Anda di halaman 1dari 22

BAB III

ALIRAN GAS DALAM PIPA


Kemampuan gas untuk dapat diproduksikan ke permukaan tergantung
pada tekanan alir dasar sumur [Pwf], besarnya Pwf tergantung pada tekanan dan
konfigurasi sistem perpipaan, yang didefinisikan sebagai :
Pwf = Psep + Pfl + Pch + Ptub + Prts

[A.1]

Dimana :
Psep

= tekanan separator

Pfl

= kehilangan tekanan di pipa

Pch

= kehilangan tekanan di choke permukaan

Ptub

= kehilangan tekanan di tubing

Prts

= kehilangan tekanan di restriction ( sssv atau fitting )


Untuk menentukan kemampuan sistem secara total perlu menghitung

kehilangan tekanan masing-masing komponen. Gambar AN memperhatikan


gambaran skematis dari seluruh kehilangan tekanan di dalam pipa.

GAMBAR AN

Sebelum dibahas lebih lanjut tentang persamaan persamaan kehilangan


tekanan diatas beserta cara pemakaianya, terlebih dahulu dibahas dasar dasar
persamaan aliran dalam pipa.
A. PERSAMAAN DASAR ALIRAN
Dasar dari persamaan aliran adalah persamaan kesetimbangan energi
antara dua titik dalam suatu system. Kemudian dengan menggunakan prinsip
thermodinamika, persamaan tersebut dapat dituliskan dalam bentuk persamaan
gradien tekanan.
Bentuk persamaan kesetimbangan energi ini, secara sederhana adalah
energi dari fluida yang masuk ke dalam sistem ditambah kerja yang dilakukan
oleh fluida ditambah energi panas yang ditambahkan sama dengan energi yang
meninggalkan sistem tersebut.
Gambar AO dapat menerangkan prinsip setimbangan energi dalam sistem.

Persamaan kesetimbangan energi seperti yang telah banyak diturunkan oleh


beberapa referensi adalah :
[A.2]
Atau
[A.3]

Dimana komponen

adalah gradien tekanan yang disebabkan oleh

gesekan yang diusulkan oleh darcy-weisbach yang lebih dikenal dengan


persamaan moody. Kemudian , f sendiri adalah factor gesekan.
Persamaan A.3 adalah persamaan differensial dan harus diintegralkan untuk
digunakan dalam perhitungan penentuan kehilangan tekanan sebagai fungsi dari
laju alir atau kecepatan dan diameter pipa. Persamaan tersebut dapat dipecahkan
secara numerik dengan membagi pipa menjadi segmen segmen yang kecil dan
kemudian mengevaluasi sifat gas atau fluida pada tekanan dan temperature ratarata disetiap segmen.
A.1 ALIRAN LAMINER SATU FASA

Aliran laminar adalah apabila sebuah aliran mempunyai kecepatan yang


relatif rendah atau fluidanya sangat viskous, gangguan yang mungkin dialami oleh
medan aliran itu akibat getaran, ketidak teraturan permukaan batas, dan lainnya,
relatif lebih cepat terendam oleh viskositas fluida aliran tersebut. Dengan kata
lain, fluida mengalir tenang tanpa diiringi oleh pusaran (vortek) meskipun
terdapat gangguan di sepanjang aliran fluida..
Selain itu faktor gesekan untuk aliran laminer dapat ditentukan secara analitik
dengan mengkombinasikan persamaan diatas dengan persamaan hageen
poiseuille untuk aliran laminer.
[A.4]
Sehingga menjadi

[A.5]
NRe adalah bilangan tak berdimensi yang dikenal dengan nama bilangan
reynold , seperti halnya dengan bilangan tak berdimensi lain, untuk memberikan
kriteria untuk menentukan dynamic similitude. Jika dua pola aliran yang mirip
secara geometris, mungkin pada fluida yang berbeda dan laju alir yang berbeda
pula, memiliki nilai bilangan tak berdimensi yang relevan, keduanya disebut
memiliki kemiripan dinamis.
Bilangan ini digunakan untuk membedakan antara aliran laminer dan
turbulen. Dengan menggunakan satuan lbm/ft3, ft/sec, ft dan centipoise.
Maka persamaan untuk menentukan bilangan Reynold adalah
[A.6]
Keterangan :
L = Panjang karakteristik,
= Viskositas absolut fluida dinamis,
4

= Viskositas kinematik fluida: = / ,


= Kerapatan (densitas) fluida.
Dimana NRe < 2100 alirannya laminer dan NRe > 2100 alirannya turbulen.
Misalnya pada aliran dalam pipa, panjang karakteristik adalah diameter
pipa, jika penampang pipa bulat, atau diameter hidraulik, untuk penampang tak
bulat.

