Anda di halaman 1dari 48

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

FAKULTAS KEDOKTERAN

Gangguan Tuba Eustachius


Pembimbing :
Dr. Tantri Kurniawati Sp THT-KL
Disusun Oleh :
Zeni Ansona

11-2016-065

Maria F L Awarawi

11-2016-058

Yuni Inri Yanti

11-2016-056

Kiki Puspitasari

11-2016-077

Helga Valentine Kapissa

11-2016-080

Timy Christian Tahun

11-2016-078

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN


KEPALA DAN LEHER
RUMAH SAKIT BAYUKARTA KARAWANG
Periode 20 Januari 2014 s/d 22 Februari 2014
Daftar Isi

Kata pengantar

Bab 1 Pendahuluan

Bab 2 Pembahasan
2.1

Anatomi telinga

2.2

Anatomi tuba

2.3

Fungsi tuba

2.4

Gangguan fungsi tuba

2.5

Tuba terbuka abnormal

10

2.6

Myoklonus palatal

13

2.7

Palatoskizis

13

2.8

Obstruksi tuba

14

2.9

Barotrauma

19

2.10

Otitis media akut

23

2. 11

Otitis media supuratif kronis

30

2.12

Otitis media serosa

40

Bab 3 Penutup
3.1

Kesimpulan

45

3.2

Daftar pustaka

46

KATA PENGANTAR
1

Segala puji bagi ALLAH swt yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan kepada penulis sehingga dapat menyusun referat
ini dengan baik dan benar serta tepat waktunya. Didalam referat ini, penulis akan
membahaskan mengenai Penyakit-penyakit pada Tuba Eustachius.
Referat ini telah dibuat dengan pencarian melalui buku-buku rujukan dan juga
penulusuran situs medikal serta telah mendapatkan beberapa bantuan dari pelbagai pihak
untuk membantu dalam menyelesaikan tantangan dan hambatan selama proses mengerjakan
referat ini. Oleh kerana itu, penulis ingni mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan referat ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada referat ini.
Oleh karena itu penulis mengundang pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang dapat
membangun nilai kerja penulis ini. Kritikan yang berunsur konstruktif dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk penyempurnaan referat ini selanjutnya. Semoga referat ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan apabila ada kata-kata yang kurang berkenan penulis
memohon maaf sebesar-besarnya.
Akhir kata semoga referat ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.

Karawang, Februari 2014

Penulis

BAB I
2

PENDAHULUAN

Telinga tengah adalah ruangan kecil sebesar kacang polong berlokasi tepat dibelakang
selaput gendang telinga. Itu secara normal terisi dengan udara yang masuk ke area itu melalui
saluran-saluran eustachian/eustachian tubes (kanal-kanal yang pergi dari belakang hidung dan
tenggorokan menuju telinga tengah). Saluran-saluran Eustachian (kadangkala disebut
saluran-saluran auditory) mencegah penumpukan tekanan didalam telinga-telinga. Mereka
umumnya tetap tertutup, namun terbuka selama menelan dan menguap untuk mengimbangi
tekanan udara pada telinga tengah dengan tekanan udara diluar telinga.Telinga tengah juga
mengandung tulang-tulang kecil yang mengirim getaran-getaran dari selaput gendang telinga
ke telinga dalam.
Kebanyakan infeksi-infeksi telinga terjadi pada telinga luar atau tengah ,infeksiinfeksi telinga dalam adalah jarang. Infeksi-infeksi telinga tidak menular. Bagaimanapun,
infeksi-infeksi virus (seperti selesma, influensa) yang dapat mendahuluinya adalah menular
dan dapat menjurus ke infeksi-infeksi telinga. Infeksi-infeksi telinga adalah lebih umum pada
anak-anak daripada orang-orang dewasa karena saluran-saluran mereka lebih pendek dan
lebar. Sebagai tambahan, jaringan adenoid (adenoid tissue) dibelakang tenggorokan lebih
besar dan dapat menghalangi tuba eustachius.

BAB II
3

PEMBAHASAN

Gambar 1. Anatomi telinga


1. Anatomi

Telinga

Telinga
tengah
terdiri dari

membran
timpani,
kavum timpani,

tulang-tulang

pendengaran,

prosesus mastoideus, dan tuba

eustachius.
Membran timpani
Membran timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani dan memisahkan liang telinga
luar dari kavum timpani. Membrana ini panjang vertical rata-rata 9-10 mm dan diameter
antero-posterior kira -kira 8-9 mm, ketebalannya rata-rata 0,1 mm. Letak membrana timpani
tidak tegak lurus terhadap liang telinga akan tetapi miring yang arahnya dari belakang luar
kemuka dalam dan membuat sudut 45 0 dari dataran sagital dan horizontal. Membran timpani
merupakan kerucut, dimana bagian puncak dari kerucut menonjol kearah kavum timpani,
puncak ini dinamakan umbo. Dari umbo kemuka bawah tampak refleks cahaya (cone of
light ).1
Secara anatomis membrana timpani dibagi dalam 2 bagian :1

1.

Pars tensa : Merupakan bagian terbesar dari membran timpani dan suatu permukaan yang
tegang dan melekat pada anulus fibrosus pada sulkus timpanikus yang merupakan bagian

2.

dari tulang temporal.


Pars flaksida atau membran Shrapnell.

Gambar 2. Membran timpani


Kavum Timpani
1. Dinding superior (batas atas) : Dibentuk oleh tulang yang sangat tipis, kadangkadang malah ditemukan suatu dehidasi (celah). Tegmen tympani ini merupakan batas
antara cvum tympani (epitympani) dengan fossa cranii media. Dalam klinik batas ini
harus diketahui karena radang dapat meluas ke intracranial melalui tegmen tympani.1
2. Dinding inferior (batas bawah) : Juga berdinding tipis, berbatasan dengan bulbus vena
jugularis. Dalam klinik, radang dari cavum tympani dapat meluas ke bawah dan
menyebabkan thrombophlebitis.1
3. Dinding posterior (dinding belakang) : Berhubungan dengan antrum mastoid melalui
suatu celah yang disebut aditus ad antrum.Bagian atas dari aditus ini disebut tegmen
antri, yang berbatasan dengan fossa cranii media. Kemudian di bawah (dasar dari
aditus ini) terdapat canalis N. Fascialis pars verticalis beserta sarafnya (N. Fascialis
pars verticalis). Saraf ini keluar dari os temporalis melalui foramen stylomastoideus.1
4. Dinding anterior (dinding depan) : Dinding ini dibentuk oleh a. Carotis interna,
muara tuba esutachius ke dalam cavum tympani. Disini terdapat canalis dari tulang
5.

yang berisi m. Tensor tympani.


Dinding medial : Dinding ini merupakan pemisah antara cavum tympani dari
labyrinth. Disini terdapat beberapa struktur penting :1
5

o Canalis semisirkularis lateralis


o Canalis N. Fascialis pars horizontalis beserta sarafnya
o Foramen ovale ditutupi oleh basis dari stapes yang memisahkan cavum
tympani dengan skala vestibule
o Promontorium disebabkan oleh penoonjolan dari lingkaran (basis dari cochlea).
o Foramen rotundum ditutupi oleh suatu membran (slaput) yaitu membran
tympani secundaria dan membran ini memisahkan cavum tympani dengan skala
tympani.
6. Dinding lateral : Terdiri dari 2 bagian yaitu pars osseus dan pars membranasea.
Pars osseus merupakan dinding lateral dari epytimpani dan hanya membentuk
sebagian kecil epytimpani, sedangkan pars membranasea merupakan bagian terbesar
yang membentuk epitympani yang merupakan membran tympani, yang memisahkan
cavum tympani dengan meatus acusticus externa.1
Tulang-tulang pendengaran
1)

Maleus
Caput
Colium
Proccesus brevis
Proccesus longus
Manubrium mallei

(caput mallei terdapat pada epytimpani sedangkan bagian-bagian lain terdapat pada
mesotympani).1
2) Incus Corpus
Proccesus brevis
Proccesus longus
Sebgaian besar incus berada pada epytimpani, hanya sebagian kecil dari proccesus longus
yang berada mesotympani.1
3)

Stapes
Capitulum
Colum
Crus anterior
6

Crus posterior
Basis

Caput mallei mengadakan artikulasi dengan corpus dari incus, sedangkan proccesus longus
dari Incus mengadakan articulation dengan capitulum dari stapes.Rangkaian ini disebut
ossicular chain. Gangguan pada ossikular chain ini menyebabkan gangguan pendengaran,
oleh karena ini penting sistem konduksi pada pendengaran.1
2. Anatomi Tuba Eustachius

Gambar 3: Tuba Eustachius.


Tuba eustachius disebut juga tuba auditory atau tuba faringotimpani.bentuknya seperti huruf
S. Tuba ini merupakan saluran yang menghubungkan kavum timpani dengan nasofaring.
Pada orang dewasa panjang tuba sekitar 36 mm berjalan ke bawah, depan dan medial dari
telinga tengah dan pada anak dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm. Tuba terdiri dari 2 bagian
yaitu :1
Bagian tulang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian).
Bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3 bagian).
Bagian tulang sebelah lateral berasal dari dinding depan kavum timpani, dan bagian
tulang rawan medial masuk ke nasofaring. Bagian tulang rawan ini berjalan kearah
posterior,superior dan medial sepanjang 2/3 bagian keseluruhan panjang tuba (4 cm),
kemudian bersatudengan bagian tulang atau timpani.1
7

Tempat pertemuan itu merupakan bagian yang sempit yang disebut ismus.Bagian
tulang tetap terbuka, sedangkan bagian tulang rawan selalu tertutup dan berakhir pada
dinding lateral nasofaring. Pada orang dewasa muara tuba pada bagian timpani terletak kirakira 2-2,5 cm, lebih tinggi dibanding dengan ujungnya nasofaring. Pada anak-anak, tuba
pendek, lebar dan letaknya mendatar maka infeksi mudah menjalar dari nasofaring ke telinga
tengah.1

Gambar 4: Perbedaan tuba eustachius anak dan dewasa


3. Fungsi tuba eustachius
Secara fisiologi tuba Eustachius melakukan tiga peranan penting yaitu:
1.

Ventilasi dan mengatur tekanan telinga tengah.


