Anda di halaman 1dari 4

PENATALAKSANAAN

TUBERKULOSIS (TB)
DENGAN HIV
Dinas
Kesehatan
Kota
Surakarta

SOP

Ditetapkan Kepala
Puskesmas
Banyuanyar
A. Pengertian

B. Tujuan
C. Kebijakan
D. Referensi
E. Prosedur

Nomor
Terbit ke
No.Revisi
Tgl.Diberlaku
Halaman

:
: 01
: 00
: 2-01-2017
:1/4

Puskesmas
Banyuanyar
dr. TENNY SETYOHARINI, MKes
NIP. 19670914 199803 2 004

Tuberkulosis (TB) Paru dengan HIV adalah penyakit menular


langsung yang disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium
tuberculosis yang menyerang paru penderita HIV (Human
Imunodefisiency Virus) positif.
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melakukan
melakukan penatalaksanaan TB Paru pada penderita HIV positif
SK Kepala UPTD Puskesmas Banyuanyar Nomor I/UKP/001/2017
tentang Kebijakan Pelayanan Klinis UPTD Puskesmas Banyuanyar
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Hasil Anamnesis (Subjective)
Batuk tidak merupakan gejala utama pada pasien TB dengan HIV.
Pasien diindikasikan untuk pemeriksaan HIV jika:
1. Berat badan turun drastis
2. Sariawan/Stomatitis berulang
3. Sarkoma Kaposi
4. Riwayat perilaku risiko tinggi seperti
a. Pengguna NAPZA suntikan
b. Homoseksual
c. Waria
d. Pekerja seks
e. Pramuria panti pijat
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik
Kelainan pada TB Paru tergantung luas kelainan struktur paru. Pada
awal permulaan perkembangan penyakit umumnya sulit sekali
menemukan kelainan.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap dapat dijumpai limfositosis/
monositosis, LED meningkat, Hb turun.
2. Pemeriksaan mikroskopis kuman TB (Bakteri Tahan Asam/ BTA)
atau kultur kuman dari spesimen sputum/ dahak sewaktu-pagisewaktu.
3. Untuk TB non paru, spesimen dapat diambil dari bilas lambung,
cairan serebrospinal, cairan pleura ataupun biopsi jaringan.
4. Radiologi dengan foto toraks PA-Lateral/ top lordotik.
5. Pemeriksaan kadar CD4.
6. Uji anti-HIV
Penegakan Diagnostik (Assessment)
Pada daerah dengan angka prevalensi HIV yang tinggi pada populasi
dengan
kemungkinan
koinfeksi
TB-HIV
maka
konseling
dan pemeriksaan HIV diindikasikan untuk seluruh pasien TB

PENATALAKSANAAN
TUBERKULOSIS (TB)
DENGAN HIV
Dinas
Kesehatan
Kota
Surakarta

SOP

Nomor
Terbit ke
No.Revisi
Tgl.Diberlaku
Halaman

:
: 01
: 00
: 2-01-2017
:2/4

Puskesmas
Banyuanyar

sebagai bagian dari penatalaksanaan rutin. Pada daerah dengan


prevalensi HIV yang rendah, konseling dan pemeriksaan HIV
diindikasi pada pasien TB dengan keluhan dan tanda-tanda yang
diduga berhubungan dengan HIV dan pada pasien TB dengan riwayat
risiko terpajan HIV.

Diagnosis Banding
1. Kriptokokosis
2. Pneumocystic carinii pneumonia (PCP)
3. Aspergillosis
Komplikasi
1. Limfadenopati
2. Efusi pleura
3. Penyakit perikardial
4. TB Milier
5. Meningitis TB
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan) Penatalaksanaan
1. Pada dasarnya pengobatannya sama dengan pengobatan TB tanpa
HIV/AIDS
2. Prinsip pengobatan adalah menggunakan kombinasi beberapa jenis
obat dalam jumlah cukup dan dosis serta jangka waktu yang tepat.
3. Pasien dengan koinfeksi TB-HIV, segera diberikan OAT
dan pemberian ARV dalam 8 minggu pemberian OAT tanpa
mempertimbangkan kadar CD4.
4. Perlu diperhatikan, pemberian secara bersamaan membuat pasien
menelan obat dalam jumlah yang banyak sehingga dapat terjadi
ketidakpatuhan, komplikasi, efek samping, interaksi obat dan
Immune Reconstitution Inflammatory Syndrome.
5. Setiap penderita TB-HIV harus diberikan profilaksis kotrimoksasol
dengan dosis 960 mg/hari (dosis tunggal) selama pemberian OAT.
6. Pemberian tiasetazon pada pasien HIV/AIDS sangat berbahaya
karena akan menyebabkan efek toksik berat pada kulit.
7. Injeksi streptomisin hanya boleh diberikan jika tersedia alat suntik
sekali pakai yang steril.
8. Desensitisasi obat (INH/Rifampisin) tidak boleh dilakukan karena

PENATALAKSANAAN
TUBERKULOSIS (TB)
DENGAN HIV
Dinas
Kesehatan
Kota
Surakarta

SOP

Nomor
Terbit ke
No.Revisi
Tgl.Diberlaku
Halaman

:
: 01
: 00
: 2-01-2017
:3/4

Puskesmas
Banyuanyar

mengakibatkan efek toksik yang serius pada hati.


9. Pada pasien TB dengan HIV/AIDS yang tidak memberi respons
terhadap pengobatan, selain dipikirkan terdapatnya malabsorbsi
obat. Pada pasien HIV/AIDS terdapat korelasi antara imunosupresi
yang berat dengan derajat penyerapan, karenanya dosis standar yang
diterima suboptimal sehingga konsentrasi obat rendah dalam serum.

F. Unit Terkait

Konseling dan Edukasi


Konseling dilakukan pada pasien yang dicurigai HIV dengan merujuk
pasien ke pelayanan VCT (Voluntary Counceling and Testing).
UGD, BP UMUM

PENATALAKSANAAN
TUBERKULOSIS (TB)
DENGAN HIV
Dinas
Kesehatan
Kota
Surakarta

SOP

Nomor
Terbit ke
No.Revisi
Tgl.Diberlaku
Halaman

:
: 01
: 00
: 2-01-2017
:4/4

Puskesmas
Banyuanyar

G. Rekaman Historis:
N
o

Halaman

Yang dirubah

Perubahan

Diberlakukan
Tanggal

Anda mungkin juga menyukai