LBP ec HNP
Disusun oleh :
Pratiwi Agustiyanti Soepratiknyo
11.2015.364
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
RS BHAKTI YUDHA
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. NS
Umur
: 49 Tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Status perkawinan
: Menikah
Pekerjaan
: Karyawan swasta
Dirawat diruang
: Cattelya A
Tanggal masuk
: 19/10/2016
II. SUBJEKTIF
Auto dan allo anamnesis, tanggal : 19/10/2010 , pukul :08.30 WIB
Keluhan utama : Nyeri pinggang sejak 1 hari SMRS.
Pasien juga memiliki riwayat penyakit yang sama satu tahun yang lalu dan pernah
dirawat di RS Bhakti Yudha. pasien pun merasa membaik setelah memakai korset lumbal.
Riwayat jatuh disangkal. Riwayat batuk lama disangkal. Riwayat menggunakan obat
nyeri lama tidak ada. Riwayat penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas disangkal oleh
pasien. Gangguan BAB, BAK dan ereksi disangkal.
Status generalis
a
Kesadaran
Compos Mentis
GCS
E4V5M6
TD
130/80 mmHg
Nadi
Pernafasan
22x / menit
Suhu
37,1oC
Kepala
i Mata
ikterik,simetris, pupil isokor, bulat, 3mm/ 3mm, RCL +/+ RCTL +/+
j. Tenggorokan
Tidak di periksa
k. Leher
l. Dada
Paru
Jantung
m.Perut
n. Kelamin
o. Ekstremitas
Status neurologikus
a
ii
Laseque
: negatif
iii
Kernig
: negatif
iv
Brudzinski I : negatif
b. Neurologis
Pemeriksaan Saraf Kranialis
N I. (Olfaktorius)
Subjektif
Dengan bahan
N II. (Optikus)
Tajam pengelihatan
Lapangan penglihatan
Kanan
Normosmia
Tidak dilakukan
1/60 (bedsite)
Normal
Kiri
Normosmia
Tidak dilakukan
1/60 (bedsite)
Normal
Melihat warna
Fundus okuli
N III. (Okulomotorius)
Celah mata
Pergerakan bola mata
Strabismus
Nistagmus
Eksoftalmus
Pupil
Besar pupil
Bentuk pupil
Reflex terhadap sinar
Reflex konversi
Reflex konsensual
Diplopia
N IV. (Troklearis)
Pergerakan mata
( kebawah-dalam )
Sikap bulbus
Diplopia
N V. (Trigeminus)
Membuka mulut
Mengunyah
Menggigit
Reflex kornea
Sensibilitas
N VI. (Abduscens)
Pergerakan mata ke lateral
Sikap bulbus
Diplopia
N VII. (Fascialis)
Mengerutkan dahi
Menutup mata
Memperlihatkan gigi
Menggembungkan pipi
Perasaan lidah bagian 2/3
depan
NVIII. (Vestibulokoklear)
Suara berisik
Weber
Rinne
N IX. (Glossofaringeus)
Perasaan bagian lidah
belakang
Sensibilitas
Pharynx
Normal
Tidak dilakukan
Normal
Tidak dilakukan
Ptosis (-)
Baik
-
Ptosis (-)
Baik
-
3 mm
3 mm
Isokor
(+)
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
(-)
Isokor
(+)
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
(-)
(+)
(+)
Normal
(-)
Normal
(-)
Normal
Normal
Normal
Tidak dilakukan
(+)
Normal
Normal
Normal
Tidak dilakukan
(+)
Baik
Orthoforia
(-)
Baik
Orthoforia
(-)
+
+ (bisa menahan)
Simetris
Tidak dilakukan
Normal
+
+ (bisa menahan)
Simetris
Tidak dilakukan
Normal
+
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
+
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
N X. (Vagus)
Arcus pharynx
Bicara
Menelan
Nadi
N XI. (Asesorius)
Mengangkat bahu
Memalingkan kepala
Simetris
(+)
Normal
Tidak dilakukan
Simetris
(+)
Normal
Tidak dilakukan
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
(-)
Normal
Normal
(-)
Normal
N XII. (Hypoglossus)
Pergerakan lidah
Tremor lidah
Artikulasi
Badan
a
Motorik
i Respirasi
ii Duduk
: Tidak dilakukan
Sensibilitas
Taktil : positif
Nyeri : Tidak dilakukan
Thermi : Tidak dilakukan
Diskriminasi :Tidak dilakukan
Motorik
Pergerakan
Kanan
Kiri
Tidak
ditemukan
kelainan
Kekuatan
5555
5555
Tonus
Normotonus
Normotonus
Atrofi
Sensibilitas
Kanan
Kiri
Taktil
Nyeri
Termi
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Diskriminasi
Lokalisasi
Motorik
Kanan
Kiri
Pergerakan
Terbatas
Terbatas
Kekuatan
5555
5555
Tonus
Normotonus
Normotonus
Atrofi
b Sensibilitas
Kanan
Kiri
Taktil
(+)
(+)
Nyeri
Termi
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Diskriminasi
Lokalisasi nyeri
Kanan
Kiri
Refleks
Refleks Fisiologis
Biceps
Triceps
Patella
Achilles
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Kremaster
Tidak dilakukan
Refleks Patologis
Hoffman-Trommer
Babinski
Chaddock
Schaffer
Oppenheim
Tidak dilakukan
Tes lasegue
Kernig
Patrick
+/+
Kontrapatrick
+/+
d. Alat vegetatif
Miksi
: Normal
Defekasi
: Normal
Hasil
Satuan
Nilai normal
Hemoglobin
14,3
g/dl
12-18
Leukosit
6,7
ribu/mm3
5-10
Hematokrit
42
38-47
Trombosit
339
Ribu/mm
150-450
18
mg/dl
10-50
0,82
mg/dl
0,5 1,5
88
mg/dl
<180
HEMATOLOGI
KIMIA DARAH
Ureum
Kreatinin
GULA DARAH SEWAKTU
Glucose Sewaktu
X- Foto Lumbosacral
Hasil:
Kelengkungan vertebra lumbal agak melurus.
