Anda di halaman 1dari 36

CASE

LBP ec HNP

Pembimbing : dr. Hardhi Pranata, Sp. S, MARS

Disusun oleh :
Pratiwi Agustiyanti Soepratiknyo
11.2015.364

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Kepaniteraan Neurologi
Rumah Sakit Bhakti Yudha
Periode 10 Oktober 2016 12 November 2016

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
RS BHAKTI YUDHA

I. IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn. NS

Umur

: 49 Tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Status perkawinan

: Menikah

Pekerjaan

: Karyawan swasta

Dirawat diruang

: Cattelya A

Tanggal masuk

: 19/10/2016

II. SUBJEKTIF
Auto dan allo anamnesis, tanggal : 19/10/2010 , pukul :08.30 WIB
Keluhan utama : Nyeri pinggang sejak 1 hari SMRS.

Riwayat penyakit sekarang


Pasien datang dengan nyeri pinggang sejak satu hari SMRS. Nyeri dirasakan pada
pinggang dan menjalar hingga ke paha kanan. Awalnya nyeri mulai dirasakan saat pasien
pulang ke rumah dengan berkendara motor, tetapi tidak menggunakan korset. Lalu nyeri yang
dirasakan semakin lama semakin bertambah hebat. Nyeri juga dirasakan memberat hingga
saat pasien ingin bangun dari duduk atau berdiri terlalu lama.

Pasien juga memiliki riwayat penyakit yang sama satu tahun yang lalu dan pernah
dirawat di RS Bhakti Yudha. pasien pun merasa membaik setelah memakai korset lumbal.
Riwayat jatuh disangkal. Riwayat batuk lama disangkal. Riwayat menggunakan obat
nyeri lama tidak ada. Riwayat penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas disangkal oleh
pasien. Gangguan BAB, BAK dan ereksi disangkal.

Riwayat penyakit dahulu


Pasien memiliki riwayat penyakit dengan keluhan yang sama 1 tahun yang lalu dan
sempat di rawat inap di RSBY dengan diagnosis LBP ec HNP.
Riwayat hipertensi (-), riwayat diabetes mellitus (-), riwayat kejang (-), riwayat
stroke (-), riwayat alergi (-).
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat kanker dalam keluarga (-)
Riwayat DM, HT, Jantung, Alergi obat dan Asma dalam keluarga disangkal
Riwayat sosial, ekonomi, pribadi:

Status ekonomi menengah dan baik

Pasien memiliki pekerjaan sebagai maintenance pada sebuah perusahaan dan


sering mengangkat barang-barang berat

Riwayat Alkohol (-), Merokok (-)

III. OBJEKTIF (Pada tanggal 07/07/2015)


1

Status generalis
a

Kesadaran

Compos Mentis

GCS

E4V5M6

TD

130/80 mmHg

Nadi

78x / menit, reguler kuat angkat

Pernafasan

22x / menit

Suhu

37,1oC

Kepala

normocephali,tidak tampak kelainan.

ptosis (-/-), konjungtiva tidak anemis, sklera tidak

i Mata

ikterik,simetris, pupil isokor, bulat, 3mm/ 3mm, RCL +/+ RCTL +/+
j. Tenggorokan

Tidak di periksa

k. Leher

tidak ada pembesaran KGB

l. Dada

Simetris saat statis dan dinamis, deformitas (-)

Paru

Suara nafas vesikuler, wheezing (-/-) , ronkhi (-/-)

Jantung

BJ I-II murni regular, murmur (-), gallop (-)

Membuncit, supel, normotimpani, BU (+) normal,hepar

m.Perut

dan lien tidak teraba membesar.

n. Kelamin

: Tidak dilakukan pemeriksaan

o. Ekstremitas

: Akral hangat (+/+), CRT < 2 detik, Edema (-/-)

Status neurologikus
a

Tanda rangsang meningeal


i

Kaku kuduk : negatif

ii

Laseque

: negatif

iii

Kernig

: negatif

iv

Brudzinski I : negatif

b. Neurologis
Pemeriksaan Saraf Kranialis
N I. (Olfaktorius)
Subjektif
Dengan bahan
N II. (Optikus)
Tajam pengelihatan
Lapangan penglihatan

Kanan
Normosmia
Tidak dilakukan
1/60 (bedsite)
Normal

Kiri
Normosmia
Tidak dilakukan
1/60 (bedsite)
Normal

Melihat warna
Fundus okuli
N III. (Okulomotorius)
Celah mata
Pergerakan bola mata
Strabismus
Nistagmus
Eksoftalmus
Pupil
Besar pupil
Bentuk pupil
Reflex terhadap sinar
Reflex konversi
Reflex konsensual
Diplopia
N IV. (Troklearis)
Pergerakan mata
( kebawah-dalam )
Sikap bulbus
Diplopia
N V. (Trigeminus)
Membuka mulut
Mengunyah
Menggigit
Reflex kornea
Sensibilitas
N VI. (Abduscens)
Pergerakan mata ke lateral
Sikap bulbus
Diplopia
N VII. (Fascialis)
Mengerutkan dahi
Menutup mata
Memperlihatkan gigi
Menggembungkan pipi
Perasaan lidah bagian 2/3
depan
NVIII. (Vestibulokoklear)
Suara berisik
Weber
Rinne
N IX. (Glossofaringeus)
Perasaan bagian lidah
belakang
Sensibilitas
Pharynx

Normal
Tidak dilakukan

Normal
Tidak dilakukan

Ptosis (-)
Baik
-

Ptosis (-)
Baik
-

3 mm

3 mm

Isokor
(+)
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
(-)

Isokor
(+)
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
(-)

(+)

(+)

Normal
(-)

Normal
(-)

Normal
Normal
Normal
Tidak dilakukan
(+)

Normal
Normal
Normal
Tidak dilakukan
(+)

Baik
Orthoforia
(-)

Baik
Orthoforia
(-)

+
+ (bisa menahan)
Simetris
Tidak dilakukan
Normal

+
+ (bisa menahan)
Simetris
Tidak dilakukan
Normal

+
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

+
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

N X. (Vagus)
Arcus pharynx
Bicara
Menelan
Nadi
N XI. (Asesorius)
Mengangkat bahu
Memalingkan kepala

Simetris
(+)
Normal
Tidak dilakukan

Simetris
(+)
Normal
Tidak dilakukan

Normal
Normal

Normal
Normal

Normal
(-)
Normal

Normal
(-)
Normal

N XII. (Hypoglossus)
Pergerakan lidah
Tremor lidah
Artikulasi

c. Badan dan anggota gerak


1

Badan
a

Motorik
i Respirasi

: Spontan, simetris dlm keadaan statis dan dinamis.