Pada pendengaran yang normal, perlu sekali bahwa tekanan pada dua sisi membran
timpani harus sama. Tekanan positif atau negatif mempengaruhi pendengaran.Dengan
begitu tuba Eustachius harus terbuka secara periodik untuk menyeimbangkan tekanan
udara pada telinga tengah. Normalnya tuba Eustachius tetap tertutup dan terbuka
secara intermitten selama menelan, mengunyah dan bersin. Sikap badan juga
mempengaruhi fungsi, pembukaan tuba kurang berguna pada posisi berbaring dan
selama tidur dikarenakan pembendungan vena. Fungsi tuba yang buruk pada bayi dan
anak-anak bertanggung jawab pada masalah telinga pada kelompok usia tersebut. Itu
biasanya normal kembali pada usia 7-10 tahun.

2.

Perlindungan terhadap tekanan bunyi nasofaring dan reflux sekresi dari nasofaring.

Secara abnormal, tekanan suara tinggi dari nasofaring dapat dialirkan ke telinga
tengah jika tuba terbuka, dengan demikian mengganggu pendengaran yang
normal.Biasanya tuba Eustachius tetap tetutup dan melindungi telinga tengah
melawan suara tersebut.Tuba Eustachius yang normal juga melindungi telinga tengah
dari reflux sekresi nasofaring. Reflux ini terjadi dengan mudah jika diameter tuba
lebar (patulous tube), pendek (seperti pada bayi), atau membran timpani yang
perforasi (menyebabkan infeksi telinga tengah yang persisten pada kasus perforasi
membran timpani). Tekanan tinggi di dalam nasofaring juga dapat memaksa sekresi
nasofaring ke dalam telinga tengah , misalnya meniup hidung dengan kuat.
3.

Pembersihan sekresi telinga tengah.


Membran mukosa tuba Eustachius dan bagian anterior telinga tengah dilapisi oleh sel
ciliated columnar. Silia bergerak ke arah nasofaring.Ini membantu untuk
membersihkan sekresi dan debris dalam telinga tengah ke arah nasofaring. Fungsi
pembersihan dipengaruhi oleh pembukaan dan penutupan yang aktif dari tuba.

4. Gangguan Fungsi Tuba Eustachius


Tuba biasanya dalam keadaan tertutup dan baru terbuka apabila oksigen diperlukan masuk ke
dalam telinga tengah atau pada saat mengunyah, menelan dan menguap.Pembukaan tuba
dibantu oleh otot tensor velli palatine apabila perbedaan tekanan berbeda Antara 20- 40
mmHg. Gangguan fungsi tuba dapat terjadi oleh beberapa hal, seperti tuba terbuka abnormal,
mioklonus palatal, palatoskisis, obstruksi tuba karena beberapa penyebab (seperti radang
adenoid, tumor nasofaring, radang nasofaring), barotraumas, OMA, OMSK, OMS, dan
otosklerosis.2
Pada anak, mekanisme pembukaan tuba eustachius saat menelan sering kali menjadi satu
permasalahan.Hal ini disebabkan oleh, 1) Persisten kolaps kartilago tuba eustachius 2)
inefisien muskulus tensor veli palatine 3) atau kedua-duanya.

Gambar 5. Ketidakberhasilan mekanisme

pembukaan tuba pada anak

Tuba terbuka abnormal


Tuba terbuka abnormal ialah tuba terus menerus terbuka, sehingga udara masuk ke telinga
tengah waktu respirasi.Umumnya idiopatik tetapi dapat juga disebabkan oleh hilangnya
jaringan lemak di sekitar mulut tuba sebagai akibat turunnya berat badan yang hebat dan
kehamilan terutama pada trimester ketiga diidentifikasi sebagai faktor predisposisi
penting.Selain itu, faktor lain yang mungkin adalah penyakit kronis tertentu seperti rinitis
atrofi dan faringitis, gangguan fungsi otot seperti myasthenia gravis, penggunaan obat anti
hamil pada wanita dan penggunaan estrogen pada laki-laki.2,5
Gangguan neurologis yang dapat menyebabkan atrofi otot (misalnya, stroke, multiple
sclerosis, penyakit motor neuron) jugamungkin terlibat. Pembentukan adhesi dalam
nasofaring setelah adenoidectomy atau radioterapi juga dapat mempengaruhi untuk terjadinya
kelainan ini.. Faktor predisposisi lainnya termasuk kelelahan, stres, kecemasan, latihan, dan
sindrom sendi temporomandibular.5,6
Insiden tuba terbuka abnormal adalah sebanyak 0,3-6,6%, dan 10-20% dari orang yang
mengalaminya mencari bantuan medis karena merasa begitu terganggu dengan gejalanya.
Kondisi ini lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria dan biasanya terjadi pada
remaja dan orang dewasa, jarang ditemukan pada anak-anak.5
Keluhan pasien biasanya berupa rasa penuh dalam telinga atau autofoni (gema suara sendiri
terdengar lebih keras), sampai bisa terdengar bunyi napas sendiri dan bisa mengganggu
pertuturan. Keluhan ini kadang-kadang sangat mengganggu, sehingga pasien mengalami
10

stress berat. Vertigo dan gangguan pendengaran juga dapat terjadi karena tuba terbuka
abnormal memungkinkan perubahan tekanan yang berlebihan terjadi di telinga tengah,
perubahan tekanan kemudian dikirim ke telinga bagian dalam melalui gerakan tulang
pendengaran. Beberapa pasien mungkin mengalami kesulitan makan karena suara
mengunyah ditransmisikan ke telinga. Gejala mungkin berhubungan dengan perubahan siklus
yang terjadi dalam mukosa tuba eustachius. Beberapa pasien merasa lega dengan peningkatan
kongesti mukosa yang terkait dengan cara berbaring, menempatkan kepala di antara lutut,
atau selama infeksi saluran pernapasan atas.2,5
Kompresi vena jugularis menghasilkan kongesti vena peritubular dan bisa meringankan
gejala. Pasien kadang-kadang mengendus berulang-ulang untuk menutup tabung eustachius,
dan ini dapat mengakibatkan tekanan negatif telinga tengah jangka panjang. Dekongestan
atau tabung ventilasi dalam membran timpani dapat memperburuk gejala.
Pada pemeriksaan klinis dapat dilihat membran timpani yang atrofi, tipis dan bergerak pada
respirasi (a telltale diagnostic sign). Membran timpani dapat menjadi atrofi sekunder akibat
gerakan membran timpani yang konstan dari bernapas atau mengendus. Disebabkan tuba
yang terbuka abnormal, perubahan tekanan dalam nasofaring sangat mudah dipindahkan ke
telinga tengah sehinggakan pergerakan membran timpani bisa dilihat pada waktu inspirasi
dan ekpirasi. Pergerakan ini lebih jelas jika pasien bernapas setelah menutup lobang hidung
yang bersebelahan. Membran timpani bergerak ke medial pada waktu inspirasi dan ke lateral
pada waktu ekspirasi. Jika pasien duduk tegak, gerakan kecil pars flaccida terjadi, yang
menghilang ketika pasien terlentang.6
CT scan dalam bidang aksial telah digunakan untuk menunjukkan adanya tuba terbuka
abnormal. CT scan mungkin berguna dalam membuat diagnosis pada beberapa pasien.
Radiologi hanya membantu dalam diagnosis patensi anatomi. Timpanometri dapat
mendeteksi gerakan dari membran timpani dengan respirasi hidung, terutama dengan pasien
dalam posisi tegak.Suara distorsi dari respirasi hidung dan pertuturan dapat didengar dengan
mikrofon ditempatkan di meatus eksternal. Dengan sonotubometry, suara uji dimasukkan ke
ruang depan hidung dan mikrofon dipasang ke dalam meatus auditori eksternal. Dengan tuba
terbuka abnormal, tingkat tekanan suara di kanalis eksternal berada pada tingkat maksimum,
karena tabung tidak menutup, tidak ada penurunan mendadak dalam suara yang
ditransmisikan.5

11

Dalam kondisi normal, tabung eustachius ditutup dan hanya dibuka pada waktu menelan atau
autoinflation. Biasanya, penutupan tabung eustachius dikelola oleh faktor luminal dan
ekstraluminal, yang meliputi elastisitas intrinsik tabung, tegangan permukaan lembab
luminal, dan tekanan jaringan ekstraluminal.Tonus otot tensor veli palatini melebarkan lumen
jadinya kerusakan pada tensor veli palatini setelah operasi bibir sumbing dapat
mengakibatkan tuba terbuka abnormal. Berat badan juga dapat menyebabkan pembukaan
abnormal yang disebabkan oleh berkurangnya tekanan jaringan dan hilangnya deposit lemak
di daerah tabung eustachius. Kehamilan mengubah tekanan pembukaan tabung eustachius
karena perubahan tegangan permukaan, estrogen yang bekerja pada prostaglandin E
mempengaruhi produksi surfaktan. Jaringan parut di ruang postnasal akibat adenoidectomy
dapat menyebabkan traksi tuba dalam posisi terbuka.5
Kondisi akut dari penyakit ini adalah self-limiting dan tidak memerlukan pengobatan.Pasien
dengan tuba terbuka abnormal yang sedang hamil dan mereka dengan gejala ringan
(kebanyakan pasien) perlu diinformasi saja.Pasien yang memiliki gejala selama kehamilan
bebas gejala setelah melahirkan. Pasien disarankan untuk melakukan hal berikut:

Menambah atau mendapatkan kembali berat badan yang hilang

Hindari diuretik

Berbaring atau meletakkan kepala lebih rendah ketika gejala terjadi

Pemberian obat topikal (obat nasal) dengan antikolinergik mungkin efektif untuk beberapa
pasien. Estrogen (Premarin) tetes hidung (25 mg dalam 30 mL normal saline, 3 tetes tid) atau
obat oral larutan jenuh kalium iodida (10 tetes dalam segelas jus buah tid) telah digunakan
untuk menginduksi pembengkakan pembukaan tuba eustachius. Obat hidung yang
mengandung asam klorida encer, chlorobutanol, dan benzil alkohol telah dibuktikan efektif
pada beberapa pasien. Hal ini telah dilaporkan dapat ditoleransi dengan baik dengan sedikit
atau tidak ada efek samping. Persetujuan oleh Food and Drug Administration (FDA) masih
tertunda. Bila tidak berhasil dapat dipertimbangkan untuk memasang pipa ventilasi
(Grommet).2,5,6
Mioklonus Palatal
Merupakan satu kontraksi ritmik dari otot-otot palatum yang terjadi secara periodik.Terbagi
kepada essensial dan simptomatik. Tipe simtomatik disebabkan oleh gangguan pada
12

cerebellum sedangkan tipe essensial etiologinya idiopatik. Bunyi klik hanya terdengar pada
tipe esensial. Bunyi klik terdengar dalam telinga pasien dan kadang-kadang dapat terdengar
oleh pemeriksa.Walaupun keadaanya seperti tremor, gerakannya bersifat berulang-ulang
daripada berosilasi dan hanya menggunakan otot agonis sahaja.Penyebab kepada bunyi klik
dari dalam telinga tidak diketahui tetapi lebih sering ditemukan pada myoklonus palatal
essensial yang bersifat idiopatik.Keadaan ini jarang terjadi dan penyebab yang pasti belum
diketahui.
Palatoskisis
Palatoschizis adalah malformasi yang disebabkan oleh gagalnya prosesus nasal median dan
maksilaris untuk menyatu selama perkembangan embrionik. Pada palatoskisis terjadi
gangguan abnormalitas perkembangan dari otot-otot yang mengontrol pembukaan dan
penutupan tuba eustachius dimana sfingter pada muara tuba Eustachii bekerja kurang baik.
Hal ini menyebabkan kemungkinan terjadinya obstruksi tuba yang menyebabkan infeksi ke
telinga tengah pada anak dengan palatoskisis, lebih besar dan lebih mudah kambuh
dibandingkan dengan anak normal. Oleh karena itu dianjurkan untuk melakukan koreksi
palatoskisis sedini mungkin.
Etiologi: Faktor herediter dan lingkungan.
Patofisiologi : Pasien dengan palatoschisis mengalami gangguan perkembangan wajah,
inkompetensi velopharyngeal, perkembangan bicara yang abnormal, dan gangguan fungsi
tuba eustachi. Adanya hubungan antara rongga mulut dan hidung menyebabkan berkurangnya
kemampuan untuk mengisap pada bayi. Insersi yang abnormal dari m.tensor veli palatine
menyebabkan tidak sempurnanya pengosongan pada telinga tengah. Infeksi telinga yang
rekuren telah dihubungkan dengan timbulnya ketulian yang memperburuk cara bicara pada
pasien dengan palatoschisis.

Klasifikasi :
Palatoschisis dapat berbentuk sebagai palatoschisis tanpa labioschisis atau disertai dengan
labioschisis. Palatoschisis sendiri dapat diklasifikasikan lebih jauh sebagai celah hanya pada
palatum molle, atau hanya berupa celah pada submukosa. Celah pada keseluruhan palatum
terbagi atas dua yaitu komplit (total), yang mencakup palatum durum dan palatum molle,
13

dimulai dari foramen insisivum ke posterior, dan inkomplit (subtotal). Palatoschisis jugadapat
bersifat unilateral atau bilateral.
Veau membagi cleft menjadi 4 kategori yaitu :
1. Cleft palatum molle
2. Cleft palatum molle dan palatum durum
3. Cleft lip dan palatum unilateral komplit
4. Cleft lip dan palatum bilateral komplit

Gambar 6. Klasifikasi cleft palate


Obstruksi tuba
Obstruksi tuba umumnya terjadi karena otitis media, baik dalam bentuk barotrauma, otitis
media supuratif, maupun otitis media non supuratif.Salah satu bentuk otitis media nonsupuratif adalah otitis media serosa. Keadaan ini sering ditemukan pada rhinitis alergika dan
pada orang yang sering pilek. Dapat terjadi oleh berbagai kondisi, seperti peradangan di
nasofaring, peradangan adenoid atau tumor nasofaring.Gejala klinik awal yang timbul pada
penyumbatan tuba oleh tumor adalah terbentuknya cairan pada telinga tengah (otitis media
serosa).Oleh karena itu setiap pasien dewasa dengan otitis media serosa kronik unilateral
harus dipikirkan kemungkinan adanya ca nasofaring. Sumbatan mulut tuba di nasofaring juga
dapat tejadi oleh tampon posterior hidung (Bellocq tampon) atau oleh sikatriks yang terjadi
akibat trauma operasi (adenoidektomi).

14

Obstruksi tuba eustachius dapat terjadi secara inflamasi intrisik( intraluminal, periluminal)
seperti infeksi atau alergi. Dapat juga terjadi obstruksi secara ekstrinsik (peritubal) yaitu
pembesaran adenoid.
i) Peradangan pada nasofaring (ISPA)
Hal ini merupakan penyebab tersering dari disfungsi tuba eustachius. Hidung yang tersumbat
atau mucus yang timbul saat flu atau infeksi lain merupakan factor pencetus terjadi disfungsi
tuba dalam ISPA. Akibat infeksi, baik dari virus, bakteri maupun jamur dapat menyebabkan
mukosa tuba eustachius menjadi radang dan membengkak dan akhirnya menyebabkan
terjadinya gangguan pada motilitas silia tuba di mana silia menjadi lumpuh. Silia yang
lumpuh ini mengakibatkan fungsi pencegahan invasi kuman menjadi terganggu dan kuman
dapat masuk ke dalam telinga tengah dan menyebakan peradangan telinga tengah.
Kuman penyebab terjadinya gangguan fungsi tuba akibat daripada ISPA adalah dari golongan
bakteri piogenik, seperti Streptococcus hemoliticus, Haemophilus Influenzae, Staphylococcus
aureus, Streptococcus pneumonia, Pneumococcus, Moraxella catarrhalis dan Haemophilus
influenza. Sering kali bakteri ini sering ditemukan pada anak di bawah usia lima tahun,
meskipun juga potogen pada orang dewasa.
Pada banyak kasus, Disfungsi Tuba Eustachius yang terjadi ringan atau tidak berlangsung
lama, oleh itu kadangkala tidak diberikan pengobatan khusus karena gejala akan segera
hilang seiringan dengan penyembuhan, namun di anjurakan untuk melakukan perasat valsava
yaitu dengan menarik napas dalam-dalam lalu mencoba membuang napas dengan menutup
mulut atau menjepit hidung.
Pemberian dekongestan nasal spray/ tetes diberikan jika pasien mengalami batuk pilek atau
hal lain yang menyebabkan hidung tersumbat. Walau bagaimanapun tidak dianjurkan
menggunakan lebih dari 7 hari karena akan memperburuk kongesti di nasal.
ii) Rhinitis alergi
Rinitis alergi merupakan suatu kumpulan gejala kelainan hidung yang disebabkan proses
inflamasi yang diperantarai oleh imunoglobulin E (IgE) akibat paparan alergen pada mukosa
hidung.

15

Rinitis Alergi perennial : Gejala timbul sepanjang tahun, terus menerus tanpa variasi
musim dan penyebab tersering ialah allergen inhalan seperti debu,bulu hewan, jamur
atau allergen ingestan.

Rinitis Alergi musiman tergantung 4 musim dan tidak terdapat di Indonesia.


Penyebabnya spesifik yaitu tepung sari (pollen) dan spora jamur. Oleh karena itu
nama yang tepat ialah rinokonjungtivitis karena gejala yang tampak ialah gejala pada
hidung dan mata(mata merah disertai lakrimasi).

ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) membuat klasifikasi rinitis alergi
berdasarkan lama dan seringnya timbul gejala, dan berdasarkan gejala yang dialami pasien,
bukan berdasarkan penyebab. Klasifikasi baru membagi rinitis alergi menjadi 2 kategori,
yaitu intermiten dan persisten.

Kategori intermiten adalah apabila gejala timbul kurang dari 4 hari per minggu atau
kurang dari 4 minggu.

Kategori persisten adalah apabila gejala timbul lebih dari 4 hari dalam seminggu dan
berlangsung lebih dari 4 minggu.

