Latar Belakang
Logam Timbal (Pb) sebagai gas buang kendaraan bermotor dapat membahayakan kesehatan
dan merusak lingkungan. Pb yang terhirup oleh manusia setiap hari akan diserap, disimpan
dan kemudian ditampung dalam darah.
Bentuk kimia Pb merupakan faktor penting yang mempengaruhi sifat-sifat Pb di dalam tubuh.
Komponen Pb organik misalnya tetraethil Pb segara dapat terabsorbsi oleh tubuh melalui
kulit dan membran mukosa. Pb organik diabsorbsi terutama melalui saluran pencernaan dan
pernafasan dan merupakan sumber Pb utama di dalam tubuh.
Tidak semua Pb yang terhisap atau tertelan ke dalam tubuh akan tertinggal di dalam tubuh.
Kira-kira 5-10 % dari jumlah yang tertelan akan diabsorbsi melalui saluran pencernaan, dan
kira-kira 30 % dari jumlah yang terisap melalui hidung akan diabsorbsi melalui saluran
pernafasan akan tinggal di dalam tubuh karena dipengaruhi oleh ukuran partikel-partikelnya.
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Rumusan Masalah
Apa Pengertian timbal (Pb)?
Bagaimana Karakteristik Timbal (Pb)?
Apa sumber Pencemaran Timbal (Pb)?
Bagaimana Timbal (Pb) Mencemari Lingkungan?
Bagaimana Efek Timbal (Pb) Pada Kesehatan?
Bagaimana Upaya Penanggulan Pencemaran Timbal (Pb)?
C.
Tujuan Penulisan
Setelah mempelajari bab ini diharapkan dapat :
Menjelaskan Pengertian Timbal (Pb)
Menjelaskan Bagaimana Karakteristik Timbal (Pb)
Menejlaskan Sumber Pencemaran Timabal (Pb)
Menjelaskan Bagaimana Timbal (Pb) Dapat Mencemari Lingkungan
Menjelaskan Efek Timbal (Pb) Pada Kesehatan
Menjelaskan Upaya Penanggulangan Pencemaran Timbal (Pb)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
BAB II
PEMABAHASAN
A.
B.
dalam logam golongan IV-A pada tabel periodik unsur kimia, mempunyai nomor atom (NA)
82 dengan bobot atau berat atom (BA) 207,2.
Timbal termasuk logam berat trace metals karena mempunyai berat jenis lebih dari lima
kali berat jenis air. Bentuk kimia senyawa Pb yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan
akan mengendap pada jaringan tubuh, dan sisanya akan terbuang bersama bahan sisa
metabolisme.
1.
2.
3.
4.
5.
Menurut Palar (2004), logam timbal (Pb) mempunyai sifat-sifat yang khusus seperti berikut :
Merupakan logam yang lunak, sehingga dapat dipotong dengan menggunakan pisau atau
dengan tangan dan dapat dibentuk dengan mudah.
Merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi atau karat, sehingga logam timbal
sering digunakan sebagai bahan coating.
Mempunyai titik lebur rendah hanya 327,5C.
Mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan dengan logam-logam, kecuali emas
dan merkuri.
Merupakan pengantar listrik yang baik.
C.
Sumber Pencemaran Timbal (Pb)
1. Sumber Alami
Kadar timbal (Pb) yang secara alami dapat ditemukan dalam bebatuan sekitar 13 mg/kg.
Khusus timbal (Pb) yang tercampur dengan batu fosfat dan terdapat di dalam batu pasir (sand
stone) kadarnya lebih besar yaitu 100 mg/kg.
Timbal (Pb) yang terdapat di tanah berkadar sekitar 5-25 mg/kg dan di air bawah tanah
(ground water) berkisar antara 1-60 g/liter. Secara alami timbal (Pb) juga ditemukan di air
permukaan. Kadar timbal (Pb) pada air telaga dan air sungai adalah sebesar 1-10 g/liter.
Dalam air laut kadar timbal (Pb) lebih rendah dari dalam air tawar. Laut Bermuda yang
dikatakan terbebas dari pencemaran mengandung Pb sekitar 0,07 g/liter. Kandungan Pb
dalam air danau dan sungai di USA berkisar antara 1-10 g/liter.