Allignment baik, tak tampak listhesis
Tidak terlihat penipisan diskus-diskunya, namun terlihat penurunan signal dan protusio
diskus L4-5nya. Yang menekan dural dan radix kanan pada foraminal root entry. Selain itu
terlihat hipertrofik faset dan penebalan ligamen flavum pada level tersebut. Ligamen
longitudinal posterior masih utuh dan tidak terlihat adanya material diskusnya intrakanal.
Tidak ada perubahan signal flow cairan serebrospinal. Pedikel, lamina, dan prosesus
masih baik, demikian pula dengan komponen posterior lainnya.
Post gadolinium tidak memperlihatkan lesi fokal yang menyangat kontras di seluruh
diskovertebrae maupun intradural/intramedular.
Kesimpulan:
Lumbal spine memperlihatkan herniasi L4-5 yang menekan dural dan radix kanan, disertai
hipertrofi faset dan penebalan ligamen flavum pada level tersebut.
V. RESUME
Pasien datang dengan nyeri pinggang sejak satu hari SMRS. Nyeri dirasakan pada
pinggang dan menjalar hingga ke paha kanan. Awalnya nyeri mulai dirasakan saat pasien
pulang ke rumah dengan berkendara motor, tetapi tidak menggunakan korset. Lalu nyeri yang
dirasakan semakin lama semakin bertambah hebat. Nyeri juga dirasakan memberat hingga
saat pasien ingin bangun dari duduk atau berdiri terlalu lama.
Pasien juga memiliki riwayat penyakit yang sama satu tahun yang lalu dan pernah
dirawat di RS Bhakti Yudha. pasien pun merasa membaik setelah memakai korset lumbal.
Pasien bekerja di bagian maintenance di sebuah perusahaan dan sering mengangkat
benda-benda berat.
Objektif:
Dari pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis GCS 15 (E4M6V5),
tekanan darah 130/80 mmHg, suhu 37,1c, nadi 78 x/menit, nafas 22 x/menit. Refleks cahaya
langsung dan tidak langsung kanan kiri normal . Pupil isokor, bulat, 3mm/3mm,
Pemeriksaan nervus kranialis dalam batas normal. Anggota gerak bagian atas dalam
pergerakan tidak ditemukan kelaianan, kekuatan 5555/5555, normotonus, tidak ada atrofi
sensibilitas baik. Anggota gerak bagian bawah gerakan terbatas, kekuatan 5555/5555,
normotonus, tidak ada atrofi dan sensibilitas baik. Refleks fisiologis dalam batas normal.
Refleks patologis (-), Tanda rangsal meningeal laseque +/+, tanda kernig +/+, patrick +/+,
kontrapatrick +/+. Hasil dari laboratorium darah tidak ditemukan adanya kelaianan.
