IMUNOLOGI
D.III ANALISIS KESEHATAN
UIT MAKASSAR
APA ITU IMUNOLOGI.?
Imunologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang imunitas atau
kekebalan tubuh akibat adanya
ransangan molekul asing dari luar
maupun dari dalam tubuh manusia.
Apa bedanya imunologi, imunitas,
dan imunisasi?
Imunologi, terbagi atas dua kata yakni imun
(kekebalan) dan logos (ilmu) yang berarti
cabang ilmu yang mempelajari kekebalan
tubuh
Imunisasi adalah suatu proses untuk
membuat sistem pertahanan tubuh kebal
terhadap infasi mikroorganisme (bakteri dan
virus).
Imunitas berasal dari kata latin yaitu
immunitas, yakni respon molekul atau seluler.
Klasifikasi Sistem Imun
Sistem imun Non-Spesifik
Sistem imun yang melawan penyakit
dengan cara yang sama kepada semua
jenis penyakit
Sistem imun ini terbagai 4 jenis yaitu:
1. Pertahanan fisik/mekanis
2. Pertahanan Biokomia
3. Pertahanan Humoral
4. Pertahanan Selular
Lanjutan
Sistem Imun Spesifik/Adaptif
Sistem imun yang membutuhkan
pajanan atau bisa disebut harus
mengenal dahulu jenis mikroba yang
akan ditangani
Sistem imun ini di bagi 2 yaitu:
1. Sistem imun Spesifik Humoral
2. Sistem imun Spesifik Selular
Fungsi sistem imun
Pertahanan tubuh
Homeostasi tubuh
Peremajaan
Faktor2 yang mempengaruhi sistem
imun
Usia
Jenis Kelamin
Lingkungan
SEJARAH Imunologi
1. Sel Fagosit
Fagosit mononuklier
Sel monosit
Sel makrofag hasil differensiasi sel monosit
di berbagai jaringan fagosit profesional dan
sel APC (Antigen Presenting Cell)
Fagosit polimorfonuklier
Neutrofil Soldiers of the body 7-10 jam
Eosinofil melawan inf parasit
Basofil bagian terkecil mediator
Fagosit frustasi pelepasan lisozim
keluar sel
Lanjutan...
Kandungan sel fagosit
Lisosom : enzim yang mencerna dan merusak bahan yang
dimakan
Fagolisosom : gabungan fagosom + lisosom
menurunkan pH dan mengaktifkan protease
Granul : lisosom khusus dari granulosit berisikan
berbagai protein bakterisidal
Lisozim : enzim yang mencerna ikatan proteoglikan dalam
dinding bakteri Gram Positif
Protein kationik : merusak lapisan lipid bagian luar bakteri
Gram Negatif
Defensin : sitotoksik dan bersifat antibakterial luas dan
antimikotik
Laktoferin : mengikat zat besi yang esensial untuk bakteri
2. Sel Nol
Sel-sel limfoid yang tidak mengandung petanda
seperti yang ditemukan pada sel T dan B
Berupa Large Granular Lymphocyte (LGL)
Dibagi menjadi 2 yaitu : Sel NK (Natural Killer)
dan Sel K (Killer)
Sel NK : membunuh sel tumor dan sel yang
mengandung virus dengan cara non spesifik
tanpa bantuan antibodi
Sel K : merupakan efektor dari ADCC (Antibody
Dependent Cellular Cytotoxicity) yg dapat
membunuh sel secara non spesifik hanya
terjadi bila sel sasaran dilapisi antibodi
3. Sel Mediator
Basofil dan mastosit : mediator yang
dapat meningkatkan permeabilitas
kapiler dan respon inflamasi serta
mengerutkan otot polos bronkus
Trombosit : agregasi dinding vaskuler
yang rusak, respon inflamasi, dan
sitotoksik
4. Sel assesori
Eosinofil, basofil, sel mastosit,
trombosit, dan sel APC