A.2 ALIRAN TURBULEN SATU FASA


Aliran turbulen adalah aliran fluida yang bersifat chao (terlihat tak
beraturan) yang dicirikan dengan keberadaan pusaran pusaran (vortek) fluida.
Tingginya koefisien gesek berpengaruh secara langsung kepada besarnya
penurunan tekanan dan pada akhirnya kepada besarnya energi yang diperlukan
untuk mengalirkan fluida.
Dalam aliran turbulen, faktor gesekan [f] ditentukan berdasarkan hasil
percobaan yang melibatkan kecepatan fluida dan gradien tekanan.dari percobaan
yang telah dilakukan ternyata bahwa baik profil kecepatan maupun gradien
tekanan sangat tergantung pada karakteristik permukaan pipa. Berikut adalah
persamaan empiris yang dapat digunakan untuk menentukan factor gesekan.
Smooth wall pipe [pipa halus]
Untuk bilangan reynold 3000 3000000 dipakai persamaan Drew Koo- Mc .
Adams.
[A.7]
Untuk bilangan reynold > 100000 dipakai persamaan Blasius
[A.8]
Rough wall pipa [pipa kasar]
5

Untuk pipa kasar ini, dipakai persamaan empiris Nikuratse. , eksperimen


klasik dilakukan oleh J.Nikuradse adalah dengan menyemen butiran butiran
pasir yang seukuran ke permukaan bagian dalam pipa mulus sehingga ia bisa
mendapatkan rentang kekasaran relatif(k/D,isbah diameter butiran pasir terhadap
diameter pipa) dari sekitar 0.001 hingga 0.033.
[A.9]
Dimana E adalah kekasaran absolute pipa dan d adalah diameter
pipa.persamaan A.9 ini kemudian, dipakai sebagai dasar oleh Colebrook & white
untuk membuat persamaan lain yang berbentuk trial and error.
[A.10]
Atau
[A.11]
Cara menggunakan persamaan ini adalah
1. Perkirakan harga fg dan hitung harga fc dengan persamaan A.11
2. Apabila fg tidak sama dengan fc, maka harga fc yang dihitung tadi dijadikan
sebagai harga fg kemudian fc yang baru dihitung lagi.
3. Setelah sama antara harga f yang dimasukkan dengan f yang dihitung maka
harga tersebut merupakan f yang dicari.
Sebagai perkiraan awal dapat digunakan f dari hasil perhitungan dengan
persamaan A.9. Biasanya dengan dua atau tiga kali iterasi harga f akan didapat.

GAMBAR AP
Hubungan antara faktor gesekan dengan bilangan reynold dan kekasaran
relatif pipa diberikan oleh gambar AP diatas.
Persamaan Colebrook bisa dipakai untuk pipa halus dan kasar pada aliran
turbulen. Untuk NRe yang cukup besar bisa digunakan persamaan Nikuratse.
Untuk kisaran kekasaran relative pipa [E/d] antara 10-6 s/d 10-2 dan
bilangan Reynold [NRe] antara 5x103 s/d 108 bisa dipakai persamaan Jain.
[A.12]

Hal yang perlu dipahami adalah bahwa harga E bukanlah menggambarkan


sifat pipa, tapi adalah hasil pengukuran. Moody telah membuat suatu kurva hasil
pengukuran seperti terlihat pada gambar AQ diatas. Apabila data tentang
kekasaran pipa ini tidak diketahui, biasanya dipakai harga E sebesar 0,0006 ft.
A.3 CONTOH KASUS DAN PEMBAHASAN
Suatu fluida (gas) dengan spesifik gravity 0,82 dan viscositas 3 cp (0,003
kg/m.sec) mengalir dalam pipa baru yang dibuat dari stell dengan diameter 4 inchi

GAMBAR AQ

(101,6 mm). Jika kecepatannya 30 ft/sc (9,14 m/dt), tentukan factor gesekan
dengan persamaan Colebrook dan persamaan Jain.
Solusi :
Penggunaan Persamaan Colebrook :
[E/d] untuk stell = 0.00045 [Gambar AQ]

Untuk asumsi pertama gunakan persamaan Drew-Koo-Mc Adam.


Kemudian dihitung f :

Harga fc yang didapat ini belum sama dengan harga fg, sehingga diperlukan
iterasi kedua dengan memasukkan harga fg = 0,0183. Dengan persamaan dan cara
yang sama iterasi kedua dan ketiga ternyata menghasilkan f = 0,0182.
Penggunaan persamaan Jain :

Terlihat hasilnya tidak terlalu berbeda antara persamaan Colebrook dan persamaan
Jain.