Gejala rinitis alergi berupa bersin (5-10 kali berturut-turut), rasa gatal (pada mata, telinga,
hidung, tenggorok, dan palatum), hidung berair, mata berair, hidung tersumbat, post nasal
drip, tekanan pada sinus, dan rasa lelah.3
Gejala spesifik pada anak ialah terdapatnya bayangan gelap di daerah bawah mata yang
terjadi karena stasis vena sekunder akibat obstruksi hidung yang disebut allergic shiner.
Selain itu, tampak juga anak menggosok-gosok hidung karena gatal dengan punggung tangan
yang disebut allergic salute.
Rhinitis menyebabkan mukosa hidung teriritasi, membengkak dam menyempitkan saluran
tuba eustachius akhirnya menyebabkan terjadinya gangguan pada motilitas silia tuba di mana
silia menjadi lumpuh dan gangguan fungsi tuba terganggu.
Pemberian antihistamin disarankan apabila memang ternyata penyebabgangguan tuba
eustachius adalah dari alergi, pada situasi ini antihistamin membantu untuk meringankan
kongesti nasal dan peradangan dan sekaligus diharapkan mengembalikan fungsi tuba
eustachius. Selain itu boleh juga diberikan steroid nasal spray ada alergi atau penyebab
16

peradangan yang persisten di hidung, pemberian steroid nasal spray membutuhkan beberapa
hari untuk efek yang penuh, oleh itu penderita tidak akan merasakan perubahan saat awal
mula pemakaian.
iii) Hipertrofi adenoid
Adenoid merupakan massa yang terdiri dari jaringan limfoid pada dinding posterior
nasofaring di atas batas palatum molle dan termasuk dalam cincin Waldeyer. Secara fisiologik
pada anak-anak, adenoid dan tonsil mengalami hipertrofi. Adenoid ini membesar pada anak
usia 3 tahun dan kemudian mengecil dan menghilang sama sekali pada usia 14 tahun. Apabila
sering terjadi infeksi pada saluran napas bagian atas, maka dapat terjadi hipertrofi adenoid
yang akan mengakibatkan sumbatan pada koana dan tuba Eustachius.
Akibat sumbatan koana pasien akan bernapas melalui mulut sehingga terjadi (1) fasies
adenoid, yaitu tampak hidung kecil, gigi insisivus ke depan (prominen), arkus faring tinggi
yang menyebabkan kesan wajah pasien tampak seperti orang bodoh; (2) faringitis dan
bronkitis; serta (3) gangguan ventilasi dan drainase sinus paranasal sehingga menimbulkan
sinusitis kronik. Obstruksi dapat mengganggu pernapasan hidung dan menyebabkan
perbedaan dalam kualitas suara. Akibat sumbatan tuba Eustachius akan terjadi otitis media
akut berulang dan akhirnya dapat terjadi otitis media supuratif kronik. Akibat hipertrofi
adenoid juga dapat menimbulkan retardasi mental, pertumbuhan fisik berkurang, gangguan
tidur dan tidur ngorok. Hipertrofi adenoid juga dapat menyebabkan beberapa perubahan
dalam struktur gigi dan maloklusi. Terapinya adalah adenoidektomi untuk adenoid hipertrofi
yang menyebabkan obstruksi hidung, obstruksi tuba Eustachius, atau yang menimbulkan
penyulit lain.

17

Gambar 7:
Obstruksi tuba
eustachius karena
hipertrofi adenoid
iv) Sikatriks post adenoidektomi
Jaringan sikatrik (scar) adalah penonjolan kulit akibat
penumpukan jaringan

fibrosa

sebagai pengganti
jaringan kolagen normal. Pada post adenoidektomi,
terbentuk sikatriks sehingga menyebabkan terjadinya
obstruksi tuba.

Gambar 8 : a) Adenoidektomi b) Sikatriks


V) Karsinoma nasofaring
Batas-batas nasofaring :
Superior : basis cranii, diliputi oleh mukosa dan fascia.
Inferior : bidang horizontal yang ditarik dari palatum durum ke posterior, batas ini
bersifat subyektif karena tergantung dari palatum durum.
Anterior : koana, yang dipisahkan menjadi koana dextra dan sinistra oleh os vomer.
Posterior : vertebra cervicalis I dan II, fascia space, mukosa lanjutan dari mukosa
bagian atas.
18

Lateral : mukosa lanjutan dari mukosa di bagian superior dan posterior, muara tuba
Eustachii, fossa Rosenmuller.
Gejala yang timbul oleh tumor nasofaring beraneka ragam, tidak ada gejala pasti yang khusus
untuk tumor nasofaring karena tumor primer itu sendiri dalam nasofaring kadang tidak
menimbulkan gejala. Tumor nasofaring dapat menimbulkan gejala-gejala hingga penderita
datang berobat keberbagai ahli.
Tumor ini menimbulkan gejala bila sudah ada penyebaran.
1. Gejala nasofaring (tumor primer )
Asimptomatik.
Hidung tumpat.
Epistaksis ringan
2. Gangguan pada telinga/pendengaran.
Merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor dekat muara tuba eustachius
( fossa Rossen-Muller ) hingga tuba tertutup. Gangguan dapat berupa :
Tinitus
Tuli (deafness ) akibat timbulnya otitis media serosa
Rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri ( otalgia )
Tidak jarang penderita dengan gangguan pendengaran ini baru kemudian disadari bahwa
penyebabnya adalah karsinoma nasofaring.
3. Gejala mata dan syaraf
Infiltrasi dasar tengkorak : Merupakan gejala karsinoma. Penjelasan melalui

fenomena laserum akan mengenai syaraf otak N.III, N.VI, dapat pula ke N.V dapat
menimbulkan gejala : Diplopia, Juling, Neuralgia terminal.
Infiltrasi para faring : Yaitu tengkorak lateral dan belakang tumor masuk menjalar,
sepanjang dasar tengkorak dapat merusak syaraf-syaraf yang melalui foramen
jugularis yaitu N.IX, X, XI dan XII sehingga menimbulkan paralise motorik atau
sensorik pada faring dan laring.
Otitis Barotrauma
Merupakan keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang tiba- tiba di luar telinga
tengah sewaktu di pesawat terbang atau menyelam, yang menyebabkan tuba gagal untuk
membuka.Otitis barotrauma merupakan tipe paling sering barotrauma. Ia disebabkan oleh
perbedaan tekanan antara telinga tengah dengan tekanan atmosfir. Pasien dengan perforasi
19

membran timpani tidak akan mengenai barotrauma, melainkan telinga tengahnya terlokulasi.
Ia memerlukan perubahan tekanan yang nyata untuk mengakibatkan kondisi ini.2
Membrane timpani mempunyai 2 bagian; bagian media yang bisa kolaps dan bagian lateral
yang rigid, jadi udara dapat melewatinya tetapi tidak dapat disedot keluar.Maka perbedaan
tekanan tidak berlaku sewaktu pesawat naik karena tekanan telinga tengah cenderung lebih
tinggi dari tekanan atmosfir, tetapi berlaku sewaktu pesawat turun karena tekanan telinga
tengah menurun secara progresif berbanding tekanan atmosfir, maka udara seperti ditarik ke
dalam tuba. Hal ini tidak akan berlaku sekiranya tuba terbuka secara normal oleh gerakan
otot. 3,4

Gambar 9: Keadaan tuba eustachius pada barotrauma


Apabila perbedaan tekanan melebihi 90cmHg, maka otot yang normal aktivitasnya tidak
mampu membuka tuba.Pada keadaan ini terjadi tekanan negative di rongga telinga tengah,
membrane timpani tertarik ke dalam yang menyebabkan rasa nyeri. Membrane mukosa
teregang, tersumbat dan menjadi edema, sehingga cairan keluar dari pembuluh darah kapiler
mukosa dan kadang- kadang disertai dengan rupture pembuluh darah, sehingga cairan di
telinga tengah dan rongga mastoid tercampur darah. Membrane timpani menjadi kurang
elastis, menyebabkan hantaran getaran suara berkurang, maka mengganggu pendengaran.2,3

20

Apabila fungsi tuba terganggu akibat inflamasi mukosa karena ISPA, alergi atau trauma, pada
peringkat awal pergerakan udara aktif ke telinga tengah terganggu, kemudian diikuti dengan
ventilasi pasif terganggu pada kasus yang lebih berat. Maka pasien dengan ISPA biasanya
mendapati bahwa telinga mampu beradaptasi sewaktu pesawat naik, tetapi nyeri bertambah
sewaktu pesawat mahu mendarat sekiranya menelan dan perasat gagal.3,4
Gejala klinik adalah kurang dengar, rasa nyeri dalam telinga, perasaan ada air dalam telinga
dan kadang- kadang tinnitus dan vertigo.
Tabel 1. Gred barotrauma telinga tengah pada pemeriksaan auriskopik
Gred
0
1
2
3
4
5

membran timpani
Gejala tanpa tanda- tanda kelainan membrane timpani
Injeksi membrane timpani
Injeksi dengan perdarahan ringan dalam membrane timpani
Perdarahan jelas pada membrane timpani
Darah bebas di telinga tengah, gegendang kebiruan dan bulging.
Perforasi membrane timpani

Gambar 10 . Kondisi membran timpani pada otoskopi menurut gred barotrauma


Penatalaksanaan biasanya konservatif saja, yaitu dengan dekongestan local atau dengan
melakukan perasat Valsalva selama tidak terdapat infeksi di jalan napas atas.

Perasat

Valsalva dilakukan dengan cara meniupkan dengan keras dari hidung sambil hidung dipencet
serta mulut ditutup. Bila tuba terbuka maka terasa ada udara masuk ke dalam rongga telinga
tengah yang menekan membrane timpani ke arah lateral. Perasat ini tidak boleh dilakukan
apabila ada infeksi jalan napas atas.3,4

21

Apabila cairan atau cairan yang bercampur darah menetap di telinga tengah sampai beberapa
minggu, maka dianjurkan untuk miringotomi dan bila perlu memasang pipa ventilasi
(Grommet).

Gambar 11. Pemasangan Pipa Grommet

Antara pengobatan dan pencegahan barotrauma adalah:

Antihistamin:dapat membataskan jumlah produksi mucus yang dihasilkan.


Contoh: Loratadine tablet 10 mg.

Dekongestan: mengeringkan mucus pada hidung.


Contoh: semprot xylometazoline- disemprotkan satu jam sebelum waktu pesawat
mendarat, kemudian disemprot lagi 5 menit kemudiannya. Setelah itu disemprot
setiap 20 menit hingga mendarat.

Antibiotic: dapat mencegah infeksi telinga sekiranya barotrauma berat.