Secara alami Pb juga ditemukan di udara yang kadarnya berkisar antara 0,0001 - 0,001
g/m3. Tumbuh-tumbuhan termasuk sayur-mayur dan padi-padian dapat mengandung Pb,
penelitian yang dilakukan di USA kadarnya berkisar antara 0,1 -1,0 g/kg berat kering.
Logam berat Pb yang berasal dari tambang dapat berubah menjadi PbS (golena), PbCO3
(cerusite) dan PbSO4 (anglesite) dan ternyata golena merupakan sumber utama Pb yang
berasal dari tambang. Logam berat Pb yang berasal dari tambang tersebut bercampur dengan
Zn (seng) dengan kontribusi 70%, kandungan Pb murni sekitar 20% dan sisanya 10% terdiri
dari campuran seng dan tembaga.
2. Sumber dari Industri
Industri yang perpotensi sebagai sumber pencemaran timbal (Pb) adalah semua industri yang
memakai Timbal (Pb) sebagai bahan baku maupun bahan penolong, misalnya:
a.
Industri pengecoran maupun pemurnian. Industri ini menghasilkan timbal
konsentrat (primary lead), maupun secondary lead yang berasal dari potongan logam (scrap).
b. Industri baterai. Industri ini banyak menggunakan logam timbal (Pb) terutama lead antimony
alloy dan lead oxides sebagai bahan dasarnya.
c.
Industri bahan bakar. Timbal (Pb) berupa tetra ethyl lead dan tetra methyl lead banyak
dipakai sebagai anti knock pada bahan bakar, sehingga baik industri maupun bahan bakar
yang dihasilkan merupakan sumber pencemaran timbal (Pb).
d. Industri kabel. Industri kabel memerlukan timbal (Pb) untuk melapisi kabel. Saat ini
pemakaian timbal (Pb) di industri kabel mulai berkurang, walaupun masih digunakan
campuran logam Cd, Fe, Cr, Au dan arsenik yang juga membahayakan untuk kehidupan
makluk hidup.
e. Industri kimia, yang menggunakan bahan pewarna. Pada industri ini seringkali dipakai
timbal (Pb) karena toksisitasnya relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan logam pigmen
yang lain. Sebagai pewarna merah pada cat biasanya dipakai red lead, sedangkan untuk
warna kuning dipakai lead chromate (Sudarmaji, dkk, 2006).
3. Sumber dari Transportasi
Timbal, atau Tetra Etil Lead (TEL) yang banyak pada bahan bakar terutama bensin, diketahui
bisa menjadi racun yang merusak sistem pernapasan, sistem saraf, serta meracuni darah.
Penggunaan timbal (Pb) dalam bahan bakar semula adalah untuk meningkatkan oktan bahan
bakar.
Penambahan kandungan timbal (Pb) dalam bahan bakar, dilakukan sejak sekitar tahun 1920an oleh kalangan kilang minyak. Tetra Etil Lead (TEL), selain meningkatkan oktan, juga
dipercaya berfungsi sebagai pelumas dudukan katup mobil (produksi di bawah tahun 90-an),
sehingga katup terjaga dari keausan, lebih awet, dan tahan lama.
Penggunaan timbal (Pb) dalam bensin lebih disebabkan oleh keyakinan bahwa tingkat
sensitivitas timbal (Pb) tinggi dalam menaikkan angka oktan. Setiap 0,1 gram timbal (Pb)
perliter bensin, menurut ahli tersebut mampu menaikkan angka oktan 1,5 sampai 2 satuan.
Selain itu, harga timbal (Pb) relatif murah untuk meningkatkan satu oktan dibandingkan
dengan senyawa lainnya (Santi, 2001).
Hasil pembakaran dari bahan tambahan (aditive) timbal (Pb) pada bahan bakar kendaraan
bermotor menghasilkan emisi timbal (Pb) in organik. Logam berat timbal (Pb) yang
bercampur dengan bahan bakar tersebut akan bercampur dengan oli dan melalui proses di
dalam mesin maka logam berat timbal (Pb) akan keluar dari knalpot bersama dengan gas
buang lainnya (Sudarmaji, dkk, 2006).