VI. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinik
Diagnosis Topis
Diagnosis Etiologik
: trauma
Medikamentosa
1. IVFD RL + ketorolac inj.
2. Mucosta 2x1
3. Provelyn 50 mg 1x1 0-0-1
4. Medixon 2x6,25mg
5. Sinkronik 2x1
IX.PROGNOSIS
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad functionam
: dubia ad bonam
Ad sanationam
: dubia ad bonam
IX. FOLLOW UP
20/10/2016
21/10/2016
Subjektif
Subjektif
Objektif
Objektif
TD : 120/70
TD : 140/80mmHg
N : 78 x/m
N : 78 x/m
RR : 22 x/m
RR : 22x/m
S : 36,5
S : 36,5
Tricep +/+
Tricep +/+
Patella +/+
Patella +/+
Achilles +/+
Achilles +/++
Laseque : +/+
Laseque : +/-
Kernig : +/+
Kernig : +/-
Patrick : +/+
Patrick : +/-
Reflex patologis : -
Reflex patologis : -
Assessment
Assessment
Plan :
Plan :
Ranitidin 2x1
Ranitidin 2x1
Lameson 1x125mg
Lameson 1x125mg
Pranza 2x1
Pranza 2x1
Provelyn 75gr
Provelyn 75mg
Sincronic 2x1
Sincronic 2x1
22/10/2016
Subjektif
Keluhan nyeri sudah berkurang. Saat ini
sudah dapat beraktivitas dengan baik, duduk
tanpa nyeri, dan berjalan dengan baik.
Objektif
TD : 130/70mmHg
N : 78 x/m
RR : 22 x/m
S : 36,5
Motorik superior : 5555 /5555
Motoric inferior : 5555 /5555
Refleks fisiologis : bicep +/+
Tricep +/+
Patella +/+
Achilles +/+
Laseque : -/Kernig : -/Patrick : -/Kontra patrick : -/Reflex patologis : Nervus kranialis : dbn
Assessment
LBP ec HNP L4-L5
Plan :
-
Ranitidin 2x1
Provelyn 75 gr
Sincronic 2x1
Kontrol poliklinik
Blpl
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah suatu penyakit, dimana bantalan yang
berada diatara ruas tulang belakang biasa disebut nucleus pulposus mengalami kompresi di
bagian posterior atau lateral, kompresi tersebut menyebabkan nucleus pulposus pecah
sehingga terjadi penonjolan melalui anulus fibrosus ke dalam kanalis spinalis dan
mengakibatkan iritasi dan penekanan radiks saraf sehingga di daerah iritasi terasa nyeri yang
menjalar.1 Berikut ini adalah sifat nyeri dari HNP adalah:
1. Nyeri pinggang bawah yang intermiten (dalam beberapa minggu sampai beberapa tahun).
Nyeri menyebar sesuai dengan distribusi saraf skiatik.
2. Sifat nyeri khas dari posisi berbaring ke duduk,nyeri mulai dari pantat dan terus menjalar ke
bagian belakang lalu kemudian ke tungkai bawah.
3. Nyeri bertambah hebat karena pencetus seperti gerakan-gerakan pinggang saat batuk atau
mengedan, berdiri, atau duduk untuk jangka waktu yang lama dan nyeri berkurang klien
beristiraho berbaring.
4. Penderita sering mengeluh kesemutan (parostesia) atau baal bahkan kekuatan otot menurun
5.
Medula spinalis berakhir pada konus medularis setinggi L1 atau L2. Di bawah level
ini, terdapat sakus lumbalis (teca) yang hanya megandung filamen radiks saraf yang disebut
kauda equina (ekor kuda).3
Medula spinalis terdiri dari substansia grisea dan substansia alba. Substansi alba
mengandung traktus asendens dan desendens, sedangkan substansia grisea mengandung
pelbagai jenis neuron; kornu anterior terutama mengandung neuron motorik, kornu lateral
terutama mengandung neuron otonom dan kornu posterior terutama mengandung neuron
somatosensorik.
Traktus ascenden adalah traktus yang membawa informasi di tubuh menuju ke otak
seperti rangsang raba, suhu, nyeri dan gerak posisi dan traktus descenden adalah traktus yang
membawa informasi dari otak ke anggota gerak dan mengontrol fungsi tubuh).2
dengan tempat terjadinya herniasi sehingga terjadi iritasi yang menyebabkan rasa nyeri yang
bisa disebut skiatika, apabila semakin parah dapat terjadi disfungsi sistem saraf.4
Faktor resiko terjadinya HNP terdiri dari faktor resiko yang dapat dirubah dan yang
tidak dapat dirubah yaitu:
1. Pekerjaan dan aktivitas: duduk yang terlalu lama, mengangkat atau menarik barang-barang
berta, sering membungkuk atau gerakan memutar pada punggung, latihan fisik yang berat,
paparan pada vibrasi yang konstan seperti supir.
2. Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak berlatih, latihan yang berat
dalam jangka waktu yang lama.
3. Merokok. Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu kemampuan diskus untuk
menyerap nutrien yang diperlukan dari dalam darah.
4. Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut dapat menyebabkan strain
pada punggung bawah.
C. Patofisiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya HNP :
1. Aliran darah ke discus berkurang
2. Beban berat
3. Ligamentum longitudinalis posterior menyempit
Jika beban pada discus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat menahan nukleus
pulposus (gel) akan keluar, akan timbul rasa nyeri oleh karena gel yang berada di canalis
vertebralis menekan radiks. Bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri)
yang diberikan rangsang oleh berbagai stimulus lokal (mekanis, termal, kimiawi). Stimulus
ini akan direspon dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan menimbulkan
persepsi nyeri.
Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah pergerakan
sehingga proses penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot,
yang selanjutnya dapat menimbulkan iskemia. Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri
inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik
yang diakibatkan lesi primer pada sistem saraf.
Nyeri mekanik
Nyeri menyebar sampai di bawah lutut, tidak hanya pada paha bagian belakang
NPB yang disebabkan oleh penyakit spinal yang serius (red flags)6
-
Kelainan patologik spinal yang serius antara lain keganasan tulang vertebra, radang spinal
dan sindrom kauda equina. Red flags adalah gejala dan tanda yang dapat menunjukkan
kemungkinan adanya suatu kondisi patologis spinal yang serius. Berikat merupakan kriteria
red flags:6
Memiliki penyakit kencing manis atau penyakit lain yang menurunkan daya tahan tubuh
D. Penegakan Diagnosis
Anamnesis
Pada anamesis didapatkan nyeri diskogenik yang akan bertambah berat apabila
duduk, membungkuk, batuk, bersin atau kegiatan yang dapat meningkatkan tekanan dari
intradiscal. Lalu diperhatikan kapan mulai timbulnya keluhan, bagaimana mulai timbulnya
keluhan, lokasi nyeri, sifat nyeri, kualitas nyeri, apakah nyeri yang diderita diawali kegiatan
fisik, faktor yang memperberat atau memperingan, ada riwayat trauma sebelumnya dan
apakah ada keluarga penderita penyakit yang sama. Perlu juga ditanyakan keluhan yang
mengarah pada lesi saraf seperti adanya nyeri radikuler, riwayat gangguan miksi, lemah
tungkai dan adanya saddle anestesi.8
Pemeriksaan Fisik
1. Posisi berdiri:
a. Perhatikan cara penderita berdiri dan sikap berdirinya.
b. Perhatikan bagian belakang tubuh: adakah deformitas, gibus, skoliosis, lordosis lumbal
(normal, mendatar, atau hiperlordosis), pelvis yang miring tulang panggul kanan dan kiri
tidak sama tinggi, atrofi otot.
c. Derajat gerakan (range of motion) dan spasmus otot.
d. Hipersensitif denervasi (piloereksi terhadap hawa dingin).
e. Palpasi untuk mencari trigger zone, nodus miofasial, nyeri pada sendi sakroiliaka, dan lainlain.
f. Perhatikan cara penderita berjalan/gaya jalannya.
2. Posisi duduk:
a.
b.
3. Posisi berbaring :
a. Perhatikan cara penderita berbaring dan sikap berbaringnya.
b. Pengukuran panjang ekstremitas inferior.
c. Pemeriksaan abdomen, rektal, atau urogenital.
4. Pemeriksaan neurologik,
a
Pemeriksaan sensorik
Pemeriksaan motorik : dicari apakah ada kelemahan, atrofi atau fasikulasi otot
Pemeriksaan tendon
Foto polos: Tidak direkomendasikan untuk evaluasi rutin NPB. Direkomendasikan untuk
mengenyampingkan adanya kelainan tulang dan pasien risiko tinggi terjadinya fraktur
kompresi seperti riwayat trauma vertebra, osteoporosis dan penggunaan steroid.6,8
Mielografi, Mielo-CT, CT scan, MRI: Diindikasikan untuk mencari penyebab nyeri antara
lain tumor, HNP, perlengketan. MRI lebih unggul daripada CT Scan. Pada pasien dengan
NPB persisten dengan keluhan dan gejala radikulopati atau stenosis spinal, pemeriksaan MRI
atau CT Spinal hanya disarankan pada pasien yang merupakan kandidat untuk tindakan
operasi.6,8
MRI dapat menggambarkan jaringan lunak dan sangat membantu dalam diagnosis sindrom
cauda equina. MRI dengan kontras gadolinium pada daerah lumbosakral adalah pemeriksaan
diagnostik pilihan untuk mencari kelainan patologi di conus medullaris dan cauda equina.9
