Anda di halaman 1dari 27

Rinitis Alergi

sebagai Faktor
Risiko Otitis
Media Supuratif
Kronis
Presentasi oleh : Kiki Puspitasari | 112016077
Hasil Penelitian oleh :
Departemen Telinga Hidung dan Tenggorok,
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah
Mada/RS Dr. Sardjito, Yogyakarta, Indonesia

Latar Belakang
Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah radang
kronik telinga tengah dengan perforasi membran timpani
dan riwayat keluarnya sekret dari telinga (otorea) lebih
dari 3 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul
Faktor predisposisi kronisitas otitis media diduga karena
disfungsi tuba auditoria kronik, infeksi fokal yang
menyebabkan infeksi kronik atau berulang saluran napas
atas dan selanjutnya mengakibatkan udem serta
obstruksi tuba auditoria.

Rinitis dihubungkan sebagai etiologi otitis media


dengan 2 cara yaitu: disfungsi tuba disebabkan
oleh reaksi alergi dari mukosa nasal atau adanya
fungsi mukosiliar yang terganggu.

OMSKB
Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah radang kronik telinga tengah
dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga
(otorea) lebih dari 3 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul
OMA terjadi karena adanya penyumbatan pada tuba eustasius, fungsi
proteksi dan ventilasi terganggu dan terjadinya peradangan pada tuba
eustacius.
Dibagi menjadi 5 stadium yaitu stadium oklusi, stadium hiperemis, stadium
supuratif, stadium perforasi dan stadium resolusi.
Tatalaksana :
Obat pencuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari.
Antibiotika oral Amoxicillin/ Amoxicillin Klavulanat / Eritromisin
Mastoidektomi sederhana

Rhinitis Alergi
Rhinitis alergi merupakan suatu penyakit inflamasi yang di awali
dengan dua tahap Sensitisasi dan Provokasi (reaksi alergi)
dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal, dan tersumbat
setelah mukosa hidung terpapar dengan alergen yang di
perantarai oleh IgE.
Terdiri dari 2 fase :
Reaksi Alergi Fase Cepat berlangsung sejak kontak
dengan alergen sampai 1 jam setelahnya
Reaksi Alergi Fase Lambat berlangsung 2-4 jam dengan
fase puncak 6-8 jam hiper-reaktifitas setelah pemaparan
alergen.

Klasifikasi Rinitis Alergi


Sifat berlangsungnya :
a. Intermiten : Gejala kurang dari 4 hari/minggu atau kurang
dari 4 minggu
b. Persisten : Gejala lebih dari 4 hari/minggu atau lebih dari 4
minggu
Derajat berat-ringannya :
a. Ringan
: Tidak menghalangi kegiatan sehari-hari / tidur
b. Sedang Berat : Menghalangi kegiatan tsb

Patofisiologi Rinitis Alergi


Makrofag (Antigen Presenting Cell) menangkap alergen Fragmen
peptida antigen + HLA class II MHC kelas III dipresentasikan oleh
sel T helper (Th 0).
Makrofag melepaskan sitokin (IL I) aktifkan Th 0 Th 1 Th2
Th 2 melepaskan sitokin-sitokin (IL 3, IL 4, IL 5, IL 13) diikat di
reseptor limfosit B hasilkan IgE terikat di reseptor Basofil/mastosit
Tersentisisasi

Jika terpapar alergen yang sama IgE mengikat alergen


degranulasi basofil/mastosit terbentuk mediator kimia
(Histamin)
Histamin merangsang reseptor H1 pada ujung saraf vidianus
gejala gatal pada hidung dan bersin-bersin.
Histamin merangsang hipersekresi mukosa dan permeabilitas

Tatalaksana
Eliminasi / Avoidance
Anti histamin :
Generasi-1 (lipofilik) : difenhidramin, klorfeniramin, prometasin
Generasi-2 (lipofobik)
: loratadin, setirisin, fexofenadin
Kortikosteroid :
Kortikosteroid topikal
triamsinolon

: beklometason, budesonid, flunisonid,

METODE PENELITIAN

Rancangan dan Populasi


Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kasus-kontrol;
bertujuan menganalisis /menentukan rinitis alergi
sebagai faktor risiko otitis media supuratif kronik
benigna (OMSKB), membandingkan antara pasien
OMSKB dengan faktor risiko rinitis (kasus) dan pasien
non OMSKB dengan faktor risiko rinitis alergi
(kontrol).
Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah
penderita OMSKB yang berobat ke klinik rawat jalan
THT RS Dr. Sardjito Yogyakarta. Pengambilan sampel

