FAKULTAS KEDOKTERAN
11-2016-065
Maria F L Awarawi
11-2016-058
11-2016-056
Kiki Puspitasari
11-2016-077
11-2016-080
11-2016-078
Kata pengantar
Bab 1 Pendahuluan
Bab 2 Pembahasan
2.1
Anatomi telinga
2.2
Anatomi tuba
2.3
Fungsi tuba
2.4
2.5
10
2.6
Myoklonus palatal
13
2.7
Palatoskizis
13
2.8
Obstruksi tuba
14
2.9
Barotrauma
19
2.10
23
2. 11
30
2.12
40
Bab 3 Penutup
3.1
Kesimpulan
45
3.2
Daftar pustaka
46
KATA PENGANTAR
1
Segala puji bagi ALLAH swt yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan kepada penulis sehingga dapat menyusun referat
ini dengan baik dan benar serta tepat waktunya. Didalam referat ini, penulis akan
membahaskan mengenai Penyakit-penyakit pada Tuba Eustachius.
Referat ini telah dibuat dengan pencarian melalui buku-buku rujukan dan juga
penulusuran situs medikal serta telah mendapatkan beberapa bantuan dari pelbagai pihak
untuk membantu dalam menyelesaikan tantangan dan hambatan selama proses mengerjakan
referat ini. Oleh kerana itu, penulis ingni mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan referat ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada referat ini.
Oleh karena itu penulis mengundang pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang dapat
membangun nilai kerja penulis ini. Kritikan yang berunsur konstruktif dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk penyempurnaan referat ini selanjutnya. Semoga referat ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan apabila ada kata-kata yang kurang berkenan penulis
memohon maaf sebesar-besarnya.
Akhir kata semoga referat ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Penulis
BAB I
2
PENDAHULUAN
Telinga tengah adalah ruangan kecil sebesar kacang polong berlokasi tepat dibelakang
selaput gendang telinga. Itu secara normal terisi dengan udara yang masuk ke area itu melalui
saluran-saluran eustachian/eustachian tubes (kanal-kanal yang pergi dari belakang hidung dan
tenggorokan menuju telinga tengah). Saluran-saluran Eustachian (kadangkala disebut
saluran-saluran auditory) mencegah penumpukan tekanan didalam telinga-telinga. Mereka
umumnya tetap tertutup, namun terbuka selama menelan dan menguap untuk mengimbangi
tekanan udara pada telinga tengah dengan tekanan udara diluar telinga.Telinga tengah juga
mengandung tulang-tulang kecil yang mengirim getaran-getaran dari selaput gendang telinga
ke telinga dalam.
Kebanyakan infeksi-infeksi telinga terjadi pada telinga luar atau tengah ,infeksiinfeksi telinga dalam adalah jarang. Infeksi-infeksi telinga tidak menular. Bagaimanapun,
infeksi-infeksi virus (seperti selesma, influensa) yang dapat mendahuluinya adalah menular
dan dapat menjurus ke infeksi-infeksi telinga. Infeksi-infeksi telinga adalah lebih umum pada
anak-anak daripada orang-orang dewasa karena saluran-saluran mereka lebih pendek dan
lebar. Sebagai tambahan, jaringan adenoid (adenoid tissue) dibelakang tenggorokan lebih
besar dan dapat menghalangi tuba eustachius.
BAB II
3
PEMBAHASAN
Telinga
Telinga
tengah
terdiri dari
membran
timpani,
kavum timpani,
tulang-tulang
pendengaran,
eustachius.
Membran timpani
Membran timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani dan memisahkan liang telinga
luar dari kavum timpani. Membrana ini panjang vertical rata-rata 9-10 mm dan diameter
antero-posterior kira -kira 8-9 mm, ketebalannya rata-rata 0,1 mm. Letak membrana timpani
tidak tegak lurus terhadap liang telinga akan tetapi miring yang arahnya dari belakang luar
kemuka dalam dan membuat sudut 45 0 dari dataran sagital dan horizontal. Membran timpani
merupakan kerucut, dimana bagian puncak dari kerucut menonjol kearah kavum timpani,
puncak ini dinamakan umbo. Dari umbo kemuka bawah tampak refleks cahaya (cone of
light ).1
Secara anatomis membrana timpani dibagi dalam 2 bagian :1
1.
Pars tensa : Merupakan bagian terbesar dari membran timpani dan suatu permukaan yang
tegang dan melekat pada anulus fibrosus pada sulkus timpanikus yang merupakan bagian
2.
Maleus
Caput
Colium
Proccesus brevis
Proccesus longus
Manubrium mallei
(caput mallei terdapat pada epytimpani sedangkan bagian-bagian lain terdapat pada
mesotympani).1
2) Incus Corpus
Proccesus brevis
Proccesus longus
Sebgaian besar incus berada pada epytimpani, hanya sebagian kecil dari proccesus longus
yang berada mesotympani.1
3)
Stapes
Capitulum
Colum
Crus anterior
6
Crus posterior
Basis
Caput mallei mengadakan artikulasi dengan corpus dari incus, sedangkan proccesus longus
dari Incus mengadakan articulation dengan capitulum dari stapes.Rangkaian ini disebut
ossicular chain. Gangguan pada ossikular chain ini menyebabkan gangguan pendengaran,
oleh karena ini penting sistem konduksi pada pendengaran.1
2. Anatomi Tuba Eustachius
Tempat pertemuan itu merupakan bagian yang sempit yang disebut ismus.Bagian
tulang tetap terbuka, sedangkan bagian tulang rawan selalu tertutup dan berakhir pada
dinding lateral nasofaring. Pada orang dewasa muara tuba pada bagian timpani terletak kirakira 2-2,5 cm, lebih tinggi dibanding dengan ujungnya nasofaring. Pada anak-anak, tuba
pendek, lebar dan letaknya mendatar maka infeksi mudah menjalar dari nasofaring ke telinga
tengah.1
2.
