Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PERSONALITY DEVELOPMEN

STUDI KASUS ABNORMALITAS DAN TRITMEN


Di Tulis Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Personality
Developmen
Dosen Pengampu: Zuyina Luk Lukaningsih, S.Psi

Disusun Oleh:
1.
2.
3.
4.

Mujiburrahman
Yohanis ferdinandus
Indra Wijayanto
Muh.
Robi
Firman
Sidik

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBAL YOGYAKARTA
2016/2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya sehingga laporan ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa
kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya, dan harapan kami semoga laporan
ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Kami telah melakukan sebaik yang kami bisa namun karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam laporan ini. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan laporan ini.

Yogyakarta, 15 November
2016

Penyusun Kelompok
4

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Rumusan masalah .......................................................................... 1
B. Tujuan penulisan............................................................................. 1
C. Manfaat penulisan .......................................................................... 1
BAB 2 ISI ........................................................................................................

A. PENGERTIAN ABNORMALITAS..............................................
B. MENGUKUR GANGGUAN PISIKOLOGIS...............................
C. TREATMENT DAN STUDI KASUS............................................

2
2
3

BAB 3 PENUTUP.. .

13

A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................

13
13

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

14

BAB I

PENDAHULUAN
Jelas alamiah kalau ada orang yang menderita sakit. Namun menjadi
kewajiban kita untuk berusaha mencegah terjangkitnya penyakit, kalau
penyakit itubelum diderita. Kita pun yakin bahwa setiap penyakit atau
gangguan pasti ada penyembuh atau obatnya. Demikian juga dalam hal
gangguan kejiwaan. Hal ini perlu diperhatikan, karena ada pendapat
umum bahwa gangguan kejiwaan merupkan takdir yang tidak dapat
disembuhkan.
Di bagian ini akan dikemukakan berbagai keterangan mengenai dua
wacan penting dalam menghadapi masalah perilaku abnormal ini, ialah
masalah

pencegahan

(prevention)

dan

penanggulangan

(treatment,therapy).
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang makalah diatas, maka permasalahan yang
akan dibahas yaitu:
a. Apa yang dimaksud dengan Pencegahan?
b. Mengapa kita harus mempelajari pencegahan primer, sekunder dan
tersier?
c. Bagaimana pengertian dari Penanganan ?
d. Kenapa bagian-bagian dari penanganan harus di pelajari?
2. Tujuan Penulisan
a. Pencegahan dalam lingkup gangguan kejiwaan, menyangkut dua hal ,
yaitu mencari dan membangun.
b. Karena dengan mempelajari pencegahan primer, sekunder dan tersier
kita akan mengetahui langkah pencegahan.
c. Penanganan yaitu memberikan kesembuhan atas gangguan kejiwaan
atau pelurusan atas penyesuaian diri yang salah.
d. Karena didalam bagian-bagian penangan terdapat teori-teori atau
teknik-teknik yang harus dipelajari.
3. Manfaat Penulisan
Manfaatnya bisa berguna jikalau kita mempelajari psikologi abnormal
yang membahas tentang pencegahan atau penanganan dengan sungguhsungguh, dan dapat memberikan informasi tentang bagaimana kita
mencegah atau menanggulangi masalah kejiwaan.

1
BAB II
ISI
A. PENGERTIAN GANGGUAN PISIKOLOGI
Adalah pola atau perilaku yang pada umumnya terkait dengan stress
atau kelainan mental yang tidak dianggap sebagai bagian dari
perkembangan normal manusia . Gangguan tersebut didefinisikan sebagai
kombinasi afektif , perilaku , komponen kognitif , atau persepsi yang
berhubungan dengan fungsi tertentu pada daerah otak atau system saraf
yang menjalankan fungsi social manusia .
B. MENGUKUR GANGGUAN PISIKOLOGIS
PROSES asesmen dan diagnosis klinis sangat penting bagi studi
mengenai pisikopatologi dan mutlak perlu bagi penanganan gangguan
pisikologis. Clinical assessment (asesmen klinis) adalah evaluasi dan
pengukuran sistematik terhadap faktor-faktor pisikologis, biologis, dan
social

pada

diri

seorang

individu

yang

menunjukan

kemungkinan

mengalami gangguan pisikologis.