B. ALIRAN DI LUBANG SUMUR

Beberapa metoda dapat digunakn untuk menentukan P statik dasar sumur [


Pws] dan tekanan alir dasar sumur (Pwf) metode-metode seperti persamaan A.3
dapat digunakan dengan sedikit pengaruh terhadap geometri aliran. Disini gradien
percepatan dapat diabaikan.
B.1. PERKIRAAN TEKANAN STATIK DASAR SUMUR
Untuk keadaan vertikal [0 = 90o, sin = 1], sumur ditutup[V = 0] dan
fluidanya gas, maka persamaan A.3 menjadi
dimana

[B.1]

Sehingga :
[B.2]
Ada beberapa cara yang dapat dipakai untuk memperkirakan tekanan statik
berdasarkan persamaan B.2.
METODA TEKANAN & DAN TEMPERATUR RATA-RATA
Jika Z dievaluasi pada tekanan dan temperatur rat-rata, maka persamaan B.2 dapat
dituliskan sebagai berikut :
setelah diintegralkan
[B.3]
Dan dalam satuan lapangan menjadi
[B.4]
Dimana :
Pws = Tekanan statik dasar sumur, Psia
Pts

= tekanan statik dipermukaan, Psia

10

= Specific gravity gas

= Kedalaman sumur, feet

= Temperatur rata-rata, oR

= faktor deviasi gas pada T dan P rata-rata


Karena Z rata-rata harus dievaluasi pada tekanan rata-rata yang

melibatkan Pws, maka perhitungan harus dilakukan secara coba-coba dengan


menganggap suatu harga Pws tertentu. Sebagai anggapan awal harga Pws di ambil
dari persamaan berikut.
[B.5]

METODA CULLENDER & SMITH


Metoda ini memperhitungan perubahan temperatur terhadap kedalaman
dan perubahan Z terhadap tekanan dan temperatur. Dari persamaan B.2 didapat

Harga integral ini dapat didekati oleh deret berikut


[B.6]

Dimana :
Pms

= Tekanan pada titik tengah sumur, H/2

Ims

= Harga I yang dievaluasi pada Pms dan T rata-rata

Its

= Harga I yang dievaluasi pada Pts dan Ts

Iws

= Harga I yang dievaluasi pada Pws dan Tf


Prosedur perhitungan pada metode ini adalah dengan membagi sumur

menjadi dua segmen panjang [H/2], menentukan Pms pada H/2 dan menggunakan
harga tersebut untuk menentukan Pws. Adapun Its dapat dihitung dengan
menggunakan kondisi permukaan, yaitu

11

[B.7]
Sehingga harga Pws dapat dihitung secara langsung dengan menggunakan
persamaan berikut ini :
[B.8]

B.2. PERKIRAAN TEKANAN ALIRAN DASAR SUMUR


Tekanan alir dasar sumur [Pwf], dapat pula diperkirakan berdasarkan
persamaan A.3. untuk sumur yang mengalir (Q 0) dengan mengabaikan faktor
akselerasi, persamaan A.3. dapat ditulis sebagai berikut:
[B.9]
Untuk mendapatkan solusi dari persamaan B.9. ini ada dua metoda yang kita
bahas disini.
METODA TEKANAN & TEMPERATUR RATA-RATA
Dengan mensubstitusikan g, P, T dan Z ke persamaan B.9 menghasilkan
[B.10]
Dengan anggapan bahwa harga Z diavaluasi pada tekanan dan temperatur rata-rata
integrasi persamaan B.10 adalah
[B.11]
Dimana :
S

= 0.0375 g TVD/

12

= Kedalaman yang terukur,ft

TVD

= Kedalaman sebenarnya,ft

= Temperatur,oR

= Laju alir gas ,MMSCFD

= Diameter, inch

= Faktor gesekan
Prosedur perhitungan untuk persamaan B.11 sama dengan prosedur

untuk menentukan tekanan statik dasar sumur, kecuali dalam penentuaan faktor
gesekan. Harga Z di evaluasi pada P = (Ptf + Pwf)/2
Dengan membagi sumur mejadi beberapa segmen.akan mendapatkan hasil yang
lebih akurat.prosedurnya adalah :
1. memperkirakan Z*. sebagai perkiraan awal gunakan harga 0.9
2. menentukan tekanan yang tidak di ketahui dengan persamaan B.11(Z yang
di pakai adalah Z*).
3. menentukan tekanan rata-rata.P (Ptf + Pwf)/2
4. menentukan Z pada P dan T rata-rata
5. membandingkan Z dan Z*, jika belum sama ulangi langkah dua dengan Z
anggapan dipakai Z hasil perhitungan
METODA CULLENDER & SMITH
Metoda ini dikembangan berdasarkan persamaan B.10 dengan mensbstitusikan
persamaan V = Q/A dan

sehingga menghasilkan

Atau
[B.12]

13

Dimana

Apabila persamaan B.12 diintegrasikan, maka akan diperoleh persamaan dalam


satuan lapangan sebagai berikut :

[B.13]

Dimana

[B.14]

dan [TVD/MD] = Cos


Persamaan B.13 dapat ditulis dalam bentuk yang lebih pendek dengan membagi
sumur menjadi dua bagian, H/2. sehingga menghasilkan
untuk bagian atas

untuk bagian bawah

Dimana

[B.15]

14

Prosedur perhitungan hampir sama dengan metode Cullender & Smith pada
Tekanan Statik Dasar Sumur.

CONTOH KASUS DAN PEMBAHASAN


1. Tentukan tekanan statis dasar sumur [Pws] dengan data sebagai berikut
H
= 10000 feet
Pts = 4000 psia
Tf = 220oF = 680oR
g
= 0,60
Ts = 70oF = 530oR
Solusi:
Sebagai anggapan pertama gunakan Pws yang didapat dari persamaan B.4
Pws = Pts [1 + 2,5x10-5H] = 4000 [1 + 0,000025 (10000)]=5000 psia
Tentukan temperatur dan tekanan rata-rata dengan persamaan berikut :

15

Maka didapat harga Z = 0,932


Kemudian ditentukan Pws dengan persamaan B.3

Ternyata masih berbeda dengan tekanan anggapan. Selanjutnya dipakai harga


tekanan ini untuk menghitung tekanan rata-rata. Terakhir didapat tabel berikut :
Pws Anggapan
5000
4883
4887

P rata rata
4500
4442
4444

Z
0,932
0,928
0,928

Pws Hitungan
4883
4887
4887

2. Dengan menggunakan data soal sebelumnya, tentukan Pws dengan metode


Cullender & Smith.
Solusi :
Temperatur untuk setiap kedalaman H adalah :

Menentukan Its :
Pada Ts = 70oF dan Pts = 4000 psia, maka didapat Z = 0,84

Dengan menggunakan persamaan B.4 yang difungsikan untuk P ms dan Pts, dimana
kedalaman total sumur [H] dibagi menjadi 2 segmen sehingga H diganti dengan
kedalaman persegmen [H/2].

16

Perhitungan untuk segmen pertama dari 0 sampai H/2 :


Pms = Pts [1 + 0,000025.(H/2)] = 4000 [1 + 0,000025 (5000)] = 4500 psia

Pada T rata-rata = 145oF dan Pms = 4500 psia maka didapat Z = 0,93
Menentukan Ims :

Menentukan Pms dengan menggunakan persamaan B.19

Harga Pms ini masih berbeda jauh dengan Pms anggapan 4500 psia. Sehingga perlu
dilakukan perhitungan ulang untuk menentukan Pms sehingga didapat perbedaaan
yang cukup kecil antara hasil perhitungan dengan anggapa. Selanjutnya digunakan
Pms = 4238 psia.

Pada T rata-rata = 145oF dan Pms = 4238 psia maka didapat Z = 0,88 menentukan
Ims :

Menentukan Pms dengan menggunakan persamaan 3.19

Jadi tekanan pada segmen pertama adalah 4238 psia


Perhitungan untuk segmen kedua dari H/2 sampai H :
Memperkirakan Pws
Pws = Pms [1 + 0,000025.(H/2)] = 4238 [1 + 0,000025 (5000)] = 4768 psia
Pada T = 220oF dan Pws = 4768 psia maka didapat Z = 0,98

17

Menentukan Iws :

Harga Pws ini masih berbeda jauh dengan Pws anggapan 4768 psia. Sehingga perlu
dilakukan perhitungan ulang untuk menentukan Pws sehingga didapat perbedaan
yang cukup kecil antara hasil perhitungan dengan anggapan. Selanjutnya
digunakan Pws = 4446 psia.
Pada T = 220oF dan Pws = 4446 psia, didapat Z =0,93
Menentukan Iws :

Maka Tekanan Statik Dasar Sumur [Pws] dengan metoda C & S adalah 4447 psia.

