Anda di halaman 1dari 32

GAMBARAN REMAJA PUTRI DALAM MELAKUKAN

PERSONAL HYGIENE SELAMA MENSTRUASI


DI MADRASAH MAN 2 MODEL MAKASSAR
TAHUN 2016

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Menurut WHO (1995) sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja yang
berumur 10-19 tahun. Data demografi di Amerika Serikat (1990) menunjukan jumlah
remaja yang berumur 10-19 tahun sekitar 15% dari populasi. Di Asia Pasifik dimana
penduduknya merupakan 60% dari penduduk dunia, seperlimanya adalah remaja (10-19
tahun). Di Indonesia menurut Biro Pusat Statistik (1999) kelompok usia 10-19 tahun
adalah sekitar 22% dimana 50,9% adalah laki-laki dan 49,1% adalah perempuan
(Soetjiningsih, 2002).
Program Pembangunan Nasional menempatkan Kesehatan Reproduksi Remaja
sebagai salah satu program pemerintah di dalam sektor pembangunan sosial budaya, yang
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja dalam hal
kesehatan reproduksi, dimana remaja ini merupakan kelompok yang paling potensial
dalam pembangunan suatu negara karena remaja adalah sebagai aset penerus dan penentu
masa depan bangsa (BKKBN, 2001).
Masalah kesehatan reproduksi menjadi perhatian bersama karena dampaknya luas
menyangkut berbagai aspek kehidupan dan parameter kemampuan negara dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Salah satu ukuran

kemampuan negara dalam menyelenggarakan peleyanan kesehatan terhadap masyarakat


adalah masalah kesehatan reproduksi wanita (Manuaba, 1999).
Masalah ini kurang mendapat perhatian karena umur mereka dianggap bebas dari
kemungkinan menghadapi masalah penyulit dan penyakit yang berkaitan dengan alat
reproduksinya. Kesehatan reproduksi wanita usia subur tidak lepas dari kesehatan
dibidang kebidanan dan kandungan. Hingga saat ini masih banyak ditemukan penyakitpenyakit infeksi yang mengganggu alat reproduksi (alat kelamin/alat genitalia) wanita.
Dimana penekanannya pada bagaimana menghindari bahaya infeksi alat reproduksi
sehingga terhindar dari komplikasi karena infeksi mempunyai akibat yang menyedihkan
pada kesehatan reproduksi yang berakhir dengan infertilitas (kemandulan) dan
meningkatkan kejadian kehamilan ektopik hamil di luar kandungan (Manuaba, 1999).
Infeksi tersebut salah satunya bisa disebabkan karena kurangnya perilaku hygiene
saat menstruasi. Hygiene saat menstruasi merupakan awal dari usaha menjaga kesehatan.
Pada saat menstruasi, pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terkena infeksi. Oleh
karena itu kebersihan daerah genitalia harus lebih dijaga karena kuman mudah sekali
masuk dan dapat menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi. Salah satu keluhan
yang dirasakan pada saat menstruasi adalah rasa gatal yang disebabkan oleh jamur
kandida yang akan subur tumbuhnya pada saat haid (Sarwono, 2006).
Untuk menjaga kebersihan tersebut, maka perlu melakukan Personal hygiene saat
menstruasi dengan benar karena dapat meningkatkan risiko terkena infeksi pada organ
reproduksi, dari hasil penelitian perawatan genitalia 69,6% yang dilakukan secara benar
pada saat menstruasi dapat mencegah terjadinya infeksi dan diperoleh 31,01% yang tidak
melakukan perawatan organ reproduksi bagian luar dengan benar cenderung terkena
infeksi (Riswanto, 2009).

Kurangnya perilaku hygiene pada saat menstruasi dimungkinkan karena adanya


beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku tersebut yaitu predisposisi tentang
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan variable demografik tertentu
(Prawirohardjo, 2006).
Berdasarkan studi pendahuluan pada bulan Desember tahun 2009 jumlah siswi
Madrasah Mambaul Ulum 1 Puring adalah 76. Kurikulum pembelajaran di sekolah belum
dapat menunjang pengetahuan remaja usia pubertas tentang personal hygiene selama
menstruasi, untuk kelas VII sama sekali belum menyinggung masalah reproduksi
khususnya masalah menstruasi. Kelas VIII juga belum mendapatkan materi tersebut. Pada
kelas IX semester akhir baru dibahas pada sistem hormonal itu pun masih sangat terbatas,
kemudian dilakukan wawancara dengan kelas VII dengan jumlah 4 siswa (5,26%).
Berdasarkan hasil wawancara yang didapat di ketahui bahwa mereka kurang mengetahui
tentang personal hygiene. Selain itu dilihat dari lokasinya Madrasah Mambaul Ulum 1
Puring, terletak di desa jauh dari sumber informasi yang mendukung seperti toko buku,
internet, serta sarana perpustakaan belum menyediakan buku tentang kesehatan
reproduksi khususnya masalah menstruasi yang memungkinkan para siswa mengalami
kesulitan memperoleh informasi.
Berdasarkan kondisi tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
tentang gambaran remaja putri dalam melakukan personal hygiene selama menstruasi di
Madrasah Mambaul Ulum 1 Puring.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yaitu Bagaimanakah
gambaran remaja putri dalam melakukan personal hygiene selama menstruasi di
Madrasah Mambaul Ulum 1 Puring?
C. Tujuan Penelitian

1.

Tujuan Umum
Mengetahui gambaran remaja putri dalam melakukan personal hygiene selama
menstruasi di Madrasah Man 2 Model Makassar

2.

Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran remaja putri dalam melakukan perawatan kulit wajah selama
menstruasi di Madrasah Man 2 Model Makassar
b. Mengetahui gambaran remaja putri dalam melakukan kebersihan rambut selama
menstruasi di Madrasah Man 2 Model Makassar
c. Mengetahui gambaran remaja putri dalam melakukan kebersihan tubuh dan organ
genitalia selama menstruasi di Madrasah Man 2 Model Makassar
d. Mengetahui gambaran remaja putri dalam melakukan kebersihan pakaian selama
menstruasi di Madrasah Man 2 Model Makassar
e. Mengetahui gambaran remaja putri dalam penggunaan pembalut selama menstruasi di
Madrasah Man 2 Model Makassar
D. Manfaat Penelitian
1.

Bagi Madrasah Man 2 Model Makassar


Hasil Penelitian dapat digunakan sebagai acuan dalam memberikan wawasan tentang
personal hygiene selama menstruasi.

2.

Bagi Siswa
Menambah wawasan remaja putri tentang manfaat melakukan personal hygiene dan
akibat jika tidak melakukan personal hygiene selama menstruasi.

3.

Bagi Peneliti
Untuk memperoleh informasi ilmiah terhadap gambaran remaja putri dalam melakukan
personal hygiene selama menstruasi.

4.

Bagi Pendidikan

Sebagai tambahan referensi, khususnya gambaran remaja putri dalam melakukan


personal hygiene selama menstruasi.

E.

Keaslian Penelitian
Berdasarkan pengetahuan penulis, gambaran remaja putri dalam melakukan personal
hygiene selama menstruasi belum pernah dilakukan di Madrasah Man 2 Model
Makassar. Penelitian ini pertama kalinya Madrasah Man 2 Model Makassar dijadikan
tempat Penelitian. Penelitian ini hampir serupa yang pernah dilakukan yaitu :
1. Pancawati (2007), dengan judul penelitia: Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang
Menstruasi dengan Kecemasan di SMP Muhammadiyah Gombong. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahuai Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang
Menstruasi dengan Kecemasan di SMP Muhammadiyah Gombong. Metode
penelitian ini menggunakan penelitian deskripsi korelasi dengan rancangan
penelitian menggunakan pendekatan Cross Sectional. Sampel yang digunakan adalah
purposive sampling. Dengan hasil yaitu pengetahuan siswi tentang menstruasi dalam
kategori cukup (86,66%), sedangkan kecemasan dalam kategori sangat berat (43,33
%%). Hasil korelasi antara tingkat pengetahuan tentang menstruasi dengan
kecemasan menstruasi didapatkan hasil signifikan 0,024 dengan tingkat kemaknaan
(p) adalah 0,05. Jadi ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang menstruasi
dengan kecemasan. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada subjek dan tempat
peneliti yaitu subjek pada gambaran remaja putri dalam melakukan personal hygiene
selama menstruasi di Madrasah Man 2 Model Makassar.
2. Rasinah (2005), dengan judul penelitian: Hubungan Pengetahuan tentang
Menstruasi dengan Kesiapan Remaja Putri Usia Pubertas Menghadapai Menarche
di Mts Negeri Nusawungu Cilacap. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahuai Hubungan Pengetahuan tentang Menstruasi dengan Kesiapan Remaja


Putri Usia Pubertas Menghadapai Menarche di Mts Negeri Nusawungu Cilacap.
Rancangan penelitian menggunakan pendekatan Cross Sectional. Sampel yang
digunakan adalah sampel berstrata/stratified sampling. Dari hasil penelitian
menunjukan Tingkat Remaja Putri Usia Pubertas adalah cukup 29 dari 40 orang
(72,5%) dan kesiapan dalam menghadapi menarche cukup yaitu 22 dari 40 orang
(55%). Jadi ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang menstruasi
dengan kesiapan remaja putri usia pubertas dalam menghadapi menarche. Perbedaan
dengan penelitian ini adalah pada subjek dan tempat peneliti yaitu subjek pada
gambaran remaja putri dalam melakukan personal hygiene selama menstruasi di
Madrasah Man 2 Model Makassar.
3. Khasanah (2009), dengan judul penelitian: Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja
tentang Menstruasi dan Hygiene Menstruasi di SMA PGRI 1 Gombong. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja
tentang Menstruasi dan Hygiene Menstruasi di SMA PGRI 1 Gombong. Rancangan
penelitian menggunakan pendekatan deskriptif eksploratif. Sampel yang digunakan
random sampling. Dari hasil penelitian menunjukan Tingkat pengetahuan tentang
menstruasi, siswi yang pengetahuanya baik sebanyak 4 responden (13,4%) kategori
pengetahuan cukup sebanyak 15 responden (43,3%) dan kategori pengetahuan
kurang sebanyak 13 responden (43,3%) sedangkan tingkat pengetahuan siswi
berdasarkan hygiene menstruasi dengan kategori siswi yang berpengetahuan baik
adalah sebesar 15 responden (50%) yang berpengetahuan cukup sebanyak 13
responden (43,4%) dan yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 2 responden
(6,6%). Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada subjek dan tempat peneliti yaitu

subjek pada gambaran remaja putri dalam melakukan personal hygiene selama
menstruasi di Madrasah Man 2 Model Makassar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.
1.