Pencegahan baraotrauma dapat dilakukan dengan mengunyah permen karet atau melakukan
perasat Valsalva, terutama sewaktu pesawat terbang mulai turun untuk mendarat.Jangan tidur
sewaktu pesawat mahu mendarat.Sebaliknya, lakukan aktivitas yang dapat membantu
pembukaan tuba (minum, menguap, makan permen, dsb). Hindari aktivitas menyelam atau
menaiki pesawat sekiranya lagi sedang infeksi saluran napas atas.3,4
Antara komplikasi yang berlanjutan adalah nyeri telinga bisa memburuk, namun jarang
menyebabkan kerusakan serius pada telinga.Kadangkala menyebabkan perforasi membrane
timpani, namun biasanya dapat menutup sendiri dalam beberapa minggu. Yang lain adalah
mudahnya terkena infeksi akut telinga,gangguan pendengaran atau vertigo. Prognosis
22

biasanya baik karena gangguan pendengaran biasanya bersifat sementara. Namun,sekiranya


aktivitas terkait perubahan tekanan dilakukan lagi, barotrauma dapat terjadi lagi. Oleh itu,
pencegahan adalah penting untuk mengatasi hal ini.
Antara sebab terjadinya obstruksi tuba eustachius adalah adanya tekanan yang tiba-tiba di
bagian ujung sistem tuba eustachius. Hal ini dapat digambarkan seperti di bawah. Ini
menunjukkan bahwa cairan telinga tidak akan berjalan sehingga tekanan negative diberikan
perlahan-lahan pada tuba eusatachius. Namun begitu, jika tekanan negative diberikan secara
tiba-tiba, akan terjadi obstruksi istmus tuba secara tiba-tiba. Kejadian ini disebut locking
phenomenon.

Gambar 12: Gambaran locking phenomenon


Otitis Media Akut
Definisi:
Otitis Media Akut (OMA),otitis media akut adalah peradangan pada telinga tengah yang
bersifat akut atau tiba-tiba. Telinga tengah adalah organ yang memiliki penghalang yang
biasanya dalam keadaan steril. Tetapi pada suatu keadaan jika terdapat infeksi bakteri pada
nasofaring dan faring, secara alamiah teradapat mekanisme pencegahan penjalaran bakteri
memasuki telinga tengah oleh enzim pelindung dan bulu-bulu halus yang dimiliki oleh tuba
eustachii.
Etiologi:
23

Penyebab otitis media akut (OMA) dapat merupakan virus maupun bakteri.
Pada 25% pasien, tidak ditemukan mikroorganisme penyebabnya.
Virus ditemukan pada 25% kasus dan kadang menginfeksi telinga tengah bersama
bakteri.
Bakteri penyebab otitis media tersering adalah Streptococcus pneumoniae, diikuti
oleh Haemophilus influenzae dan Moraxella cattarhalis. Yang perlu diingat pada
OMA, walaupun sebagian besar kasus disebabkan oleh bakteri, hanya sedikit kasus
yang membutuhkan antibiotik. Hal ini dimungkinkan karena tanpa antibiotik pun
saluran Eustachius akan terbuka kembali sehingga bakteri akan tersingkir bersama
aliran lendir.
Patofisiologi
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan
atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius.Saat bakteri melalui
saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi
pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih
untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan
diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah.Selain itu
pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan selsel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga.
Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang
telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di
telinga dalam tidak dapat bergerak bebas.Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya
sekitar 24 desibel (bisikan halus).
Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45
desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri.1 Dan yang
paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga
karena tekanannya.Sebagaimana halnya dengan kejadian infeksi saluran pernapasan atas
(ISPA), otitis media juga merupakan salah satu penyakit langganan anak.
Anak lebih mudah terserang otitis media dibanding orang dewasa karena beberapa hal yaitu:

Sistem kekebalan tubuh anak masih dalam perkembangan.

24

Saluran Eustachius pada anak lebih lurus secara horizontal dan lebih pendek sehingga

ISPA lebih mudah menyebar ke telinga tengah.


Adenoid (adenoid: salah satu organ di tenggorokan bagian atas yang berperan dalam
kekebalan tubuh) pada anak relatif lebih besar dibanding orang dewasa. Posisi
adenoid berdekatan dengan muara saluran Eustachius sehingga adenoid yang besar
dapat mengganggu terbukanya saluran Eustachius. Selain itu adenoid sendiri dapat
terinfeksi di mana infeksi tersebut kemudian menyebar ke telinga tengah lewat
saluran Eustachius.2

Manifestasi Klinis
a. Stadium Oklusi Tuba Eustachius
Pada stadium ini, terdapat sumbatan tuba Eustachius yang ditandai oleh retraksi
membran timpani akibat terjadinya tekanan intratimpani negatif di dalam telinga
tengah, dengan adanya absorpsi udara. Retraksi membran timpani terjadi dan posisi
malleus menjadi lebih horizontal, refleks cahaya juga berkurang. Edema yang terjadi
pada tuba Eustachius juga menyebabkannya tersumbat. Selain retraksi,
membran timpani kadang-kadang tetap normal dan tidak ada kelainan, atau
hanya berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi tetapi tidak dapat
dideteksi. Stadium ini sulit dibedakan dengan tanda dari otitis media serosa
yang disebabkan oleh virus dan alergi. Tidak terjadi demam pada stadium ini.

b. Stadium Hiperemis atau Stadium Pre-supurasi


Pada stadium ini, terjadi pelebaran pembuluh darah di membran
timpani, yang ditandai oleh membran timpani mengalami hiperemis, edema
mukosa dan adanya sekret eksudat serosa yang sulit terlihat. Hiperemis
disebabkan oleh oklusi tuba yang berpanjangan sehingga terjadinya invasi
oleh mikroorganisme piogenik. Proses inflamasi berlaku di telinga tengah dan
membran timpani menjadi kongesti. Stadium ini merupakan tanda infeksi
bakteri yang menyebabkan pasien mengeluhkan otalgia, telinga rasa penuh
dan demam. Pendengaran mungkin masih normal atau terjadi gangguan
ringan, tergantung dari cepatnya proses hiperemis. Hal ini terjadi karena
terdapat tekanan udara yang meningkat di kavum timpani. Gejala-gejala
berkisar antara dua belas jam sampai dengan satu hari.

25

Gambar 13. Membran Timpani Hiperemis


c. Stadium Supurasi
Stadium supurasi ditandai oleh terbentuknya sekret eksudat purulen
atau bernanah di telinga tengah dan juga di sel-sel mastoid. Selain itu edema
pada mukosa telinga tengah menjadi makin hebat dan sel epitel superfisial
terhancur.

Terbentuknya

eksudat

yang

purulen

di

kavum

timpani

menyebabkan membran timpani menonjol atau bulging ke arah liang telinga


luar.
Pada keadaan ini, pasien akan tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat serta rasa
nyeri di telinga bertambah hebat. Pasien selalu gelisah dan tidak dapat tidur nyenyak. Dapat
disertai dengan gangguan pendengaran konduktif. Pada bayi demam tinggi dapat disertai muntah
dan kejang.
Stadium supurasi yang berlanjut dan tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan
iskemia membran timpani, akibat timbulnya nekrosis mukosa dan submukosa membran timpani.
Terjadi penumpukan nanah yang terus berlangsung di kavum timpani dan akibat tromboflebitis
vena-vena kecil, sehingga tekanan kapiler membran timpani meningkat, lalu menimbulkan
nekrosis. Daerah nekrosis terasa lebih lembek dan berwarna kekuningan atau yellow spot.
Keadaan stadium supurasi dapat ditangani dengan melakukan miringotomi. Bedah kecil ini
kita lakukan dengan menjalankan insisi pada membran timpani sehingga nanah akan keluar dari
telinga tengah menuju liang telinga luar. Luka insisi pada membran timpani akan menutup
kembali, sedangkan apabila terjadi ruptur, lubang tempat perforasi lebih sulit menutup kembali.
Membran timpani mungkin tidak menutup kembali jikanya tidak utuh lagi.
Gambar 14. Membran timpani bulging dengan pus purulen
d. Stadium Perforasi
Stadium perforasi ditandai oleh ruptur membran timpani sehingga sekret berupa nanah
yang jumlahnya banyak akan mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Kadang-kadang
26

pengeluaran sekret bersifat pulsasi (berdenyut). Stadium ini sering


disebabkan oleh terlambatnya pemberian antibiotik dan tingginya
virulensi kuman. Setelah nanah keluar, anak berubah menjadi lebih
tenang, suhu tubuh menurun dan dapat tertidur nyenyak.
Jika mebran timpani tetap perforasi dan pengeluaran sekret
atau nanah tetap berlangsung melebihi tiga minggu, maka keadaan
ini disebut otitis media supuratif subakut. Jika kedua keadaan
tersebut tetap berlangsung selama lebih satu setengah sampai dengan dua bulan, maka keadaan
itu disebut otitis media supuratif kronik.

Gambar 15. Membran timpani perforasi


5. Stadium Resolusi
Keadaan ini merupakan stadium akhir OMA yang diawali dengan berkurangnya dan
berhentinya otore. Stadium resolusi ditandai oleh membran timpani berangsur normal hingga
perforasi membran timpani menutup kembali dan sekret purulen akan berkurang dan akhirnya
kering. Pendengaran kembali normal. Stadium ini berlangsung walaupun tanpa pengobatan, jika
membran timpani masih utuh, daya tahan tubuh baik, dan virulensi kuman rendah.
Apabila stadium resolusi gagal terjadi, maka akan berlanjut menjadi otitis media supuratif
kronik. Kegagalan stadium ini berupa perforasi membran timpani menetap, dengan sekret yang
keluar secara terus-menerus atau hilang timbul.
Otitis media supuratif akut dapat menimbulkan gejala sisa berupa otitis media serosa.
Otitis media serosa terjadi jika sekret menetap di kavum timpani tanpa mengalami perforasi
membran timpani.