Elecromyography (EMG): Needle EMG dan H-reflex dianjurkan bila dugaan disfungsi radiks
lebih dari 3 4 minggu. Bila diagnosis radikulopati sudah pasti secara pemeriksaan klinis,
pemeriksaan elektrofisiologik tidak dianjurkan.8
Somatosensory Evoked Potensial (SSEP). Berguna untuk stenosis kanal dan mielopati spinal.8
Pemeriksaan Laboratorium8
- Laju endap darah, darah perifer lengkap, C-reactive protein (CRP), faktor rematoid, alkali
fosfatase/asam, kalsium (atas indikasi)
Tipe
e
A
B
Komplit
Inkompli
t
Inkompli
sakral S4-S5
Fungsi motorik terganggu dibawah level tapi otot-otot utama masih
t
Inkompli
t
Normal
Kausa Utama
Hemicord (Brown
Trauma tembus,
Sequard
kompresi
syndrome)
ekstrinsik
Gangguan
eksteroseptif
(nyeri
dan
suhu)
proprioseptif
(raba
dan
tekan)
kontralateral
Gangguan
ipsilateral
Sindroma Spinalis
Cedera yang
Anterior
menyebabkan
HNP pada T4-6
Sindroma Spinalis
Hematomielia,
Sentral Servical
traua spinal
(fleksi-ekstensi)
Disfungsi sfingter
Gangguan
sensorik
bervariasi
Sindroma Spinalis
Trauma, infark
Posterior
arteri spinalis
posterior
Sindroma konus
Trauma lower
medularis
sacral cord
Disosiasi sensibilitas
Paresis ringan
Sindroma Cauda
Gangguan
Equina
lumbosacral
Gangguan
asimetris,
motoric
sedang
sensibilitas
timbul
lebih
sampai
saddle
lambat,
berat,
anesthesia,
disosiasi
sensibilitas (-)
E. Penatalaksanaan
Terapi konservatif
Tujuan terapi konservatif adalah mengurangi iritasi saraf, memperbaiki kondisi fisik
pasien dan melindungi dan meningkatkan fungsi tulang punggung secara keseluruhan. 90%
pasien akan membaik dalam waktu 6 minggu, hanya sisanya yang membutuhkan
pembedahan.
Terapi konservatif untuk NPB, termasuk NPB akibat HNP meliputi:
Tirah baring
Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekanan intradiskal, lama
yang dianjurkan adalah 2-4 hari. Tirah baring terlalu lama akan menyebabkan otot melemah.
Pasien dilatih secara bertahap untuk kembali ke aktivitas biasa.
Posisi tirah baring yang dianjurkan adalah dengan menyandarkan punggung, lutut dan
punggung bawah pada posisi sedikit fleksi. Fleksi ringan dari vertebra lumbosakral akan
memisahkan permukaan sendi dan memisahkan aproksimasi jaringan yang meradang.
Medikamentosa
1. Analgetik dan NSAID (Calecoxib, Ibuprofen, Naproxen, Ketoprofen)
2. Pelemas otot: digunakan untuk mengatasi spasme otot
3. Kortikosteroid : pemakaian masih menjadi kontroversi namun dapat
dipertimbangkan pada kasus HNP berat untuk mengurangi inflamasi.
4. NPB kronik: Anti konvulsan (Pregabalin, gabapentin, karbamazepin,
okskarbasepin, fenitoin), antidepressan (amitriptilin, duloxetin,
venlafaxin), alpha blocker (klonidin, prazosin), opiod (kalau sangat
diperlukan). Kombinasi pregabalin dan celecoxib lebih efektif
menurunkan skor nyeri pada NPB dibanding dengan monterapi
pregabalin atau celecoxib.6,8
Terapi fisik
Traksi pelvis
Menurut panel penelitian di Amerika dan Inggris traksi pelvis tidak terbukti
bermanfaat. Penelitian yang membandingkan tirah baring, korset dan traksi dengan
tirah baring dan korset saja tidak menunjukkan perbedaan dalam kecepatan
penyembuhan.
Diatermi/kompres panas/dingin
Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan spasme otot. Pada
keadaan akut biasanya dapat digunakan kompres dingin, termasuk bila terdapat
edema. Untuk nyeri kronik dapat digunakan kompres panas maupun dingin.
Korset lumbal
Korset lumbal tidak bermanfaat pada NPB akut namun dapat digunakan untuk
mencegah timbulnya eksaserbasi akut atau nyeri pada NPB kronis. Sebagai
penyangga korset dapat mengurangi beban pada diskus serta dapat mengurangi
spasme.
Latihan
Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres minimal pada punggung seperti
jalan kaki, naik sepeda atau berenang. Latihan lain berupa kelenturan dan penguatan.
Latihan bertujuan untuk memelihara fleksibilitas fisiologik, kekuatan otot, mobilitas
sendi dan jaringan lunak. Dengan latihan dapat terjadi pemanjangan otot, ligamen dan
tendon sehingga aliran darah semakin meningkat.