1. Konsep-Konsep Kunci Asesmen
Asesmen adalah serangkaian proses yang di dalamnya terdapat
aktifitas tes dan evaluasi dalam rangka memperoleh gambaran yang
lengkap mengenai kemampuan dan hambatan belajar yang dimiliki oleh
anak sehingga berdasarkan gamabaran/data itu dapat diambil keputusan
untuk menentukan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhan belajar anak. Sejalan dengan definisi berikut bahwa asesmen
adalah mengumpulkan informasi yang relevan, sabagai bahan

untuk

menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan, dan menerapkan

seluruh proses pembuatan keputusan tersebut, Demikian pula dengan


apa yang dinyatakan oleh McLEan, Wolery, dan Bailey (2004 dalam
Rahardja, Dajdja, 2006:14) bahwa asesmen merupakan istilah umum yang
berhubungan

dengan

proses

pengumpulan

informasi

untuk

tujuan

pengambilan keputusan.
Untuk memahami berbagai cara yang digunakan oleh para klinis
untuk

mengukur

memahami

berbaga

konsep

dasar

macam
yang

masalah
dapat

psikoplogis,
membantu

kita

perlu

menentukan

nilai/kualitas penilaian kita yaitu :


a) Reliabilitas
Adalah seberapa jauh pengukuran itu konsisten.

Salah satu

cara yang di gunakan oleh para pakar pisikologi untu meningkatkan


reliabilitasnya adalah dengan mendisain alat-alat pengukurnya
secara cermat lalu melaksanakan penelitian dengan alat itu untuk
memastikan bahwa dua penilai atau lebih akan mendapatkan
jawaban atau kesimpulan yang sama
b) Validitas
Adalah suatu cara mengukur apa yang sudah di rancang.
Sebagai contoh, jika hasil sebuah tes IQ standar tapi sangat panjang
pada dasarnya sama hasil-hasil tes IQ baru yang lebih singkat maka
anda dapat menyimpulkan bahwa versi sinkat itu memiliki validitas
konkuren
c) Standardisasi
Adalah proses di mana seperangkat satandar atau norma di
tetapkan untuk sebuah teknik untuk membuat penggunaannya
konsisten dalam pengukuran-pengukuran yang berbeda. Standar ini
mungkin berlaku untuk prosedur pengetesan, penskoran, dan
evaluasi data
2. Wawancara Klinis
Wawancara Kelinis, inti kebanyakan pekerjaan kelinis di gunakan
oleh para pisikolog, pisikiater, dan professional kesehatan mental lainnya.
Wawancara itu digunakan untuk mendapat informasi tentang prilaku,
sikap, dan emosi saat ini maupun yang telah lampau, serta riwayat

terperinci tentang kehidupan individu secara umum dan tentang masalah


yang dialaminya .Untuk mengorganisasikan informasi yang di peroleh
selama wawancara, banyak klinisi yang menggunakan mental status
exam (pemeriksaan status kejiwaan) .
C. TREATMENT
1. Penanganan (Intervention)
Istilah intervensi merupakan istilah yang saat ini sangat umum
digunakan orang untuk menunjuk pada berbagai macam tindakan yang
dimaksudkan untuk memberikan kesembuhan atas gangguan kejiwaan
atau pelurusan atas penyesuaian diri yang salah. Intervensi juga
digunakan dalam berbagai istilah lain yang digunakan untuk membantu
orang yang terganggu secara kejiwaan (psychological disorders) atau
memiliki masalah kejiwaan(psychological problems) dalam kehidupan
sehari-harinya.
Dalam literatur lama,intervensi dan lain-lainnya itu lebih dikenal
dengan nama psikoterapi. Istilah psikoterapi ini merupakan istilah paling
awal dalam psikologi, selaras dengan dekatnya psikologi pada kedokteran
yang memliiki teknik terapan terapi. Namun, istilah itu lama kelamaan
ditinggalkan orang, meskipun dalam praktis sehari-hari sangat biasa.
Freud pada awalnya menggunakan istilah psikoterapi ini, namun kemudian
meninggalkannya dan hanya menggunakan psikoanalisis sesuai dengan
nama teori dan penerapan teorinya.
Disamping psikoterapi dan psikoanalisis, juga dikenal nama lain,
yaitu