TINJAUAN TEORI

Remaja
a. Pengertian
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata
bendanaya, adolescencia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh
menjadi dewasa. Istilah adolescence seperti yang digunakan saan ini mempunyai
arti lebih luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik.
Pandangan ini diungkapkan oleh piaget (1999) dengan mengatakan secara
psikologis masa remaja adalah usia dimana individu dapat berintegrasi dengan
masyarakat dewasa, dimana usia anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang
yang lebih tua, melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya
dalam masalah hak intergasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak
aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan puber, termasuk juga perubahan
intelektual yang mecolok transformasi intelektual yang khas dari cara berfikir
remaja ini memungkinkan untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang
dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode
perkembangan ini. Awal masa remaja berlangsung kira-kira umur 13-18 tahun dan
akhir masa remaja bermula dari usia 16 atau 18 tahun yaitu usia matang secara
hukum. Dengan demikian akhir masa remaja merupakan periode yang sangat
singkat (Hurlock, 2002).
Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan
hanya arti psikologis, tetapi juga fisik. Bahkan, perubahan-perubahan fisik yang

terjadi itulah yang merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja.


Sementara itu, perubahan-perubahn psikologis muncul antara lain sebagai akibat
dari perubahan-perubahan fisik itu. Pada anak perempuan dikatakan remaja
biasanya ditandai dengan mulai berfungsinya alat-alat reproduksi yaitu menstruasi
(Sarwono, 2006).
Menurut WHO dalam Sarwono (2005), remaja adalah suatu masa ketika :
1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tanda-tanda
seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
2) Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identitifikasi dari
kanak-kanak menjadi dewasa.
3) Terjadi peralihan dari ketrgantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada yang
relatif lebih mandiri.
WHO dalam Sarwono (2005), membagi kurun usia remaja tersebut dalam
dua bagian yaitu:
1) masa remaja awal antara usia 10-14 tahun
2) masa remaja akhir antara usia 15-20 tahun
b. Karakteristik Remaja
Karakteristik remaja menurut Hurlock (2002) dibagi menjadi tiga yaitu:
1) Masa Remaja sebagai Periode yang penting
Kendatipun semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting,
namun kadar pentingnya berbeda-beda. Ada beberapa periode lainya, Pada
periode remaja,

akibat langsung maupun akibat jangka panjang tetaplah

penting, ada periode yang penting karena akibat fisik dan ada pula akibat
psikologisnya. Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai cepatnya
perkembangan mental yang cepat, terutama pada awal masa remaja. Semua

perkembangan itu menimbulkan pengaruh yang sangat besar untuk masa


depannya.
2) Masa remaja sebagai periode peralihan
Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang
telah terjadi sebelumnya, melainkan lebih-lebih sebuah peralihan dari suatu
tahap perkembangan ketahap berikutnya. Dalam setiap periode peralihan,
status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang akan
dilakukan. Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan
orang dewasa. Status remaja yang tidak jelas ini juga menguntungkan karena
status memberi waktu kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda
dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya.
3) Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja
sejajar dengan tingkat perubahan fisik.

2. Menstruasi/Haid
a.

Haid sebagai bagian siklus reproduksi


Menstruasi (haid) adalah pengeluaran darah dari alat kandungan yang
terjadi secara siklik setiap bulan secara teratur pada wanita dewasa dan sehat
(Wikjosastro, 2006).
Menstruasi mulai terjadi pada usia sekitar 10-15 tahun yang disebut
menarche (menstrusi pertama), pengaruh hormon FSH (Folikel Stimulating
Hormon) kedua indung telur memilih satu sel telur untuk di matangkan. Sel telur
yang matang ini dilapisi selaput yang sangat tipis, kemudian sel ini akan mendekat
permukaan dinding telur, selaput pembungkusnya pecah dan sel telur keluar.

Peristiwa ini disebut ovulasi. Sel telur yang bebas ini menuju rahim dan lebih
kurang dalam seminggu sampai di rahim (Mochtar, 2003).
Sebelum ovulasi terjadi, dinding rahim menebal dan jaringan pembuluh
darahnya bertambah, hal ini dimaksudkan untuk mempersiapkan makanan bagi
calon bayi, bila tidak terjadi pembuahan persiapan ini tidak terpakai dan dinding
rahim menebal itu akan lepas dan keluar sebagai menstruasi. Hal ini akan
berulang setiap bulan, yang selanjutnya disebut sebagai siklus atau daur
menstruasi. Satu siklus dihitung dari hari pertama menstruasi sampai menstruasi
berikutnya (Wikjosastro, 2006).
b.

Fisiologi Menstruasi
Pada siklus haid FSH (Folicle Stimulating Hormone) dikeluarkan oleh
hormon anterior hipofise sehingga beberapa folikel primer berkembang menjadi
folikel de graaf yang membuat estrogen mengeluarkan hormon gonadtropin yang
kedua yaitu LH (Luteonizing Hormone) yang disalurkan dari hipotalamus ke
hipofisis. Proses ini dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap
hipotalamus (Hamilton, 1999).
Bila penyaluran normal dan berjalan baik, maka produksi gonadotropin
akan baik pula sehingga folikel de Graaf makin lama menjadi matang dan makin
banyak Liquor Folikel yang mengandung estrogen. Estrogen berpengaruh
terhadap endometrium sehingga endometrium tumbuh atau masa proliferasi
(Wikjosastro, 2006).
Dibawah pengaruh LH folikel de graaf menjadi makin matang mendekati
permukaan ovarium kemudian terjadilah ovulasi. Pada ovulasi kadang-kadang
terdapat perdarahan sedikit yang akan merangsang peritonium pelvis sehingga