27

Diagnosis

Diagnosis OMA harus memenuhi tiga hal berikut:

Penyakitnya muncul mendadak (akut)

Ditemukannya tanda efusi (efusi: pengumpulan cairan di suatu rongga tubuh) di


telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut:
o menggembungnya gendang telinga
o terbatas/tidak adanya gerakan gendang telinga
o adanya bayangan cairan di belakang gendang telinga
o cairan yang keluar dari telinga

Adanya tanda/gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan adanya salah
satu di antara tanda berikut:
o kemerahan pada gendang telinga
o nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal

Anak dengan OMA dapat mengalami nyeri telinga atau riwayat menarik-narik daun telinga
pada bayi, keluarnya cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran, demam, sulit makan,
mual dan muntah, serta rewel.Namun gejala-gejala ini (kecuali keluarnya cairan dari telinga)
tidak spesifik untuk OMA sehingga diagnosis OMA tidak dapat didasarkan pada riwayat
semata.
OMA harus dibedakan dari otitis media dengan efusi yang dapat menyerupai OMA. Untuk
membedakannya dapat diperhatikan hal-hal berikut.2,3
Tabel 2.Perbedaan OMA dan otitis media dengan efusi.
Gejala dan tanda

OMA

Otitis media dengan efusi

Nyeri telinga, demam, rewel

Efusi telinga tengah

Gendang telinga suram

+/-

28

Gendang yang menggembung

+/-

Gerakan gendang berkurang

Berkurangnya pendengaran

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan OMA tergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan
pada stadium awal ditujukan untuk mengobati infeksi saluran napas,
dengan pemberian antibiotik, dekongestan lokal atau sistemik, dan
antipiretik.

Tujuan

pengobatan

pada

otitis

media

adalah

untuk

menghindari komplikasi intrakrania dan ekstrakrania yang mungkin


terjadi,

mengobati

gejala,

memperbaiki

fungsi

tuba

Eustachius,

menghindari perforasi membran timpani, dan memperbaiki sistem imum


lokal dan sistemik (Titisari, 2005).
Pada stadium oklusi tuba, pengobatan bertujuan untuk membuka kembali
tuba Eustachius sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang.
Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologik
untuk anak kurang dari 12 tahun atau HClefedrin 1 % dalam larutan
fisiologis untuk anak yang berumur atas 12 tahun pada orang dewasa.
Sumber infeksi harus diobati dengan pemberian antibiotik (Djaafar, 2007).
Pada stadium hiperemis dapat diberikan antibiotik, obat tetes hidung dan
analgesik. Dianjurkan pemberian antibiotik golongan penisilin atau
eritromisin. Jika terjadi resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam
klavulanat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin
intramuskular agar konsentrasinya adekuat di dalam darah sehingga tidak
terjadi mastoiditis terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala
sisa dan kekambuhan. Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari. Bila
pasien alergi tehadap penisilin, diberikan eritromisin. Pada anak, diberikan
ampisilin

50-100

mg/kgBB/hari

yang

terbagi

dalam

empat

dosis,

amoksisilin atau eritromisin masing-masing 50 mg/kgBB/hari yang terbagi


dalam 3 dosis (Djaafar, 2007).

29

Pada stadium supurasi, selain diberikan antibiotik, pasien harus dirujuk


untuk melakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh sehingga
gejala cepat hilang dan tidak terjadi ruptur (Djaafar, 2007).
Pada stadium perforasi, sering terlihat sekret banyak keluar, kadang
secara berdenyut atau pulsasi. Diberikan obat cuci telinga (ear toilet)
H2O2 3% selama 3 sampai dengan 5 hari serta antibiotik yang adekuat
sampai 3 minggu. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi akan
menutup kembali dalam 7 sampai dengan 10 hari (Djaafar, 2007).
Pada stadium resolusi, membran timpani berangsur normal kembali,
sekret tidak ada lagi, dan perforasi menutup. Bila tidak terjadi resolusi
biasanya sekret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi di
membran timpani. Antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila
keadaan ini berterusan, mungkin telah terjadi mastoiditis (Djaafar, 2007).
Pada stadium resolusi, membran timpani berangsur normal kembali,
sekret tidak ada lagi, dan perforasi menutup. Bila tidak terjadi resolusi
biasanya sekret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi di
membran timpani. Antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila
keadaan ini berterusan, mungkin telah terjadi mastoiditis (Djaafar, 2007).

Otitis Media Supuratif Kronis

Definisi
Suatu radang kronis telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya
sekret dari telinga (otorea) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Sekret
mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.

Klasifikasi
1. Tipe tubotimpani = tipe jinak = tipe aman
Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa dan terbatas pada
mukosa saja, biasanya tidak terkena tulang.
Beberapa faktor lain yang mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba eustachius, infeksi
saluran atas, pertahanan mukosa terhadap infeksi yang gagal pada pasien dengan daya tahan
30

tubuh yang rendah, disamping itu campuran bakteri aerob dan anaerob, luas dan derajat
perubahan mukosa, serta migrasi sekunder dari epitel skuamous. Sekret mukoid kronis
berhubungan dengan hiperplasia goblet sel, metaplasia dari mukosa telinga tengah pada tipe
respirasi dan muko siliar yang jelek.
Secara klinis penyakit tubotimpani terbagi berdasarkan aktivitas sekret yang dikeluar:
a. Penyakit aktif
- OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif
b. Penyakit tidak aktif (tenang )
- Keadaan kavum timpani terlihat basah atau kering
2. Tipe atikoantral = tipe ganas = tipe tidak aman = tipe tulang
Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Penyakit atikoantral lebih sering
mengenai pars flaksida dan khasnya dengan terbentuknya kantong retraksi yang mana
bertumpuknya keratin sampai menghasilkan kolesteatom. Kolesteatom adalah suatu massa amorf,
konsistensi seperti mentega, berwarna putih, terdiri dari lapisan epitel bertatah yang telah
nekrotik
Bentuk perforasi membran timpani adalah :
1. Perforasi sentral : Lokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan posterosuperior, kadang-kadang sub total.

Gambar 16. Membran timpani Perforasi Sentral


2. Perforasi marginal : Terdapat pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari anulus
fibrosus. Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi total. Perforasi
pada pinggir postero-superior berhubungan dengan kolesteatom.

31

Gambar 17. Membran timpani perforasi marginal


3. Perforasi atik : Terjadi pada pars flasida, berhubungan dengan primary acquired
cholesteatoma.

Gambar 18. Membran timpani perforasi atik

Etiologi
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang dimulai
setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis,rinitis,
sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang
abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan
Downs syndrom. Adanya tuba patulous, menyebabkan refluk isi nasofaring yang
merupakanfaktor insiden OMSK yang tinggi di Amerika Serikat. Faktor host yang berkaitan
dengan insiden OMSK yang relatif tinggi adalah defisiensi immun sistemik. Kelainan humoral
dan cell mediated dapat bermanifestasi sebagai sekresi cairan telinga kronis. 7,9
Penyebab OMSK antara lain:

Lingkungan
Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas, tetapi mempunyai hubungan
erat antara penderita dengan OMSK dan sosioekonomi, dimana kelompok sosioekonomi rendah

32

memiliki insiden yang lebih tinggi.Tetapi sudah hampir dipastikan hal ini berhubungan dengan
kesehatan secara umum, diet, tempat tinggal yang padat.

Genetik
Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden OMSK
berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor genetik. Sistem sel-sel
udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media, tapi belum diketahui apakah hal ini primer
atau sekunder.

Otitis media sebelumnya.


Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis media akut dan /
atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa yang menyebabkan satu telinga
dan bukan yang lainnya berkembang menjadi keadaan kronis

Infeksi
Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir tidak bervariasi pada
otitis media kronik yang aktif menunjukan bahwa metode kultur yang digunakan adalah tepat.
Organisme yang terutama dijumpai adalah Gram- negatif, flora tipe-usus, dan beberapa
organisme lainnya.

Infeksi saluran nafas atas


Banyak penderita mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran nafas atas.Infeksi virus
dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh
terhadap organisme yang secara normal berada dalam telinga tengah, sehingga memudahkan
pertumbuhan

bakteri.Organisme-organisme

dari

meatus

auditoris

eksternal

termasuk

Staphylococcus, Pseudomonas aeruginosa, B.proteus, B. coli dan Aspergillus.Organisme dari


nasofaring diantaranya Streptococcus viridans.

Autoimun
Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar terhadap otitis media
kronis.

Gangguan fungsi tuba eustachius.


Pada otitis kronis aktif, dimana tuba eustachius sering tersumbat oleh edema tetapi apakah hal ini
merupakan fenomen primer atau sekunder masih belum diketahui.Pada telinga yang inaktif
berbagai metode telah digunakan untuk mengevaluasi fungsi tuba eustachius dan umumnya
menyatakan bahwa tuba tidak mungkin mengembalikan tekanan negatif menjadi normal.
Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani menetap pada OMSK :

Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan produksi sekret
telinga purulen berlanjut.

Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan pada


perforasi.

Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui mekanisme


migrasiepitel.

33

Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan yang cepat

diatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga mencegah penutupan spontan dari
perforasi.
Diagnosis

Otorrhea
Sekret bersifat purulen ( kental, putih) atau mukoid ( seperti air dan encer) tergantung stadium
peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh aktivitas kelenjar sekretorik telinga tengah dan
mastoid. Pada OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang
sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan
infeksi. Keluarnya secret biasanya hilang timbul.Meningkatnya jumlah sekret dapat disebabkan
infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga luar setelah mandi atau berenang.
Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga. Sekret yang sangat bau,
berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma dan produk

degenerasinya.

Dapat terlihat keping-keping kecil, berwarna putih, mengkilap.Pada OMSK tipe ganas unsur
mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara
luas.Sekret yang bercampur darah

berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip

telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya.Suatu sekret yang encer
berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberculosis.