melatih (coaching), bimbingan(guidance), konseling,

nasihat (advising), perlakuan (treatment), dan

pemberian
pengubahan

perilaku (behavior modification).


Yang dimaksud dengan melatih adalah memberi petunjuk yang
berulang-ulang mengenai apa yang harus dilakukan individual ketika
menghadapi

masalah-masalah

yang

tidak

mampu

ia

tanggulangi.

Bimbingan adalah memberi tahu dan petunjuk serta mendampingi klien


dalam memecahkan masalahnya.

Konseling adalah usaha bantuan yang titik beratnya adalah


menemani
mereflesikan

klien

untuk

masalah

menyelesaikan
klien

sampai

masalah

dengan

timbulnya

cara

pemahaman

emosional (emotional insight) dalam diri individu atas permasalahannya


dan kemampuannya untuk memecahkan masalahnya sendiri.
Pemberian nasihat adalah memberitahukan mengenai keadaan atau
cara yang dapat ditempuh mengenai masalah yang dialami klien.
Perlakuan adalah setiap tindakan yang diberikan seorang ahli kepada
individual dengan maksud untuk menolong individu agar terlepas dari
keadaan terganggu atau terlilit masalah. Pengubahan perilaku adalah
setiap tindakan yang diarahkan pada perilaku yang salah pada seseorang
sehingga ia dapat berfungsi optimal.
Dalam membahas berbagai perlakuan (treatment) untuk perilaku
abnormal, Susan Nolen Hoeksema, mengemukakan tiga pendekatan
perlakuan yang biasa diberikan terhadap mereka yang mengalami
gangguan kejiwaan atau abnormalitas yaitu perlakuan biologis (biological
treatments), terapi-terapi

psikologi (psychological

therapies), dan

pendekatan-pendekatan social (social approaches).


2. Perlakuan Biologis
Perlakuan biologis hampir seluruhnya melibatkan resep-resep obat
untuk gangguan mental, yang pada umumnya dimaksudkan untuk
meredakan

simtom-simtom

psikologis

dengan

cara

memperbaiki

ketidakseimbangan neurotransmitter. Bisa juga obat-obat itu dimaksudkan


mengkompensasikan deficit struktural didalam otak atau akibat dari
abnormalitas genetik. Pada dasarnya, obat-obat yang digunakan untuk
psikopatologi didasari oleh biologi dalam bentuk usaha menentang proses
terjadinya psikopatologi.

a. Obat-obat Antipsikotis
Medikasi antipsikotis menolong meredusir pengalaman-pengalaman
perseptual

yang

tidak

realistis,

keyakinan-keyakinan

yang

tidak

sebenarnya, dan simtom-simtom psikosis lainnya. Permulaan penanganan

dengan

obat

modern

biasanya

ditemukannya kholrpromazin, yang

dipikirkan
saat

ini

berhubungan
biasa

dengan

digunakan

untuk

menangani simtom-simtom psikosis (Valenstein, 1998 dalam Hoeksema,


2004). Gejala psikosis sendiri meliputi kehilangan sentuhan realitas,
halusinasi

(pengalaman

(fantastic,

perseptual

keyakinan

yang

tidak

tidak

nyata).