D.
3.
4.
5.
6.
E.
timbal stearat Pb (C18H35O2)2. Baku mutu (WHO) timbal (Pb) dalam air 0,1 mg/liter dan
KLH No 02 tahun 1988 yaitu 0,05 1 mg/liter.
Tanah
Rata-rata timbal (Pb) yang terdapat dipermukaan tanah adalah sebesar 525 mg/kg.
Batuan
Bumi kita mengandung timbal (Pb) sekitar 13 mg/kg. Menurut studyWeaepohl (1961),
dinyatakan bahwa kadar timbal (Pb) pada batuan sekitar 10 20 mg/kg.
Tumbuhan
Secara alamiah tumbuhan dapat mengandung timbal (Pb). Menurut Warren dan Delavault
(1962), Kadar timbal (Pb) pada dedaunan adalah 2,5 mg/kg berat daun kering.
Makanan
Kadar timbal (Pb) pada makanan dapat bertambah dalam prosesprocecing, kandungan timbal
(Pb) yang tinggi ditemukan pada beras, gandum, kentang dan lain-lain. Asupan yang
diizinkan yaitu 50 mikrogram/kg BB (dewasa) dan 25 mikrogram/kg BB (anak-anak).
Perjalanan Timbal (Pb) Mencemari Lingkungan
Meningkatnya konsentrasi Pb di udara dapat berasal dari hasil pembakaran bahan bakar
bensin dalam berbagai senyawa Pb terutama PbBrCl dan PbBrCl.2PbO. Senyawa Pb halogen
terbentuk selama pembakaran bensin, karena dalam bensin yang sering ditambahkan cairan
anti letupan (anti ketok) yang terdiri dari 62% TEL, 18% etildiklorida dan 2% bahan-bahan
lainnya. Senyawa yang berperan sebagai zat anti ketok adalah timbal oksida.
Timbal oksida ini terdapat dakam partikel-partikel yang tersebar dala ruang bakar bensin .
Senyawa Pb sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam minyak atau lemak (Fardiaz,
1992). Tujuan penambahan bahan tersebut untuk mendapatkan tingkat oktan yang lebih
tinggi, agar pemakaian bahan bakar bensin lebih ekonomis. Pada proses pembakaran mesin,
senyawa ini dilepaskan dalam bentuk partikel melalui asap gas buang kendaraan bermotor ke
udara, dimana sebagian besar mengandung partikel Pb berdiameter dibawah 1 mikron.
Besarnya ukuran partikel tersebut merupakan batas ukuran partikel yang dapat diserap
melalui pernafasan.
Pada proses pembakaran mesin yang menggunakan bahan bakar bensin, dihasilkan gugus
radikal bebas yang dapat menyebabkan letupan pada mesin, sehingga mengakibatkan
menurunnya efisiensi mesin. Untuk mengatasi hal tersebut ditambahkan bahan berupa TEL
atau TML. Tujuannya adalah untuk mengikat radikal bebas yang terbentuk selama proses
pembakaran.
Bahan tersebut akan bereaksi dengan gugus radikal bebas, dan menghalangi terjadinya reaksi
pembentukan PbO. Pb dalam bensin akan bereaksi dengan oksigen dan bahan-bahan
pengikat, selanjutnya dikeluarkan melalui system pembuangan dalam bentuk partikel.
Partikel yang mengandung Pb akan diemisikan ke dalam lingkungan, sehingga menyebabkan
terjadinya pencemaran udara oleh Pb (Kumar, De, 1979).
Melalui buangan mesin kendaraan tersebut unsur Pb terlepas ke udara. Sebagian di antaranya
akan membentuk partikulat di udara bebas dengan unsurunsur lain, sedangkan sebagian
lainnya akan menempel dan diserap oleh daun tumbuh tumbuhan yang ada di sepanjang
jalan.
Timbal yang terdapat dalam makanan yang diduga berasal dari pencemaran udara dilakukan
penelitian beberapa sampel makanan yang diambil dari pasar di suatu kota. Kadar Pb dalam
Beracun Berbahaya (B3) yang di dalamnya terdapat logam logam berat, salah satunya
adalah Pb. Akumulasi logam dalam tanaman tidak hanya tergantung pada kandungan logam
dalam tanah, tetapi juga tergantung pada unsur kimia tanah, jenis logam, pH tanah, dan
spesies tanaman (Darmono dalam Charlena, 2004).