Perlindungan terhadap tekanan bunyi nasofaring dan reflux sekresi dari nasofaring.
Secara abnormal, tekanan suara tinggi dari nasofaring dapat dialirkan ke telinga
tengah jika tuba terbuka, dengan demikian mengganggu pendengaran yang
normal.Biasanya tuba Eustachius tetap tetutup dan melindungi telinga tengah
melawan suara tersebut.Tuba Eustachius yang normal juga melindungi telinga tengah
dari reflux sekresi nasofaring. Reflux ini terjadi dengan mudah jika diameter tuba
lebar (patulous tube), pendek (seperti pada bayi), atau membran timpani yang
perforasi (menyebabkan infeksi telinga tengah yang persisten pada kasus perforasi
membran timpani). Tekanan tinggi di dalam nasofaring juga dapat memaksa sekresi
nasofaring ke dalam telinga tengah , misalnya meniup hidung dengan kuat.
3.
stress berat. Vertigo dan gangguan pendengaran juga dapat terjadi karena tuba terbuka
abnormal memungkinkan perubahan tekanan yang berlebihan terjadi di telinga tengah,
perubahan tekanan kemudian dikirim ke telinga bagian dalam melalui gerakan tulang
pendengaran. Beberapa pasien mungkin mengalami kesulitan makan karena suara
mengunyah ditransmisikan ke telinga. Gejala mungkin berhubungan dengan perubahan siklus
yang terjadi dalam mukosa tuba eustachius. Beberapa pasien merasa lega dengan peningkatan
kongesti mukosa yang terkait dengan cara berbaring, menempatkan kepala di antara lutut,
atau selama infeksi saluran pernapasan atas.2,5
Kompresi vena jugularis menghasilkan kongesti vena peritubular dan bisa meringankan
gejala. Pasien kadang-kadang mengendus berulang-ulang untuk menutup tabung eustachius,
dan ini dapat mengakibatkan tekanan negatif telinga tengah jangka panjang. Dekongestan
atau tabung ventilasi dalam membran timpani dapat memperburuk gejala.
Pada pemeriksaan klinis dapat dilihat membran timpani yang atrofi, tipis dan bergerak pada
respirasi (a telltale diagnostic sign). Membran timpani dapat menjadi atrofi sekunder akibat
gerakan membran timpani yang konstan dari bernapas atau mengendus. Disebabkan tuba
yang terbuka abnormal, perubahan tekanan dalam nasofaring sangat mudah dipindahkan ke
telinga tengah sehinggakan pergerakan membran timpani bisa dilihat pada waktu inspirasi
dan ekpirasi. Pergerakan ini lebih jelas jika pasien bernapas setelah menutup lobang hidung
yang bersebelahan. Membran timpani bergerak ke medial pada waktu inspirasi dan ke lateral
pada waktu ekspirasi. Jika pasien duduk tegak, gerakan kecil pars flaccida terjadi, yang
menghilang ketika pasien terlentang.6
CT scan dalam bidang aksial telah digunakan untuk menunjukkan adanya tuba terbuka
abnormal. CT scan mungkin berguna dalam membuat diagnosis pada beberapa pasien.
Radiologi hanya membantu dalam diagnosis patensi anatomi. Timpanometri dapat
mendeteksi gerakan dari membran timpani dengan respirasi hidung, terutama dengan pasien
dalam posisi tegak.Suara distorsi dari respirasi hidung dan pertuturan dapat didengar dengan
mikrofon ditempatkan di meatus eksternal. Dengan sonotubometry, suara uji dimasukkan ke
ruang depan hidung dan mikrofon dipasang ke dalam meatus auditori eksternal. Dengan tuba
terbuka abnormal, tingkat tekanan suara di kanalis eksternal berada pada tingkat maksimum,
karena tabung tidak menutup, tidak ada penurunan mendadak dalam suara yang
ditransmisikan.5
11
Dalam kondisi normal, tabung eustachius ditutup dan hanya dibuka pada waktu menelan atau
autoinflation. Biasanya, penutupan tabung eustachius dikelola oleh faktor luminal dan
ekstraluminal, yang meliputi elastisitas intrinsik tabung, tegangan permukaan lembab
luminal, dan tekanan jaringan ekstraluminal.Tonus otot tensor veli palatini melebarkan lumen
jadinya kerusakan pada tensor veli palatini setelah operasi bibir sumbing dapat
mengakibatkan tuba terbuka abnormal. Berat badan juga dapat menyebabkan pembukaan
abnormal yang disebabkan oleh berkurangnya tekanan jaringan dan hilangnya deposit lemak
di daerah tabung eustachius. Kehamilan mengubah tekanan pembukaan tabung eustachius
karena perubahan tegangan permukaan, estrogen yang bekerja pada prostaglandin E
mempengaruhi produksi surfaktan. Jaringan parut di ruang postnasal akibat adenoidectomy
dapat menyebabkan traksi tuba dalam posisi terbuka.5
Kondisi akut dari penyakit ini adalah self-limiting dan tidak memerlukan pengobatan.Pasien
dengan tuba terbuka abnormal yang sedang hamil dan mereka dengan gejala ringan
(kebanyakan pasien) perlu diinformasi saja.Pasien yang memiliki gejala selama kehamilan
bebas gejala setelah melahirkan. Pasien disarankan untuk melakukan hal berikut:
Hindari diuretik