nyata),

dan

Juga

delusi

diketahui

bahwa khlorpromazin juga dapat menurunkan agitas, eksitasi, konfusi,


dan paranoia pada pasien psikotik. Turunan khlopromazin ini merupakan
suatuneuroleptic, yang menunjukkan bahwa obat ini menekan aktivitas
system syaraf. Di Amerika Serikat, kelompok obat ini dikenal dengan
nama Thorazin. Juga yang berhasil dalam pemasaran,khlorpromazin yang
ditemukan Paul Janssen, butyrophenone.
Obat-obat antipsikotik merupakan penemuan yang dapat mengubah
pandangan psikosis sebagai penyakit yang penderitanya selama-lamanya
harus tinggal di rumah sakit jiwa dan tidak dapat dikendalikan.
b. Obat-obat Antidepresan
Seperti kita ketahui, bahwa obat-obat antidepresan membantu
mengurangi

simtom-simtom

depresi,

seperti

kesedihan,

rendahnya

motivasi, dan gangguan tidur dan makan. Obat-obat ini ditemukan secara
kebetulan seperti juga obat-obat antipsikotik (Valenstein, 1998 dalam
Hoeksema, 2004). Jean Dealy menemukan bahwa isoniazid dan iproniazid
dapat berfungsi sebagai antidepresan ialah obat-obat yan g dapat
menangani simtom-simtomdepresi.
Sebelumnya
inhibitors (MAOls)

telah

dikemukakan

yang

dikenal

dagang Nardil dan Parnate. Obat-obat


keefektifannya
oxisade, sehungga

dengan

cara
mampu

pula monoamine
dengan

ini

telah

menghambat

oxidase
merek

memperlihat

enzim monoamine

meningkatkan

taraf

sejumlah neurotransmitter, seperti neropinefrin.


Obat penenang lainnya antara lain Lithium, yaitu suatu unsur
metalik yang ada di laut, dalam natural springs, dan pada jaringan

binatang atau tumbuhan. Lithium merupakan zat antikonsulvan dan


penghambat saluran kalsium (calcium channel blockers) yang membantu
mengurangi mania.
c. Obat Antikecemasan
Barbiturat dan benzodiazepine membantu mengurangi rasa cemas
dan

insomania

serta

mampu

menekan

system

syaraf

pusat

dan

mengurangi aktivitas berbagai tipe neuron. Obat-obat ini efektif untuk


melahirkan relaksasi dan tidur, juga benar-benar adiktif, namun akan
menyebabkan simtom-simtom ancaman kehidupan, seperti meningkatnya
denyut nadi, delirium, dan konvulsi.
d. Terapi Elektrokonvulsif
ETC

adalah

sati

seri

penanganan

di

mana

serangan

otak

diinduksikan dengan cara pengaliran listrik melalui otak pasien. Sebelum


dilakukan, pasien diberi anestesi dan ototnya direlaskan aga tidak cidera.
e. Psikosurgeri (Psychosureary)
Pada masa prehistori, para ahli masa itu melakukan apa yang
disebut therahining untuk

menangani

penderita

gangguan

mental.

Therapining ini adalah semacam bedah otak. Pada masyarakat modern,


usaha ini akhirnya dikembangkan oleh neurolog Portugis, Asntonio de
Egas Moniz pada tahun 1935. Dalam hal ini bagian depan otak, frontal
lobus, menderita dari pusat bagian bawah otak pada pendeita psikosis.
Prosedur

ini

akhirnya

berkembang

menjadi

prosedur

yang

disebut prefrontal lobotomy.


3. Terapi-terapi Psikologis
Yang paling terkenal psikodinamika yang memusatkan perhatian pada
usaha membuka dan menyelesaikan konflik-konflik yang tidak disadari.
Teori psikodinamik menolong klien mendapatkan pemahaman kedalam
motif dan konflik-konflik tak sadar, melalui analisis asosiasi bebas,
resistensi-resistensi, impian-impian dan transferensi.

Terapi humanistik menolong klien mengeksplorasi nilai-nilai dan


potensial-potensial pribadinya sendiri dan memuaskan potensialnya lebih
lengkap dengan mempersiapkan relasi yang lebih hangat dan suportif.
Terapi-terapi perilaku berusaha untuk membentuk kembali perilaku
maladaptif orang. Terapi ini menolong klien menghilangkan perilakuperilaku yang tidak dikehendaki atau mengajari klien perilaku yang baru
dan

lebih

dikehendaki

dengan

teknik-teknik

seperti

desensitisasi

sistematis atau pembentukan respons.