Latihan kelenturan
o Punggung yang kaku berarti kurang fleksibel akibatnya vertebra lumbosakral
tidak sepenuhnya lentur. Keterbatasan ini dapat dirasakan sebagai keluhan
kencang.
o Latihan untuk kelenturan punggung adalah dengan membuat posisi meringkuk
seperti bayi dari posisi terlentang. Tungkai digunakan sebagai tumpuan tarikan.
Untuk menghasilkan posisi knee-chest, panggul diangkat dari lantai sehingga
punggung teregang, dilakukan fleksi bertahap punggung bawah bersamaan dengan
fleksi leher dan membawa dagu ke dada. Dengan gerakan ini sendi akan mencapai
rentang maksimumnya. Latihan ini dilakukan sebanyak 3 kali gerakan, 2 kali
sehari.
Latihan penguatan
o Latihan pergelangan kaki: Gerakkan pergelangan kaki ke depan dan belakang dari
posisi berbaring.
o Latihan menggerakkan tumit: Dari posisi berbaring lutut ditekuk dan kembali
diluruskan dengan tumit tetap menempel pada lantai (menggeser tumit).
o Latihan mengangkat panggul: Pasien dalam posisi telentang, dengan lutut dan
punggung fleksi, kaki bertumpu di lantai. Kemudian punggung ditekankan pada
lantai dan panggul diangkat pelan-pelan dari lantai, dibantu dengan tangan yang
bertumpu pada lantai. Latihan ini untuk meningkatkan lordosis vertebra lumbal.
o Latihan berdiri: Berdiri membelakangi dinding dengan jarak 10-20 cm, kemudian
punggung menekan dinding dan panggul direnggangkan dari dinding sehingga
punggung menekan dinding. Latihan ini untuk memperkuat muskulus kuadriseps.
o Latihan peregangan otot hamstring: Peregangan otot hamstring penting karena
otot hamstring yang kencang menyebabkan beban pada vertebra lumbosakral
termasuk pada anulus diskus posterior, ligamen dan otot erector spinae. Latihan
dilakukan dari posisi duduk, kaki lurus ke depan dan badan dibungkukkan untuk
berusaha menyentuh ujung kaki. Latihan ini dapat dilakukan dengan berdiri.
o Latihan berjinjit: Latihan dilakukan dengan berdiri dengan seimbang pada 2 kaki,
kemudian berjinjit (mengangkat tumit) dan kembali seperti semula. Gerakan ini
dilakukan 10 kali.
o Latihan mengangkat kaki: Latihan dilakukan dengan menekuk satu lutut,
meluruskan kaki yang lain dan mengangkatnya dalam posisi lurus 10-20 cm dan
tahan selama 1-5 detik. Turunkan kaki secara perlahan. Latihan ini diulang 10
kali.
o Proper body mechanics: Pasien perlu mendapat pengetahuan mengenai sikap
tubuh yang baik untuk mencegah terjadinya cedera maupun nyeri.
o Saat duduk, lengan membantu menyangga badan. Saat akan berdiri badan
diangkat dengan bantuan tangan sebagai tumpuan.
o Saat mengangkat sesuatu dari lantai, posisi lutut ditekuk seperti hendak
jongkok, punggung tetap dalam keadaan lurus dengan mengencangkan otot
perut. Dengan punggung lurus, beban diangkat dengan cara meluruskan
kaki. Beban yang diangkat dengan tangan diletakkan sedekat mungkin
dengan dada.
o Jika hendak berubah posisi, jangan memutar badan. Kepala, punggung dan
kaki harus berubah posisi secara bersamaan.
o Hindari gerakan yang memutar vertebra. Bila perlu, ganti wc jongkok
dengan wc duduk sehingga memudahkan gerakan dan tidak membebani
punggung saat bangkit.
Dengan melakukan latihan setiap hari, atau setidaknya 3-4 kali/minggu secara teratur
maka diperkirakan dalam 6-8 minggu kekuatan akan membaik sebanyak 20-40%
dibandingkan saat NPB akut.
Terapi Bedah
Selain diberikan terapi obat dapat juga dilakukan terapi bedah. Terapi bedah yang dapat
dilakukan apabila terjadi herniasi diskus intravertebralis adalah microdiscectomy dan
laminectomy
Terapi bedah memerlukan indikasi yang ketat untuk mencegah terjadinya failed back
syndrome (kegagalan dan kekambuhan setelah operasi). Terapi pembedahan perlu
dipertimbangkan pada keadaan sebagai berikut:8
Setelah satu bulan dirawat konservatif tidak ada kemajuan
Iskhialgia yang berat sehingga pasien tidak mampu menahan nyerinya
F. Prognosis
1. Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan terapi konservatif.