timbul rasa sakit yang disebut intermenstruasi pain (Mittle Schmerz) dan
perdarahan sedikit di vagina (Wikjosastro, 2006).
Setelah ovulasi terjadi dibentuklah korpus rubrum (badan merah) yang
akan menjadi korpus luteum (badan kuning) dibawah pengaruh hormon
gonadotropin LH dan LTH (Luteotrophic Hormone). Korpus luteum menghasilkan
progesteron yang menyebabkan endometrium bersekresi dan kelenjarnya
berlekuk-lekuk (masa-sekresi) (Mochtar, 2003). Bila tidak ada pembuahan korpus
luteum bergenerasi sehingga kadar estrogen dan progesteron menurun. Menurunya
kadar estrogen dan progesteron menimbulkan efek pada arteri yang berlekuklekuk di endometrium, sehingga mengakibatkan pengerutan lapisan fungsional
endometrium. Vasokonstriksi arteri spiralis (coiled artery) terjadi 4-24 jam
sebelum menstruasi dengan akibat luar/ atas endometrium mengalami atropi dan
mengkerut. Tampak dilatasi dan statis dengan hipermia yang diikuti oleh spasme
dan iskemia. Sesudah itu terjadi degenerasi serta perdarahan dan pelepasan
endometrium yang nekrotik yang disebut haid atau menstruasi. Bila mana ada
pembuahan dalam masa ovulasi maka korpus luteum tersebut dipertahankan
bahkan berkembang menjadi korpus luteum gravidatum (William, 2000).

c.

Fase-fase dalam siklus menstruasi


Menurut Prawiriharjo (2006) dalam fase siklus menstruasi terdapat empat
macam fase yang dikenal diantaranya:
1) Fase Proliferasi
Pada fase ini berlangsung dari hari kelima sampai hari keempat belas dari haid
pertama mendapat menstruasi.

2) Fase Sekresi
Pada fase ini berlangsung hari ke 14-28.
3) Fase Pre Menstruasi
Pada fase ini berlangsung kurang lebih 2-3 hari sebelum menstruasi.
4) Fase Menstruasi
d.

Gangguan Menstruasi
Dalam kondisi normal, menstruasi tidak menyebabkan gangguan yang
cukup berarti. Namun pada sebagian wanita, menstruasi terkadang dapat
mengganggu aktivitas sehari-hari, bahkan menjadi sangat menyiksa karena rasa
sakit yang luar biasa (dymenorrhea). Rasa nyeri yang timbul selama menstruasi
dapat disebabkan oleh berbagai faktor di antaranya faktor ketidakseimbangan
hormon, yaitu terjadinya peningkatan sekresi hormon prostaglandin yang dapat
menyebabkan kontraksi uterus yang berlebihan. Menstruasi yang tidak teratur
dapat disebabkan karena adanya gangguan hormon ataupun faktor psikis, seperti
stress, depresi, dan lain-lain yang dapat mempengaruhi kerja hormon
(Wikjosastro, 2006).
Gejala-gejala dari gangguan menstruasi dapat berupa payudara yang
melunak, puting susu yang nyeri, bengkak, dan mudah tersinggung. Beberapa
wanita mengalami gangguan yang cukup berat seperti keram yang disebabkan
oleh kontraksi otot-otot halus rahim, sakit kepala, sakit pada bagian tengah perut,
gelisah, letih, hidung tersumbat, dan ingin menangis. Dalam bentuk yang paling
berat, sering melibatkan depresi dan kemarahan, kondisi ini dikenal sebagai gejala
datang bulan atau pramenstruasi, dan mungkin membutuhkan penanganan medis
(Wikjosastro, 2006).

Menurut Wikjosastro (2006) gangguan dan kelainan menstruasi sendiri


ada bermacam- macam antara lain:
1) Nyeri haid (dismenerrohea)
Pada saat menstruasi, cewek kadang mengalami nyeri. Sifat dan derajat
rasa nyeri ini bervariasi. Mulai dari yang ringan sampai yang berat. Untuk
yang berat, lazim disebut dismenorrhea. Keadaan nyeri yang hebat itu dapat
mengganggu aktivitas sehari-hari.
Nyeri haid ada dua macam:
a) Nyeri haid primer
Timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya
waktu. Tepatnya saat lebih stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi
rahim setelah menikah dan melahirkan. Nyeri haid ini normal, namun
dapat berlebihan bila dipengaruhi oleh faktor psikis dan fisik, seperti
stress, shock, penyempitan pembuluh darah, penyakit yang menahun,
kurang darah, dan kondisi tubuh yang menurun. Gejala ini tidak
membahayakan kesehatan.
b) Nyeri haid sekunder
Biasanya baru muncul kemudian, yaitu jika ada penyakit atau
kelainan yang menetap seperti infeksi rahim, kista/polip, tumor sekitar
kandungan, kelainan kedudukan rahim yang dapat mengganggu organ dan
jaringan di sekitarnya.

2) Amenorhoe atau tidak mendapatkan haid


Ada beberapa hal yang dapat menjadi penyebabnya:
a)

Hymen imperforata, yaitu selaput dara tidak berlubang. Sehingga darah


menstruasi terhambat untuk keluar. Biasanya keadaan ini diketahui bila
wanita sudah waktunya menstruasi tetapi belum mendapatkannya. Dia
mengeluh sakit perut setiap bulan. Untuk mengatasi hal ini biasanya
dioperasi untuk melubangi selaput daranya.

b) Menstruasi anovulatoire, yaitu rangsangan hormon-hormon yang tidak


mencukupi untuk membentuk lapisan dinding rahim, hingga tidak terjadi
haid atau hanya sedikit. Kurangnya rangsangan hormon ini menyebabkan
endometrium tidak terbentuk dan keadaan ini menyebabkan wanita tidak
mengalami masa subur karena sel telur tidak terbentuk. Pengobatannya
dengan terapi hormon.