Pemberian obat topikal (obat nasal) dengan antikolinergik mungkin efektif untuk beberapa
pasien. Estrogen (Premarin) tetes hidung (25 mg dalam 30 mL normal saline, 3 tetes tid) atau
obat oral larutan jenuh kalium iodida (10 tetes dalam segelas jus buah tid) telah digunakan
untuk menginduksi pembengkakan pembukaan tuba eustachius. Obat hidung yang
mengandung asam klorida encer, chlorobutanol, dan benzil alkohol telah dibuktikan efektif
pada beberapa pasien. Hal ini telah dilaporkan dapat ditoleransi dengan baik dengan sedikit
atau tidak ada efek samping. Persetujuan oleh Food and Drug Administration (FDA) masih
tertunda. Bila tidak berhasil dapat dipertimbangkan untuk memasang pipa ventilasi
(Grommet).2,5,6
Mioklonus Palatal
Merupakan satu kontraksi ritmik dari otot-otot palatum yang terjadi secara periodik.Terbagi
kepada essensial dan simptomatik. Tipe simtomatik disebabkan oleh gangguan pada
12
cerebellum sedangkan tipe essensial etiologinya idiopatik. Bunyi klik hanya terdengar pada
tipe esensial. Bunyi klik terdengar dalam telinga pasien dan kadang-kadang dapat terdengar
oleh pemeriksa.Walaupun keadaanya seperti tremor, gerakannya bersifat berulang-ulang
daripada berosilasi dan hanya menggunakan otot agonis sahaja.Penyebab kepada bunyi klik
dari dalam telinga tidak diketahui tetapi lebih sering ditemukan pada myoklonus palatal
essensial yang bersifat idiopatik.Keadaan ini jarang terjadi dan penyebab yang pasti belum
diketahui.
Palatoskisis
Palatoschizis adalah malformasi yang disebabkan oleh gagalnya prosesus nasal median dan
maksilaris untuk menyatu selama perkembangan embrionik. Pada palatoskisis terjadi
gangguan abnormalitas perkembangan dari otot-otot yang mengontrol pembukaan dan
penutupan tuba eustachius dimana sfingter pada muara tuba Eustachii bekerja kurang baik.
Hal ini menyebabkan kemungkinan terjadinya obstruksi tuba yang menyebabkan infeksi ke
telinga tengah pada anak dengan palatoskisis, lebih besar dan lebih mudah kambuh
dibandingkan dengan anak normal. Oleh karena itu dianjurkan untuk melakukan koreksi
palatoskisis sedini mungkin.
Etiologi: Faktor herediter dan lingkungan.
Patofisiologi : Pasien dengan palatoschisis mengalami gangguan perkembangan wajah,
inkompetensi velopharyngeal, perkembangan bicara yang abnormal, dan gangguan fungsi
tuba eustachi. Adanya hubungan antara rongga mulut dan hidung menyebabkan berkurangnya
kemampuan untuk mengisap pada bayi. Insersi yang abnormal dari m.tensor veli palatine
menyebabkan tidak sempurnanya pengosongan pada telinga tengah. Infeksi telinga yang
rekuren telah dihubungkan dengan timbulnya ketulian yang memperburuk cara bicara pada
pasien dengan palatoschisis.
Klasifikasi :
Palatoschisis dapat berbentuk sebagai palatoschisis tanpa labioschisis atau disertai dengan
labioschisis. Palatoschisis sendiri dapat diklasifikasikan lebih jauh sebagai celah hanya pada
palatum molle, atau hanya berupa celah pada submukosa. Celah pada keseluruhan palatum
terbagi atas dua yaitu komplit (total), yang mencakup palatum durum dan palatum molle,
13
dimulai dari foramen insisivum ke posterior, dan inkomplit (subtotal). Palatoschisis jugadapat
bersifat unilateral atau bilateral.
Veau membagi cleft menjadi 4 kategori yaitu :
1. Cleft palatum molle
2. Cleft palatum molle dan palatum durum
3. Cleft lip dan palatum unilateral komplit
4. Cleft lip dan palatum bilateral komplit
14
Obstruksi tuba eustachius dapat terjadi secara inflamasi intrisik( intraluminal, periluminal)
seperti infeksi atau alergi. Dapat juga terjadi obstruksi secara ekstrinsik (peritubal) yaitu
pembesaran adenoid.
i) Peradangan pada nasofaring (ISPA)
Hal ini merupakan penyebab tersering dari disfungsi tuba eustachius. Hidung yang tersumbat
atau mucus yang timbul saat flu atau infeksi lain merupakan factor pencetus terjadi disfungsi
tuba dalam ISPA. Akibat infeksi, baik dari virus, bakteri maupun jamur dapat menyebabkan
mukosa tuba eustachius menjadi radang dan membengkak dan akhirnya menyebabkan
terjadinya gangguan pada motilitas silia tuba di mana silia menjadi lumpuh. Silia yang
lumpuh ini mengakibatkan fungsi pencegahan invasi kuman menjadi terganggu dan kuman
dapat masuk ke dalam telinga tengah dan menyebakan peradangan telinga tengah.
Kuman penyebab terjadinya gangguan fungsi tuba akibat daripada ISPA adalah dari golongan
bakteri piogenik, seperti Streptococcus hemoliticus, Haemophilus Influenzae, Staphylococcus
aureus, Streptococcus pneumonia, Pneumococcus, Moraxella catarrhalis dan Haemophilus
influenza. Sering kali bakteri ini sering ditemukan pada anak di bawah usia lima tahun,
meskipun juga potogen pada orang dewasa.