2. Sebagian kecil dapat berkembang menjadi kronik meskipun sudah diterapi.
3. Pada pasin yang dioperasi: 90 % membaik terutama nyeri tungkai, kemungkinan terjadinya
kekambuhan adalah 5%.
4. Menentukan Prognosis fungsional pasien dengan menggunakan ASIA/IMSOP
Grad
Tipe
e
A
B
Komplit
Inkompli
t
Inkompli
sakral S4-S5
Fungsi motorik terganggu dibawah level tapi otot-otot utama masih
t
Inkompli
t
Normal
BAB III
PEMBAHASAN
Laki 49 tahun datang dengan diantar oleh istri pasien, berjalan dengan tertatih dan
keringat dingin dibantu oleh istri pasien mengeluhkan nyeri pinggang sejak 1 hari sebelum
masuk rumah sakit. Nyeri dirasakan tajam dan terlokalisir di pinggang bawah. Nyeri tajam
dirasakan menjalar ke paha kanan bagian belakang ke bagian tungkai bawah hingga mata
betis dan mata kaki kiri. Nyeri dirasakan terus menerus dan semakin mengganggu. Pasien
mengaku nyeri dirasakan setelah pasien mengendarai motor dan tidak mamakai korset
lumbal. Nyeri dirasakan semakin berat saat pasien melakukan perubahan posisi seperti tidur
miring ke lurus dari tidur ke duduk atau duduk ke berdiri, membungkuk, dan tidak kuat untuk
berdiri lama. Nyeri dirasakan berkurang dengan posisi berbaring. Riwayat trauma (-),
Riwayat Kanker (-), riwayat kontak dengan penderita TB (-)
Keluhan nyeri pinggang ini mungkin disebabkan oleh HNP atau keluarnya nukleus
pulposus dari discus hingga menekan medulla spinalis mengakibatkan iritasi dan penekanan
radiks saraf sehingga di daerah iritasi terasa nyeri yang menjalar. Gejala ini sesuai dengan
radiks dan saraf mana yang terkena. Hal ini harus dibuktikan dengan lebih tepat dengan
pemeriksaan MRI. .
Dari pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis GCS 15 (E4M6V5),
tekanan darah 130/80 mmHg, suhu 37,1c, nadi 78 x/menit, nafas 22 x/menit. Refleks cahaya
langsung dan tidak langsung kanan kiri normal . Pupil isokor, bulat, 3mm/3mm,
Pemeriksaan nervus kranialis dalam batas normal. Anggota gerak bagian atas dalam
pergerakan tidak ditemukan kelaianan, kekuatan 5555/5555, normotonus, tidak ada atrofi
sensibilitas baik. Anggota gerak bagian bawah gerakan terbatas, kekuatan 5555/5555,
normotonus, tidak ada atrofi dan sensibilitas baik. Refleks fisiologis dalam batas normal.
Refleks patologis (-), Tanda rangsal meningeal laseque +/+, tanda kernig -/+, patrick +/+,
kontrapatrick +/+. Hasil dari laboratorium darah tidak ditemukan adanya kelaianan pada diff
count.
Hasil pemeriksaan MRI Lumbal MR memperlihatkan kelengkungan yangnormal dan
tidak ada listhesis. Intensitas signal bone marrow seluruh korpus vertebrae terlihat normal,
tidak tampak formasi osteofit dan tidak ada kompresi vertebrae.
Tidak terlihat penipisan diskus-diskunya, namun terlihat penurunan signal dan protusio
diskus L4-5nya. Yang menekan dural dan radix kanan pada foraminal root entry. Selain itu
terlihat hipertrofik faset dan penebalan ligamen flavum pada level tersebut. Ligamen
longitudinal posterior masih utuh dan tidak terlihat adanya material diskusnya intrakanal.
Tidak ada perubahan signal flow cairan serebrospinal. Pedikel, lamina, dan prosesus
masih baik, demikian pula dengan komponen posterior lainnya.
Post gadolinium tidak memperlihatkan lesi fokal yang menyangat kontras di seluruh
diskovertebrae maupun intradural/intramedular.
Dengan kesimpulan lumbal spine memperlihatkan herniasi L4-5 yang menekan dural
dan radix kanan, disertai hipertrofi faset dan penebalan ligamen flavum pada level tersebut.
Nyeri punggung bawah pada pasien ini harus diwaspadai karena memenuhi kriteria red flag
LBP yaitu riwayat jatuh atau trauma.
Perlu dicurigai mengarah pada sindrom kauda equina dikarenakan pada pasien ini saat
datang pasien mengeluhkan nyeri pinggang menjalar ke kaki yang memberat, asimetris
dominan di ekstremitas bawah kiri.