3. Personal Hygiene
Hygiene adalah ilmu yang berkenaan dengan masalah kesehatan dan
berbagai usaha untuk mempertahankan atau memperbaiki kesehatan (Manuaba,
2002).
Menurut Patricia (2005) personal hygiene sama dengan peningkatan
kesehatan. Dengan implementasi tindakan hygiene yang dapat dilakukan saat
menstruasi. Sikap seseorang dalam melakukan personal hygiene dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang meliputi: citra tubuh, praktek sosial, status sosioekonomi,
pengetahuan, variable kebudayaan, pilihan probadi, kondisi fisik.

Perawatan pada saat menstruasi merupakan komponen hygiene


perorangan yang memegang peranan penting dalam status perilaku kesehatan
seseorang, termasuk menghindari adanaya gangguan pada fungsi alat reproduksi.
Pada saat menstruasi pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terinfeksi. Oleh
karena itu kebersihan alat kelamin harus lebih dijaga karena kuman mudah sekali
masuk dan dapat menimbulkan Infeksi Saluran Reproduksi (Manuaba, 1999).

Tujuan dari perawatan selama menstruasi adalah untuk pemeliharaan


kebersihan dan kesehatan individu yang dilakukan selama masa menstruasi
sehingga mendapakan kesejahteraan fisik dan psikis serta dapat meningkatkan
derajat kesehatan seseorang (Patricia, 2005).
Menurut Patricia (2005) perawatan personal Hygiene meliputi:
a.

Perawatan Kulit dan Wajah.


Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi sebagai pelindung,
sekresi, eksresi, pengaturan temperatur, dan sensasi. Kuilit memiliki tiga
lapisan utama yaitu: epidermis, dermis dan subkutan. Kulit berfungsi sebagai
pertukaran oksigen, nutrisi dan cairan dengan pembuluh darah yang berada
dibawahnya, mensitesa sel baru dan mengeliminasi sel mati. Kulit sering kali
merefleksikan perubahan pada warna, ketebalan, tekstur, turgor, temperatur
dan hidarasi (Patricia, 2005).
Kesehatan dan kencantikan dapat tercemin dari kulit, terutama kulit
wajah kulit yang bersih dan sehat akan membuat penampilan lebih segar. Oleh
karena itu perawatan kulit dan wajah selama menstruasi sangatlah penting
untuk dilakukan. Perawatan kulit dan wajah selama mentruasi mempunyai
fungsi penting yaitu : melindungi jaringan tubuh yang ada dibawah kulit,

mengatur suhu tubuh karena pada saat mentruasi kelenjar keringat akan
meningkat, menghilangkan kotoran karena keringat (Patricia, 2005).
Menurut Siswono (2001), perawatan vagina pada saat menstruasi
memiliki beberapa manfaat, antara lain :
a) Menjaga vagina dan daerah sekitarnya tetap bersih dan nyaman
b) Mencegah munculnya keputihan, bau tak sedap dan gatal-gatal
c) Menjaga agar Ph vagina tetap normal (3,5 4,5)
Menurut Siswono (2001), tujuan perawatan selama menstruasi pada
alat reproduksi eksternal adalah sebagai berikut :
a) Menjaga kesehatan dan kebersihan vagina.
b)

Membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada di sekitar vulva di


luar vagina.

c)

Mempertahankan Ph derajat keasaman vagina normal, yaitu 3,5 sampai


4,5.

d) Mencegah rangsangan tumbuhnya jamur, bakteri, protozoa.


e) Mencegah munculnya keputihan dan virus.
b. Kebersihan Pakaian Sehari-hari
Mengganti pakaian setiap hari sangatlah penting terutama pakaian
dalam, gunakan pakaian dalam yang kering dan menyerap keringat karena
pakaian dalam yang basah akan mempermudah tumbuhnya jamur. Pakaian

dalam yang telah terkena darah sebaiknya direndam terlebih dahulu dan
setelah kering disetrika. Pemakaian celana yang terlalu ketat sebaiknya
dihindari, karena hal ini menyebabkan kulit susah bernafas dan akhirnya bisa
menyebabkan daerah kewanitaan menjadi lembab dan teriritasi (Varney,
2007).
Untuk pemilihan bahan, sebaiknya gunakan bahan yang nyaman dan
menyerap keringat, seperti misalnya katun. Ukuran celana dalam juga perlu
jadi pertimbangan. Jangan pilih celana dalam yang terlalu ketat karena selain
gerah juga menyebabkan peredaran darah tidak lancar. Celana dalam memilih
yang ukurannya sesuai. Pemakaian pantyliner setiap hari secara terus menerus
juga tidak dianjurkan. Pantyliner sebaiknya hanya digunakan pada saat
keputihan banyak saja, dan sebaiknya jangan memilih pantyliner yang
berparfum karena dapat menimbulkan iritasi kulit (Varney, 2007).

c. Penggunaan Pembalut
Pada saat menstruasi, pembuluh darah dalam rahim sangat mudah
terinfeksi, oleh karena itu kebersihan alat kelamin harus lebih dijaga karena
kuman mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan penyakit pada saluran
reproduksi. Pilihlah pembalut yang daya serapnya tinggi, sehingga tetap
merasa nyaman selama menggunakannya. Sebaiknya pilih pembalut yang
tidak mengandung gel, sebab gel dalam pembalut kebanyakan dapat
menyebabkan iritasi dan menyebabkan timbulnya rasa gatal (Varney, 2007).
Pembalut selama menstruasi harus diganti secara teratur 4-5 kali atau
setiap setelah mandi dan buang air kecil. Penggantian pembalut yang tepat

adalah apabila di permukaan pembalut telah ada gumpalan darah. Alasannya


ialah karena gumpalan darah yang terdapat di permukaan pembalut tersebut
merupakan tempat yang sangat baik untuk perkembangan jamur. Jika
menggunakan pembalut sekali pakai sebaiknya dibersihkan dulu sebelum
dibungkus lalu dibuang ke tempat sampah. Untuk pembalut lainnya sebaiknya
direndam memakai sabun di tempat tertutup sebelum dicuci (Varney, 2007).