Otalgia
Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan suatu tanda yang
serius.Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus.Nyeri dapat berarti
adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau
dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses

otak.Nyeri telinga mungkin ada

tetapi mungkin oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda berkembang
komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis

Gangguan pendengaran
Tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran.Biasanya dijumpai tuli konduktif
namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses
patologi sangat hebat, karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat bunyi
dengan efektif ke fenestra ovalis. Apabila tidak dijumpai kolesteatom, tuli konduktif kurang dari
20 db ini ditandai bahwa rantai dari

tulang pendengaran masih baik.Kerusakan dan fiksasi dari

rantai tulang pendengaran menghasilkan penurunan pendengaran lebih dari 30 db.Beratnya


ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas
sistem pengantaran suara ke telinga tengah.Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli
konduktif berat karena putusnya rantai tulang pendengaran, tetapi sering kali juga kolesteatom

34

bertindak sebagai penghantar suara sehingga ambang pendengaran yang didapat harus
diinterpretasikan secara hati-hati.
Pemeriksaan

Otoskopi
Diagnosis OMSK terutama pada verifikasi dari perforasi membran timpani yang mungkin disertai
keluarnya cairan. Ini dapat dilakukan dengan membersihkan liang telinga dari obstruksi serumen,
debris, benda asing, ataupun cairan, dengan tujuan memvisualisasikan membran timpani. Letak
perforasi sangat penting untuk diidentifikasi karena dapat menentukan tipe dari OMSK. OMSK
tipe aman = mukosa = benigna adalah dengan peradangan terbatas pada mukosa sahaja, dan
perforasi terletak di sentral. OMSK tipe ini jarang menimbulkan komplikasi berbahaya dan tidak
terjadi kolesteatoma. Pada OMSK tipe bahaya= tulang = maligna, dapat disertai dengan
kolesteatoma. Dan perforasi biasanya mengenai bagian marginal atau atik. Sering terjadi
komplikasi fatal pada OMSK tipe maligna.7

Audiometri
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif.Tapi dapat pula
dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian tergantung besar dan letak perforasi
membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistim penghantaran suara di telinga tengah.Pada
penderita OMSK ditemukan tuli sensorineural yang dihubungkan dengan difusi produk toksin ke
dalam skala timpani melalui membran fenstra rotundum, sehingga menyebabkan penurunan
ambang hantaran tulang secara temporer/permanen yang pada fase awal terbatas pada lengkung
basal kohlea tapi dapat meluas kebagian apeks kokhlea.
Evaluasi audiometri penting untuk menentukan fungsi konduktif dan fungsi koklea.Dengan
menggunakan audiometri nada murni pada hantaran udara dan tulang serta penilaian tutur,
biasanya kerusakan tulang-tulang pendengaran dapat diperkirakan, dan bisa ditentukan manfaat
operasi rekonstruksi telinga tengah untuk perbaikan pendengaran.

Radiografi
Radiografi yang sekarang biasa digunakan adalah :
Proyeksi Schuller, yang memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah
lateraldan atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus
lateraldan tegmen. Pada keadaan mastoid yang skleritik, gambaran radiografi ini sangatmembantu
ahli bedah untuk menghindari dura atau sinus lateral.
Proyeksi Mayer atau Owen, diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak
gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah kerusakan tulang
telah mengenai struktur-struktur.
Proyeksi Stenver, memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang lebih
jelas memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis semisirkularis Proyeksi
35

ini menempatkan antrum dalam potongan melintang sehingga dapat menunjukanadanya


pembesaran akibat kolesteatom.
Proyeksi Chause III, memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat
memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT scan dapat
menggambarkan kerusakan tulang oleh karena kolesteatom, ada atau tidak tulang-tulang
pendengaran dan beberapa kasus terlihat fistula pada kanalis semisirkularis horizontal

Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit telinga kronis yang efektif harus didasarkan pada
faktor-faktor penyebabnya dan pada stadium penyakitnya. Dengan
demikian pada waktu pengobatan haruslah dievaluasi faktor-faktor yang
menyebabkan penyakit menjadi kronis, perubahan-perubahan anatomi
yang menghalangi penyembuhan serta menganggu fungsi, dan proses
infeksi yang terdapat ditelinga. Bila didiagnosis kolesteatom, maka mutlak
harus dilakukan operasi, tetapi obat obatan dapat digunakan untuk
mengontrol infeksi sebelum operasi. Prinsip pengobatan tergantung dari
jenis penyakit dan luasnya infeksi, dimana
pengobatan dapat dibagi atas :
1.Konservatif
2.Operasi
a. OMSK Tipe Tubatimpani Tenang
Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk
jangan mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi,
dilarang berenang dan segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas
atas.

Bila

rekonstruksi

fasilitas

memungkinkan

sebaiknya

(miringoplasti,timpanoplasti)

untuk

dilakukan

operasi

mencegah

infeksi

berulang serta gangguan pendengaran.


b. OMSK Tipe Tubatimpani Aktif
Keadaan ini harus dilakukan pembersihan liang telinga dan kavum timpani
( toilet telinga). Tujuan toilet telinga adalah membuat lingkungan yang
tidak sesuai untuk perkembangan mikroorganisme, karena sekret telinga
merupakan media yang baik bagi perkembangan mikroorganisme.
c. Pengobatan OMSK Tipe Atikoantral
Pengobatan yang tepat untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan
konservatif

dengan

medikamentosa

hanyalah

merupakan

terapi
36

sementara

sebelum

dilakukan

pembedahan.

Bila

terdapat

abses

subperiosteal, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum


kemudian dilakukan mastoidektomi.
Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat
dilakukan pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe tubatimpani
atau tipe atikoantral, antara lain (Soepardi, 2001).
Mastoidektomi sederhana
Dilakukan pada OMSK tipe tubatimpani yang tidak sembuh dengan
pengobatan konservatif. Pada tindakan ini dilakukan pembersihan ruang
mastoid dari jaringan patologik, dengan tujuan agar infeksi tenang dan
telinga tidak berair lagi.
Mastoidektomi radikal
Dilakukan pada OMSK tipe atikoantral dengan infeksi atau kolesteatom
yang sudah meluas.Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani
dibersihkan dari semua jaringan patologik. Dinding batas antara liang
telinga luar dan telinga tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan,
sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan. Tujuan
operasi ini adalah untuk membuang semua jaringan patologik dan
mencegah komplikasi ke intrakranial.
Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (Operasi Bondy)
Dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah atik, tetapi belum
merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding
posterior

liang

membuang

telinga

semua

direndahkan.

jaringan

Tujuan

patologik

dari

operasi

adalah

rongga

mastoid

untuk
dan

mempertahankan
pendengaran yang masih ada.
Miringoplasti
Dilakukan pada OMSK tipe tubatimpani yang sudah tenang dengan
ketulian ringan yang hanya disebabkan oleh perforasi membran timpani.
Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan, dikenal juga
dengan nama timpanoplasti tipe 1. Rekonstruksi hanya dilakukan pada
membran timpani. Tujuan operasi adalah untuk mencegah berulangnya
infeksi telinga tengah ada OMSK tipe tubatimpani dengan perforasi yang
menetap.
Timpanoplasti
37

Dikerjakan pada OMSK tipe tubatimpani dengan kerusakan yang lebih


berat atau OMSK tipe tubatimpani yang tidak bisa diatasi dengan
pengobatan medikamentosa. Tujuan operasi adalah menyembuhkan
penyakit serta memperbaiki pendengaran.
Pada operasi ini selain rekonstruksi membran timpani seringkali harus
dilakukan juga rekonstruksi tulang pendengaran. Berdasarkan bentuk
rekonstruksi tulang yang dilakukan maka dikenal istilah timpanoplasti tipe
II, III, IV dan V.
Timpanoplasti

dengan

pendekatan

ganda

(Combined

Approach

Tympanoplasty)
Dikerjakan pada kasus OMSK tipe atikoantral atau OMSK tipe tubatimpani
dengan

jaringan

menyembuhkan

granulasi
penyakit

yang

serta

luas.

Tujuan

memperbaiki

operasi

untuk

pendengaran

tanpa

melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa meruntuhkan dinding


posterior liang telinga). Yang dimaksud dengan combined approach di sini
adalah membersihkan kolesteatom dan jaringan granulasi di kavum
timpani melalui dua jalan, yaitu liang telinga dan rongga mastoid dengan
melakukan timpanotomi posterior. Namun teknik operasi ini pada OMSK
tipe atikoantral belum disepakati oleh para ahli karena sering timbul
kembali kolesteatoma.

38

39

Abses otak
Tromboflebitis
Hidrosefalus otikus
Empiema subduraAbses
subdura/ ekstradura

Abses subperiosteal

Perforasi membran timpani


Mastoiditis akut
Paresis N. Fasialis
Labirinitis
Petrositis

Intrakranial
Ekstratempo
ral
Intratempora
l
Komplikasi

Gambar 19. Alur Penatalaksanaan OMSK

Otitis Media Non-Supuratif


Otitis media non supuratif atau nama lainnya otitis media serosa, otitis
media musinosa, otitis media effusi, otitis media sekretoria, otitis media
mucoid (glue ear). Otitis media non supuratif adalah suatu keadaan pada
telinga tengah yang ditandai dengan terdapatnya secret yang nonpurulen
dengan membrane timpani masih utuh tanpa dsertai gejala-gejala
perandangan.Jika terdapat cairan ditelinga tengah dengan membrane
timpani utuh tanpa ada tanda-tanda infeksi disebut juga sebagai otitis
media dengan efusi. Apabila cairan efusinya encer ia dipanggil juga otitis
media serosa dan apabila efusi tersebut kental seperti lem ia disebut
sebagai otitis media mukoid (glue ear).2
Otitis media serosa dapat terjadi disebabkan beberapa faktor berikut :6
1.
Gangguan fungsi tuba eustachius yang dapat disebabkan oleh :

Adenoid hipertrofi

Adenoitis

Sumbing palatum

Kronik rhinitis dan sinusitis

Tonsillitis kronik : pembesaran tonsil secara mekaniknya akan


menganggu pergerakkan soft palate dan akhirya menyebabkan gangguan
pada pembukaan tuba eustachius.