Pada banyak kasus, Disfungsi Tuba Eustachius yang terjadi ringan atau tidak berlangsung
lama, oleh itu kadangkala tidak diberikan pengobatan khusus karena gejala akan segera
hilang seiringan dengan penyembuhan, namun di anjurakan untuk melakukan perasat valsava
yaitu dengan menarik napas dalam-dalam lalu mencoba membuang napas dengan menutup
mulut atau menjepit hidung.
Pemberian dekongestan nasal spray/ tetes diberikan jika pasien mengalami batuk pilek atau
hal lain yang menyebabkan hidung tersumbat. Walau bagaimanapun tidak dianjurkan
menggunakan lebih dari 7 hari karena akan memperburuk kongesti di nasal.
ii) Rhinitis alergi
Rinitis alergi merupakan suatu kumpulan gejala kelainan hidung yang disebabkan proses
inflamasi yang diperantarai oleh imunoglobulin E (IgE) akibat paparan alergen pada mukosa
hidung.
15
Rinitis Alergi perennial : Gejala timbul sepanjang tahun, terus menerus tanpa variasi
musim dan penyebab tersering ialah allergen inhalan seperti debu,bulu hewan, jamur
atau allergen ingestan.
ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) membuat klasifikasi rinitis alergi
berdasarkan lama dan seringnya timbul gejala, dan berdasarkan gejala yang dialami pasien,
bukan berdasarkan penyebab. Klasifikasi baru membagi rinitis alergi menjadi 2 kategori,
yaitu intermiten dan persisten.
Kategori intermiten adalah apabila gejala timbul kurang dari 4 hari per minggu atau
kurang dari 4 minggu.
Kategori persisten adalah apabila gejala timbul lebih dari 4 hari dalam seminggu dan
berlangsung lebih dari 4 minggu.
Gejala rinitis alergi berupa bersin (5-10 kali berturut-turut), rasa gatal (pada mata, telinga,
hidung, tenggorok, dan palatum), hidung berair, mata berair, hidung tersumbat, post nasal
drip, tekanan pada sinus, dan rasa lelah.3
Gejala spesifik pada anak ialah terdapatnya bayangan gelap di daerah bawah mata yang
terjadi karena stasis vena sekunder akibat obstruksi hidung yang disebut allergic shiner.
Selain itu, tampak juga anak menggosok-gosok hidung karena gatal dengan punggung tangan
yang disebut allergic salute.
Rhinitis menyebabkan mukosa hidung teriritasi, membengkak dam menyempitkan saluran
tuba eustachius akhirnya menyebabkan terjadinya gangguan pada motilitas silia tuba di mana
silia menjadi lumpuh dan gangguan fungsi tuba terganggu.
Pemberian antihistamin disarankan apabila memang ternyata penyebabgangguan tuba
eustachius adalah dari alergi, pada situasi ini antihistamin membantu untuk meringankan
kongesti nasal dan peradangan dan sekaligus diharapkan mengembalikan fungsi tuba
eustachius. Selain itu boleh juga diberikan steroid nasal spray ada alergi atau penyebab
16
peradangan yang persisten di hidung, pemberian steroid nasal spray membutuhkan beberapa
hari untuk efek yang penuh, oleh itu penderita tidak akan merasakan perubahan saat awal
mula pemakaian.
iii) Hipertrofi adenoid
Adenoid merupakan massa yang terdiri dari jaringan limfoid pada dinding posterior
nasofaring di atas batas palatum molle dan termasuk dalam cincin Waldeyer. Secara fisiologik
pada anak-anak, adenoid dan tonsil mengalami hipertrofi. Adenoid ini membesar pada anak
usia 3 tahun dan kemudian mengecil dan menghilang sama sekali pada usia 14 tahun. Apabila
sering terjadi infeksi pada saluran napas bagian atas, maka dapat terjadi hipertrofi adenoid
yang akan mengakibatkan sumbatan pada koana dan tuba Eustachius.
Akibat sumbatan koana pasien akan bernapas melalui mulut sehingga terjadi (1) fasies
adenoid, yaitu tampak hidung kecil, gigi insisivus ke depan (prominen), arkus faring tinggi
yang menyebabkan kesan wajah pasien tampak seperti orang bodoh; (2) faringitis dan
bronkitis; serta (3) gangguan ventilasi dan drainase sinus paranasal sehingga menimbulkan
sinusitis kronik. Obstruksi dapat mengganggu pernapasan hidung dan menyebabkan
perbedaan dalam kualitas suara. Akibat sumbatan tuba Eustachius akan terjadi otitis media
akut berulang dan akhirnya dapat terjadi otitis media supuratif kronik. Akibat hipertrofi
adenoid juga dapat menimbulkan retardasi mental, pertumbuhan fisik berkurang, gangguan
tidur dan tidur ngorok. Hipertrofi adenoid juga dapat menyebabkan beberapa perubahan
dalam struktur gigi dan maloklusi. Terapinya adalah adenoidektomi untuk adenoid hipertrofi
yang menyebabkan obstruksi hidung, obstruksi tuba Eustachius, atau yang menimbulkan
penyulit lain.
17
Gambar 7:
Obstruksi tuba
eustachius karena
hipertrofi adenoid
iv) Sikatriks post adenoidektomi
Jaringan sikatrik (scar) adalah penonjolan kulit akibat
penumpukan jaringan
fibrosa
sebagai pengganti
jaringan kolagen normal. Pada post adenoidektomi,
terbentuk sikatriks sehingga menyebabkan terjadinya
obstruksi tuba.
Lateral : mukosa lanjutan dari mukosa di bagian superior dan posterior, muara tuba
Eustachii, fossa Rosenmuller.