ii Duduk

: Tidak dilakukan

iii Bentuk columna verterbralis : Normal


iv Pergerakan columna vertebralis: Tidak dilakukan
b

Sensibilitas
Taktil : positif
Nyeri : Tidak dilakukan
Thermi : Tidak dilakukan
Diskriminasi :Tidak dilakukan

Anggota gerak atas


a

Motorik

Pergerakan

Kanan

Kiri

Tidak ditemukan kelainan

Tidak

ditemukan

kelainan
Kekuatan

5555

5555

Tonus

Normotonus

Normotonus

Atrofi

Sensibilitas
Kanan

Kiri

Taktil

Nyeri

Termi

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Diskriminasi

Lokalisasi

Anggota gerak bawah


a

Motorik
Kanan

Kiri

Pergerakan

Terbatas

Terbatas

Kekuatan

5555

5555

Tonus

Normotonus

Normotonus

Atrofi

b Sensibilitas
Kanan

Kiri

Taktil

(+)

(+)

Nyeri

Termi

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Diskriminasi

Lokalisasi nyeri

Kanan

Kiri

Refleks

Refleks Fisiologis
Biceps

Triceps

Patella

Achilles

Dinding perut superfisialis

Tidak dilakukan

Dinding perut Dalam

Tidak dilakukan

Kremaster

Tidak dilakukan
Refleks Patologis

Hoffman-Trommer

Babinski

Chaddock

Schaffer

Oppenheim

Tanda rangsang meningeal


Brudzinki I

Brudzinki II, III

Tidak dilakukan

Tes lasegue

<70o (Nyeri) / <70 o (Nyeri)

Kernig

>135 o / <135 o (Nyeri)

Patrick

+/+

Kontrapatrick

+/+

d. Alat vegetatif

Miksi

: Normal

Defekasi

: Normal

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


a

Laboratorium Hasil Lab (19/10/2016)


Pemeriksaan

Hasil

Satuan

Nilai normal

Hemoglobin

14,3

g/dl

12-18

Leukosit

6,7

ribu/mm3

5-10

Hematokrit

42

38-47

Trombosit

339

Ribu/mm

150-450

18

mg/dl

10-50

0,82

mg/dl

0,5 1,5

88

mg/dl

<180

HEMATOLOGI

KIMIA DARAH
Ureum
Kreatinin
GULA DARAH SEWAKTU
Glucose Sewaktu

X- Foto Lumbosacral
Hasil:
Kelengkungan vertebra lumbal agak melurus.
Allignment baik, tak tampak listhesis

Densitas tulang-tulang vertebrae lumbal baik.


Tak tampak lesi litik, blastik, fraktur, maupun destruksi pada korpus dan pedikel.
Tampak spur formation di anterior L4-L5.
Facet joint tidak tampak berdegenerasi.
Foramina intervertebralis lumbalis tak tampak menyempit.
Jaringan lunak tak tampak kelainan
Kesan:Spondylosis lumbal
N.B: bila ada radikulopasti mohon MRI lumbal

Gambar1. X-foto lumbosacral AP/Lateral


MRI Lumbal
Hasil:
Lumbal MR memperlihatkan kelengkungan yangnormal dan tidak ada listhesis.
Intensitas signal bone marrow seluruh korpus vertebrae terlihat normal, tidak tampak formasi
osteofit dan tidak ada kompresi vertebrae.

Tidak terlihat penipisan diskus-diskunya, namun terlihat penurunan signal dan protusio
diskus L4-5nya. Yang menekan dural dan radix kanan pada foraminal root entry. Selain itu
terlihat hipertrofik faset dan penebalan ligamen flavum pada level tersebut. Ligamen
longitudinal posterior masih utuh dan tidak terlihat adanya material diskusnya intrakanal.
Tidak ada perubahan signal flow cairan serebrospinal. Pedikel, lamina, dan prosesus
masih baik, demikian pula dengan komponen posterior lainnya.
Post gadolinium tidak memperlihatkan lesi fokal yang menyangat kontras di seluruh
diskovertebrae maupun intradural/intramedular.
Kesimpulan:
Lumbal spine memperlihatkan herniasi L4-5 yang menekan dural dan radix kanan, disertai
hipertrofi faset dan penebalan ligamen flavum pada level tersebut.

Gambar 2. MRI lumbal

V. RESUME

Pasien datang dengan nyeri pinggang sejak satu hari SMRS. Nyeri dirasakan pada
pinggang dan menjalar hingga ke paha kanan. Awalnya nyeri mulai dirasakan saat pasien
pulang ke rumah dengan berkendara motor, tetapi tidak menggunakan korset. Lalu nyeri yang
dirasakan semakin lama semakin bertambah hebat. Nyeri juga dirasakan memberat hingga
saat pasien ingin bangun dari duduk atau berdiri terlalu lama.
Pasien juga memiliki riwayat penyakit yang sama satu tahun yang lalu dan pernah
dirawat di RS Bhakti Yudha. pasien pun merasa membaik setelah memakai korset lumbal.
Pasien bekerja di bagian maintenance di sebuah perusahaan dan sering mengangkat
benda-benda berat.
Objektif:
Dari pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis GCS 15 (E4M6V5),
tekanan darah 130/80 mmHg, suhu 37,1c, nadi 78 x/menit, nafas 22 x/menit. Refleks cahaya
langsung dan tidak langsung kanan kiri normal . Pupil isokor, bulat, 3mm/3mm,
Pemeriksaan nervus kranialis dalam batas normal. Anggota gerak bagian atas dalam
pergerakan tidak ditemukan kelaianan, kekuatan 5555/5555, normotonus, tidak ada atrofi
sensibilitas baik. Anggota gerak bagian bawah gerakan terbatas, kekuatan 5555/5555,
normotonus, tidak ada atrofi dan sensibilitas baik. Refleks fisiologis dalam batas normal.
Refleks patologis (-), Tanda rangsal meningeal laseque +/+, tanda kernig +/+, patrick +/+,
kontrapatrick +/+. Hasil dari laboratorium darah tidak ditemukan adanya kelaianan.
VI. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinik

: Nyeri pinggang bawah (LBP)

Diagnosis Topis

: Setinggi korpus L4-L5

Diagnosis Etiologik

: trauma

Diagnosis Patologik : herniasi diskus intervertebralis L4-5


VII. PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
1. Rawat inap - Tirah baring
2. Immobilisasi
3. Fisioterapi

Medikamentosa
1. IVFD RL + ketorolac inj.
2. Mucosta 2x1
3. Provelyn 50 mg 1x1 0-0-1
4. Medixon 2x6,25mg
5. Sinkronik 2x1

IX.PROGNOSIS
Ad vitam

: dubia ad bonam

Ad functionam

: dubia ad bonam

Ad sanationam

: dubia ad bonam

IX. FOLLOW UP
20/10/2016

21/10/2016

Subjektif

Subjektif

Keluhan nyeri sudah berkurang. Saat ini


pasien masih merasakan nyeri dari punggung
bawah hingga paha kanan jika melakukan
gerakan pada kaki kanan. Pasien hari ini
sudah berdiri dan duduk namun hanya
sebentar.