Pembalut biasanya memiliki 3 ukuran: pantyliner, regular dan super.


Gunakan ukuran yang lebih besar jika menstruasi masih banyak atau saat tidur
di malam hari. Pembalut mudah dipakai karena hanya dengan melekatkan
pada celana dalam. Perekat di bawah pembalut akan menjaga pembalut tetap
di tempatnya. Beberapa pembalut memiliki sayap di kedua sisinya untuk
mencegah darah merembes ke celana dalam (Pujiastuti, 2003).
Menurut Pujiastuti (2003), kesalahan yang sering dilakukan saat
pemakaian pembalut:
a) Membuka dan memasang pembalut tanpa mencuci tangan terlebih
b) Menyimpan Pembalut ditempat lembeb seperti kamar mandi.
c) Menggunakan pembalut yang telah kadarluarsa.
d) Pemilihan pembalut tanpa mempertimbangkan kualitas pembalut.
e) Memakai pembalut yang mengandung bahan penghilang bau.
f) Pakai pembalut yang terlalu lama.

B.

LANDASAN TEORI

dahulu.

Berdasarkan tinjauan teori di atas maka dapat digambarkan kerangka teori


sebagai berikut:
Behaviour
Perawatan Kulit dan Wajah.
Kebersihan Rambut.
Kebersihan Tubuh.
Kebersihan Pakaian Sehari-hari.
Penggunaan Pembalut.

Health
Menstruasi

Quality Of Life
Personal Hygiene

Environtment
Remaja

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Buku Perilaku Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Sumber : Teori Precede-Proceed menurut Hadi dalam buku Notoatmodjo (2005).

C.

KERANGKA KONSEP
Berdasarkan kerangka teori di atas dapat dibuat kerangka konsep sebagai berikut :

Perawatan Kulit dan


Wajah.
Gambaran Remaja

Kebersihan Rambut.

Putri dalam melakukan


personal hygiene

Kebersihan Tubuh dan

selama menstruasi

organ genital.

Kurang
Cukup
Baik
Kurang
Cukup
Baik
Kurang
Cukup
Baik

Kebersihan Pakaian Sehari-hari. Kurang

Cukup
Baik
Penggunaan Pembalut.

Kurang
Cukup
Baik

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

D.

PERTANYAAN PENELITI
Berdasarkan teori yang diuraikan di atas maka dapat dibuat pertanyaan sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah gambaran remaja putri dalam melakukan perawatan kulit wajah
selama menstruasi di Madrasah Man 2 Model Makassar?
2. Bagaimanakah gambaran remaja putri dalam melakukan kebersihan rambut selama
menstruasi di Madrasah Man 2 Model Makassar?

3. Bagaimanakah gambaran remaja putri dalam melakukan kebersihan tubuh dan organ
genitalia selama menstruasi di Madrasah Man 2 Model Makassar?
4. Bagaimanakah gambaran remaja putri dalam melakukan kebersihan pakaian selama
menstruasi di Madrasah Man 2 Model Makassar?
5. Bagaimanakah gambaran remaja putri dalam penggunaan pembalut selama menstruasi
di Madrasah Man 2 Model Makassar?

27

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif eksploratif
yaitu penelitian yang dilakukan terhadap suatu variabel tanpa membuat perbandingan atau
menghubungkan dengan variable lain. Tujuannya untuk menggambarkan keadaan atau
status fenomena tertentu (Arikunto, 2006).
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2007). Dalam penelitian ini
populasi adalah semua siswi Madrasah Man 2 Model Makassar yaitu kelas VII, VIII
dan IX yang sudah mengalami menstruasi, berjumlah 60 siswi.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006).
Sampel yang ditentukan sebagai subjek penelitian ini adalah semua siswi putri yang
sudah atau sedang mengalami menstruasi di Madrasah Man 2 Model Makassar.
Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling, dimana semua siswi yang
sudah mengalami menstruasi diambil sebagai responden yaitu 60 siswi. Teknik
pengambilan sempel tersebut mengacu pada kriteria inklusi dan eksklusi, sebagai
berikut:

a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi subjek peneliti mewakili sampel penelitian yang memenuhi
syarat sampel sebagai sampel (Nursalam, 2003).
Inklusi:
1). Remaja putri yang sudah menstruasi.
2). Besedia menjadi responden
b. Kriteria eksklusi
Kriteria dimana subjek penelitian tidak mewakili sampel peneliti karena
tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian (Nursalam, 2003).
Eksklusi:
1)

Siswi yang tidak hadir saat penelitian

2)

Siswi yang sedang sakit di sekolah

C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Man 2 Model Makassar selama 1 hari
yaitu pada tanggal 17 Mei 2016. Lokasi Madrasah Man 2 Model Makassar, terletak di
desa jauh dari sumber informasi yang mendukung seperti toko buku, internet, serta sarana
perpustakaan belum menyediakan buku tentang kesehatan reproduksi khususnya masalah
menstruasi yang memungkinkan para siswa mengalami kesulitan memperoleh informasi.

D. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek peneliti, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu peneliti
(Arikunto, 2006). Dalam Penelitian ini variabelnya adalah gambaran remaja putri dalam
melakukan personal hygiene selama menstruasi di Madrasah Man 2 Model Makassar.

E. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel

Definisi
Operasional
Gambaran Adalah
Remaja
gambaran
Putri
remaja putri
dalam
dalam
melakukan melakukan
personal
perawatan kulit
hygiene
dan wajah,
selama
kebersihan
menstruasi rambut,
kebersihan
tubuh dan
organ genital,
kebersihan
pakaian seharihari, serta
penggunaan
pembalut
selama
menstruasi.

Alat Ukur
Kuesioner
sebanyak 30
pertanyaan
dengan
pilihan
jawaban
selalu,
kadangkadang, tidak
pernah. Bila
jawaban
selalu diberi
nilai 2, nilai
kadangkadang 1,
nilai tidak
pernah 0.

Kategori
Skor : >75%:
Baik.
Skor: 50%75%: Cukup.
Skor: <50%:
Kurang.

Skala
Ordina
l

F. Instrumen Penelitian
Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Alat ini digunakan untuk
memperoleh informasi dari subjek yang diteliti. Keuntungan dari kuesioner adalah
menyingkat waktu sehingga memudahkan peneliti. Kelemahan kuesioner adalah bahasa
yang digunakan tidak mudah dimengerti dan adanya pertanyaan yang membingungkan.
Adanya kelemahan kuesioner ini, memungkinkan responden memberikan jawaban yang
tidak sesuai harapan (Arikunto, 2006). Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner,
dengan jumlah soal sebanyak 27 soal tentang gambaran personal hygiene selama
menstruasi. Yang terdiri dari 1-5 soal tentang perawatan kulit dan wajah, 6-10 soal
tentang kebersihan rambut, 11-16 soal tentang kebersihan tubuh dan organ genital, 17-21
soal tentang kebersihan pakaian sehari-hari, dan 22-27 soal tentang penggunaan
pembalut selama menstruasi.

Pertanyaan gambaran personal hygiene selama menstruasi, mempunyai ketentuan


jawaban selalu (S) diberi nilai 2, jawaban kadang-kadang (KD) diberi nilai 1, jawaban
tidak pernah (TP) diberi nilai 0. Prosentase Baik > 75%, cukup 50%-75%, Kurang <
50%. Kisi-kisi pertanyaan kuesioner, dapat dilihat pada tabel berikut ini :

No
1.
2.
3.
4.
5.

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner dengan Variabel Gambaran Personal Hygiene


Selama Menstruasi.
Aspek
No soal
Jumlah soal
Perawatan Kulit dan Wajah
1, 2, 3, 4, 5,
5
Kebersihan Rambut
6,7, , 8, 9, 10,
5
Kebersihan Tubuh dan organ 11,12,13, 14, 15,
6
genital
16,
Kebersihan Pakaian Sehari-hari
17,18,19, 20, 21,
5
Penggunaan Pembalut
22,23,24,25,26,27,
6
Total
27

G. Teknik Pengumpulan Data


1. Jenis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dalah data primer yang diperoleh
dari responden langsung. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan
penjelasan terlebih dahulu pada responden tentang tujuan penelitian dan penjelasan
singkat mengenai kuesioner. Pengisian kuesioner dilakukan oleh reponden dengan
menggunakan kuesioner.
2. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini alat pengumpulan data yang digunakan adalah
kuesioner. Kuesioner diartikan sebagai daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan
baik, dimana responden dan interviewer tinggal memberi jawaban dengan memberi
tanda-tanda (Notoatmojo, 2002). Bentuk Pertanyaan dalam kuesioner pada penelitian
ini adalah pertanyaan tertutup. Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang dibuat
sedemikian rupa sehingga responden dibatasi dalam memberikan jawaban (Nazir,
2005). Pertanyaan tertutup ini harus dijawab atau diisi oleh responden siswa putri

dengan memilih salah satu jawaban dengan ketentuan untuk jawaban selalu dinilai
dua, jawaban kadang-kadang diberi nilai satu, dan jawaban tidak pernah diberi nilai
nol.

H. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas


1. Uji Validitas
Uji validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip
keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus mengukur apa yang
seharusnya diukur. Dimana uji validitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan
rumus product moment yaitu dengan jalan mengkorelasikan nilai masing-masing butir
yang diperoleh responden dengan jumlah total nilai yang diperoleh oleh satu
responden (Arikunto, 2006).
Rumus:

Keterangan :
: koefisien korelasi
: jumlah subjek
: jumlah perkalian skor item dengan skor total item
: jumlah skor tiap item
: jumlah skor total item
: jumlah skor item kuadrat
: jumlah skor total skala kuadrat

Dengan tingkat keyakinan 95%, maka bila:


r > r tabel, berarti item tersebut dinyatakan diterima (valid)
r < tabel, berarti item tersebut dinyatakan tidak diterima (invalid)
Hasil uji validitas didapatkan butir kuesioner yang valid. Sedangkan
kuesioner yang tidak valid tidak dipakai untuk pengambilan data.
Uji coba instrumen dilakukan pada 30 responden yang berbeda dari subjek
peneliti yaitu di lakukan di MTs Negeri I Kaleng. Instrumen yang digunakan
sebanyak 30 pertanyaan, ternyata terdapat 3 item soal yang gugur yaitu item nomer
6,11 dan 22. Selanjutnya item yang gugur tersebut di buang dengan demikian jumlah
pertanyaan menjadi 27 item.
2. Uji reliabilitas
Uji reabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran dalam waktu pengukuran
yang berlainan. Variabel menunjuk pada keterandalan sesuatu. Reliabel artinya dapat
dipercaya (Arikunto, 2006).
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah alpa (a) cronbach dengan
rumus :

=
Keterangan :
K

: reliabilitas instrument
: banyaknya butir pertanyaan
: jumlah varian butir
: varians total

Dengan ketentuan adalah 0, 7.