Kriteria Inklusi dan Eksklusi


Kriteria Inklusi:
1) Pasien OMSKB rawat jalan dengan keluhan sekret
telinga berulang atau pernah, dan pada pemeriksaan
otoskopi didapat cairan/ tanpa cairan pada liang
telinga, membran timpani perforasi sentral tanpa
kolesteatom dan granulasi, kontrol : pasien non
OMSKB, yang datang ke poli rawat jalan THT,
2) Penderita pria atau wanita umur 5 tahun dan
kooperatif,
3) Bebas dari obat antihistamin, kortikosteroid
sistemik dan topikal setidaknya selama 7-10 hari.

Subyek Penelitian
Subyek yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
dan menandatangani informed consent tanpa randomisasi
dibagi menjadi kelompok kasus dan kelompok kontrol
setelah anamesis dan pemeriksaan otoskopi.
Setiap subyek terpilih selanjutnya dianamnesis dan
menjalani pemeriksaan fisik hidung serta pemeriksaan
rinoskopi anterior, selanjutnya dilakukan skin prick test
bagi sampel yang belum pernah di test.

Jumlah Sampel
Dari hasil perhitungan besar sampel minimal, maka
jumlah total sampel 98 orang, untuk kelompok kasus
adalah 49 orang dan kelompok kontrol 49 orang.

Analisis Statistik
Data disajikan dalam bentuk tabulasi dan deskripsi
statistik.
Analisis statistik yang digunakan adalah: 1) Uji X2
untuk menghitung ada tidaknya perbedaan
karakteristik kedua kelompok. 2) Analisis regresi
logistik, untuk menilai variabel-variabel yang
berpengaruh pada otitis media supuratif kronik
benigna.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik demografis subyek


penelitian
Penelitian di poliklinik THT RS Dr. Sardjito Yogyakarta
menemukan 53 penderita OMSKB dan 50 pasien non
OMSKB, 100 pasien di antaranya memenuhi kriteria
inklusi penelitian ini, sisanya sebanyak 3 pasien dari
kelompok kasus tidak bersedia menjalani skin prick
test.
Kedua variabel umur dan jenis kelamin tidak
berpengaruh terhadap morbiditas OMSKB. (p>0,05)

Karakteristik keluhan dan


kelainan telinga dan hidung
Terdapat perbedaan bermakna antara kelompok
kasus dan kontrol pada keluhan cairan keluar dari
telinga dengan nilai p = 0,001 (p < 0,05)

Hubungan antara keluhan dan kelainan


telinga dan hidung dengan rinitis alergi
Terdapat perbedaan bermakna keluhan telinga meler,
batuk, pilek dan demam serta kelainan telinga
berupa perforasi membran timpani pada rinitis alergi
(p = 0,001 < 0,05).

Hubungan OMSKB terhadap


rinitis alergi
Terdapat perbedaan bermakna antara kedua
kelompok terhadap rinitis alergi dengan nilai p =
0,001 (p < 0,05)
Risiko kejadian kasus (OMSKB) adalah 21 kali lebih
sering pada orang yang menderita rinitis alergi
dibandingkan dengan orang yang tidak menderita
rinitis alergi.

Analisis regresi logistik


Peluang terjadinya OMSKB 22 kali lebih besar pada
pasien dengan keluhan telinga diawali batuk, pilek
dan demam dibandingkan pasien dengan keluhan
telinga tanpa diawali batuk, pilek dan demam (p =
0,008, OR: 22,38 ; IK 95%: 2,24 22,81).
Peluang terjadinya OMSKB 5 kali lebih besar pada
pasien dengan perforasi membran timpani
dibandingkan pasien tanpa perforasi membran
timpani (p = 0,032, OR: 5,76 ; IK 95%: 1,16 28,56).

SIMPULAN
Rinitis alergi merupakan faktor risiko pada otitis
media supuratif kronik benigna (OMSKB).

SARAN
Melakukan test alergi (skin prick test), menegakkan
diagnosis rinitis alergi serta memberikan terapi rinitis
alergi pada pasien otitis media yang sering berulang
untuk menekan angka kejadian OMSKB.

Thank You

Anda mungkin juga menyukai