Keluhan nyeri sudah berkurang. Saat in


pasien masih merasakan nyeri pada
punggung bawah dan hanya menjalar bila
pasien mengangkat kaki kanan atau
berguling ke kanan. Pasien saat ini sudah
kuat dudu atau berdiri walaupun hanya
sebentar.

Objektif

Objektif

TD : 120/70

TD : 140/80mmHg

N : 78 x/m

N : 78 x/m

RR : 22 x/m

RR : 22x/m

S : 36,5

S : 36,5

Motorik superior : 5555/5555

Motoric superior : 5555/5555

Motoric inferior : 5555/5555

Motoric inferior : 5555/5555

Refleks fisiologis : bicep +/+

Reflex fisiologis : bicep +/+

Tricep +/+

Tricep +/+

Patella +/+

Patella +/+

Achilles +/+

Achilles +/++

Laseque : +/+

Laseque : +/-

Kernig : +/+

Kernig : +/-

Patrick : +/+

Patrick : +/-

Kontra patrick : +/+

Kontra patrick : -/+

Reflex patologis : -

Reflex patologis : -

Nervus kranialis : dbn

Nervus kranialis : dbn

Assessment

Assessment

LBP ec HNP L4-L5

LBP ec HNP L4-L5

Plan :

Plan :

Ketorolac 20gr 2x1

Ketorolac 20gr 2x1

Ranitidin 2x1

Ranitidin 2x1

Lameson 1x125mg

Lameson 1x125mg

Pranza 2x1

Pranza 2x1

Provelyn 75gr

Provelyn 75mg

Sincronic 2x1

Sincronic 2x1

22/10/2016
Subjektif
Keluhan nyeri sudah berkurang. Saat ini
sudah dapat beraktivitas dengan baik, duduk
tanpa nyeri, dan berjalan dengan baik.
Objektif
TD : 130/70mmHg
N : 78 x/m
RR : 22 x/m
S : 36,5
Motorik superior : 5555 /5555
Motoric inferior : 5555 /5555
Refleks fisiologis : bicep +/+
Tricep +/+
Patella +/+
Achilles +/+

Laseque : -/Kernig : -/Patrick : -/Kontra patrick : -/Reflex patologis : Nervus kranialis : dbn
Assessment
LBP ec HNP L4-L5
Plan :
-

Ranitidin 2x1

Provelyn 75 gr

Sincronic 2x1

disarankan untuk menjaga berat


badan, anjuran olahraga ringan dan
berenang

menghindari berdiri lama, duduk


membungkuk lama, mengangkat
benda-benda berat

Kontrol poliklinik
Blpl

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Definisi

Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah suatu penyakit, dimana bantalan yang
berada diatara ruas tulang belakang biasa disebut nucleus pulposus mengalami kompresi di
bagian posterior atau lateral, kompresi tersebut menyebabkan nucleus pulposus pecah
sehingga terjadi penonjolan melalui anulus fibrosus ke dalam kanalis spinalis dan
mengakibatkan iritasi dan penekanan radiks saraf sehingga di daerah iritasi terasa nyeri yang
menjalar.1 Berikut ini adalah sifat nyeri dari HNP adalah:
1. Nyeri pinggang bawah yang intermiten (dalam beberapa minggu sampai beberapa tahun).
Nyeri menyebar sesuai dengan distribusi saraf skiatik.
2. Sifat nyeri khas dari posisi berbaring ke duduk,nyeri mulai dari pantat dan terus menjalar ke
bagian belakang lalu kemudian ke tungkai bawah.
3. Nyeri bertambah hebat karena pencetus seperti gerakan-gerakan pinggang saat batuk atau
mengedan, berdiri, atau duduk untuk jangka waktu yang lama dan nyeri berkurang klien
beristiraho berbaring.
4. Penderita sering mengeluh kesemutan (parostesia) atau baal bahkan kekuatan otot menurun
5.

sesuai dengan distribusi persarafan yang terlibat.


Nyeri bertambah bila daerah L5S1 (garis antara dua krista iliaka) ditekan

Gambar 1.Gambaran herniasi pada nukleus pulposus (sumber: UMM, 2009)


Medula spinalis adalah bagian dari susunan saraf pusat yang seluruhnya terletak
dalam kanalis vertebralis dan dikelilingi oleh cairan serebrospinal. Pada manusia terdapat 31
pasang saraf spinalis yang mana setiap pasang saraf ini akan ke bagian segmen tubuh
tertentu. Berikut merupakan pembagian segmen medula spinalis:2

8 pasang saraf servikalis (C1-C8)

12 pasang saraf torakalis (T1-T12)

5 pasang saraf lumbalis (L1-L5)

5 pasang saraf sakralis (S1-S5)

1 pasang saraf koksigeal

Serabut saraf yang kembali ke medula spinalis


diberi nama sesuai lokasi masuk/keluarnya dari
kanalis vertebralis pada korpus vertebrae yang
bersangkutan.

Gambar 2. Pembagian Medula Spinalis dan Penampang Medula Spinalis2

Medula spinalis berakhir pada konus medularis setinggi L1 atau L2. Di bawah level
ini, terdapat sakus lumbalis (teca) yang hanya megandung filamen radiks saraf yang disebut
kauda equina (ekor kuda).3

Medula spinalis terdiri dari substansia grisea dan substansia alba. Substansi alba
mengandung traktus asendens dan desendens, sedangkan substansia grisea mengandung
pelbagai jenis neuron; kornu anterior terutama mengandung neuron motorik, kornu lateral
terutama mengandung neuron otonom dan kornu posterior terutama mengandung neuron
somatosensorik.
Traktus ascenden adalah traktus yang membawa informasi di tubuh menuju ke otak
seperti rangsang raba, suhu, nyeri dan gerak posisi dan traktus descenden adalah traktus yang
membawa informasi dari otak ke anggota gerak dan mengontrol fungsi tubuh).2