Terapi kognitif berusaha untuk mengubah cara berpikir maladaptif
seseorang dengan menantang pemikiran-pemikiran irasional dan belajar
keterampilan baru.
a. Terapi-terapi Psikodinamis
Terapi ini memusatkan diri pada usaha membuka dan menyelesaikan
konflik-konflik tak sadar yang melahirkan simtom-simtom psikologis.
Tujuannya adalah menolong klien menemukan cara-cara maladaptif yang
telah mereka coba untuk meneyelsaikan sumber-sumber konflik tak sadar
mereka. Pemahaman ini membebaskan klien dari cengkraman masa lalu
dan memberi mereka pemahaman agensi dalam membuat perubahan di
masa kini (Vakoch & Strupp, 2000). Tujuan ini adalah membantu klien
mengintegrasikan aspek-aspek kepribadian mereka yang telah retak atau
menolak ke dalam pemahaman diri yang utuh.
Transferensi klien terhadap terapis adalah juga kunci terhadap
konflik dan kebutuhan tak sadar. Transferensi terjadi jika berkaitan dengan
seseorang yang penting dalam perkembangan awal klien, seperti ayah
dan bundanya. Misalnya, klien menemukan dirinya bereaksi terhadap
kemarahan atau ketakutakan yang sangat mendalam jika seorang terapis
hanya beberapa menit setelah perjanjian, dan hali ini dapat menjadi dasar
secara emosional ditinggalkan orang tua saat kecil. Terapis dapat
menunjuk cara-cara klien berperilaku yang menampilkan trasferensi dan
kemungkinan klien mengeksplorasi akar perilakunya dalam relasinya
dengan orang penting lain.

Berikut ini sebuah contoh yang dikutip dari Hoeksema,


2004 :
Terapis : Tiap saat saya memperhatikan dan berkomentar bahwa anda
mengerjakan dengan baik dalam bekerja anda menjadi menangis dan
berteriak.
Klien : (Menangis) Saya rasa saya akan ditolak. Ayah tidak pernah
demikian. Saya ingin selendang dalam suatu pertandingan dan ia hanya
dapat berkata kompetesi tidak terlalu besar. Ayah berlaku restriksi
terhadap ibu. Bahkan ibu telah membatasi khazanah kata untuk ayah.
Terapi : Saya menegrti, jadi anda merasa bahwa anda memiiki alas analasan lama yang well-established untuk merasa demikian juga pada
saya.
Strategi utama dalam mencapai tujuan ini adalah menggunakan
refleksi. Refleksi merupakan metode dalam memberikan respons di mana
terapis mengekspresikan usaha untuk memahami apa yang sedang
dihayati klien dan mencoba untuk berkomunikasi (Bohart, 1995). Terapis
tidal berusaha untuk menafsirkan aspek-aspek tak sadar pengalaman
klien. Mereka lebih mencoba untuk mengkomunikasikan, memahami klien
dan

secara

eksplisit

meminta

umpan

balik

dari

klien

mengenai

pemahamannya.
Contoh :
Klien

: Saya merasa begitu kehilangan dalam karir. Setiap waktu

tampaknya makin sempit untuk melakukan sesuatu yang benar-benar


kreatif, yang dapat membawa ke promosi, saya bagaimanapun mengelola
untuk mendongkraknya. Saya tidak pernah merasa seperti saya sungguhsungguh menggunakan potensi saya. Ada hambatan disana.
Refleksi

: Itu

benar-benar

frustasi

untuk

mengangkat

dan

membunuh peluang anda dan terasa seperti suatu dalam diri anda yang
terjadi dari waktu ke waktu.