Timbal sebagian besar diakumulasi oleh organ tanaman, yaitu daun, batang, akar, dan akar
umbi-umbian (bawang merah). Akumulasi tertinggi Pb dalam akar dibuktikan oleh Kohar
(2005) melalui studi kandungan Pb dalam tanaman kangkung. Pada tanaman kangkung yang
berumur 6 minggu, Pb terdapat dalam akar sebanyak 3.36 mg/kg sampel dan di bagian lain
dari tanaman terdapat kandungan Pb sebesar 2.09 mg/kg sampel. Sedangkan pada tanaman
kangkung yang berumur 3 minggu, kandungan Pb nya dalam akar adalah 1.86 mg/kg sampel
dalam bagian lain dari tanaman sebesar 1.13 mg/kg. Hasil ini menunjukkan bahwa pajanan
Pb pada tanaman kangkung lebih banyak terdapat pada bagian akar. Selain itu, kandungan Pb
dalam tanaman kangkung yang berumur 3 minggu baik di akar maupun di bagian lain tidak
melebihi ambang batas yang ditetapkan 2 mg/kg, sehingga dianjurkan untuk memanen
kangkung pada umur tidak lebih dari 3 minggu.
Perpindahan Pb dari tanah ke tanaman tergantung komposisi dan pH tanah, serta KTK
(Kemampuan Tukar Kation). Tanaman dapat menyerap logam Pb pada saat kondisi
kesuburan tanah, kandungan bahan organik, serta KTK tanah rendah. Pada Keadaan ini
logam berat Pb akan terlepas dari ikatan tanah dan berupa ion yang bergerak bebas pada
larutan tanah. Jika logam lain tidak mampu menghambat keberadaannya, maka akan terjadi
serapan Pb oleh akar tanaman. Menurut Supardi dalam Charlena (2004), timbal tidak akan
larut ke dalam tanah jika tanah tidak terlalu masam. Tingginya tingkat keasaman dapat diatasi
dengan pengapuran. Pengapuran tanah mengurangi ketersediaan timbal dan penyerapannya
oleh tanaman. Timbal akan diendapkan sebagai hidroksida, fosfat dan karbonat. Ion-ion Ca2+
bersaing dengan timbal untuk menempati tempat - tempat petukaran pada akar dan
permukaan tanah.
Pencemaran tanah oleh timbal selain disebabkan oleh limbah B3 dapat pula disebabkan dari
air yang tercemar Pb, kemudian terserap oleh tanah dan hendaknya tidak melampaui
konsentrasi alami Pb dalam sedimen yaitu 10 70 ppm.
F.
Metabolisme Timbal
1. Absorbsi
Pajanan timbal (Pb) dapat berasal dari makanan, minuman, udara, lingkungan umum, dan
lingkungan kerja yang tercemar timbal (Pb). Pajanan non okupasional biasanya melalui
tertelannya makanan dan minuman yang tercemar timbal (Pb). Pajanan okupasional melalui
saluran pernapasan dan saluran pencernaan terutama oleh timbal (Pb) karbonat dan timbal
(Pb) sulfat. Masukan timbal (Pb) 100 hingga 350 mikrogram/hari dan 20 mikrogram/hari
diabsorbsi melalui inhalasi uap timbal (Pb) dan partikel dari udara lingkungan kota yang
polutif (DeRoos, 1997 dalam Ardyanto, 2005.). Timah hitam dan senyawanya masuk ke
dalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan dan saluran pencernaan, sedangkan absorbsi
melalui kulit sangat kecil sehingga dapat diabaikan. Bahaya yang ditimbulkan oleh timbal
(Pb) tergantung oleh ukuran partikelnya.
Partikel yang lebih kecil dari 10 mikrogram dapat tertahan di paruparu, sedangkan partikel
yang lebih besar mengendap di saluran nafas bagian atas. Absorbsi timbal (Pb) melalui
saluran pernafasan dipengaruhi oleh tiga proses yaitu deposisi, pembersihan mukosiliar, dan
pembersihan alveolar. Deposisi terjadi di nasofaring, saluran trakeobronkhial, dan alveolus.