Gambar 3: Konus medularis dan Kauda Equina3

B. Etiologi dan Predisposisi


Herniasi dari diskus intervertrebalis membentuk tonjolan dari anulus fibrosus. Dalam
keadaan normal anulus fibrosus melindungi dari letak nukleus yang terkandung di dalamnya.
Pada saat terjadi herniasi pada nukleus, terjadi kompresi pada jaras syaraf yang berdekatan

dengan tempat terjadinya herniasi sehingga terjadi iritasi yang menyebabkan rasa nyeri yang
bisa disebut skiatika, apabila semakin parah dapat terjadi disfungsi sistem saraf.4
Faktor resiko terjadinya HNP terdiri dari faktor resiko yang dapat dirubah dan yang
tidak dapat dirubah yaitu:

Faktor risiko yang tidak dapat dirubah :

1. Umur: makin bertambah umur risiko makin tinggi


2. Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak dari wanita
3. Riawayat cedera atau trauma pada punggung

Faktor risiko yang dapat dirubah :

1. Pekerjaan dan aktivitas: duduk yang terlalu lama, mengangkat atau menarik barang-barang
berta, sering membungkuk atau gerakan memutar pada punggung, latihan fisik yang berat,
paparan pada vibrasi yang konstan seperti supir.
2. Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak berlatih, latihan yang berat
dalam jangka waktu yang lama.
3. Merokok. Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu kemampuan diskus untuk
menyerap nutrien yang diperlukan dari dalam darah.
4. Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut dapat menyebabkan strain
pada punggung bawah.

Gambar 4. Gambar proses terjadinya herniasi (sumber: medscape)

C. Patofisiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya HNP :
1. Aliran darah ke discus berkurang
2. Beban berat
3. Ligamentum longitudinalis posterior menyempit
Jika beban pada discus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat menahan nukleus
pulposus (gel) akan keluar, akan timbul rasa nyeri oleh karena gel yang berada di canalis
vertebralis menekan radiks. Bangunan peka nyeri mengandung reseptor nosiseptif (nyeri)
yang diberikan rangsang oleh berbagai stimulus lokal (mekanis, termal, kimiawi). Stimulus
ini akan direspon dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi yang akan menimbulkan
persepsi nyeri.
Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah pergerakan
sehingga proses penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot,
yang selanjutnya dapat menimbulkan iskemia. Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri
inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik
yang diakibatkan lesi primer pada sistem saraf.

Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan. Pertama,


penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya nosiseptor dari nervi
nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan
bertambah dengan peregangan serabut saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan
kedua, penekanan mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di
mana terjadi akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan
timbulnya rangsang mekanik panas yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan
termal.3,5

Klasifikasi Nyeri Punggung Bawah


Sistem klasifikasi yang simpel dan praktis pada NPB dapat dibagi menjadi 3 kategori;
NPB Non Spesifik, NPB karena Gangguan Neurologis (stenosis kanal dan radikulopati) dan
NPB yang disebabkan oleh penyakit spinal yang serius (red flags). Prioritas pertama dalam
melakukan triage diagnosis selama menggali anamnesis dari pasien adalah melakukan
identifikasi terhadap kondisi red flags dan adanya kemungkinan potensi yellow flags.6
NPB Non Spesifik6
-

Umur: 20 55 tahun, Keadaan umum pasien baik

Nyeri pada daerah paha, pantat dan lumbosakral

Nyeri mekanik

NPB karena Gangguan Neurologis (stenosis kanal dan radikulopati)6


-

Adanya nyeri radikular/ iskialgia

Nyeri menyebar sampai di bawah lutut, tidak hanya pada paha bagian belakang

Riwayat nyeri/ kesemutan yang lama

Tanda Laseque positif

Riwayat gangguan miksi/ defekasi/ fungsi seksual

Adanya saddle back anestesia/ hipestesia

Adanya kelemahan tungkai dan gangguan gaya lain

NPB yang disebabkan oleh penyakit spinal yang serius (red flags)6
-

Kelainan patologik spinal yang serius antara lain keganasan tulang vertebra, radang spinal
dan sindrom kauda equina. Red flags adalah gejala dan tanda yang dapat menunjukkan
kemungkinan adanya suatu kondisi patologis spinal yang serius. Berikat merupakan kriteria
red flags:6

Usia: <11 tahun atau >55 tahun

Ada riwayat jatuh atau trauma pada tulang belakang

Nyeri dada dan gangguan bentuk tulang belakang

Terdapat kelemahan dan kesemutan pada kaki

Terdapat gangguan kencing dan buang air besar

Penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan

Demam dan merasa kurang sehat

Penggunaan steroid yang rutin dalam waktu yang lama

Memiliki penyakit kencing manis atau penyakit lain yang menurunkan daya tahan tubuh

Memiliki riwayat tumor ganas (kanker) atau osteoporosis


Yellow flags adalah faktor yang meningkatkan risiko untuk berkembangnya kondisi
nyeri kronik dan disabilitas jangka panjang. Faktor yang berhubungan dengan pekerjaan,
stres psikososial, mood yang depresif, beratnya nyeri dan pengaruh ke fungsional, episode
nyeri pinggang sebelumnya, dan harapan pasien.7

D. Penegakan Diagnosis
Anamnesis
Pada anamesis didapatkan nyeri diskogenik yang akan bertambah berat apabila
duduk, membungkuk, batuk, bersin atau kegiatan yang dapat meningkatkan tekanan dari
intradiscal. Lalu diperhatikan kapan mulai timbulnya keluhan, bagaimana mulai timbulnya
keluhan, lokasi nyeri, sifat nyeri, kualitas nyeri, apakah nyeri yang diderita diawali kegiatan
fisik, faktor yang memperberat atau memperingan, ada riwayat trauma sebelumnya dan
apakah ada keluarga penderita penyakit yang sama. Perlu juga ditanyakan keluhan yang

mengarah pada lesi saraf seperti adanya nyeri radikuler, riwayat gangguan miksi, lemah
tungkai dan adanya saddle anestesi.8
Pemeriksaan Fisik
1. Posisi berdiri:
a. Perhatikan cara penderita berdiri dan sikap berdirinya.
b. Perhatikan bagian belakang tubuh: adakah deformitas, gibus, skoliosis, lordosis lumbal
(normal, mendatar, atau hiperlordosis), pelvis yang miring tulang panggul kanan dan kiri
tidak sama tinggi, atrofi otot.
c. Derajat gerakan (range of motion) dan spasmus otot.
d. Hipersensitif denervasi (piloereksi terhadap hawa dingin).
e. Palpasi untuk mencari trigger zone, nodus miofasial, nyeri pada sendi sakroiliaka, dan lainlain.
f. Perhatikan cara penderita berjalan/gaya jalannya.
2. Posisi duduk:
a.

Perhatikan cara penderita duduk dan sikap duduknya.

b.

Perhatikan bagian belakang tubuhnya.