3. Dengan menggunakan metode Tekanan & Temperatur rata-rata tentukan


Tekanan Alir Dasar Sumur [Pwf] dengan data sebagai berikut :
MD

= 10000 ft

TVD = 7000 ft

= 0,75

Ts

= 110oF

Tf

= 245oF

Ptf

= 2000 psia

Qsc

= 4,915 MMSCFD

= 2,441 inch

= 0,0006 in

= 0,012 cp

T = [Ts + Tf] / 2 = [110 + 245] / 2 = 178oF


Solusi :
Dengan mengubah kecepatan menjadi laju alir, maka persamaan Bilangan
Reynold menjadi

18

Dengan menggunakan persamaan 3.12, ditentukan harga factor gesekan


maka f = 0,015
Memperkirakan Harga Z*. [ Sebagai anggapan pertama digunakan 0,9]
S = 0,0375.g.(TVD) / T.Z* = [0,0375 . (0,75)(7000)] / [(638)(0,9)] = 0,343
Menentukan Tekanan yang tidak diketahui dengan persamaan 3.23

Sehingga dari persamaan terakhir ini didapat Pwf = 2485 psi


Menentukan Tekanan rata - rata
P = [Ptf + Pwf] / 2 = [2000 + 2485] / 2 = 2242 psi
Pada harga P = 2242 psia dan T = 178oF didapat Z = 0,806
Membandingkan Z hasil perhitungan dengan Z* anggapan :
[ masih terlalu besar ]
Perhitungan selanjutnya digunakan Z* = 0,806 sebagai anggapan pertama.
Dengan memasukkan harga Z* dan [atau S] ke persamaan 3.23 maka didapat Pwf
= 2521 psia.
Menentukan kembali Tekanan rata rata
P = [Ptf + Pwf] / 2 = [2000 + 2521] / 2 = 2261 psi
Pada harga P = 2261 psia dan T = 178oF, didapat Z = 0,805
Membandingkan kembali Z hasil perhitungan dengan Z* anggapan :

19

[ sudah cukup kecil]


Sehingga dengan metoda tekanan dan Temperatur rata rata didapat P wf = 2521
psia
4. Dengan menggunakan metoda Cullender & Smith tentukan Tekanan Alir
Dasar Sumur [Pwf] dengan data sebagai berikut :
H

= 10000 ft

=0

= 0,75

Ts

= 110oF

Tf

= 245oF

Ptf

= 2000 psia

Qsc

= 4,915 MMSCFD

= 2,441 inch

= 0,0006 in

= 0,012 cp

T = [Ts + Tf] / 2 = [110 + 245] / 2 = 178oF


Solusi :
Menentukan f dan F2

Harga f ditentukan dengan persamaan 3.24


maka f = 0,015
Harga F2 ditentukan dengan persamaan 3.26

Menentukan Itf dengan persamaan 3.27


Pada Ptf =2000 psia dan Ts = 110oF didapat Z = 0,71

Dimana [TVD/MD] = Cos =Cos 0 = 1

20

Untuk bagian atas dari 0 sampai H/2 :


Memperkirakan Pmf* sebagai anggapan awal
Pmf = Ptf [1 + 0,000025.(H/2)] = 2000[1 + 0,000025 (5000)] = 2250 psia
Menentukan Imf
Pada Pmf = 2250 psia da T = 178oF didapat Z = 0,797

Menentukan Pmf

Hasil perhitungan ini masih jauh berbeda dengan harga anggapan 2250 psia.
Untuk itu digunakan tekanan .psia sebagai tanggapan awal.
Menentukan kembali Imf
Pada Pmf = . dan T = 178oF didapat Z = .

Menentukan kembali Pmf

Karena sudah tidak jauh dengan tekanan anggapan, maka unutuk segmen bagian
atas [dari 0 sampai H/2] didapat tekanan .. psia.
Prosedur perhitungan selanjutnya adalah menentukan tekanan alir dasar sumur
[Pwf] untuk segmen bagain bawah [ dari H/2 sampai H]
Memperkirakan Pwf* sebagai anggapan awal
Pwf = Pmf [1 + 0,000025.(H/2)] = Pmf [1 + 0,000025 (5000)] = psia

21

Menentukan Imf
Pada Pwf = 2676 psia da T = 245oF didapat Z = 0,867

Menentukan Pmf

Hasil perhitungan ini masih jauh berbeda dengan harga anggpan 2676 psia.
Untuk itu degunakan tekanan 2741 sebagai anggpan awal
Menentukan kembali Iwf
Pada Pwf =2741 psia dan T =245oF didapat Z = 0,868

Menentukan kembali Pmf

Karena hasil perhitungan ini sudah tidak jauh beda dengan harga anggapan, maka
dapat disimpulaka bahwa Tekanan Alir Dasar Sumur [Pwf] adalah 2744 psia.

22

Anda mungkin juga menyukai