Gejala yang timbul oleh tumor nasofaring beraneka ragam, tidak ada gejala pasti yang khusus
untuk tumor nasofaring karena tumor primer itu sendiri dalam nasofaring kadang tidak
menimbulkan gejala. Tumor nasofaring dapat menimbulkan gejala-gejala hingga penderita
datang berobat keberbagai ahli.
Tumor ini menimbulkan gejala bila sudah ada penyebaran.
1. Gejala nasofaring (tumor primer )
Asimptomatik.
Hidung tumpat.
Epistaksis ringan
2. Gangguan pada telinga/pendengaran.
Merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor dekat muara tuba eustachius
( fossa Rossen-Muller ) hingga tuba tertutup. Gangguan dapat berupa :
Tinitus
Tuli (deafness ) akibat timbulnya otitis media serosa
Rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri ( otalgia )
Tidak jarang penderita dengan gangguan pendengaran ini baru kemudian disadari bahwa
penyebabnya adalah karsinoma nasofaring.
3. Gejala mata dan syaraf
Infiltrasi dasar tengkorak : Merupakan gejala karsinoma. Penjelasan melalui
fenomena laserum akan mengenai syaraf otak N.III, N.VI, dapat pula ke N.V dapat
menimbulkan gejala : Diplopia, Juling, Neuralgia terminal.
Infiltrasi para faring : Yaitu tengkorak lateral dan belakang tumor masuk menjalar,
sepanjang dasar tengkorak dapat merusak syaraf-syaraf yang melalui foramen
jugularis yaitu N.IX, X, XI dan XII sehingga menimbulkan paralise motorik atau
sensorik pada faring dan laring.
Otitis Barotrauma
Merupakan keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang tiba- tiba di luar telinga
tengah sewaktu di pesawat terbang atau menyelam, yang menyebabkan tuba gagal untuk
membuka.Otitis barotrauma merupakan tipe paling sering barotrauma. Ia disebabkan oleh
perbedaan tekanan antara telinga tengah dengan tekanan atmosfir. Pasien dengan perforasi
19
membran timpani tidak akan mengenai barotrauma, melainkan telinga tengahnya terlokulasi.
Ia memerlukan perubahan tekanan yang nyata untuk mengakibatkan kondisi ini.2
Membrane timpani mempunyai 2 bagian; bagian media yang bisa kolaps dan bagian lateral
yang rigid, jadi udara dapat melewatinya tetapi tidak dapat disedot keluar.Maka perbedaan
tekanan tidak berlaku sewaktu pesawat naik karena tekanan telinga tengah cenderung lebih
tinggi dari tekanan atmosfir, tetapi berlaku sewaktu pesawat turun karena tekanan telinga
tengah menurun secara progresif berbanding tekanan atmosfir, maka udara seperti ditarik ke
dalam tuba. Hal ini tidak akan berlaku sekiranya tuba terbuka secara normal oleh gerakan
otot. 3,4
20
Apabila fungsi tuba terganggu akibat inflamasi mukosa karena ISPA, alergi atau trauma, pada
peringkat awal pergerakan udara aktif ke telinga tengah terganggu, kemudian diikuti dengan
ventilasi pasif terganggu pada kasus yang lebih berat. Maka pasien dengan ISPA biasanya
mendapati bahwa telinga mampu beradaptasi sewaktu pesawat naik, tetapi nyeri bertambah
sewaktu pesawat mahu mendarat sekiranya menelan dan perasat gagal.3,4
Gejala klinik adalah kurang dengar, rasa nyeri dalam telinga, perasaan ada air dalam telinga
dan kadang- kadang tinnitus dan vertigo.
Tabel 1. Gred barotrauma telinga tengah pada pemeriksaan auriskopik
Gred
0
1
2
3
4
5
membran timpani
Gejala tanpa tanda- tanda kelainan membrane timpani
Injeksi membrane timpani
Injeksi dengan perdarahan ringan dalam membrane timpani
Perdarahan jelas pada membrane timpani
Darah bebas di telinga tengah, gegendang kebiruan dan bulging.
Perforasi membrane timpani
Perasat
Valsalva dilakukan dengan cara meniupkan dengan keras dari hidung sambil hidung dipencet
serta mulut ditutup. Bila tuba terbuka maka terasa ada udara masuk ke dalam rongga telinga
tengah yang menekan membrane timpani ke arah lateral. Perasat ini tidak boleh dilakukan
apabila ada infeksi jalan napas atas.3,4
21
Apabila cairan atau cairan yang bercampur darah menetap di telinga tengah sampai beberapa
minggu, maka dianjurkan untuk miringotomi dan bila perlu memasang pipa ventilasi
(Grommet).
Pencegahan baraotrauma dapat dilakukan dengan mengunyah permen karet atau melakukan
perasat Valsalva, terutama sewaktu pesawat terbang mulai turun untuk mendarat.Jangan tidur
sewaktu pesawat mahu mendarat.Sebaliknya, lakukan aktivitas yang dapat membantu
pembukaan tuba (minum, menguap, makan permen, dsb). Hindari aktivitas menyelam atau
menaiki pesawat sekiranya lagi sedang infeksi saluran napas atas.3,4
Antara komplikasi yang berlanjutan adalah nyeri telinga bisa memburuk, namun jarang
menyebabkan kerusakan serius pada telinga.Kadangkala menyebabkan perforasi membrane
timpani, namun biasanya dapat menutup sendiri dalam beberapa minggu. Yang lain adalah
mudahnya terkena infeksi akut telinga,gangguan pendengaran atau vertigo. Prognosis
22
Penyebab otitis media akut (OMA) dapat merupakan virus maupun bakteri.