Dari gejala klinis, pasien masih tergolong dalam keadaan yang masih ringan karena
tidak adanya gangguan motoric sedang sampai berat dan atrofi (kekuatan motorik masih
bagus), tidak ada gangguan sensibilitas saddle anesthesia dan tidak ada gangguan
sfingter(tidak ada keluhan BAK dan BAB).
Sementara ini diambil diagnosis
Diagnosis Klinik
Diagnosis Topis
Diagnosis Etiologik
: trauma
Diagnosis Patologi
Dengan kondisi nyeri pasien saat datang maka pasien disarankan untuk rawat inap,
termasuk dalam terapi konservatif dengan tujuan untuk mengurangi nyeri memberat,
mengurangi iritasi saraf dan memperbaiki keadaan umum maupunk kondisi pasien. termasuk
didalamnya tirah baring bertujuan untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekanan interdiskal.
Untuk mengurangi gejala pada pasien ini diberikan dapat diberikan IVFD RL +
ketorolac yang merupakan golongan OAINS bertujuan untuk meredakan nyeri sedang berat
secara intens, diberikan juga provelyn berisi pregabalyn 75 mg, pregabalyn adalah golongan
antiepileptic yang digunakan untuk mengurangi nyeri neuropatik pada perifer, dan sinkronik
berisi tramadol 37,5 hcl dan paracetamol 350 mg, tramadol adalah analgesik opioid sintetik
yang bekerja secara sentral dan paracetamol analgesik non opioid non salisilat keduanya
bekerja sebagai analgesik sentral di tujukan untuk terapi jangka pendek nyeri akut.
Perawatan hari pertama nyeri pinggang dan tungkai kiri dirasakan berkurang, ttv
stabil, motorik superior dan inferior kiri 5555, refleks fisiologis +, refleks patologis -,
pemeriksaan laseque +/+, kernik +/+, patrick +/+, kontra patrick +/+. Dengan assessment
HNP ec HNP L4-L5 dikarenakan dari hasil MRI ditemukan adanya herniasi di L4-5 yang
menekan dural dan radix kanan disertai hipertrofi faset dan penebalan flavum pada level
tersebut. Pada pengobatan diberikan ketorolac sebagai anti nyeri yang merupakan golongan
NSAID. pengobatan ditambah lameson 2x62,5 mg lameson berisi metilprednisolon ditujukan
untuk meredakan peradangan, steroid ditujukan untuk menekan inflamasi pada radiks yang
tertekan, ditambahkan pranza berisi pantoprazole golongan proton pump inhibitor untuk
melindungi lambung dari reaksi asam lambung bersamaan diberikannya golongan steroid.
Perawatan hari kedua nyeri pinggang kiri menjalar ke paha sudah jauh berkurang, ttv
stabil, hasil pemeriksaan fisik juga membaik, pemeriksaan kernig, laseque, patrick dan kontra
patrick pada kaki kiri sudah negative. Assesment LBP ec HNP L4-L5 mulai berjalan
walaupun dirasakan masih agak nyeri bila berjalan, ttv stabil, pemeriksaan fisik masih sama
dengan hari sebelumnya terapi dilanjutkan
Perawatan hari ketiga nyeri pada paha dan tungkai sudah sangat berkurang, pasien
sudah bisa duduk dan berdiri seperti biasa. ttv stabil, pemeriksaan fisik normal pada hampir
semua pemeriksaan. Assesment LBP ec HNP L4-L5, pengobatan oral, sinkronik 2x1,
provelyn 0-0-1, pasien dapat pulang, disarankan untuk menjaga berat badan, anjuran olahraga
ringan dan berenang, menghindari berdiri lama, duduk membungkuk lama, mengangkat
benda-benda berat dan kontrol poliklinik.
Prognosis fungsionam pasien ini adalah dubia ad bonam ditentukan dengan hasil
ASIA/IMSHOP pada pasien ini adalah Grade D inkomplit dimana fungsi motorik terganggu
dibawah level tapi otot-otot utama masih punya kekuatan > 3
Kahle W. Spinal cord and spinal nerves in Color atlas of human anatomy. Vol 3. New York:
http://emedicine.medscape.com/article/249113-overview#a0112
Foster Mark. 2012. Herniated Nucleus Pulposus. Medscape Reference. Available at
http://emedicine.medscape.com/article/1263961-overview#aw2aab6b3
6 Suryamiharja A [et al]. Nyeri neuropatik di daerah punggung bawah (Low back pain) dalam
Konsensus nasional 1: Diagnostik dan penatalaksanaan nyeri neuropatik. Jakarta:
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI); 2011.h.29-33
7 Emril DR. How to diagnose low back pain properly dalam nyeri pinggang bawah. Jakarta:
8
(PERDOSSI); 2006.h.22
10 Schmorls node. AJNR. 2000. Available at http://www.ajnr.org/content/21/2/276.full