3. Posisi berbaring :
a. Perhatikan cara penderita berbaring dan sikap berbaringnya.
b. Pengukuran panjang ekstremitas inferior.
c. Pemeriksaan abdomen, rektal, atau urogenital.
4. Pemeriksaan neurologik,
a

Pemeriksaan sensorik

Pemeriksaan motorik : dicari apakah ada kelemahan, atrofi atau fasikulasi otot

Pemeriksaan tendon

Pemeriksaan yang sering dilakukan

1. Tes untuk meregangkan saraf ischiadikus (tes laseque)


2. Tes untuk menaikkan tekanan intratekal (tes Nafzigger, tes Valsava)
3. Tes Patrick dan Tes Contra Patrick
4. Tes Distraksi dan Tes Kompresi8

Gambar 5.Pemeriksaan patrik dan laseque


(sumber: meddic.jp)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologi
-

Foto polos: Tidak direkomendasikan untuk evaluasi rutin NPB. Direkomendasikan untuk
mengenyampingkan adanya kelainan tulang dan pasien risiko tinggi terjadinya fraktur
kompresi seperti riwayat trauma vertebra, osteoporosis dan penggunaan steroid.6,8

Mielografi, Mielo-CT, CT scan, MRI: Diindikasikan untuk mencari penyebab nyeri antara
lain tumor, HNP, perlengketan. MRI lebih unggul daripada CT Scan. Pada pasien dengan
NPB persisten dengan keluhan dan gejala radikulopati atau stenosis spinal, pemeriksaan MRI
atau CT Spinal hanya disarankan pada pasien yang merupakan kandidat untuk tindakan
operasi.6,8
MRI dapat menggambarkan jaringan lunak dan sangat membantu dalam diagnosis sindrom
cauda equina. MRI dengan kontras gadolinium pada daerah lumbosakral adalah pemeriksaan
diagnostik pilihan untuk mencari kelainan patologi di conus medullaris dan cauda equina.9

Gambar 6: Contoh Hasil pemeriksaan MRI2


Pemeriksaan Elekrofisiologik
-

Elecromyography (EMG): Needle EMG dan H-reflex dianjurkan bila dugaan disfungsi radiks
lebih dari 3 4 minggu. Bila diagnosis radikulopati sudah pasti secara pemeriksaan klinis,
pemeriksaan elektrofisiologik tidak dianjurkan.8

Somatosensory Evoked Potensial (SSEP). Berguna untuk stenosis kanal dan mielopati spinal.8

Pemeriksaan Laboratorium8

- Laju endap darah, darah perifer lengkap, C-reactive protein (CRP), faktor rematoid, alkali
fosfatase/asam, kalsium (atas indikasi)

- Urinalisis, berguna untuk penyakit non spesifik seperti infeksi, hematuri.


- Pemeriksaan cairan serebrospinal (atas indikasi)

Pemeriksaan Gold standard


Untuk pemeriksaan terbaik adalah dengan menggunakan Magnetic resonance
imaging karena dengan pemeriksaan tersebut dapat mendiagnosis terjadinya kompresi pada
tulang belakang.

KLASIFIKASI TRAUMA SPINAL


Impairment scale dari American spinal injury association/ international medical
society paraplegia (IMSOP). Klasifikasi tingkat dan keparahan trauma medula spinalis yang
ditegakkan pada saat 72 jam sampai 7 hari setelah trauma digunakan untuk menentukan dan
mempertimbangkan prognosis pasien kedepannya.9
Grad

Tipe

Gangguan medula spinalis ASIA/IMSOP

e
A
B

Komplit
Inkompli

Tidak ada fungsi motorik dan sensorik S4-5


Fungsi sensorik masih baik tapi motorik terganggu sampai segmen

t
Inkompli

sakral S4-S5
Fungsi motorik terganggu dibawah level tapi otot-otot utama masih

t
Inkompli

punya kekuatan < 3


Fungsi motorik terganggu dibawah level tapi otot-otot utama masih

t
Normal

punya kekuatan > 3


Fungsi sensorik dan motorik normal

SINDROM MEDULA SPINALIS


Tabel 2: Jenis-jenis Sindroma Medula Spinalis9
Sindroma

Kausa Utama

Gejala dan Tanda Klinis

Hemicord (Brown

Trauma tembus,

Paresis UMN ipsilateral di bawah lesi dan LMN

Sequard

kompresi

setinggi lesi dan LMN setinggi lesi.

syndrome)

ekstrinsik

Gangguan

eksteroseptif

(nyeri

dan

suhu)

proprioseptif

(raba

dan

tekan)

kontralateral

Gangguan
ipsilateral

Sindroma Spinalis

Cedera yang

Anterior

menyebabkan
HNP pada T4-6

Sindroma Spinalis

Hematomielia,

Sentral Servical

traua spinal
(fleksi-ekstensi)

Paresis LMN setinggi lesi, UMN dibawah lesi

Dapat disertai disosiasi sensibilitas

Gangguan eksteroseptif, proprioseptif normal

Disfungsi sfingter

Paresis lengan > tungkai

Gangguan

sensorik

bervariasi

(disetesia/hiperestesia) di ujung distal lengan

Sindroma Spinalis

Trauma, infark

Posterior

arteri spinalis
posterior

Sindroma konus

Trauma lower

medularis

sacral cord

Disosiasi sensibilitas

Disfungsi miksi, defekasi, dan seksual

Paresis ringan

Gangguan eksteroseptif (nyeri/parestesia) pada


punggung, leher, dan bokong

Gangguan proprioseprif bilateral

Gangguan motoric ringan, simetris, tidak ada


atrofi

Gangguan sensorik saddle anesthesia, muncul


lebih awal, bilateral, ada disosiasi sensibilitas

Nyeri jarang, relative ringan, simetris, bilateral


pada daerah perineum dan paha

Reflex Achilles (-), reflex patella (+)

Disfungsi sfingter terjadi dini dan berat

Reflex bulbocavernosus dan anal (-)

Gangguan ereksi dan ejakulasi

Sindroma Cauda

Cedera akar saraf

Gangguan

Equina

lumbosacral

asimetris, dan atrofi (+)

Gangguan
asimetris,

motoric

sedang

sensibilitas
timbul

lebih

sampai

saddle
lambat,

berat,

anesthesia,
disosiasi

sensibilitas (-)