Pada 25% pasien, tidak ditemukan mikroorganisme penyebabnya.
Virus ditemukan pada 25% kasus dan kadang menginfeksi telinga tengah bersama
bakteri.
Bakteri penyebab otitis media tersering adalah Streptococcus pneumoniae, diikuti
oleh Haemophilus influenzae dan Moraxella cattarhalis. Yang perlu diingat pada
OMA, walaupun sebagian besar kasus disebabkan oleh bakteri, hanya sedikit kasus
yang membutuhkan antibiotik. Hal ini dimungkinkan karena tanpa antibiotik pun
saluran Eustachius akan terbuka kembali sehingga bakteri akan tersingkir bersama
aliran lendir.
Patofisiologi
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan
atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius.Saat bakteri melalui
saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi
pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih
untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan
diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah.Selain itu
pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan selsel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga.
Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang
telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di
telinga dalam tidak dapat bergerak bebas.Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya
sekitar 24 desibel (bisikan halus).
Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45
desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri.1 Dan yang
paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga
karena tekanannya.Sebagaimana halnya dengan kejadian infeksi saluran pernapasan atas
(ISPA), otitis media juga merupakan salah satu penyakit langganan anak.
Anak lebih mudah terserang otitis media dibanding orang dewasa karena beberapa hal yaitu:
24
Saluran Eustachius pada anak lebih lurus secara horizontal dan lebih pendek sehingga
Manifestasi Klinis
a. Stadium Oklusi Tuba Eustachius
Pada stadium ini, terdapat sumbatan tuba Eustachius yang ditandai oleh retraksi
membran timpani akibat terjadinya tekanan intratimpani negatif di dalam telinga
tengah, dengan adanya absorpsi udara. Retraksi membran timpani terjadi dan posisi
malleus menjadi lebih horizontal, refleks cahaya juga berkurang. Edema yang terjadi
pada tuba Eustachius juga menyebabkannya tersumbat. Selain retraksi,
membran timpani kadang-kadang tetap normal dan tidak ada kelainan, atau
hanya berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi tetapi tidak dapat
dideteksi. Stadium ini sulit dibedakan dengan tanda dari otitis media serosa
yang disebabkan oleh virus dan alergi. Tidak terjadi demam pada stadium ini.
25
Terbentuknya
eksudat
yang
purulen
di
kavum
timpani
27
Diagnosis
Adanya tanda/gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan adanya salah
satu di antara tanda berikut:
o kemerahan pada gendang telinga
o nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal
Anak dengan OMA dapat mengalami nyeri telinga atau riwayat menarik-narik daun telinga
pada bayi, keluarnya cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran, demam, sulit makan,
mual dan muntah, serta rewel.Namun gejala-gejala ini (kecuali keluarnya cairan dari telinga)
tidak spesifik untuk OMA sehingga diagnosis OMA tidak dapat didasarkan pada riwayat
semata.
OMA harus dibedakan dari otitis media dengan efusi yang dapat menyerupai OMA. Untuk
membedakannya dapat diperhatikan hal-hal berikut.2,3
Tabel 2.Perbedaan OMA dan otitis media dengan efusi.
Gejala dan tanda
OMA
+/-
28
+/-
Berkurangnya pendengaran
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan OMA tergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan
pada stadium awal ditujukan untuk mengobati infeksi saluran napas,
dengan pemberian antibiotik, dekongestan lokal atau sistemik, dan
antipiretik.
Tujuan
pengobatan
pada
otitis
media
adalah
untuk
mengobati
gejala,
memperbaiki
fungsi
tuba
Eustachius,
50-100
mg/kgBB/hari
yang
terbagi
dalam
empat
dosis,
29
Definisi
Suatu radang kronis telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya
sekret dari telinga (otorea) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Sekret
mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.
Klasifikasi
1. Tipe tubotimpani = tipe jinak = tipe aman
Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa dan terbatas pada
mukosa saja, biasanya tidak terkena tulang.
Beberapa faktor lain yang mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba eustachius, infeksi
saluran atas, pertahanan mukosa terhadap infeksi yang gagal pada pasien dengan daya tahan
30
tubuh yang rendah, disamping itu campuran bakteri aerob dan anaerob, luas dan derajat
perubahan mukosa, serta migrasi sekunder dari epitel skuamous. Sekret mukoid kronis
berhubungan dengan hiperplasia goblet sel, metaplasia dari mukosa telinga tengah pada tipe
respirasi dan muko siliar yang jelek.
Secara klinis penyakit tubotimpani terbagi berdasarkan aktivitas sekret yang dikeluar:
a. Penyakit aktif
- OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif
b. Penyakit tidak aktif (tenang )
- Keadaan kavum timpani terlihat basah atau kering
2. Tipe atikoantral = tipe ganas = tipe tidak aman = tipe tulang
Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Penyakit atikoantral lebih sering
mengenai pars flaksida dan khasnya dengan terbentuknya kantong retraksi yang mana
bertumpuknya keratin sampai menghasilkan kolesteatom. Kolesteatom adalah suatu massa amorf,
konsistensi seperti mentega, berwarna putih, terdiri dari lapisan epitel bertatah yang telah
nekrotik
Bentuk perforasi membran timpani adalah :
1. Perforasi sentral : Lokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan posterosuperior, kadang-kadang sub total.