Interprestasi psikodinamika: tampaknya tiap waktu anda makin dapat


sukses yang menyabot diri anda secara tidak sadar. Barangkali sukses
berarti sesuatu terhadap anda yang troublingatau tidak menyenangkan
dan anda tidak waspada mengenai apa itu.
afsiran ini bisa jadi benar, terapi tetapis client-centered akan melihatnya
tidak selaras, karena hal itu membawa kepada klien perhatian sesuatu
yang tidak berjalan terus dalam kesadaran klien.
b. Terapi Perilaku
Terapi perilaku merupakan terapi yang sangat bertentangan dengan
terapi psikodinamik maupun humanistik. Kalau terapi psikodinamik
memusatkan perhatian pada konflik-konflik yang tidak disadari dan
masalah relasional yang berkembang selama masa anak-anak , dan terapi
humanistic memfokuskan diri pada upaya untuk memnbantu klien
menemukan inner

self, terapi-terapi

perilaku

hanya

memusatkan

perhatiannya pada perubahan perilaku-perilaku spesifik orang pada hari


yang sama.

1) Teknik untuk Menghilangkan Perilaku yang tidak Diinginkan


Pertama-tama

adalah

terapi

disensitisasi

sistematis (Sistematic

Desernsitization Therapy)didasarkan pada two-factor model dari Mowrer


(1939),

yang

mengajukan

bahwa

orang

mengembangkan

respons

ketakutan dan kecemasan terhadap rangsangan yang semula netral,


melalui pengkondisian klasik. Selanjutnya, melalui pengkodisian operan,
mereka

mengembangkan

menghindari trigger untuk

perilaku-perilaku
kecemasan

yang

tersebut.

dirancang

Merupakan

untuk
metode

gradual untuk menghilangkan respons-respons kecemasan terhadap


stimuli dan perilaku maladaptif yang sering mengiringi rasa cemas.
Dalam desensitisasi sistematis, orang pertama-tama mengembangkan
suatu hirarki stimulus yang ditakutkan, berjarak dari stimulus yang akan
membuatnya hanya membangkitkan kecemasan yang ringan menjadi

stimuli yang membangkitkan kecemasan yang kuat atau panik. Seorang


yang memiliki fobia terhadap ular mungkin memperlihatkan urutan
berikut:
a) Mendengar kata ular.
b) Membayangkan seekor ular dalam kontainer tertutup pada jarak
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
l)

yang jauh.
Membayangkan ular dalam kontainer terbuka pada jarak jauh.
Membayangkan ular dalam kontainer tertutup pada jarak dekat.
Melihat gambar ular.
Menonton film atau video tentang ular.
Melihat ular dalam kontainer pada ruangan yang sama.
Melihat ular di luar kontiner dalam ruangan yang sama.
Memperhatikan seseorang memegang ular.
Menyentuh ular.
Memegang ular.
Bermain dengan ular.
Kemudian terapis akan membantu klien mengikuti prosedur melalui

hirarki ini, mulai dari taraf yang paling tidak menakutkan. Penderita
mendapat intruksi untuk membayangkan stimulus yang menakutkan itu
untuk beberapa saat. Kemudian kalau ia merasa takut, dilakukan
relaksasi. Setelah relaks, diteruskan dengan taraf yang makin lebih
menakutkan.
c. Teknik Mempelajari Perilaku yang Dikehendaki
Dapat dipahami kalau dalam berbagai macam terapi,sepertipun dalam
terapi perilaku ini, yang paling banyak dilakukan adalah menghilangkan
perilaku tertentu, karena hal demikianlah yang menyebabkan ia disebut
terganggu. Namun dalam pengertian yang lebih luas, apa yang disebut
dengan terganggu itu termasuk juga kurang dimilikinya pola perilaku atau
keterampilan dan keberanian untuk bertingkah laku tertentu.
d. Terapi-terapi Kognitif
Terapi-terapi ini memfokuskan diri pada menantang tafsiran maladaptif
orang mengenai kejadian-kejadian dan cara berpikir, dan menempatkan
mereka dengan berpikir yang lebih adaptif. Banyak strategi keperilakuan
berkombinasi dengan strategi-strategi kognitif. Terapis kognitif juga

menolong klien belajar teknik memecahkan masalah secara lebih efektif


untuk menghadapi masalah-masalah konkrit dalam kehidupannya.
Bentuk yang paling terkenal adalah dari Aaron Beck, 1976. Teknik terapi
ini pada dasarnya mempunyai tiga tujuan, yaitu:
1) Membantu klien mengidentifikasi pikiran-pikiran maladaptif
irasionalnya. Orang sering tidak mengenal pikiran-pikiran
negatif

yang

berputar-putar

dalam

mempengaruhi emosi dan perilakunya.