Nyeri menonjol, hebat, timbul dini, radicular,


asimetris

Gangguan reflex bervariasi

Gangguan sfingter timbul lambat, jarang berat,


reflex jarang terganggu, disfungsi seksual jarang

E. Penatalaksanaan
Terapi konservatif
Tujuan terapi konservatif adalah mengurangi iritasi saraf, memperbaiki kondisi fisik
pasien dan melindungi dan meningkatkan fungsi tulang punggung secara keseluruhan. 90%
pasien akan membaik dalam waktu 6 minggu, hanya sisanya yang membutuhkan
pembedahan.
Terapi konservatif untuk NPB, termasuk NPB akibat HNP meliputi:
Tirah baring
Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekanan intradiskal, lama
yang dianjurkan adalah 2-4 hari. Tirah baring terlalu lama akan menyebabkan otot melemah.
Pasien dilatih secara bertahap untuk kembali ke aktivitas biasa.
Posisi tirah baring yang dianjurkan adalah dengan menyandarkan punggung, lutut dan
punggung bawah pada posisi sedikit fleksi. Fleksi ringan dari vertebra lumbosakral akan
memisahkan permukaan sendi dan memisahkan aproksimasi jaringan yang meradang.
Medikamentosa
1. Analgetik dan NSAID (Calecoxib, Ibuprofen, Naproxen, Ketoprofen)
2. Pelemas otot: digunakan untuk mengatasi spasme otot
3. Kortikosteroid : pemakaian masih menjadi kontroversi namun dapat
dipertimbangkan pada kasus HNP berat untuk mengurangi inflamasi.
4. NPB kronik: Anti konvulsan (Pregabalin, gabapentin, karbamazepin,
okskarbasepin, fenitoin), antidepressan (amitriptilin, duloxetin,
venlafaxin), alpha blocker (klonidin, prazosin), opiod (kalau sangat
diperlukan). Kombinasi pregabalin dan celecoxib lebih efektif
menurunkan skor nyeri pada NPB dibanding dengan monterapi
pregabalin atau celecoxib.6,8
Terapi fisik

Traksi pelvis
Menurut panel penelitian di Amerika dan Inggris traksi pelvis tidak terbukti
bermanfaat. Penelitian yang membandingkan tirah baring, korset dan traksi dengan
tirah baring dan korset saja tidak menunjukkan perbedaan dalam kecepatan
penyembuhan.

Diatermi/kompres panas/dingin
Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan spasme otot. Pada
keadaan akut biasanya dapat digunakan kompres dingin, termasuk bila terdapat
edema. Untuk nyeri kronik dapat digunakan kompres panas maupun dingin.

Korset lumbal
Korset lumbal tidak bermanfaat pada NPB akut namun dapat digunakan untuk
mencegah timbulnya eksaserbasi akut atau nyeri pada NPB kronis. Sebagai
penyangga korset dapat mengurangi beban pada diskus serta dapat mengurangi
spasme.

Latihan
Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres minimal pada punggung seperti
jalan kaki, naik sepeda atau berenang. Latihan lain berupa kelenturan dan penguatan.
Latihan bertujuan untuk memelihara fleksibilitas fisiologik, kekuatan otot, mobilitas
sendi dan jaringan lunak. Dengan latihan dapat terjadi pemanjangan otot, ligamen dan
tendon sehingga aliran darah semakin meningkat.

Latihan kelenturan
o Punggung yang kaku berarti kurang fleksibel akibatnya vertebra lumbosakral
tidak sepenuhnya lentur. Keterbatasan ini dapat dirasakan sebagai keluhan
kencang.
o Latihan untuk kelenturan punggung adalah dengan membuat posisi meringkuk
seperti bayi dari posisi terlentang. Tungkai digunakan sebagai tumpuan tarikan.
Untuk menghasilkan posisi knee-chest, panggul diangkat dari lantai sehingga
punggung teregang, dilakukan fleksi bertahap punggung bawah bersamaan dengan
fleksi leher dan membawa dagu ke dada. Dengan gerakan ini sendi akan mencapai
rentang maksimumnya. Latihan ini dilakukan sebanyak 3 kali gerakan, 2 kali
sehari.

Latihan penguatan
o Latihan pergelangan kaki: Gerakkan pergelangan kaki ke depan dan belakang dari
posisi berbaring.

o Latihan menggerakkan tumit: Dari posisi berbaring lutut ditekuk dan kembali
diluruskan dengan tumit tetap menempel pada lantai (menggeser tumit).
o Latihan mengangkat panggul: Pasien dalam posisi telentang, dengan lutut dan
punggung fleksi, kaki bertumpu di lantai. Kemudian punggung ditekankan pada
lantai dan panggul diangkat pelan-pelan dari lantai, dibantu dengan tangan yang
bertumpu pada lantai. Latihan ini untuk meningkatkan lordosis vertebra lumbal.
o Latihan berdiri: Berdiri membelakangi dinding dengan jarak 10-20 cm, kemudian
punggung menekan dinding dan panggul direnggangkan dari dinding sehingga
punggung menekan dinding. Latihan ini untuk memperkuat muskulus kuadriseps.
o Latihan peregangan otot hamstring: Peregangan otot hamstring penting karena
otot hamstring yang kencang menyebabkan beban pada vertebra lumbosakral
termasuk pada anulus diskus posterior, ligamen dan otot erector spinae. Latihan
dilakukan dari posisi duduk, kaki lurus ke depan dan badan dibungkukkan untuk
berusaha menyentuh ujung kaki. Latihan ini dapat dilakukan dengan berdiri.
o Latihan berjinjit: Latihan dilakukan dengan berdiri dengan seimbang pada 2 kaki,
kemudian berjinjit (mengangkat tumit) dan kembali seperti semula. Gerakan ini
dilakukan 10 kali.
o Latihan mengangkat kaki: Latihan dilakukan dengan menekuk satu lutut,
meluruskan kaki yang lain dan mengangkatnya dalam posisi lurus 10-20 cm dan
tahan selama 1-5 detik. Turunkan kaki secara perlahan. Latihan ini diulang 10
kali.
o Proper body mechanics: Pasien perlu mendapat pengetahuan mengenai sikap
tubuh yang baik untuk mencegah terjadinya cedera maupun nyeri.

Beberapa prinsip dalam menjaga posisi punggung adalah sebagai berikut:


o Dalam posisi duduk dan berdiri, otot perut ditegangkan, punggung tegak
dan lurus. Hal ini akan menjaga kelurusan tulang punggung.
o Ketika akan turun dari tempat tidur posisi punggung didekatkan ke pinggir
tempat tidur. Gunakan tangan dan lengan untuk mengangkat panggul dan
berubah ke posisi duduk. Pada saat akan berdiri tumpukan tangan pada paha
untuk membantu posisi berdiri.
o Pada posisi tidur gunakan tangan untuk membantu mengangkat dan
menggeser posisi panggul.

o Saat duduk, lengan membantu menyangga badan. Saat akan berdiri badan
diangkat dengan bantuan tangan sebagai tumpuan.
o Saat mengangkat sesuatu dari lantai, posisi lutut ditekuk seperti hendak
jongkok, punggung tetap dalam keadaan lurus dengan mengencangkan otot
perut. Dengan punggung lurus, beban diangkat dengan cara meluruskan
kaki. Beban yang diangkat dengan tangan diletakkan sedekat mungkin
dengan dada.
o Jika hendak berubah posisi, jangan memutar badan. Kepala, punggung dan
kaki harus berubah posisi secara bersamaan.
o Hindari gerakan yang memutar vertebra. Bila perlu, ganti wc jongkok
dengan wc duduk sehingga memudahkan gerakan dan tidak membebani
punggung saat bangkit.