31
Etiologi
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang dimulai
setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis,rinitis,
sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang
abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan
Downs syndrom. Adanya tuba patulous, menyebabkan refluk isi nasofaring yang
merupakanfaktor insiden OMSK yang tinggi di Amerika Serikat. Faktor host yang berkaitan
dengan insiden OMSK yang relatif tinggi adalah defisiensi immun sistemik. Kelainan humoral
dan cell mediated dapat bermanifestasi sebagai sekresi cairan telinga kronis. 7,9
Penyebab OMSK antara lain:
Lingkungan
Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas, tetapi mempunyai hubungan
erat antara penderita dengan OMSK dan sosioekonomi, dimana kelompok sosioekonomi rendah
32
memiliki insiden yang lebih tinggi.Tetapi sudah hampir dipastikan hal ini berhubungan dengan
kesehatan secara umum, diet, tempat tinggal yang padat.
Genetik
Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden OMSK
berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor genetik. Sistem sel-sel
udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media, tapi belum diketahui apakah hal ini primer
atau sekunder.
Infeksi
Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir tidak bervariasi pada
otitis media kronik yang aktif menunjukan bahwa metode kultur yang digunakan adalah tepat.
Organisme yang terutama dijumpai adalah Gram- negatif, flora tipe-usus, dan beberapa
organisme lainnya.
bakteri.Organisme-organisme
dari
meatus
auditoris
eksternal
termasuk
Autoimun
Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar terhadap otitis media
kronis.
Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan produksi sekret
telinga purulen berlanjut.
33
Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan yang cepat
diatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga mencegah penutupan spontan dari
perforasi.
Diagnosis
Otorrhea
Sekret bersifat purulen ( kental, putih) atau mukoid ( seperti air dan encer) tergantung stadium
peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh aktivitas kelenjar sekretorik telinga tengah dan
mastoid. Pada OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang
sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan
infeksi. Keluarnya secret biasanya hilang timbul.Meningkatnya jumlah sekret dapat disebabkan
infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga luar setelah mandi atau berenang.
Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga. Sekret yang sangat bau,
berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma dan produk
degenerasinya.
Dapat terlihat keping-keping kecil, berwarna putih, mengkilap.Pada OMSK tipe ganas unsur
mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara
luas.Sekret yang bercampur darah
telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya.Suatu sekret yang encer
berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberculosis.
Otalgia
Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan suatu tanda yang
serius.Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus.Nyeri dapat berarti
adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau
dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses
tetapi mungkin oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda berkembang
komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis
Gangguan pendengaran
Tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran.Biasanya dijumpai tuli konduktif
namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses
patologi sangat hebat, karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat bunyi
dengan efektif ke fenestra ovalis. Apabila tidak dijumpai kolesteatom, tuli konduktif kurang dari
20 db ini ditandai bahwa rantai dari
34
bertindak sebagai penghantar suara sehingga ambang pendengaran yang didapat harus
diinterpretasikan secara hati-hati.
Pemeriksaan
Otoskopi
Diagnosis OMSK terutama pada verifikasi dari perforasi membran timpani yang mungkin disertai
keluarnya cairan. Ini dapat dilakukan dengan membersihkan liang telinga dari obstruksi serumen,
debris, benda asing, ataupun cairan, dengan tujuan memvisualisasikan membran timpani. Letak
perforasi sangat penting untuk diidentifikasi karena dapat menentukan tipe dari OMSK. OMSK
tipe aman = mukosa = benigna adalah dengan peradangan terbatas pada mukosa sahaja, dan
perforasi terletak di sentral. OMSK tipe ini jarang menimbulkan komplikasi berbahaya dan tidak
terjadi kolesteatoma. Pada OMSK tipe bahaya= tulang = maligna, dapat disertai dengan
kolesteatoma. Dan perforasi biasanya mengenai bagian marginal atau atik. Sering terjadi
komplikasi fatal pada OMSK tipe maligna.7
Audiometri
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif.Tapi dapat pula
dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian tergantung besar dan letak perforasi
membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistim penghantaran suara di telinga tengah.Pada
penderita OMSK ditemukan tuli sensorineural yang dihubungkan dengan difusi produk toksin ke
dalam skala timpani melalui membran fenstra rotundum, sehingga menyebabkan penurunan
ambang hantaran tulang secara temporer/permanen yang pada fase awal terbatas pada lengkung
basal kohlea tapi dapat meluas kebagian apeks kokhlea.
Evaluasi audiometri penting untuk menentukan fungsi konduktif dan fungsi koklea.Dengan
menggunakan audiometri nada murni pada hantaran udara dan tulang serta penilaian tutur,
biasanya kerusakan tulang-tulang pendengaran dapat diperkirakan, dan bisa ditentukan manfaat
operasi rekonstruksi telinga tengah untuk perbaikan pendengaran.
Radiografi
Radiografi yang sekarang biasa digunakan adalah :
Proyeksi Schuller, yang memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah
lateraldan atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus
lateraldan tegmen. Pada keadaan mastoid yang skleritik, gambaran radiografi ini sangatmembantu
ahli bedah untuk menghindari dura atau sinus lateral.
Proyeksi Mayer atau Owen, diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak
gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah kerusakan tulang
telah mengenai struktur-struktur.
Proyeksi Stenver, memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang lebih
jelas memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis semisirkularis Proyeksi
35
Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit telinga kronis yang efektif harus didasarkan pada
faktor-faktor penyebabnya dan pada stadium penyakitnya. Dengan
demikian pada waktu pengobatan haruslah dievaluasi faktor-faktor yang
menyebabkan penyakit menjadi kronis, perubahan-perubahan anatomi
yang menghalangi penyembuhan serta menganggu fungsi, dan proses
infeksi yang terdapat ditelinga. Bila didiagnosis kolesteatom, maka mutlak
harus dilakukan operasi, tetapi obat obatan dapat digunakan untuk
mengontrol infeksi sebelum operasi. Prinsip pengobatan tergantung dari
jenis penyakit dan luasnya infeksi, dimana
pengobatan dapat dibagi atas :
1.Konservatif
2.Operasi
a. OMSK Tipe Tubatimpani Tenang
Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk
jangan mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi,
dilarang berenang dan segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas
atas.