Deposisi tergantung pada ukuran partikel timbal (Pb) volume pernafasan dan daya larut.
Partikel yang lebih besar banyak di deposit pada saluran pernafasan bagian atas dibanding
partikel yang lebih kecil (DeRoos 1997, dan OSHA, 2005 dalamArdyanto, D, 2005.).
Pembersihan mukosiliar membawa partikel di saluran pernafasan bagian atas ke nasofaring
kemudian di telan.
Rata-rata 1030% Pb yang terinhalasi diabsorbsi melalui paru-paru, dan sekitar 5-10% dari
yang tertelan diabsorbsi melalui saluran cerna (Palar, 1994). Fungsi pembersihan alveolar
adalah membawa partikel ke ekskalator mukosiliar, menembus lapisan jaringan paru
kemudian menuju kelenjar limfe dan aliran darah. Sebanyak 30-40% timbal (Pb) yang di
absorbsi melalui saluran pernapasan akan masuk ke aliran darah. Masuknya timbal (Pb) ke
aliran darah tergantung pada ukuran partikel daya larut, volume pernafasan dan variasi faal
antar individu (Palar, 1994).
2. Distribusi dan penyimpanan
Timah hitam yang diabsorsi diangkut oleh darah ke organ-organ tubuh sebanyak 95% timbal
(Pb) dalam darah diikat oleh eritrosit. Sebagian timbal (Pb) plasma dalam bentuk yang dapat
berdifusi dan diperkirakan dalam keseimbangan dengan pool timbal (Pb) tubuh lainnya
dibagi menjadi dua yaitu ke jaringan lunak (sumsum tulang, sistim saraf, ginjal, hati) dan ke
jaringan keras (tulang, kuku, rambut, gigi) (Palar, 1994). Gigi dan tulang panjang
mengandung timbal (Pb) yang lebih banyak dibandingkan tulang lainnya. Pada gusi dapat
terlihat lead line yaitu pigmen berwarna abu abu pada perbatasan antara gigi dan gusi
(Goldstein & Kipen, 1994 dalam Ardyanto, 2005.). Hal itu merupakan ciri khas keracunan
timbal (Pb). Pada jaringan lunak sebagian timbal (Pb) disimpan dalam aorta, hati, ginjal, otak,
dan kulit. Timah hitam yang ada dijaringan lunak bersifat toksik.
3. Ekskresi
Ekskresi timbal (Pb) melalui beberapa cara, yang terpenting adalah melalui ginjal dan saluran
cerna. Ekskresi timbal (Pb) melalui urine sebanyak 7580%, melalui feces 15% dan lainnya
melalui empedu, keringat, rambut, dan kuku (Palar,1994). Ekskresi timbal (Pb) melalui
saluran cerna dipengaruhi oleh saluran aktif dan pasif kelenjar saliva, pankreas dan kelenjar
lainnya di dinding usus, regenerasi sel epitel, dan ekskresi empedu. Sedangkan Proses eksresi
timbal (Pb) melalui ginjal adalah melalui filtrasiglomerulus.
G.
Menurut Umar Fahmi Achmad menyatakan pengendalian Pb yang merupakan sebagian dari
gas buang kendaran bermotor cukup sulit, karena cukup banyak variable yang
mempengaruhinya diantaranya cara mengemudi, ketaatan perawatan, kemacetan, banyaknya
kendaraan pribadi, dll. Untuk itu perlu dilakukan bebera papendekatan, antara lain :
1. PendekatanTeknis
Timah hitam yang keluar dari knalpot berbentuk partikel yang sangat halus, adanya polutan
timbal (Pb) karena dalam bensin diberikan bahan tambah berupa Pb (C2H5)4 yaitu Tetra
EthilLead (TEL) sebagai upaya untuk meningkatkan angka oktan. Partikel Pb dapat
mencemari tanaman pangan, dan bila hasil tanaman tersebut dikonsumsi manusia maka
dapat menyebabkan keracunan.