Dengan melakukan latihan setiap hari, atau setidaknya 3-4 kali/minggu secara teratur
maka diperkirakan dalam 6-8 minggu kekuatan akan membaik sebanyak 20-40%
dibandingkan saat NPB akut.

Memberikan program rehabilitasi untuk 3 waktu yang berbeda yaitu:


1. Fase akut dapat dilakukan terapi konservatif berupa pemberian penanganan awal seperti
pemberian analgetik, anti inflamasi, dan terapi fisik.
2. Fase recovery fokus dari terapi pada fase ini adalah fungsi dari biokimia dan deficit jaringan
ikat . Dapat pula dimulai latihan fisik ringan untuk memperkuat otot.
3. Fase maintenance fakus dari terapi pada fase adalah untuk mencegah agar rasa nyeri kembali
menyerang

Terapi Bedah
Selain diberikan terapi obat dapat juga dilakukan terapi bedah. Terapi bedah yang dapat
dilakukan apabila terjadi herniasi diskus intravertebralis adalah microdiscectomy dan
laminectomy
Terapi bedah memerlukan indikasi yang ketat untuk mencegah terjadinya failed back
syndrome (kegagalan dan kekambuhan setelah operasi). Terapi pembedahan perlu
dipertimbangkan pada keadaan sebagai berikut:8
Setelah satu bulan dirawat konservatif tidak ada kemajuan
Iskhialgia yang berat sehingga pasien tidak mampu menahan nyerinya

Iskhialgia menetap atau bertambah berat.


Adanya gangguan miksi/defekasi dan seksual
Adanya bukti klinis terganggunya radiks
Ada kelemahan otot tungkai bawah

F. Prognosis
1. Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan terapi konservatif.
2. Sebagian kecil dapat berkembang menjadi kronik meskipun sudah diterapi.
3. Pada pasin yang dioperasi: 90 % membaik terutama nyeri tungkai, kemungkinan terjadinya
kekambuhan adalah 5%.
4. Menentukan Prognosis fungsional pasien dengan menggunakan ASIA/IMSOP
Grad

Tipe

Gangguan medula spinalis ASIA/IMSOP

e
A
B

Komplit
Inkompli

Tidak ada fungsi motorik dan sensorik S4-5


Fungsi sensorik masih baik tapi motorik terganggu sampai segmen

t
Inkompli

sakral S4-S5
Fungsi motorik terganggu dibawah level tapi otot-otot utama masih

t
Inkompli

punya kekuatan < 3


Fungsi motorik terganggu dibawah level tapi otot-otot utama masih

t
Normal

punya kekuatan > 3


Fungsi sensorik dan motorik normal

BAB III
PEMBAHASAN
Laki 49 tahun datang dengan diantar oleh istri pasien, berjalan dengan tertatih dan
keringat dingin dibantu oleh istri pasien mengeluhkan nyeri pinggang sejak 1 hari sebelum
masuk rumah sakit. Nyeri dirasakan tajam dan terlokalisir di pinggang bawah. Nyeri tajam
dirasakan menjalar ke paha kanan bagian belakang ke bagian tungkai bawah hingga mata
betis dan mata kaki kiri. Nyeri dirasakan terus menerus dan semakin mengganggu. Pasien
mengaku nyeri dirasakan setelah pasien mengendarai motor dan tidak mamakai korset
lumbal. Nyeri dirasakan semakin berat saat pasien melakukan perubahan posisi seperti tidur
miring ke lurus dari tidur ke duduk atau duduk ke berdiri, membungkuk, dan tidak kuat untuk
berdiri lama. Nyeri dirasakan berkurang dengan posisi berbaring. Riwayat trauma (-),
Riwayat Kanker (-), riwayat kontak dengan penderita TB (-)
Keluhan nyeri pinggang ini mungkin disebabkan oleh HNP atau keluarnya nukleus
pulposus dari discus hingga menekan medulla spinalis mengakibatkan iritasi dan penekanan
radiks saraf sehingga di daerah iritasi terasa nyeri yang menjalar. Gejala ini sesuai dengan
radiks dan saraf mana yang terkena. Hal ini harus dibuktikan dengan lebih tepat dengan
pemeriksaan MRI. .
Dari pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis GCS 15 (E4M6V5),
tekanan darah 130/80 mmHg, suhu 37,1c, nadi 78 x/menit, nafas 22 x/menit. Refleks cahaya
langsung dan tidak langsung kanan kiri normal . Pupil isokor, bulat, 3mm/3mm,
Pemeriksaan nervus kranialis dalam batas normal. Anggota gerak bagian atas dalam
pergerakan tidak ditemukan kelaianan, kekuatan 5555/5555, normotonus, tidak ada atrofi
sensibilitas baik. Anggota gerak bagian bawah gerakan terbatas, kekuatan 5555/5555,
normotonus, tidak ada atrofi dan sensibilitas baik. Refleks fisiologis dalam batas normal.
Refleks patologis (-), Tanda rangsal meningeal laseque +/+, tanda kernig -/+, patrick +/+,
kontrapatrick +/+. Hasil dari laboratorium darah tidak ditemukan adanya kelaianan pada diff
count.
Hasil pemeriksaan MRI Lumbal MR memperlihatkan kelengkungan yangnormal dan
tidak ada listhesis. Intensitas signal bone marrow seluruh korpus vertebrae terlihat normal,
tidak tampak formasi osteofit dan tidak ada kompresi vertebrae.
Tidak terlihat penipisan diskus-diskunya, namun terlihat penurunan signal dan protusio
diskus L4-5nya. Yang menekan dural dan radix kanan pada foraminal root entry. Selain itu

terlihat hipertrofik faset dan penebalan ligamen flavum pada level tersebut. Ligamen
longitudinal posterior masih utuh dan tidak terlihat adanya material diskusnya intrakanal.
Tidak ada perubahan signal flow cairan serebrospinal. Pedikel, lamina, dan prosesus
masih baik, demikian pula dengan komponen posterior lainnya.
Post gadolinium tidak memperlihatkan lesi fokal yang menyangat kontras di seluruh
diskovertebrae maupun intradural/intramedular.
Dengan kesimpulan lumbal spine memperlihatkan herniasi L4-5 yang menekan dural
dan radix kanan, disertai hipertrofi faset dan penebalan ligamen flavum pada level tersebut.
Nyeri punggung bawah pada pasien ini harus diwaspadai karena memenuhi kriteria red flag
LBP yaitu riwayat jatuh atau trauma.
Perlu dicurigai mengarah pada sindrom kauda equina dikarenakan pada pasien ini saat
datang pasien mengeluhkan nyeri pinggang menjalar ke kaki yang memberat, asimetris
dominan di ekstremitas bawah kiri.
Dari gejala klinis, pasien masih tergolong dalam keadaan yang masih ringan karena
tidak adanya gangguan motoric sedang sampai berat dan atrofi (kekuatan motorik masih
bagus), tidak ada gangguan sensibilitas saddle anesthesia dan tidak ada gangguan
sfingter(tidak ada keluhan BAK dan BAB).
Sementara ini diambil diagnosis
Diagnosis Klinik

: Nyeri pinggang bawah Susp HNP Lumbal

Diagnosis Topis

: Setinggi korpus L4-L5

Diagnosis Etiologik

: trauma

Diagnosis Patologi

: herniasi diskus intervertebralis L4-L5

Dengan kondisi nyeri pasien saat datang maka pasien disarankan untuk rawat inap,
termasuk dalam terapi konservatif dengan tujuan untuk mengurangi nyeri memberat,
mengurangi iritasi saraf dan memperbaiki keadaan umum maupunk kondisi pasien. termasuk
didalamnya tirah baring bertujuan untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekanan interdiskal.
Untuk mengurangi gejala pada pasien ini diberikan dapat diberikan IVFD RL +
ketorolac yang merupakan golongan OAINS bertujuan untuk meredakan nyeri sedang berat
secara intens, diberikan juga provelyn berisi pregabalyn 75 mg, pregabalyn adalah golongan
antiepileptic yang digunakan untuk mengurangi nyeri neuropatik pada perifer, dan sinkronik
berisi tramadol 37,5 hcl dan paracetamol 350 mg, tramadol adalah analgesik opioid sintetik

yang bekerja secara sentral dan paracetamol analgesik non opioid non salisilat keduanya
bekerja sebagai analgesik sentral di tujukan untuk terapi jangka pendek nyeri akut.
Perawatan hari pertama nyeri pinggang dan tungkai kiri dirasakan berkurang, ttv
stabil, motorik superior dan inferior kiri 5555, refleks fisiologis +, refleks patologis -,
pemeriksaan laseque +/+, kernik +/+, patrick +/+, kontra patrick +/+. Dengan assessment
HNP ec HNP L4-L5 dikarenakan dari hasil MRI ditemukan adanya herniasi di L4-5 yang
menekan dural dan radix kanan disertai hipertrofi faset dan penebalan flavum pada level
tersebut. Pada pengobatan diberikan ketorolac sebagai anti nyeri yang merupakan golongan
NSAID. pengobatan ditambah lameson 2x62,5 mg lameson berisi metilprednisolon ditujukan
untuk meredakan peradangan, steroid ditujukan untuk menekan inflamasi pada radiks yang
tertekan, ditambahkan pranza berisi pantoprazole golongan proton pump inhibitor untuk
melindungi lambung dari reaksi asam lambung bersamaan diberikannya golongan steroid.
Perawatan hari kedua nyeri pinggang kiri menjalar ke paha sudah jauh berkurang, ttv
stabil, hasil pemeriksaan fisik juga membaik, pemeriksaan kernig, laseque, patrick dan kontra
patrick pada kaki kiri sudah negative. Assesment LBP ec HNP L4-L5 mulai berjalan
walaupun dirasakan masih agak nyeri bila berjalan, ttv stabil, pemeriksaan fisik masih sama
dengan hari sebelumnya terapi dilanjutkan
Perawatan hari ketiga nyeri pada paha dan tungkai sudah sangat berkurang, pasien
sudah bisa duduk dan berdiri seperti biasa. ttv stabil, pemeriksaan fisik normal pada hampir
semua pemeriksaan. Assesment LBP ec HNP L4-L5, pengobatan oral, sinkronik 2x1,
provelyn 0-0-1, pasien dapat pulang, disarankan untuk menjaga berat badan, anjuran olahraga
ringan dan berenang, menghindari berdiri lama, duduk membungkuk lama, mengangkat
benda-benda berat dan kontrol poliklinik.
Prognosis fungsionam pasien ini adalah dubia ad bonam ditentukan dengan hasil
ASIA/IMSHOP pada pasien ini adalah Grade D inkomplit dimana fungsi motorik terganggu
dibawah level tapi otot-otot utama masih punya kekuatan > 3

IV. DAFTAR PUSTAKA


1

Benjamin C. 2011.Herniated Disk.University of Maryland Medical Center. Available at


http://www.umm.edu/imagepages/9700.htm

Kahle W. Spinal cord and spinal nerves in Color atlas of human anatomy. Vol 3. New York:

Thieme; 2003. p.48-69


3 Baehr M, Fotscher M. Diagnosis topic neurologi Duus: anatomi, tanda, gejala. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010.h.60-80.
4 Sahrakar, Kamran. 2011. Lumbar Disc Disease. Medscape Reference. Available at
5

http://emedicine.medscape.com/article/249113-overview#a0112
Foster Mark. 2012. Herniated Nucleus Pulposus. Medscape Reference. Available at

http://emedicine.medscape.com/article/1263961-overview#aw2aab6b3
6 Suryamiharja A [et al]. Nyeri neuropatik di daerah punggung bawah (Low back pain) dalam
Konsensus nasional 1: Diagnostik dan penatalaksanaan nyeri neuropatik. Jakarta:
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI); 2011.h.29-33
7 Emril DR. How to diagnose low back pain properly dalam nyeri pinggang bawah. Jakarta:
8

Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI); 2013.h.17-41


Suryamiharja A, Meliala L. Nyeri neuropatik di daerah punggung bawah (Low back pain)
dalam Penuntun penatalaksanaan nyeri neuropatik. Ed 2.). Jakarta: Perhimpunan Dokter

Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI); 2007 h.44-54


Soertidewi L [et al]. Trauma medula spinalis dalam Konsensus nasional penanganan trauma
kapitis dan trauma spinal. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia

(PERDOSSI); 2006.h.22
10 Schmorls node. AJNR. 2000. Available at http://www.ajnr.org/content/21/2/276.full

Anda mungkin juga menyukai