Bila
rekonstruksi
fasilitas
memungkinkan
sebaiknya
(miringoplasti,timpanoplasti)
untuk
dilakukan
operasi
mencegah
infeksi
dengan
medikamentosa
hanyalah
merupakan
terapi
36
sementara
sebelum
dilakukan
pembedahan.
Bila
terdapat
abses
liang
membuang
telinga
semua
direndahkan.
jaringan
Tujuan
patologik
dari
operasi
adalah
rongga
mastoid
untuk
dan
mempertahankan
pendengaran yang masih ada.
Miringoplasti
Dilakukan pada OMSK tipe tubatimpani yang sudah tenang dengan
ketulian ringan yang hanya disebabkan oleh perforasi membran timpani.
Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan, dikenal juga
dengan nama timpanoplasti tipe 1. Rekonstruksi hanya dilakukan pada
membran timpani. Tujuan operasi adalah untuk mencegah berulangnya
infeksi telinga tengah ada OMSK tipe tubatimpani dengan perforasi yang
menetap.
Timpanoplasti
37
dengan
pendekatan
ganda
(Combined
Approach
Tympanoplasty)
Dikerjakan pada kasus OMSK tipe atikoantral atau OMSK tipe tubatimpani
dengan
jaringan
menyembuhkan
granulasi
penyakit
yang
serta
luas.
Tujuan
memperbaiki
operasi
untuk
pendengaran
tanpa
38
39
Abses otak
Tromboflebitis
Hidrosefalus otikus
Empiema subduraAbses
subdura/ ekstradura
Abses subperiosteal
Intrakranial
Ekstratempo
ral
Intratempora
l
Komplikasi
Adenoid hipertrofi
Adenoitis
Sumbing palatum
Tumor di nasopharynx
Barotrauma
2.
Allergi
Reaksi allergi menyebabkan edema pada mukosa tuba sehingga terjadi
penyumbatan.Ia juga menyebabkan meningkatnya aktiviti sekresi dari
kelenjer di mukosa telinga tengah dan tuba esutachius.
3.
Unresolved otitis media
Pengobatan antibiotic yang tidak adekuat pada penderita otitis media
supuratif akut menyebabkan inaktivasi infeksi tetapi tidak menyembuhkan
secara sempurna. Akan terdapat sisa infeksi dari kuman jenis grade yang
rendah didalam telinga sehingga kuman ini merangsang mukosa untuk
menghasilkan cairan dalam jumlah yang banyak. Jumlah sel goblet dan
kelenjar mucus juga meningkat.
4.
Infeksi virus
Berbagai jenis virus pada saluran pernafasan atas dapat menginvasi
telinga tengah dan merangsang peningkatan produksi sekret.2,6
40
Allergi
Idiopatik
Antara gejala klinik adalah:
Rasa sedikit nyeri dalam teinga dapat timbul pada saat awal tuba
terganggu, yang menyebabkan timbul tekanan negative pada teliga
tengah
seperti
pada
penderita
barotrauma,
tetapi
setelah
sekret
terbentuk nyeri akan hilang secara pelan-pelan. Rasa nyeri dalam telinga
tidak akan timbul jika penyebab OME adalah virus atau allergi.
41
20.
Otitis
Media
Serosa
Akut
42
pipa
ventilasi (grommet).
Antara komplikasi pada kelainan otitis media efusi adalah:
44
BAB III
Penutup
III.1 Kesimpulan
Tuba Eustachius adalah bagian dari telinga tengah yang berupa
saluran yang menghubungkan cavum tympani dan nasofaring. Dari muara
tuba pada cavum tympani menuju ke muara tuba di nasofaring berjalan
ke arah inferomedial. Tuba eustachius ini dibagi menjadi: pars osseus dan
pars cartilaginea.
Fungsi dari tuba eustachius adalah menjaga agar tekanan pada
cavum tympani sama dengan tekanan pada dunia luar dan menjamin
ventilasi udara dari cavum tympani. Tuba biasanya dalam keadaan
tertutup dan baru terbuka apabila oksigen diperlukan masuk ke telinga
tengah atau pada saat mengunyah, menelan dan menguap. Pembukaan
tuba dibantu oleh otot tenso veli palatini apabila terdapat perbedaan
tekanan.
Disfungsi Tuba Eustachius merupakan suatu keadaan terbloknya
tuba eustachius atau tidak bisa terbuka secara baik, terbuka abnormal,
myoklonus palatal, palatoskisis, dan obstruksi tuba. Saat udara tidak
dapat masuk ke dalam telinga tengah, tekanan udara di luar membran
45
DAFTAR PUSTAKA
5. Alpen A.Patel. patology of eustachian tube treatment and management. emedicine (serial online) 2013 Mei 29 (cited 2013 Oct 30). Available from:
URL:http://emedicine.medscape.com/article/858909treatment#a1128
6. Dhingra. Disorder of middle ear. In:Diseases of ear, nose and throat. 4th
Edition. Reed Elsevier; India : 2007.p. 59-65.
7. Djaafar, Zainul, Helmi, Ratna R. Otitis media supuratif kronis. Kelainan telinga
tengah, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Dan
Leher. 6th ed. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI; 2007.p. 69-74.
8. Acuin J. Chronic suppurative otitis media: Burden of illness and management
options. Geneva: World Health Organization; 2004
47