Uji reliabilitas kuesioner dilakukan menggunakan bantuan program SPSS, yang
maghasilkan nilai 0,870 dimana nilai tersebut lebih besar dari 0, 7, maka kuesioner

tersebut dinyatakan reliabel.


I. Teknik Analisis Data
1. Pengelolaan data
Menurut Hastono (2006),

setelah data terkumpul melalui angket dan

kuesioner, maka dilakukan tehap pengolahan data yang melalui tahap berikut ini :
a. Editing
Pada tahap ini penulis melakukan penelitian terhadap data yang diperoleh
kemudian diteliti apakah terdapat kekeliruan atau tidak dalam pengisiannya.
b. Coding
Setelah dilakukan editing selanjutnya penulis memberikan kode pada tiaptiap data sehingga memudahkan dalam melakukan analisa data.
c. Tabulasi
Pada tahap ini jawaban responden yang sama dikelompokkan dengan teliti
dan teratur, lalu dihitung, dijumlahkan dan ditulis dalam bentuk tabel.

d. Scoring
Hal ini dilakukan untuk mempermudah menganalisa data dengan
memberikan nilai.
e. Entry data
Setelah dan penelitian diperoleh, peneliti memasukkan program
komputer.
2. Teknik analisis data
Analisis data dilakukan untuk menyederhanakan data dalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan diinterpretasikan. Analisis data menurut Notoatmodjo (2002)
adalah: Analisis univariat yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian
dalam hal ini untuk melihat gambaran remaja putri dalam melakukan personal higiene
selama menstruasi. Analisis data yang digunakan yaitu dengan cara:

a. Menentukan kedudukan prosentasi jawaban dengan kategori menurut Arikunto


(2006) dengan kriteria:
a. Baik

: lebih dari 75%

b. Cukup

: 50-75%

c. Kurang

: < 50%

b. Untuk mengetahui gambaran remaja putri dalam melakukan personal higiene


selama menstruasi maka perlu dilakukan penilaian menggunakan

Rumus :
Keterangan :
P : persentase
f : frekuensi
n : jumlah responden
c. Uji univariat untuk mengetahui distribusi dan frekuensi gambaran remaja putri
dalam melakukan personal hygiene selama menstruasi di Madrasah Mambaul
Ulum 1 Puring yang meliputi: Perawatan Kulit dan Wajah, kebersihan rambut,
kebersihan tubuh, kebersihan pakaian sehari-hari, penggunaan pembalut pada
responden.
J. Etika Penelitian
Menurut Hidayat (2009), penelitian akan dilakukan setelah mendapat
rekomendasi dari institusi pendidikan kemudian mengajukan permohonan ijin kepada
tempat penelitin dengan menekankan masalah prinsip dan etika yang meliputi :
Prisip Manfaat
a. Bebas dari penderita, artinya dalam penelitian ini tidak menggunakan tindakan yang
dapat menyakiti atau membuat responden menderita.

b. Bebas dari eksploitasi, artinya data yang diperoleh tidak digunakan untuk hal-hal
yang merugikan responden.
Prinsip Menghargai Hak
a. Informed Consent
Sebelum dilakukan pengambilan dan penelitian, calon responden diberi
penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian yang dilakukan. Apabila calon
rasponden bersedia untuk diteliti maka calon responden harus menandatangani
lembar persetujuan tersebut, dan jika calon responden menolak untuk diteliti maka
peneliti tidak boleh memaksa dan tetap menghormatinya.
b. Anonymity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan responden dalam pengolahan data penelitian,
peneliti akan menggunakan nomor atau kode responden.
c.Confidientiality (kerahasiaan)
Informasi yang diberikan oleh responden, serta semua data yang terkumpul
dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT Rineka Cipta.

BBKBN,
2002.
Kesehatan
Reproduksi
Remaja.
Terdapat
pada
www.kespro.info/krr/okt/krr 02. htm diakses tanggal 12 Oktober 2009.

http://

Hamillton, S. 1999. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC


Hurlock, E. 2002. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupn.
Jakarta : Erlangga.
Manuaba, Ida Bagus
Jakarta: EGC.

Gde.

1999.

Memahami

Kesehatan

Reproduksi

Wanita.

,1999. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana untuk


Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Mochtar. 2003. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.
Nazir, Muh. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta
, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta
, S. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka
Cipta.
Nugroho. 2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.
Nursalam. 2003. Kumpulan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Patricia, A. 2003. Buku Ajar Fundamental Keperawatan CONSEP Edisi 4. Jakarta: EGC.
Pujiastuti, S. 2003. Kebersihan Diri. Yakarta: EGC.
Sarwono. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta : PT Rajagrafido Persada.
, 2001. Kebersihan Tubuh . Jakarta : CV Sagung Seto.
Soetjiningsih. 2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta : CV Sagung Seto.
Sugiyono, 2007. Statistika untuk penelitian. Bandung : Alvabeta.
Syarif. 2007. Kebersihan Diri. Jakarta : EGC.
Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuahn Kebidanan Volume 2. Jakarta : EGC.
Wiknjosastro, 2006. Ilmu Kandungan. Jakarta : YBPSP
William, S. 2000. Obstetri Lillam. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai