BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit yang berkaitan dengan otot adalah cedera otot. Cedera otot banyak dialami mereka
yang beraktivitas di dunia olahraga seperti atlet. Tetapi, tidak menutup kemungkinan orang biasa
juga mengalami cedera otot saat berolahraga. Cedera ini umumnya disebabkan karena kesalahan
dalam berolahraga atau karena kecelakaan akibat benturan dengan lawan seperti pemain
sepakbola. Bisa juga disebabkan terjatuh dalam posisi yang tidak baik, sehingga kaki atau tangan
terkilir. Bila seseorang mengalami cedera otot, otot akan mengalami peregangan.
Strain adalah tarikan otot akibat penggunaan berlebihan, peregangan berlebihan atau stress
yang berlebihan. Strain aadalah robekan mikroskopis tidak komplek dengan perdarahan ke dalam
jaringan. Pasien-pasien mengalami rasa sakit atau nyeri mendadak dengan nyeri tekan local pada
pemakaian otot dan kontraksi isometric.
Oleh karena alasan tersebut diatas maka penulis tertarik membahas masalat tersebut untuk
dijadikan suatu makalah.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi syarat akademik. Selain itu demi
menambah wawasan tentang sistem muskuloskeletal khususnya strain. Inilah yang menjadi dasar
tujuan kami dalam pembuatan makalah ini.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tentang pengertian strain
b. Untuk mengetahui tentang klasifikasi strain
c.
f.
C. PEMBATASAN MASALAH
Mengingat terbatasnya waktu yang disediakan, maka pada makalah ini penulis hanya
membicarakan tentang pengertian, etiologi (penyebab), patofisiologi, manifestasi klinis (tanda
dan
gejala),
komplikasi,
pemeriksaan
diagnostik,
penatalaksanaan
medis
maupun
D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan batasan tersebut masalah yang dapat kita rumuskan adalah :
E. METODE PENULISAN
Dalam penyusunan makalah ini, kami memperoleh bahan atau sumber-sumber pembahasan dari
berbagai media yang ada, antara lain seperti internet dan beberapa literatur yang ada. Kemudian
kami saling menghubungkan satu sama lain dalam pembahasan sehingga menjadi karangan
lengkap, objektif dan akurat.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam pembuatan makalah ini terdiri dari:
BAB I:
PENDAHULUAN
Yang terdiri dari : latar belakang, tujuan penulisan, pembatasan makalah, rumusan masalah,
metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II:
PEMBAHASAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM MUSKULUS
1.
DEFINISI MUSKULUS
Otot (muscle) jaringan tubuh yang berfungsi mengubah energi kimia menjadi kerja mekanik
sebagai respons tubuh terhadap perubahan lingkungan. Otot membentuk 43% berat badan. Lebih
dari sepertiganya merupakan protein tubuh dan setengahnya tempat terjadinya aktivitas
metabolik saat tubuh istirahat.
Proses vital di dalam tubuh (seperti kontraksi jantung, kontriksi pembuluh darah, bernapas,
peristaltik usus) terjadi karena adanya aktivitas otot.
2. FUNGSI OTOT
a) Menghasilkan gerakan rangka
b) Mempertahankan sikap dan posisi tubuh
c) Menyokong jaringan lunak
d) Menunjukkan pintu masuk dan keluar saluran dalam sistem tubuh
e) Mempertahankan suhu tubuh; kontraksi otot: energi panas
3. JENIS-JENIS OTOT
Berdasarkan bentuk morfologi, sistem kerja dan lokasinya dalam tubuh, otot dibedakan menjadi
tiga, yaitu otot lurik, otot polos, dan otot jantung.
terang (isotrop) yang tersusun berselang-selang. Sel-selnya berbentuk silindris dan mempunvai
banvak inti. Otot rangka dapat berkontraksi dengan cepat dan mempunyai periode istirahat
berkali - kali. Otot rangka ini memiliki kumpulan serabut yang dibungkus oleh fasia super
fasialis.
Gabungan otot berbentuk kumparan dan terdiri dari bagian:
o Ventrikel (empal), merupakan bagian tengah yang menggembung
o
Urat
otot
(tendon),
merupakan
kedua
ujung
yang
mengecil.
Urat otot (tendon) tersusun dari jaringan ikat dan bersifat keras serta liat. Berdasarkan cara
1)
otot berkontraksi.
2) Insersio merupakan tendon yang melekat pada tulang yang bergerak ketika otot berkontraksi.
Otot yang dilatih terus menerus akan membesar atau mengalami hipertrofi, Sebaliknya jika otot
tidak
digunakan
(tidak
ada
aktivitas)
akan
menjadi
berselang-seling (lurik).
Mempunyai banyak inti sel.
Bekerja dibawah kesadaran, artinya menurut perintah otak, oleh karena itu otot lurik disebut
b) Otot Polos
Otot polos disebut juga otot tak sadar atau otot alat dalam (otot viseral). Otot yang ditemukan
dalam intestinum dan pembuluh darah bekerja dengan pengaturan dari sistem saraf tak sadar,
yaitu saraf otonom. Otot polos dibangun oleh sel-sel otot yang terbentuk gelondong atau
kumparan halus dengan kedua ujung meruncing,serta mempunyai satu inti yang letaknya
ditengah. Kontraksi otot polos tidak menurut kehendak, tetapi dipersarafi oleh saraf otonom.
Otot polos terdapat pada alat-alat dalam tubuh, misalnya pada:
o
o
o
o
Bentuknya gelondong, panjang, pipih, kedua ujungnya meruncing dan dibagian tengahnya
menggelembung.
Mempunyai satu inti sel ditengah.
Tidak memiliki garis-garis melintang (polos).
Bekerja diluar kesadaran, artinya tidak dibawah pe tah otak, oleh karena itu otot polos disebut
bronkus, pulmo, uterus (rahim), kantung urine, kantung empedu, pembuluh darah
INNERVASI (PERSYARAFAN): sangat dipengaruhi oleh sistem syaraf otonom (bisa simpatis,
bisa parasimpatis)
Peningkatan kerja otot polos seperti gerak peristaltik dilakukan oleh syaraf parasimpatis,
c) Otot Jantung
Otot jantung mempunyai struktur yang sama dengan otot lurik hanya saja serabutserabutnya
bercabang-cabang dan saling beranyaman serta dipersarafi oleh saraf otonom.
Letak inti sel di tengah. Dengan demikian, otot jantung disebut juga otot lurik yang bekerja tidak
menurut kehendak. Otot yang ditemukan dalam jantung bekerja secara terus-menerus tanpa
henti. Pergerakannya tidak dipengaruhi sinyal saraf pusat.
percabangan sel.
BENTUK: terdiri dari beberapa serabut otot yang bercabang dan bersatu dengan serabut di
sebelahnya anastomosoma atau sinsitium; mempunyai garis gelap dan terang (tidak sejelas
pada otot rangka); intinya di tengah (center); pd interval tertentu terdapat keping-keping
interkalar (intercalar disc), pd intercalar disc terdapat jaringan Purkinye yang berfungsi
Ekstraktif
Yaitu zat non-protein yang larut dlm air meliputi kreatinin, kreatinin fosfat, ADP, asam amino,
asam laktat, dll. Zat yang memiliki struktur grup fosfat mrpkn zat yang kaya energy.
d)
Protein
Komponen enzim otot yang mengkatalisis berbagai tahapan pd proses glikolisis mrpkn protein
sarkoplasmik. Protein lain yang membentuk struktur otot ialah miosin, aktin, troponin, dan
tropomiosin.
d)
Miofilamen
Miofilamen adalah benang-benang/filamen halus yang berasal dari miofibril.Miofibril terbagi
atas 2 macam, yakni :
Di susun oleh sel-sel otot (sel yang memiliki kemampuan khusus yaitu : berkontraksi)
Kemampuan kontraksi ini terjadi karena sel itu memiliki komponen protein aktin dan myosin
Aktin dan myosin adalah suatu bahan yang dimiliki oleh semua sel yang dapat bergerak
a)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Aktin
Terletak pada korteks sel (di dalam sitoplasma tepat di bawah membrane sel)
Membentuk konstruksi alur pembelahan
Mikrovilli (juluran-juluran halus sitoplasma memendek, memanjang dan bergerak)
BM 42.000 Dalton
Terdiri dari G-aktin ( molekul bulat ) dan F-aktin ( filamen halus, hasil polomerisasi)
Membentuk filamen halus/tipis pada otot bergaris melintang yang terdiri dari F-aktin yang
bersosiasi dengan protein regulator troponin dan tromiosin
b)
1.
2.
3.
4.
5.
Miosin
Tersebar luas dan tidak terbatas pada sel otot
BM 470.000 Dalton
Di bangun oleh dua subfragmen : meromiosin ringan dan meromiosin berat
Mengalami polimerisasi
Membentuk filamen tebal otot bergaris melintang dan agregat multimolekuler
B. DEFINISI STRAIN
Strain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak
langsung (overloading). Pada cidera strain rasa sakit adalah nyeri yang menusuk pada saat terjadi
cedera, terlebih jika otot berkontraksi (www.promosikesehatan.com).
Strain adalah hasil dari penggunaan otot atau struktur sambungan lain yang melebihi
kemampuan fungsional. Strain dapat terjadi pada suatu cedera (akut) atau dapat terjadi karena
efek komulatif dari penggunaan berlebihan yang berangsur-angsur sampai dengan serangan
mendadak. ( gerlach pless burrell,1996)
Strain adaalah tarikan otot akibat penggunaan berlebihan, peregangan berlebihan, atau stress
yang berlebihan. Strain adalah robekan mikroskopis tidak komplet dengan perdarahan ke dalam
jaringan. Pasien mengalami rasa sakit dan nyeri mendadak dengan nyeri tekan local pada
pemakaian otot dan kontraksi isometric. (Brunner & suddarth, 2001)
Strain akut pada struktur muskulotendious terjadi pada persambungan antara otot dan tendon.
Tipe cedera ini sering terlihat pada pelari yang mengalami strain pada hamstringnya. Beberapa
kali cedera terjadi secara mendadak ketika pelari dalam melangkahi penuh.
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa strain adalah
kerusakan pada jaringan otot yang terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung akibat
dari peregangangan atau penggunaan otot yang berlebihan.
C. KLASIFIKASI
Tendonitis
Perioritis
Terapi
Penangannannya sama dengan strain derajat pertama, kecuali pada penggunaan es digunakan
secara intermediet selama lebih dari 48 jam, setelah kompres hangat dilakukan. Mobilitas
dibatasi selama 4-6 minggu, kemudian diikuti latihan yang bertahap. Tindakan pembedahan
Sebagai penyebabnya adalah persendian tulang dipaksa melakukan suatu gerak yang
melebihi jelajah sendi atau range of movement normalnya. Trauma langsung ke persendian
tulang, yang menyebabkan persendian bergeser ke posisi persendian yang tidak dapat
bergerak.
Ketika otot keluar dan berkontraksi secara mendadak Pada strain kronis : Terjadi secara
berkala oleh karena penggunaaan yang berlebihan/tekanan berulang-ulang,menghasilkan
tendonitis (peradangan pada tendon).
E. PATOFISIOLOGI
Strain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak
langsung (overloading). Cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang salah, kontraksi
otot yang berlebihan atau ketika terjadi kontraksi ,otot belum siap,terjadi pada bagian groin
muscles (otot pada kunci paha), hamstring (otot paha bagian bawah), dan otot guadriceps.
Fleksibilitas otot yang baik bisa menghindarkan daerah sekitar cedera memar dan
membengkak.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan meliputi:
1. CT scan
2. MRI
Dapat digunakan untuk menentukan derajat dari cedera tersebut.
3. Artroskopi
Tindakan melihat bagian dalam sendi menggunakan kamera dengan lensa fiber optik melalui
sayatan kulit yang sangat kecil.
4. Elektromiografi
Electromyography pada otot berfungsi untuk mendeteksi adanya potensial listrik yang
dihasilkan otot saat kontraksi dan relaksasi sehingga dapat digunakan untuk mengendalikan
suatu sistem.
5. Pemeriksaan dengan bantuan komputer lainnya untuk menilai fungsi otot dan sendi.
H. PENCEGAHAN
Sebagai upaya pencegahan, saat melakukan aktivitas olahraga memakai sepatu yang
sesuai, misalnya sepatu yang bisa melindungi pergelangan kaki selama aktivitas. Selalu
melakukan pemanasan atau stretching sebelum melakukan aktivitas atletik, serta latihan yang
tidak berlebihan. Cedera dapat terjadi pada setiap orang yang melakukan olahraga dengan
jenis yang paling sering adalah strain dan sprain dengan derajat dari yang ringan sampai
berat. Cedera olahraga terutama dapat dicegah dengan pemanasan dan pemakaian
perlengkapan olahraga yang sesuai.
a) Aktivitas/istirahat
Tanda: keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena.
b) Sirkulasi
Tanda:
c) Neurosensori
Gejala: hilang gerakan/sensori, kebas/kesemutan (parstesis)
Tanda: spasme otot.
d) Nyeri/ketidak nyamanan
Gejala: nyeri berat tiba-tiba saat cedera.
Tanda: spasme otot.
e) Keamanan
Tanda: laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna, pembengkakan lokal.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Ganguan rasa nyaman nyeri b.d bengkak pada daerah ekstremitas.
b) Keterbatasan mobilitas fisik b.d daerah yang nyeri.
c) Resti terhadap disfungsi nerovaskular perifer b.d bengkak.
d) Risiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d bengkak
Selidiki adanya keluhan nyeri tiba-tiba/tidak biasa, lokasi progresif/buruk tidak hilang
dengan analgesik.
Rasional: dapat menandakan komplikasi. Contoh: infeksi, iskemia jaringan, sindrom
kompartemen.
Asetilsalisilat (Aspirin)
Rasional : ASA bekerja sebagai anti inflamasi dan efek analgesic ringan dalam mengurangi
kekakuan dan meningkatkan mobilistas. ASA harus dipakai secara regular untuk mendukung
kadar dalam darah teraupetik. Riset mengindikasikan ASA memiliki indeks toksisitas yang
paling rendah dari NSAID lain yang diresepkan.
b.
1.
Kaji derajat mobilitas yang dihasilkan oleh cedera/pengobatan dan perhatikan persepsi
terhadap imobilitas.
Rasional: pasien mungkin dibatasi oleh pandangan diri/persepsi diri tentang keterbatasan
fisik aktual, memerlukan informasi/intervensi untuk meningkatkan kemajuan kesehatan.
2.
Lihat kulit, adanya edema, area sirkulasinya terganggu / pigmentasi atau kegemukan / kurus
Rasional : kulit beresiko karena gangguan sirkulasi perifer, imobilitas fisik dan gangguan
status nutrisi
Ubah posisi sering ditempat tidur atau kursi, bantu latihan rentang gerak pasif atau aktif
Rasional : memperbaiki sirkulasi / menurunkan waktu satu area yang mengganggu aliran
darah
Rasional : edema dependen dapat menyebabkan sepatu terlalu sempit, meningkatkan resiko
tertekan dan kerusakan kulit pada kali
f.
2. Kolaborasi
Berikan tekanan alternative atau kasur, kulit domba, perlindungan siku atau tumit.
Rasional : menurunkan tekanan pada kulit dapat memperbaiki sirkulasi kulit.
1) Data Fokus
DATA SUBJEKTIF
DATA OBJEKTIF
1. Klien mengatakan nyeri pada daerah 1. Kesadaran: compos mentis
2. TTV:
kaki kiri.
TD : 120 / 90 mmhg
P = saat bergerak, Q = menusuk-nusuk,
RR : 22 x/menit
R = kaki kiri S = 4-6 (sedang) T =
N : 82 x / menit
dimulai setelah terjatuh, nyeri
S : 36,5o C
dirasakan selam 3 jam.
2. Klien mengatakan sering terbangun 3. Terlihat bengkak pada bahu sebelah
pada malam hari di karenaakan nyeri
pada kaki.
3. Klien mengatakan aktifitas di bantu
kiri.
4. Terlihat tungkai belakang klien terkulai.
5. Klien terlihat meringis kesakitakitan
tengah.
tungkainya.
6. Klien tampak di bantu untuk melakukan
6. Klien mengatakan sakit kaki kirinya
aktifitas.
saat bergerak.
7. Klien tampak berbaring lemah di
7. Klien mengatakan sedikit stress
tempat tidur.
menghadapi tindakan operasi.
8. Klien terlihat ketakutan pada saat
8. Klien mengatakan kurang tidur baik
pemeriksaan.
pada waktu siang maupun malam hari.9. Klien terlihat stress pada saat di mintai
9. Klien tampak terganggu tegang dan
persetujuan untuk dilakukan operasi.
gelisah dengan kondisi ruang
10. Muka klien tampak pucat.
perawatan yang ramai.
2) Analisa Data
NO
DX
DATA
MASALAH
PENYEBAB
DS:
Gangguan rasa
1. Klien mengatakan nyeri pada daerah kaki kiri
nyaman nyeri
P = saat bergerak, Q = menusuk-nusuk, R =
Terputusnya
jaringan tulang
1.
2.
3.
4.
Gangguan
Kerusakan
muskuloskele-tal
tidur.
DS:
1. Klien mengatakan sedikit stress menghadapi
tindakan operasi.
Kecemasan
Rencana
pembedahan dan
kehilangan
status kesehatan.
pada
saat
pemeriksaan
4. Klien terlihat stress pada saat di mintai
persetujuan untuk dilakukan operasi
Muka klien tampak pucat
3)
a.
b.
c.
Diagnosa Keperawatan
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang.
Gangguan imobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal.
Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan dan kehilangan status kesehatan.
4) Intervensi
NO.
DX
TUJUAN DAN
KRITERIA
HASIL
INTERVENSI
RASIONAL
Untuk mengetahui
Asuhan
kesesuaian intervensi
keperawatan 3 x 24
jam nyeri
berkurang sampai
dengan hilang
dengan KH:
1. Klien melaporkan
nyeri berkurang dg
scala 2-3
2. Ekspresi wajah
tenang klien dapat
istirahat dan tidur
faktor presipitasi.
2. Observasi reaksi nonverbal dari
ketidak nyamanan.
3. Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri klien
sebelumnya.
4. Kontrol faktor lingkungan yang
Untuk mengurangi
tingkat insitas nyeri.
Untuk meredakan dan
meringakan Nyeri klien.
Sebagai cara untuk
Mencegah cidera
selanjutnya,
meminimalkan gerakan
fragmen fraktur.
Untuk memblokade
Mengontrol edema
dengan memperbaiki
drainase.
Edema dan perdarahan
kedalam jaringan yang
mengalami trauma
menunjukan sindrom
kompratemen.
Agar tidak terjadi
komplikasi lanjut akibat
analgetik yang tidak
sesuai.
untuk mengetahui
tingkat kemampuan
Ambulasi: Tingkat
aktifitas muskuloskletel
mobilisasi,
Perawtan
diri dengan KH :
1. Peningkatan
pasien
untuk melatih tingkat
kembali
3. ajarkan pasien berpindah tempat
secara bertahap
aktivitas fisik
sebelumnya
Pendidikan kesehatan
1. Edukasi pada pasien dan
Memberikan informasi
yang tepat kepada
keluarga pentingnya
dini.
ambulansi pasien
Agar keluarga dapat
mempraktekan langsung
pasien.
mencapai proses
penyembuhan yang
cepat.
perencanaan ambulasi
Setelah dilakukan 1. Berikan dorongan terhadap tiap-
tindakan
cemas
keperawatan 3x24
jam Rasa cemas
dapat diatasi/
berkurang.
Dengan Kriteria
hasil :
1. Klien dapat
menyatakan
kecemasan yang
dirasakan.
2. Klien dapat
beristirahat dengan
tenang.
memberikan ketenangan.
Untuk mendeteksi dini
terhadap masalah
3. Ekspresi wajah
untuk mengekspresikan
masalah pasien
ceria/rileks.
perasaannya .
meningkat bila
lingkungan nyaman dan
mendukung diberikan.
Untuk mengurangi
ketegangan klien
mengurangi
kecemasan/ansietas.
keputusan klien.
Untuk menghindari
kemungkinan yang tidak
diinginkan.
Post op
1. dorong pasien berpartisipasi
Untuk meningkatkan
harga diri klien.
dicegah melaui
pendidikan dan untuk
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Strain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak
langsung (overloading). Cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang salah,kontraksi
otot yang berlebihan atau ketika terjadi kontraksi ,otot belum siap,terjadi pada bagian groin
muscles (otot pada kunci paha),hamstring (otot paha bagian bawah),dan otot guadriceps.
Fleksibilitas otot yang baik bisa menghindarkan daerah sekitar cedera memar dan
membengkak.
4.2 Saran
Dengan adanya tugas ini penulis dapat lebih memahami tentang bagaimana penyakit strain
dan dapat melakukan perawatan yang baik serta menegakkan asuhan keperawatan yang baik.
Dengan adanya hasil tugas ini diharapkan dapat dijadikan sebagai literatur untuk menambah
wawasan dari ilmu yang telah di dapatkan dan lebih baik lagi dari sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
8.Jakarta;EGC
Doenges,Marlyn.E.1999.rencana asuhan keperawatan.Ed3.Jakarta;EGC
Brunner, Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. EGC. Jakarta
Burrell, gerlach pless,1996. Adult nursing. USA. library of congress
Corwin, elizabeth J, 2000. Buku Saku Patofisiologi. EGC. Jakarta.
Doengoes E. Marilyn, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk Perencanaan
(force) tersebut akan meregangkan serabut-serabut tersebut dan menyebabkan kelemahan dan
mati rasa temporer serta perdarahan jika pembuluh darah dan kapiler dalam jaringan yang
sakit tersebut mengalami regangan yang berlebihan.
C. TANDA DAN GEJALA.
Kelemahan
Mati rasa
Perdarahan yang ditandai dengan :
Perubahan warna
Bukaan pada kulit
Perubahan mobilitas, stabilitas dan kelonggaran sendi.
Nyeri
Odema
D. PENANGANAN.
Kelemahan biasanya berakhir sekitar 24 72 jam sedangkan mati rasa biasanya menghilang
dalam 1 jam. Perdarahan biasanya berlangsung selama 30 menit atau lebih kecuali jika
diterapkan tekanan atau dingin untuk menghentikannya. Otot, ligament atau tendon yang
kram akan memperoleh kembali fungsinya secara penuh setelah diberikan perawatan
konservatif.
E. RENCANA PERAWATAN.
1. Kemotherapi.
Dengan analgetik seperti Aspirin (300 600 mg/hari) atau Acetaminofen (300 600
mg/hari).
2. Elektromekanis.
Penerapan dingin.
Dengan kantong es 24 0C
Pembalutan atau wrapping eksternal.
Dengan pembalutan atau pengendongan bagian yang sakit.
Posisi ditinggikan atau diangkat.
Dengan ditinggikan jika yang sakit adalah ekstremitas.
Latihan ROM.
Latihan pelan-pelan dan penggunaan semampunya sesudah 48 jam.
Penyangga beban.
Semampunya dilakukan penggunaan secara penuh.
SPRAIN (KESELEO )
A. PENGERTIAN.
Adalah kekoyakan pada otot, ligament atau tendon yang dapat bersifat sedang atau parah.
B. PATOFISIOLOGI.
Adalah kekoyakan ( avulsion ) seluruh atau sebagian dari dan disekeliling sendi, yang
disebabkan oleh daya yang tidak semestinya, pemelintiran atau mendorong / mendesak pada
saat berolah raga atau aktivitas kerja.
Kebanyakan keseleo terjadi pada pergelangan tangan dan kaki, jari-jari tangan dan kaki. Pada
trauma olah raga (sepak bola) sering terjadi robekan ligament pada sendi lutut. Sendi-sendi
lain juga dapat terkilir jika diterapkan daya tekanan atau tarikan yang tidak semestinya tanpa
diselingi peredaan.
C. TANDA DAN GEJALA.
o Sama dengan strain (kram) tetapi lebih parah.
o Edema, perdarahan dan perubahan warna yang lebih nyata.
o Ketidakmampuan untuk menggunakan sendi, otot dan tendon.
o Tidak dapat menyangga beban, nyeri lebih hebat dan konstan.
D. RENCANA PERAWATAN.
1. Pembedahan.
Mungkin diperlukan agar sendi dapat berfungsi sepenuhnya; pengurangan-pengurangan
perbaikan terbuka terhadap jaringan yang terkoyak.
2. Kemotherapi.
Dengan analgetik Aspirin (100-300 mg setiap 4 jam) untuk meredakan nyeri dan peradangan.
Kadang diperlukan Narkotik (codeine 30-60 mg peroral setiap 4 jam) untuk nyeri hebat.
3. Elektromekanis.
dengan kantong es 24 0C Penerapan dingin
Pembalutan / wrapping eksternal.
Dengan pembalutan, cast atau pengendongan (sung).
Posisi ditinggikan.
Jika yang sakit adalah bagian ekstremitas.
Latihan ROM.
Tidak dilakukan latihan pada saat terjadi nyeri hebat dan perdarahan. Latihan pelan-pelan
dimulai setelah 7-10 hari tergantung jaringan yang sakit.
Penyangga beban.
Menghentikan penyangga beban dengan penggunaan kruk selama 7 hari atau lebih tergantung
jaringan yang sakit.
STUDI DIAGNOSTIK.
a. Riwayat :
o Tekanan
o Tarikan tanpa peredaan
o Daya yang tidak semestinya
b. Pemeriksaan Fisik :
Tanda-tanda pada kulit, sistem sirkulasi dan muskuloskeletal .
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
STRAIN DAN SPRAIN
I. PENGKAJIAN.
1. Identitas pasien.
2. Keluhan Utama.
Nyeri, kelemahan, mati rasa, edema, perdarahan, perubahan mobilitas / ketidakmampuan
untuk menggunakan sendi, otot dan tendon.
3. Riwayat Kesehatan.
a. Riwayat Penyakit Sekarang.
o Kapan keluhan dirasakan, apakah sesudah beraktivitas kerja atau setelah berolah raga.
o Daerah mana yang mengalami trauma.
o Bagaimana karakteristik nyeri yang dirasakan.
b. Riwayat Penyakit Dahulu.
Apakah klien sebelumnya pernah mengalami sakit seperti ini atau mengalami trauma pada
sistem muskuloskeletal lainnya.
c. Riwayat Penyakit Keluarga.
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini.
4. Pemeriksaan Fisik.
a. Inspeksi :
o Kelemahan
o Edema
o Perdarahan perubahan warna kulit
o Ketidakmampuan menggunakan sendi
b. Palpasi :
o Mati rasa
c. Auskultasi
d. Perkusi.
5. Pemeriksaan Penunjang.
Pada sprain untuk diagnosis perlu dilaksanakan rontgen untuk membedakan dengan patah
tulang.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL.
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri / ketidakmampuan, ditandai dengan
ketidakmampuan untuk mempergunakan sendi, otot dan tendon.
Tujuan :
o Meningkatkan / mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin.
o Menunjukkan teknik memampukan melaksanakan aktivitas ( ROM aktif dan pasif ).
Intervensi :
Kaji derajat mobilitas yang dihasilkan oleh cedera / pengobatan dan perhatikan persepsi
pasien terhadap mobilisasi.
Ajarkan untuk melaksanakan latihan rentang gerak pasien / aktif pada ekstremitas yang
sehat dan latihan rentang gerak pasif pada ekstremitas yang sakit.
Berikan pembalutan, pembebatan yang sesuai.
2. Nyeri akut berhubungan dengan peregangan atau kekoyakan pada otot, ligament atau
tendon ditandai dengan kelemahan, mati rasa, perdarahan, edema, nyeri.
Tujuan :
o Menyatakan nyeri hilang.
Intervensi :
Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips dan pembalutan.
Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena.
Pemberian kompres dingin dengan kantong es 24 0C.
Ajarkan metode distraksi dan relaksasi selama nyeri akut.
Berikan individu pereda rasa sakit yang optimal dengan analgesik.
3. Gangguan konsep diri berhubungan dengan kehilangan fungsi tubuh.
Tujuan :
o Mendemonstrasikan adaptasi kesehatan, penanganan keterampilan.
Intervensi :
Dorong individu untuk mengekspresikan perasaan khususnya mengenai pandangan
pemikiran perasaan seseorang.
Dorong individu untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan, dan
prognosa kesehatan.
Berikan informasi yang dapat dipercaya dan perkuat informasi yang sudah diberikan.
Hindari kritik negatif.
Beri privasi dan suatu keamanan lingkungan.
Daftar Pustaka
Rachmadi, Agus. 1993. Perawatan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Penerbit : AKPER
Depkes, Banjarbaru.
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Penerbit : EGC, Jakarta.
Nurachman, Elly. 1989. Buku Saku Prosedur Keperawatan Medical Bedah. Penerbit : EGC,
Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall. 1999. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8 . Penerbit : EGC,
Jakarta.
MAKALAH SPRAIN
Mar7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Tujuan Penulisan
Tujuan Umum :
Manfaat Penulisan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Anatomi Fisiologi
Ligamen adalah jaringan ikat yang berbentuk pita mempertemukan kedua ujung
tulang pada sendi. Ligamen membungkus tulang dengan tulang yang diikat oleh
sendi. Beberapa tipe ligamen :
a.
Ligamen Tipis Ligamen pembungkus tulang dan kartilago. Merupakan
ligament kolateral yang ada di siku dan lutut. Ligamen ini memungkinkan
terjadinya pergerakan.
b.
Ligamen jaringan elastik kuning.Merupakan ligamen yang dipererat oleh
jaringan yang membungkus danmemperkuat sendi, seperti pada tulang bahu
dengan tulang lengan atas.
Ligamen berfungsi untuk menyangga dan menguatkan sendi.
Sendi adalah tempat dua tulang atau lebih yang saling berhubungan, dapat
terjadi pergerakan atau tidak (Drs.H.Syaifuddin,AMK dalam anatomi fisiologi edisi
4 hal 112).
Sendi adalah semua persambungan tulang, baik yang memungkinkan tulangtulang tersebut dapat bergerak satu sama lain (Noer S.,1996).
Sendi adalah hubungan antara dua tulang yang memungkinkan pergerakan
(Smeltzer,2002).
Sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang (Price,1995).
Sendi adalah hubungan atau pertemuan dua buah tulang atau lebih yang
memungkinkan pergerakan satu sama lain maupun yang tidak dapat bergerak
satu sama lain (Lukman Nurna Ningsih dalam askep musculoskeletal hal 5).
a.
1.
Klasifikasi
Menurut permukaannya
a)
Sendi pelana. Sendi ini permukaannya hamper datar yang memungkinkan
tulang saling bergeser
b)
Sendi engsel. Mirip engsel pintu sehingga memungkinkan gerakan fleksi
dan ekstensi
c)
Sendi kondiloid. Permukaan sendi berbentuk konveks yang nyata dan
bersendi dengan permukaan yang konkaf, seperti sendi engsel tapi bergerak
dengan 2 bidang dan 4 arah
d)
e)
Sendi peluru. Kepala sendi berbentuk bola, pada salah satu tulang cocok
dengan lekuk sendi yang berbentuk seperti soket.
f)
Sendi pasak. Pada sendi ini terdapat pasak dikelilingi cincin ligamentum
bertulang.
g)
Sendi pelanan. Berbentuk pelanan kuda, dapat melakukan gerakan yang
dapat memberikan banyak kebebasan untuk bergerak.
2.
a)
Menurut pergerakannya
Sendi fibrus (sinartrosis) adalah sendi yang tidak bergerak sama sekali.
b)
Sendi amfiartrosis adalah suatu sendi pergerakannya sedikit sekali karena
komponen sendi tidak cukup dan permukaan dilapisi oleh bahan yang
memungkinkan pergerakan sendi sedikit.
c)
3.
2.2.1 Pengertian
Sprain adalah cedera struktur ligamen di sekitar sendi, akibat gerakan menjepit
atau memutar.
(Brunner & Suddarth. 2001. KMB. Edisi 8. Vol3.hal 2355. Jakarta:EGC)
Sprain adalah trauma pada ligamentum, struktur fibrosa yang memberikan
stabilitas sendi, akibat tenaga yang diberikan ke sendi dalam bidang abnormal
atau tenaga berlebihan dalam bidang gerakan sendi.
(Sabiston.1994.Buku Ajar Bedah. Bagian 2. Hal 370. Jakarta:EGC)
Sprain merupakan keadaan ruptura total atau parsial pada ligamen penyangga
yang mengelilingi sebuah sendi.
(Kowalak, Jenifer P. 2011. Patofisiologi. Hal 438. Jakarta:EGC)
Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sprain adalah cedera
struktural ligamen akibat tenaga yang di berikan ke sendi abnormal, yang juga
merupakan keadaan ruptura total atau parsial pada ligamen.
2.2.2 Klasifikasi
( Marilynn. J & Lee. J. 2011. Seri Panduan Praktis Keperawatan Klinis. Hal 124.
Jakarta : Erlangga)
a.
Nyeri tanpa pembengkakan, tidak ada memar, kisaran pembengkakan aktif dan
pasif, menimbulkan nyeri, prognosis baik tanpa adanya kemungkinan instabilitas
atau gangguan fungsi.
b.
Pembengkakan sedang dan memar, sangat nyeri, dengan nyeri tekan yang lebih
menyebar dibandingkan derajat I. Kisaran pergerakan sangat nyeri dan tertahan,
sendi mungkin tidak stabil, dan mungkin menimbulkan gangguan fungsi.
c.
a.
b.
c.
Gangguan mobilitas akibat rasa nyeri (yang baru terjadi beberapa jam
setelah cedera)
d.
Perubahan warna kulit akibat ekstravasasi darah ke dalam jaringan
sekitarnya.
2.2.6 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada kondisi ini meliputi:
a. Dislokasi berulang akibat ligamen yang ruptur tersebut tidak sembuh
dengan sempurna sehingga diperlukan pembedahan untuk memperbaikinya
(kadang-kadang).
b. Gangguan fungsi ligamen (jika terjadi tarikan otot yang kuat sebelum
sembuh dan tarikan tersebut menyebabkan regangan pada ligamen yang ruptur,
maka ligamen ini dapat sembuh dengan bentuk memanjang, yang disertai
pembentukan jaringan parut secara berlebihan).
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang
1.
a.
Penatalaksanaan medis
1) Imobilisasi
1.
Penggunaan gips
2.
Elastis
2) Farmakologi
1.
Analgetik
Analgetik biasanya digunakan untuk klien yang mengalami nyeri. Berikut contoh
obat analgetik :
Aspirin:
Kandungan : Asetosal 500mg ; Indikasi : nyeri otot ; Dosis dewasa 1tablet atau
3tablet perhari,anak > 5tahun setengah sampai 1tablet,maksimum 1 sampai
3tablet perhari.
Bimastan :
Analsik :
Penatalaksanaan keperawatan
Keluhan utama
Riwayat Kesehatan
a.
Severity (intensitas)
:jelaskan skala nyeri dan frekuensi, apakah di sertai
dengan gejala seperti (mual, muntah, pusing, diaphoresis, pucat, nafas pendek,
sesak, tanda vital yang abnormal dll)?
Timing (waktu)
: kapan mulai nyeri? Bagaimana lamanya? Tiba-tiba atau
bertahap? Apakah mulai setelah anda makan? Frekuensi?
b. Riwayat Penyakit Dahulu
1)
Apakah klien sebelumnya pernah mengalami sakit seperti ini atau
mengalami trauma pada muskuloskeletal lainnya?
c.
1)
3.
a.
Data Biologis
1)
Kebersihan Diri
Data Psikologis
1) Rasa Aman
Kaji kemampuan pasien dalam melakukan keamanan dan pencegahan pada saat
melaksanakan akitivitas hidup sehari-hari, termasuk faktor lingkungan, faktor
sensori, serta faktor psikososial.
2)
Rasa Nyaman
Data Sosial
1)
Sosial
Melalui komunikasi antar perawat, pasien, dan keluarga dapat dikaji mengenai
pola komunikasi dan interaksi sosial pasien dengan cara mengidentifikasi
kemampuan pasien dalam berkomunikasi.
2)
Prestasi
Kaji kemampuan aktifitas rekreasi dan relaksasi (jenis kegiatan dan frekuensinya)
4)
Belajar
Data Spiritual
1)
Ibadah
4.
Pemeriksaan Fisik
a.
Inspeksi :
1)
Kelemahan
2)
Edema
3)
b.
Palpasi :
Mati rasa
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
1.
2.
3.
Defisit perawatan diri berhubungan dengan ketidakmampuan dalam
melaksanakan akitivitas
4.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, salah
interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi.
2.3.3 Intervensi Keperawatan
Nursing Care Plan Pasien Sprain
Dx. 1 Nyeri Akut
Diagnosa
Keperawatan
Nyeri akut
berhubungan
dengan spasme
otot, ligamen
atau tendon.
Rasional
Setelah diberikan
1. Lakukan
1. Membantu
asuhan keperawatan
pengkajian nyeri
dalam
selamax24 jam,
yang komperhensif mengidentifikasi
diharapkan nyeri pasien meliputi P,Q,R,S,T
derajat
berkurang dengan
ketidaknyamanan
2.
Tinggikan
bagian
kiteria hasil :
dan kebutuhan untuk
DS :
yang sakit
keefektifan analgesic
1. Klien mengatakan
pasien
3. Lakukan
nyeri berkurang
2. Menurunkan
mengeluh nyeri,
perubahan posisi
aliran balik vena,
pasien
2. Memperlihatkan
4. Lakukan kompres menurunkan edema
mengatakan
pengendalian nyeri
dingin/es selama 24- dan rasa nyeri
nyerinya seperti
3. Mempertahankan
48 jam pertama dan 3. Untuk
di tusuk-tusuk,
tingkat
nyeri
pada
skala
sesuai indikasi
pasien
memperlancar
2 dari 1-10 dari skala
mengatakan
sirkulasi darah
5. Bantu pasien
nyeri bertambah
khususnya pada area
apabila kakinya
digerakkan.
mengidentifikasi
tindakan
4. Pasien tidak tampak kenyamanan yang
DO :
kesakitan dan meringis efektif di masa lalu
lagi
seperti distraksi dan
pasien
relaksasi
tampak
5. TD = 110/70
kesakitan, pasien 120/80 mmHg
6. Kolaborasi
tampak merintih,
dengan dokter
skala nyeri 4 dari 6. Memperlihatkan
teknik relaksasi secara dalam pemberian
10 skala nyeri
analgetik
yang diberikan, individual yang efektif
untuk mencapai
TD= 90/60
kenyamanan.
mmHg.
pasien
mengatakan
kakinya sulit
digerakan
DO :
pasien
tampak
mengalami
Rasional
1. Kaji derajat
1. Mengetahui
imobilisasi yang
persepsi diri pasien
dihasilkan oleh cedera mengenai
/ pengobatan dan
keterbatasan fisk
perhatikan persepsi
aktual, mendapatkan
pasien terhadap
informasi dan
immobilisasi
menentukan
informasi dalam
2. Instruksikan
meningkatkan
1. Pasien mampu
pasien / bantu dalam kemajuan kesehatan
melakukan ROM aktif rentang gerak klien / pasien
dan ambulasi dengan aktif pada ekstremitas
perlahan
yang sakit dan yang 2. Meningkatkan
tidak sakit
aliran darah ke
2. Berjalan dengan
ligamen dan ke
menggunakan langkah- 3. Berikan
tulang untuk
langkah yang benar
lingkungan yang
mempertahankan
perubahan cara
sejauh 2 m.
berjalan, pasien
tampak kesulitan
dalam membolakbalik posisi
tubuhnya, pasien
tampak berbaring
di tempat tidur.
yang luka.
5. Penanganan
yang tepat dapat
mempercepat waktu
penyembuhan.
5. Kolaborasi
dengan fisioterapi
dalam penanganan
traksi yang boleh
digerakkan dan yang
belum boleh
digerakkan.
Dx 3 Defisit Perawatan Diri
Diagnosa
Keperawatan
Defisit perawatan
diri berhubungan
dengan
ketidakmampuan
dalam
melaksanakan
aktivitas.
Setelah diberikan
1. Kaji kebersihan
asuhan keperawatan
tubuh dan mulut
selama x 24 jam
pasien.
diharapkan pasien
2. Bantu pasien
mampu melakukan
perawatan diri secara dalam melakukan
mandiri dengan kriteria mandi dan hygiene
oral sampai pasien
hasil :
DS : pasien
benar-benar mampu
mengatakan
1. Pasien tampak
melakukan
belum mandi sejak bersih dan rapi.
perawatan diri.
kemarin, pasien
2. Pasien
3. Ajarkan
mengatakan
badannya terasa mengatakan badannya pasien/keluarga
lengket dan kulit tidak lengket dan kulit penggunaan metode
tidak kusam lagi.
alternatif untuk
kusam. Pasien
mandi dan hygiene
mengatakan tidak
Rasional
1.
Untuk
mengetahui tingkat
kebersihan pasien.
2.
Menjaga
kebersihan pasien
agar terhindar dari
bakteri dan
mikroorganisme dan
menciptakan
kemandirian pasien.
3.
Agar pasien dan
keluarga mengerti
tentang metode
alternatif untuk
mandi dan hygiene
bisa kekamar
mandi.
DO : pasien
tampak kusam dan
kotor, pasien
tampak tidak
mampu pergi ke
kamar mandi.
3. Pasien tampak
dapat melakukan
perawatan gigi dan
mulut.
oral.
Dx 4 Kurang Pengetahuan
Diagnosa
Keperawatan
Kurang pengetahuan
berhubungan
dengan kurang
informasi, salah
interpretasi
informasi, tidak
mengenal sumber
informasi.
DS : pasien
mengatakan tidak
mengetahui tentang
penyakitnya dan
1. Pasien
program pengobatan mengatakan mengerti
yang akan di
dan memahami
lakukan.
tentang penyakitnya
dan program
DO : pasien tampak pengobatan yang akan
menunjukkan
di lakukan.
perilaku yang tidak
sesuai atau terlalu
2. Pasien tampak
berlebihan seperti
tidak menunjukkan
agitasi, pasien
perilaku yang tidak
tampak tidak
sesuai atau berlebihan
mengikuti
seperti agitasi lagi,
instruksiyang di
pasien tampak
berikan secara
mengikuti instruksi
akurat.
yang diberikan secara
akurat.
Rasional
1. Untuk
mempermudah cara
penyampaian materi
2. Mengetahui
sebatas mana
pengetahuan yang
tidak diketahui
pasien sehingga
memudahkan untuk
pemberian informasi
3. Agar pasien lebih
mengerti dan untuk
mempermudah
penyerapan informasi
4. Meningkatkan
pemahaman dan
meningkatkan kerja
sama dalam
penyembuhan atau
dan mengurangi
resiko komplikasi
5. Pasien dapat
mengikuti program
terapi sesuai dengan
kemampuannya.
memfasilitasi
kemampuan
pasien mengikuti
program terapi.
2.3.4 Implementasi
Sesuai dengan intervensi.
2.3.5 Evaluasi
1.
a.
b.
Dx 1
Pasien mengatakan nyeri berkurang
Memperlihatkan pengendalian nyeri
c.
Mempertahankan tingkat nyeri pada skala 2 dari 1-10 skala nyeri yang
diberikan
d.
e.
f.
Memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk
mencapai kenyamanan.
2.
a.
b.
3.
a.
Dx 2
Pasien mampu melakukan ROM aktif dan ambulasi dengan perlahan
Berjalan dengan menggunakan langkah-langkah yang benar sejauh 2 m.
Dx 3
Pasien tampak bersih dan rapi
b.
Pasien mengatakan badannya tidak lengket dan kulit tidak kusam lagi
c.
4.
Dx 4
a.
Pasien mengatakan mengerti dan memahami tentang penyakitnya dan
program pengobatan yang akan dilakukan
b.
Pasien tampak tidak menunjukan perilaku yang tidak sesuai atau
berlebihan seperti agitasi lagi, pasien tampak mengukti instruksi yang diberikan
secara akurat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sprain adalah cedera struktur ligamen di sekitar sendi, akibat gerakan menjepit
atau memutar (keseleo). Sprain terjadi karena adanya benturan dari benda
tumpul atau benda tajam yang terjadi pada ligamen. Ligamen akan mengalami
robek dan ligamen yang robek akan kehilangan kemampuan stabilitasnya.
Penyebab terjadinya sprain adalah pemuntiran mendadak dengan tenaga yang
lebih kuat daripada kekuatan ligamen dengan menimbulkan gerakan sendi di
luar kisaran gerak normal.
3.2 Saran
Dengan diberikannya tugas ini penulis dapat lebih memahami dan mengerti
tentang bagaimana penyakit sprain dan dapat melakukan perawatan yang baik
dan tepat serta menegakkan asuhan keperawatan yang baik. Dengan adanya
hasil tugas ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bacaan untuk menambah
wawasan dari ilmu yang telah didapatkan dan lebih baik lagi dari sebelumnya.
DATAR PUSTAKA
Smeler, Suzanne. C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikat Bedah Brunner Dan
Suddarth. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 1999. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta :
EGC.
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawtan : diagnosis NANDA,
intrervensi NIC, kiteria hasil NOC. Jakarta : EGC
Kowalak, Jennifer P. 2011. Buka Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC
Oleh :
Nama
: Sugiarti
Nim
: 01001006
Prodi
: S1 Keperawatan
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
BAB II KONSEP MEDIS
1. STRAIN
A. Pengertian
B. Etiologi
C. Tanda dan Gejala
D. Patofiologi
E. Klasifikasi Strain
F. Manifestasi klinis
G. Komplikasi
H. Penatalaksanaan
I. Rencana Perawatan
2. SPRAIN
A. Pengertian
B. Tingkatan Sprain
C. Patofisiologi
D. Tanda Dan Gejala
E. Pemeriksaan Diagnostik
F. Penatalaksanaan
3. DISLOKASI
A. Pengertian
B. Etiologi
C. Patofiologi
D. Klasifikasi
E. Manifestasi klinis
F. Pemeriksaan Fisik
G. Pemeriksaan Diagnostik
H. Diagnosis/Kriteria Diagnosis
I. Penatalaksanaan
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
1.
A.
B.
2.
A.
C.
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Trauma pada jaringan muskuloskeletal dapat melibatkan satu jaringan yang spesifik
seperti ligament, tendon atau satu otot tunggal, walaupun injury pada satu jaringan tunggal
jarang terjadi. Kejadian yang lebih umum adalah beberapa jaringan mengalami injury dalam
suatu insiden traumatik seperti fraktura yang berhubungan dengan trauma kulit, saraf dan
pembuluh darah.
Injury yang kurang alamiah sifatnya melibatkan lebam atau kontusio pada kulit ; kram
(regangan) atau strain pada serabut tendon atau ligament, keseleo (koyak) atau sprain yang
pada beberapa banyak atau semua tendon, ligament bahkan juga tulang dan sekeliling sendi.
Karena keadaan di atas yaitu kram dan keseleo mempunyai tanda inisial yang mirip (dengan
beberapa perbedaan).
Di antara kelainan yang timbul pada banyak organ tubuh manusia akibat penuaan
adalah atrofi, yang berarti organ tersebut menjadi lebih kecil. Atrofi dapat terjadi pada otot,
kerangka tulang, kulit, otak, hati, ginjal sertajantung. Atrofi disebabkan karena kurang aktif
dari organ tersebut, tidak cukup nutrisi, dan kurang stimulasi hormonal (osteoporosis wanita
menopause), dan kehilangan sel. Atrofi pada otot menimbulkan tungkai mengecil (menjadi
lebih kurus), tenag berkurang/menurun. Atrofi pada hati menurunnya kemampuan untuk
mengeliminasi obat-obatan dan minuman keras (alkohol). Atrofi pada saraf menyebabkan
saraf kehilangan serabut myelin, sehingga kecepatan hantaran saraf berkurang serta refleks
menjadi lebih lambat.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan trauma muskuloskeletal : strain,
sprain dan dislokasi.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengidentifikasi pengertian, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala,
manifestasi
klinis,
pemeriksaan
penunjang
dan
penatalaksanaan
tentang
trauma
BAB II
KONSEP MEDIS
1. STRAIN
A. Pengertian
1. Strain adalah tarikan otot akibat penggunaan berlebihan,peregangan berlebihan,atau stress
yang berlebihan.
2. Strain adalah robekan mikroskopis tidak komplit dengan perdarahan ke dalam jaringan.
(Smeltzer Suzame, KMB Brunner dan Suddarth)
3. Strain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan pada struktur
muskulotendinous (otot atau tendon).
Strain akut pada struktur muskulotendious terjadi pada persambungan antara otot dan
tendon. Tipe cedera ini sering terlihat pada pelari yang mengalami strain pada hamstringnya.
Beberapa kali cedera terjadi secara mendadak ketika pelari dalam melangkahi penuh.
B. Etiologi
Pada strain akut :
Ketika otot keluar dan berkontraksi secara mendadak
Pada strain kronis :
Terjadi secara berkala oleh karena penggunaaan yang berlebihan/tekanan berulangulang,menghasilkan tendonitis (peradangan pada tendon).
C.
D.
Kelemahan
2.
Mati rasa
3.
4.
Perubahan warna
5.
6.
7.
Nyeri
8.
Odema
Patofiologi
Strain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak
langsung (overloading). Cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang salah,kontraksi
otot yang berlebihan atau ketika terjadi kontraksi ,otot belum siap,terjadi pada bagian groin
muscles (otot pada kunci paha),hamstring (otot paha bagian bawah),dan otot guadriceps.
Fleksibilitas otot yang baik bisa menghindarkan daerah sekitar cedera memar dan
membengkak.
E.
Klasifikasi Strain
a.
Nyeri local
Meningkat apabila bergerak/apabila ada tekanan otot
Spasme otot sedang
Bengkak
Tenderness
Gangguan kekuatan otot dan fungsi sedang
b. Komplikasi sama seperti pada derajat I :
Strain dapat berulang
Tendonitis
Perioritis
c. Terapi :
Impobilisasi pada daerah cidera
Istirahat
Kompresi
Elevasi
d. Perubahan patologi :
Adanya robekan serabut otot
3. Derajat III/Strain Severe (Berat)
Derajat III/Strain Severe (Berat) yaitu adanya tekanan/penguluran mendadak
yangcukup berat. Berupa robekan penuh pada otot dan ligament yang menghasilkan
ketidakstabilan sendi.
a. Gejala :
Nyeri yang berat
Adanya stabilitas
Spasme
Kuat
Bengkak
Tenderness
Gangguan fungsi otot
b. Komplikasi ;
Distabilitas yang sama
c. Perubahan patologi :
Adanya robekan/tendon dengan terpisahnya otot dengan tendon.
d. Terapi :
Imobilisasi dengan kemungkinan pembedahan untuk mengembalikan fungsinya.
F.
Manifestasi klinis
G.
1.
2.
Nyeri mendadak
3.
Edema
4.
Spasme otot
5.
Haematoma
Komplikasi
1.
2. Tendonitis
H. Penatalaksanaan
Istirahat akan mencegah cidera tambah dan mempercepat penyembuhan
Meninggikan bagian yang sakit,tujuannya peninggian akan mengontrol pembengkakan.
Pemberian kompres dingin. Kompres dingin basah atau kering diberikan secara intermioten
20-48 jam pertama yang akan mengurangi perdarahan edema dan ketidaknyamanan.
Kelemahan biasanya berakhir sekitar 24 72 jam sedangkan mati rasa biasanya
menghilang dalam 1 jam. Perdarahan biasanya berlangsung selama 30 menit atau lebih
kecuali jika diterapkan tekanan atau dingin untuk menghentikannya. Otot, ligament atau
tendon yang kram akan memperoleh kembali fungsinya secara penuh setelah diberikan
perawatan konservatif.
I.
Rencana Perawatan
1. Kemotherapi.
Dengan analgetik seperti Aspirin (300 600 mg/hari) atau Acetaminofen (300 600
mg/hari).
2. Elektromekanis.
Penerapan dingin.
Dengan kantong es 24 0C
Pembalutan atau wrapping eksternal.
Dengan pembalutan atau pengendongan bagian yang sakit.
Posisi ditinggikan atau diangkat.
Dengan ditinggikan jika yang sakit adalah ekstremitas.
Latihan ROM.
Latihan pelan-pelan dan penggunaan semampunya sesudah 48 jam.
Penyangga beban.
Semampunya dilakukan penggunaan secara penuh.
2. SPRAIN (KESELEO)
A. Pengertian
Sprain Adalah kekoyakan pada otot, ligament atau tendon yang dapat bersifat sedang
atau parah.
B. Tingkatan Sprain
1. Sprain ringan / tingkat 1 :
Merupakan robekan dari beberapa ligament akan tetapi tidak menghilangkan dan
menurunkan fungsi sendi tersebut.
Pasien bisa merawat sendiri selama proses rehabilitasi, atau setelah mendapatkan
diagnosa dari dokter. Masa penyembuhan antara 2-6 minggu. Terjadi rasa sakit,
pembengkakan kecil, sedikit perdarahan tetapi tidak terjadi leksitas abnormal.
2. Sprain sedang / tingkat 2 :
Dimana terjadi kerusakan ligamen yang cukup lebih besar tetapi tidak sampai terjadi
putus total. Terjadi rupture pada ligament sehingga menimbulkan penurunan fungsi sendi.
Untuk pemulihannya membutuhkan bantuan fisioterapi dengan rentang waktu 2-6
minggu.Rasa sakit/nyeri,bengkak terjadi perdarahan yang lebih banyak.
3. Sprain tingkat 3 :
Terjadi rupture komplit dari ligament sehingga terjadi pemisahan komplit ligament
dari tulang. Untuk bisa pulih kembali maka diperlukan tindakan operasi dan fisioterapi dan
rata-rata memakan waktu 8-10 minggu. pada tingkatan ini ligamen pada lutut mengalami
putus secara total dan lutut tidak dapat digerakkan.
C.
Patofisiologi.
Kekoyakan (avulsion) seluruh atau sebagian dari dan disekeliling sendi, yang
disebabkan oleh daya yang tidak semestinya, pemelintiran atau mendorong / mendesak pada
saat berolah raga atau aktivitas kerja. Kebanyakan keseleo terjadi pada pergelangan tangan
dan kaki, jari-jari tangan dan kaki. Pada trauma olah raga (sepak bola) sering terjadi robekan
ligament pada sendi lutut. Sendi-sendi lain juga dapat terkilir jika diterapkan daya tekanan
atau tarikan yang tidak semestinya tanpa diselingi peredaan.
D.
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Riwayat :
a. Tekanan
b. Tarikan tanpa peredaan
c. Daya yang tidak semestinya
2. Pemeriksaan Fisik :
Tanda-tanda pada kulit, sistem sirkulasi dan muskuloskeletal.
F. Penatalaksanaan
1. Pembedahan.
Mungkin diperlukan agar sendi dapat berfungsi sepenuhnya; pengurangan-pengurangan
perbaikan terbuka terhadap jaringan yang terkoyak.
2. Kemotherapi
Dengan analgetik Aspirin (100-300 mg setiap 4 jam) untuk meredakan nyeri dan
peradangan. Kadang diperlukan Narkotik (codeine 30-60 mg peroral setiap 4 jam) untuk
nyeri hebat.
3. Elektromekanis.
Penerapan dingin dengan kantong es 24 0C
Pembalutan / wrapping eksternal. Dengan pembalutan, cast atau pengendongan (sung)
c. Dislokasi traumatic kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan
mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena mengalami
pengerasan).
E. Manifestasi Klinis
1.
Nyeri
2.
3.
4.
5.
6.
Deformitas
7.
Kekakuan
F. Pemeriksaan Fisik
1.
2.
3.
4.
Tampak adanya perubahan kontur sendi pada ekstremitas yang mengalami dislokasi.
Tampak perubahan panjang ekstremitas pada daerah yang mengalami dislokasi.
Adanya nyeri tekan pada daerah dislokasi.
Tampak adanya lebam pad dislokasi sendi.
G. Pemeriksaan diagnostic
1. Foto X-ray untuk menentukan arah dislokasi dan apakah disertai fraktur
2. Foto rontgen menentukan luasnya degenerasi dan mengesampingkan malignasi
3. Pemeriksaan radiologi tampak tulang lepas dari sendi
4. Pemeriksaan laboratorium darah lengkap dapat dilihat adanya tanda-tanda infeksi seperti
peningkatan leukosit
H.
Diagnosis/Kriteria Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa :
Ada trauma
Mekanisme trauma yang sesuai, misalnya trauma ekstensi dan eksorotasi pada dislokasi
anterior sendi bahu
Ada rasa sendi keluar
I. Penatalaksanaan
1.
2. Kaput tulang yang mengalami dislokasi dimanipulasi dan dikembalikan ke rongga sendi
3. Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan dijaga agar tetap
dalam posisi stabil
4. Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi halus 3-4X sehari yang
berguna untuk mengembalikan kisaran sendi
5. Memberikan kenyamanan dan melindungi sendi selama masa penyembuhan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
B. STRAIN DAN SPRAIN
A. Pengkajian
1. Identitas pasien.
2. Keluhan Utama.
Nyeri, kelemahan, mati rasa, edema, perdarahan, perubahan mobilitas/ ketidakmampuan
untuk menggunakan sendi, otot dan tendon.
3. Riwayat Kesehatan.
a. Riwayat Penyakit Sekarang.
Kapan keluhan dirasakan, apakah sesudah beraktivitas kerja atau setelah berolah raga.
Daerah mana yang mengalami trauma.
Bagaimana karakteristik nyeri yang dirasakan.
b. Riwayat Penyakit Dahulu.
Apakah klien sebelumnya pernah mengalami sakit seperti ini atau mengalami trauma
pada sistem muskuloskeletal lainnya.
c. Riwayat Penyakit Keluarga.
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini.
4. Pemeriksaan Fisik.
a. Inspeksi :
Kelemahan
Edema
Perdarahanperubahan warna kulit
Ketidakmampuan menggunakan sendi
b. Palpasi :
Mati rasa
c. Auskultasi.
d. Perkusi.
5. Pemeriksaan Penunjang.
Pada sprain untuk diagnosis perlu dilaksanakan rontgen untuk membedakan dengan
patah tulang.
B. Diagnosa, Intervensi, Rasional
1.
Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips dan pembalutan.
Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena.
Pemberian kompres dingin dengan kantong es 24 0C.
Ajarkan metode distraksi dan relaksasi selama nyeri akut.
Berikan individu pereda rasa sakit yang optimal dengan analgesik.
3. Gangguan
konsep
diri
berhubungan
dengan
kehilangan
fungsi
tubuh.
Tujuan :
Mendemonstrasikan adaptasi kesehatan, penanganan keterampilan.
Intervensi :
Dorong individu untuk mengekspresikan perasaan khususnya mengenai pandangan pemikiran
perasaan seseorang.
Dorong individu untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan, dan
prognosa kesehatan.
Berikan informasi yang dapat dipercaya dan perkuat informasi yang sudah diberikan.
Hindari kritik negatif.
Beri privasi dan suatu keamanan lingkungan.
C. DISLOKASI
A. Pengkajian
Identitas dan keluhan utama
Riwayat penyakit lalu
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat masa pertumbuhan
Pemeriksaan fisik terutama masalah persendian : nyeri, deformitas, fungsiolesa misalnya:
bahu tidak dapat endorotasi pada dislokasi anterior bahu.
B. Diagnosa, Intervensi, Rasional
1. Nyeri B. D spasme otot dan kerusakan sekunder terhadap fraktur / dislokasi.
Intervensi:
Pertahankan tirah baring sampai dislokasi berkurang.
Pertahankan traksi yang diprogramkan dan alat-alat penyokong sebagai contoh; belat, alat
fiksasi eksternal atau gips.
Rasional:
Nyeri dan spasme otot dikontrol oleh immobilisasi.
Untuk mengimmobilisasi fraktu ekstrimitas dan menurunkan nyeri.
2. Gangguan mobilitas fisik B. D traksi atau gips.
Intervensi:
Pada saat aktivitas diperbolehkan, tempatkan pasien pada Falls Protocol sesuai dengan
fasilitas protokol.
Rasional:
Salah satu fungsi utama dari sistem skeletal ada mobilitas. Resiko jatuh meningkat apabila
terdapat gangguan sistem skeletal.
3. Defisit perawatan diri B. D traksi / gips pada ekstrimitas.
Intervensi:
Berikan bantuan pada AKS sesuai kebutuhan, ijinkan pasien untuk merawat diri sesuai dengan
kemampuan.
Setelah reduksi, tempatkan kantung plastik diatas ekstrimitas yang sakit untuk
mempertahankan gips / belat / fiksasi eksternal tetap kering pada saat mandi.
Rasional.
AKS adalah fungsi dimana orang normal melakukannya tiap hari untuk memenuhi kebutuhan
dasar, merawat masuk kebutuhan dasar orang lain membantu mempertahankan harga diri.
Kantong plastik, melindungi alat-alat dari kelembaban yang berlebihan yang dapat
menimbulkan infeksi dan menyebabkan melunaknya gips.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Strain adalah tarikan otot akibat penggunaan berlebihan,peregangan berlebihan,atau stress
yang berlebihan.
Strain akut pada struktur muskulotendious terjadi pada persambungan antara otot dan tendon.
Tipe cedera ini sering terlihat pada pelari yang mengalami strain pada hamstringnya.
Strain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak
langsung (overloading).
Sprain Adalah kekoyakan pada otot, ligament atau tendon yang dapat bersifat sedang atau
parah.
Kebanyakan keseleo terjadi pada pergelangan tangan dan kaki, jari-jari tangan dan kaki.
Dislokasi adalah keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi
berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi) (Brunner&Suddarth).
B. Saran
Pembuatan makalah ini tidak hanya untuk memenuhi tugas system musculoskeletal
tapi juga sebagai sumber ilmu yang dapat kita pahami tentang asuhan keperawatan
Strain,Sprain dan Dislokasi.Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberi sumbangan
pengetahuan kepada kita semua, dan saya harapkan kritik dan sarannya kepada pembaca
apabila terdapat kesalahan maupun kekeliruan dari isi makalah ini.Semoga selanjutnya kritik
dan saran itu yang memberikan saya dorongan untuk lebih menyempurnakan hasil karya saya
selanjutnya.Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Rachmadi, Agus. 1993. Perawatan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Penerbit : AKPER Depkes,
Banjarbaru.
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Penerbit : EGC, Jakarta.
Nurachman, Elly. 1989. Buku Saku Prosedur Keperawatan Medical Bedah. Penerbit : EGC, Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall. 1999. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8 . Penerbit : EGC, Jakarta.
Smelzer, Suzanne. C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Dan Suddarth. Ed 8.
Jakarta : EGC.
Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2. Jakarta. EGC.
Mansoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid II. FKUI. Media Aesculapius
http://jatiarsoeko.blogspot.com/2012/04/makalah-askep-strain.html