Tumor di nasopharynx

Barotrauma
2.
Allergi
Reaksi allergi menyebabkan edema pada mukosa tuba sehingga terjadi
penyumbatan.Ia juga menyebabkan meningkatnya aktiviti sekresi dari
kelenjer di mukosa telinga tengah dan tuba esutachius.
3.
Unresolved otitis media
Pengobatan antibiotic yang tidak adekuat pada penderita otitis media
supuratif akut menyebabkan inaktivasi infeksi tetapi tidak menyembuhkan
secara sempurna. Akan terdapat sisa infeksi dari kuman jenis grade yang
rendah didalam telinga sehingga kuman ini merangsang mukosa untuk
menghasilkan cairan dalam jumlah yang banyak. Jumlah sel goblet dan
kelenjar mucus juga meningkat.
4.
Infeksi virus
Berbagai jenis virus pada saluran pernafasan atas dapat menginvasi
telinga tengah dan merangsang peningkatan produksi sekret.2,6

40

Dalam kondisi normal, mukosa telinga tengah dalam secara konstan


mengeluarkan sekret yang akan dipindahkan oleh mukosiliari kedalam
nasopharynx melalui tuba eustachius. Terdapatnya gangguan pada fungsi
tuba menyebabkan sekret tidak dapat keluar sehingga menumpuk
didalam telinga tengah. Pada dasarnya mekanisme terbentuknya OME
disebabkan oleh :
1.
Kegagalan fungsi tuba
Kegagalan fungsi tuba eustachius akan menghambar proses aerasi yaitu
pertukaran udara didalam telinga tengah dan juga proses menalirkan
cairan dari telinga ke hidung juga terhambat.
2.
Peningkatan produksi sekret dalam telinga tengah
Hasil biopsy mukosa telinga tengah pada penderita kasus OME didapatkan
peningkatan jumlah sel yang menghasilkan mucus atau serosa.6
Pada dasarnya otitis media serosa dapat dibagi atas dua jenis yaitu otitis
media serosa akut dan otitis media serosa kronik.2,6
1Otitis media serosa akut
Otitis media akut adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah
secara tiba-tiba yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba. Keadaan
akut ini dapat disebabkan oleh :2

Sumbatan tuba yaitu pada keadaan tersebut terbentuknya cairan


ditelinga tengah disebabkan oleh tersumbatnya tuba secara tiba-iba
seperti pada barotrauma.

Virus : terbentuknya cairan ditelinga tengah yang berhubungan


dengan infeksi virus pada jalan napas atas.

Allergi

Idiopatik
Antara gejala klinik adalah:

Gejala yang menonjol ialah pendengaran yang semakin berkurang

Rasa tersumbat pada telinga

Suara sendiri terdengar lebih nyaring atau berbeda pada telinga


yang sakit (diplacussis binauralis)

Kadang-kadang terasa seperti terdapat cairan yang bergerak dalam


telinga pada saat posisi kepala berubah

Rasa sedikit nyeri dalam teinga dapat timbul pada saat awal tuba
terganggu, yang menyebabkan timbul tekanan negative pada teliga
tengah

seperti

pada

penderita

barotrauma,

tetapi

setelah

sekret

terbentuk nyeri akan hilang secara pelan-pelan. Rasa nyeri dalam telinga
tidak akan timbul jika penyebab OME adalah virus atau allergi.
41

Tinnitus, vertigo atau pusing kadang-kadang ada tetapi dalam

bentuk yang ringan.


Pada pemeriksaan otoskopi terlihat membrane timpani retraksi. Membran
timpani kelihatan suram dan opak dengan berkurangnya reflex cahaya.
Kadang-kadang ditemukan gelembung udara atau permukaan cairan
dalam kavum timpani. Pada uji garputala : pada pemeriksaan garpu tala
dapat ditemukan tuli konduktif.
Gambar

20.

Otitis

Media

Serosa

Akut

42

Gambar 21. Otitis Media Serosa


Kronis
Pengobatan otitis media serosa akut terdiri daripada :
a.
Medika mentosa :
Pengobatan medical dapat diberikan obat vasokonstriktor local (tetes
hidung), diberikan obat antihistamin, serta pasar valsalva jika tidak
terdapat tanda-tanda infeksi dijalan napas atas.
b.
Pembedahan :
Indikasi pembedahan pada otitis media serosa akut adalah apabila setelah
pengobatan secara medika mentosa selama 1 atau 2 minggu tetapi gejala
masih menetap.Tindakan yang pertama adalah melakukan miringitomi
dan bila masih belum sembuh maka dilakukankan miringitomi bererta
pemasangan pipa ventilasi (grommet).
2Otitis media serosa kronik (glue ear)
Beda antara otitis media serosa akut dengan otitis media serosa kronik
ialah pada cara terbentuknya sekret. Pada otitis media serosa akut sekret
terjadi secara tiba-tiba ditelinga tengah dengan disertai rasa sakit pada
telinga sedangkan pada keadaan kronis sekret terbentuk secara bertahap
tanpa rasa nyeri dengan gejala-gejala pada telinga yang berlangsung
lama.2
Prevalensi otitis media serosa kronik sering terjadi pada anak-anak
manakala otitis media serosa akut lebih sering pada terjadi pada orang
dewasa. Otitis media serosa yang unilateral pada orang dewasa tanpa
43

penyebab yang jelas harus selalu dipikirkan kemungkinan adanya


karsinoma nasopharynx.6
Sekret pada otitis media kronik dapat kental seperti lem maka ia sering
disebut glue ear. Selain itu ia juga sering terjadi sebagai gejala sisa dari
otitis media akut yang tidak sembuh sempurna.Gejala klinis biasanya
perasaan tuli yang menonjol (40-50dB) oleh kerana adanya sekret kental
atau glue ear.Pada pemeriksaan otoskopi terlihat membrane timpani
masih utuh, retraksi, suram, berwarna kuning kemerahan atau keabuabuan.
Pengobatan otitis media kronik adalah:
a.
Medika mentosa :
Pada kasus yang masih baru dapat diberikan dekongestan tetes hidung
serta kombinasi anti histamine.Dekongestan peroral kadang-kadang bias
berhasil. Pengobatan akan dilanjutkan selama 3 bulan bila tidak berhasil
barulah dilakukan tindakan operasi. Disamping itu iuga pasien haruslah
diobservasi untuk dinilai serta diobati faktor-faktor penyebab seperti
alergi, pembesaran adenoid atau tonsil, infeksi hidung atau sinus.
b.
Pembedahan :
Mengeluarkan sekret dengancara miringitomi dan memasang

pipa

ventilasi (grommet).
Antara komplikasi pada kelainan otitis media efusi adalah:

Infeksi telinga akut

Kista di telinga tengah

Kerusakan permanen dari telinga dengan hilang fungsi pendengaran


yang

parsial atau sebahagian atau seluruhnya


Terbentuk skar pada membrane timpani (timpanosklerosis)
Kesulitan berbicara dan berbahasa
Kolesteatoma

44

BAB III
Penutup
III.1 Kesimpulan
Tuba Eustachius adalah bagian dari telinga tengah yang berupa
saluran yang menghubungkan cavum tympani dan nasofaring. Dari muara
tuba pada cavum tympani menuju ke muara tuba di nasofaring berjalan
ke arah inferomedial. Tuba eustachius ini dibagi menjadi: pars osseus dan
pars cartilaginea.
Fungsi dari tuba eustachius adalah menjaga agar tekanan pada
cavum tympani sama dengan tekanan pada dunia luar dan menjamin
ventilasi udara dari cavum tympani. Tuba biasanya dalam keadaan
tertutup dan baru terbuka apabila oksigen diperlukan masuk ke telinga
tengah atau pada saat mengunyah, menelan dan menguap. Pembukaan
tuba dibantu oleh otot tenso veli palatini apabila terdapat perbedaan
tekanan.
Disfungsi Tuba Eustachius merupakan suatu keadaan terbloknya
tuba eustachius atau tidak bisa terbuka secara baik, terbuka abnormal,
myoklonus palatal, palatoskisis, dan obstruksi tuba. Saat udara tidak
dapat masuk ke dalam telinga tengah, tekanan udara di luar membran
45

timpani lebih besar dibandingkan tekanan udara di telinga tengah


sehingga mendorong membran timpani masuk ke dalam. Membran
timpani menjadi tegang dan tidak bergetar dengan baik ketika dilalui oleh
gelombang suara.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ganong, William. Pendengaran dan keseimbangan. Buku Ajar Fisiologi


Kedokteran. 22nd ed. Jakarta: EGC; 2008.p. 79-85.
2. Djaafar, Zainul, Helmi, Ratna R. Gangguan fungsi tuba eustachius. Kelainan
telinga tengah. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
Dan Leher. 6th ed. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI; 2007.p. 64-5.
3. Jane NZ. Middle ear barotrauma. In Principles and practice of travel medicine.
2nd ed. UK: John Wiley & Sons Ltd; 2013. p.370-1.
4. Mohammad M,Suhail M. Nonsuppurative otitis media and otitic barotrauma. In
Textbook of ear, nose and throat diseases.12thed. New Delhi: JP Medical Ltd;
2013.p.58-60.
46

5. Alpen A.Patel. patology of eustachian tube treatment and management. emedicine (serial online) 2013 Mei 29 (cited 2013 Oct 30). Available from:
URL:http://emedicine.medscape.com/article/858909treatment#a1128
6. Dhingra. Disorder of middle ear. In:Diseases of ear, nose and throat. 4th
Edition. Reed Elsevier; India : 2007.p. 59-65.
7. Djaafar, Zainul, Helmi, Ratna R. Otitis media supuratif kronis. Kelainan telinga
tengah, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Dan
Leher. 6th ed. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI; 2007.p. 69-74.
8. Acuin J. Chronic suppurative otitis media: Burden of illness and management
options. Geneva: World Health Organization; 2004

47

Anda mungkin juga menyukai