2) Mengajarkan kepada klien menghadapi

jiwanya

dan

pikiran-pikiran

irasional atau pikiran maladaptif dan mempertimbangkan


alternatif cara berpikir.
3) Pertanyaan seperti : Apa yang terburuk dapat terhjadi karena
situasi atau keadaan itu Apa yang dapat anda lakukan kalu
kejadian terburuk terjadi? Dengan pertanyaan demikian,
diharapkan agar klien dapat mengarahkan upayanya dan
yakin

bahwa

kejadian

terburuk

pun

akhirnya

dapat

ia

tanggulangi.
e. Tugas Keperilakuan
Salah satu hal yang penting untuk dilakukan dalam rangka terapi
kognitif,

adalah

Tugas

Keperilakuan (Behavioral

Assignments) untuk

membantu klien mengumpulkan bukti yang menyangkut keyakinankeyakinnya. Tugas-tugas ini ditampilkan kepadaklien sebagai cara untuk
menguji hipotesis dan mengumpulkan informasi yang mungkin berguna
untuk terapi.
f. Melakukan Kendali
Terapis

kognitif

berusaha

untuk

mengajar

klien

keterampilan-

keterampilan sehingga klien dan menjadi terapis sendiri. Terapis berusaha


agar klien bertanggung jawab dan mengendalikan pikiran dan tingkah
lakunya atau sekedar bereaksi terhadap kekuatan-kekuatan eksternal.
g. Pendekatan Sosial

Terapi

interpersonal

merupakan

suatu

versi short-term terapi

psikodinamik yang lebih memfokuskan diri pada hubungan yang sedang


berjalan. Terapis sistem keluarga berusaha untuk mengubah sistem
perilaku yang maladaptif dalam keluarga. Program-program prevensi
berusaha menghentikan atau menghambat perkembangan gangguan
atau menolong orang untuk dapat mengurangi gangguan atas kehidupan
sehari-harinya. Terapi-terapi spesifik kultural menggunakan keyakinan dan
ritual budaya dalam menangani klien kultur tersebut.

BAB III

PENUTUP
1.

KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pencehagan adalah suatu gangguan
kejiwaan, menyangkut tentang mencari dan sekaligus menghilangkan penyebab-penyebab
gangguan mental dan membangun kondisi-kondisi yang dapat mendorong lahirnya kesehatan
mental. Dan membahas juga tentang penanganan tentang bagaimana kita memberikan
kesembuhan atas gaangguan kejiwaan serta mempelajari usaha-usaha bagi kesehatan

fisik,kesehatan psikososail dan lain sebagainya.


2. SARAN
Dengan mempelajari psikologi abnormal kita bisa mengetahui tentang point-point
yang belum pernah kita dapatkan jadi dengan adanya makalah ini kita bisa belajar tentang
bagaimana mempelajari psikolog, yang isinya tentang pencegahan dan penanganan. Dan
dalam pembuatan makalah ini kita harus mencantumkan referensi yang ada dalam buku
sehingga dalam pembuatan makalah selanjutnya disarankan untuk menggunakan referensi
dan yang lebih banyak.

DAFTAR PUSTAKA
Wiramihardja, A, Sutardjo. 2005. Pengantar Psikologi Abnormal.Bandung : PT. Refika

Aditama. (169-185).
McLEan, Wolery, dan Bailey. 2006.asesmen. hal14
https://pendidikankhusus.wordpress.com/2009/11/09/konsep-dasar-asesmen/

Anda mungkin juga menyukai