Untuk menghilangkan polutan Pb dapat dilakukan secara teknik, yaitu dengan
mengendalikan bahan bakar yang akan digunakan oleh kendaraan bermotor. Hal ini dapat
dilakukan dengan menggantikan TEL dengan anti knocking yang lain yang tidak
mengandung Pb. Mencari bahan alternatif juga merupakan solusi yang banyak ditawarkan.
Bahan bakar tersebut dapat berupa bahan bakar gas (BBG).
Mobil listrik merupakan solusi program langit biru yang paling tepat karena tidak
menggunakan motor bakar sebagai tenaga penggerak, melainkan motor listrik sehingga
emisinya nol. Pada saat ini mobil listrik bukan Propotipe lagi melainkan sudah diproduksi
secara massal dan dijual pada pasar mobil.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
2.
3.
4.
a.
b.
c.
d.
e.
5.
a.
b.
c.
6.
B.
Timbal atau yang kita kenal sehari-hari dengan timah hitam dan dalam bahasa ilmiahnya
dikenal dengan kata Plumbum dan logam ini disimpulkan dengan timbal (Pb). Logam ini
termasuk kedalam kelompok logam-logam golongan IVA pada tabel periodik unsur kimia.
Beberapa sumber menyebutkan bahwa plumbum (Pb) adalah logam lunak berwarna abu-abu
kebiruan mengkilat, memiliki titik lebur rendah, mudah dibentuk, memiliki sifat kimia yang
aktif, sehingga bisa digunakan untuk melapisi logam agar tidak timbul perkaratan.
Meningkatnya konsentrasi Pb di udara dapat berasal dari hasil pembakaran bahan bakar
bensin dalam berbagai senyawa Pb terutama PbBrCl dan PbBrCl.2PbO. Senyawa Pb halogen
terbentuk selama pembakaran bensin, karena dalam bensin yang sering ditambahkan cairan
anti letupan (anti ketok) yang terdiri dari 62% TEL, 18% etildiklorida dan 2% bahan-bahan
lainnya. Senyawa yang berperan sebagai zat anti ketok adalah timbal oksida.
Paparan bahan tercemar timbal (Pb) dapat menyebabkan gangguan sebagai berikut :
Gangguan Neurologi
Gangguan terhadap fungsi ginjal.
Gangguan terhadap sistem reproduksi.
Gangguan terhadap sistem hemopoitik.
Gangguan terhadap sistem syaraf.
Menurut Umar Fahmi Achmad menyatakan pengendalian Pb yang merupakan sebagian dari
gas buang kendaran bermotor cukup sulit, karena cukup banyak variable yang
mempengaruhinya diantaranya cara mengemudi, ketaatan perawatan, kemacetan, banyaknya
kendaraan pribadi, dll. Untuk itu perlu dilakukan bebera papendekatan, antara lain :
PendekatanTeknis
Pendekatan planatologi, administrasi dan hokum
Pendekatan Edukasi
Upaya mengurangi Pb dalam udara bukan hanya tugas pemerintah saja, melainkan tanggung
jawab seluruh rakyat.
Saran
Masalah Timbal (Pb) dapat kita cegah dengan baik apa bila kita memiliki tindakan baik
supaya tidak mencemar lingkungan seperti mencemari tanah, air, udara dan tanaman sehingga
terhindari dari penyakit terhadap manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Moch Solikin, Dampak dan Upaya Pengendalian Gas Buang Kendaraan Bermotor,
Cakrawala Pendidikan No.3, Tahu XVI, Nov 1997.
Wardhana, A.W.2004.Dampak Pencemaran Lingkungan, Yogyakarta : Penerbit Andi
Darmono,2009,Farmasi forensik dan Toksikologi.jakarta : Penerbit Universitas Indonesia
(UI-Presss)
Palar,H.2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat.jakarta.PT Rineka Cipta
Ferdianto Rangan,2012.Penyakit yang disebabkan oleh
Timbal.publichealth08.blogspot.com/2011/07/enyakit-yang-disbabkan-olehtimbal.html.29maret2012
PROPIL
CEKIDOTTT
2013 (14)
o Desember (9)
o November (5)
Template Awesome Inc.. Gambar template oleh graphixel. Diberdayakan oleh Blogger.