desah
(-).
cairan:
80
D10% 8cc/jam
Enteral: Sementara puasa
Inj. Ceftazidin 120 mg/12 jam
Inj. Gentamycin 12 mg/36 jam
Inj. Metronidazole LD 36 mg,
12 jam berikutnya HD 18 mg/12
jam
Inj. Vit. K 1 mg per IM
Koreksi Albumin (3-1,9) x
0,8 x 2,35 = 2
sulit dinilai
Ekstremitas
kali/menit,
reguler,
Pulse:
150
Tekanan
BAB 4
DISKUSI