SEL-SEL SISTEM IMUN SPESIFIK
1. Sel T
. Sel asal sel T adalah dari sumsum tulang
memasuki timus berproliferasi di regio subkapsuler
. Sel asal itu adalah dari CD4 dan CD 8
. Terdiri dari berbagai subset :
Sel Th (T helper)
Sel Ts (T suppressor)
Sel Tdh/Td (delayed hypersensitivity)
Sel Tc (cytotoxic)
Sel limfosit naif (virgin)
Sel Th0
Sel Regulator dan efektor
Fungsi Sel T umumnya :
Membantu sel B dalam memproduksi
antibodi
Mengenal dan menghancurkan sel yang
terinfeksi virus
Mengaktifkan makrofag dalam
fagositosis
Mengontrol ambang dan kualitas sistem
imun
2. Sel B
Perkembangan Sel B dalam sumsum
tulang adalah antigen independen
tetapi perkembangan selanjutnya
memerlukan rangsangan dari
antigen
Fungsi utama sel B adalah
memproduksi antibodi
Atas pengaruh Sel T sel B
berberploriferasi dan berdiferensiasi
menjadi sel plasma yang mampu
membentuk Ig yang spesifik
SISTEM IMUN
Pada dasarnya sistem imun dibagi menjadi
2:
Sistem Imun Non Spesifik (SIN) :
Fisik/mekanik : kulit, selaput lendir, silia, batuk
bersin
Larut : Biokimia (asam lambung, lisozim, laktoferin,
asam neuraminik, dll), Humoral (komplemen,
Interferon, C Reactive Protein (CRP))
Seluler : Fagosit (Mono Nuklear, PMN), Sel Nol (Sel
NK, Sel K), Sel Mediator (Basofil dan mastosit,
trombosit)
Sistem Imun Spesifik (SIS) :
Humoral/Sel B
Seluler/Sel T
Perbedaaan Sifat Respon Imun Spesifik dan
Non Spesifik SPESIFIK
NON-SPESIFIK
RESISTENSI Tidak Berubah oleh infeksi Membaik oleh infeksi
berulang (memori)
SPESIFITAS Umumnya efektif terhadap Spesifik utk
semua mikroorganisme mikroorganisme yang
sudah mensensitisasi
sebelumnya
SEL YANG Fogosit Limfosit
PENTING Sel NK
Sel K
MOLEKUL Lizosim Antibodi
YANG Komplemen Sitokin
PENTING Interferon
Komponen Peptida antimikrobal dan antibodi
yg larut protein
Respon Time Menit/jam Hari (lambat)
Selalu siap Tidak siap sampai terpajan
alergen
Harus ada pajanan
sebelumnya
Sistem Imun Non Spesifik
1. Spesies
2. Perbedaan individu dan pengaruh usia
3. Suhu
4. Pengaruh hormon
5. Faktor nutrisi
6. Flora bakteri normal
Pertahanan Fisik/Mekanik
= konvertase
C142
C3 C356789
C3 C3a
+ faktor
+ faktor C3b
C3b B
B
Membantu
+ faktor
+ faktor C3bB
C3bB D
D
JALUR
ALTERNATIF
C3bBD Agregat IgA, IgG4
Virus, jamur
Parasit
B. Interferon
Interferon (IFN) adalah suatu
glikoprotein yang dihasilkan oleh
berbagai sel tubuh yang
mengandung nukleus dan dilepas
sebagai respon terhadap infeksi virus
sifat antivirus menginduksi sel-
sel sekitar sel yang terinfeksi
menjadi resisten terhadap virus
Selain itu IFN juga dapat
mengaktifkan sel NK (Natural Killer)
C. CRP (C-Reactive Protein)
Merupakan protein fase akut
berbagai protein kadarnya meningkat
pada infeksi akut
Mengikat komplemen melalui
mekanisme opsonin
Pertahanan Seluler
1. Fagosit
Pada dasarnya semua sel bersifat fagositosis
Non spesifik mononuklier (monosit & makrofag) dan
polimorfonuklier atau granulosit
Alur : kemotaksis (aktivasi komplemen) menelan memakan
(fagositosis) membunuh mencerna (lisis)
2. Makrofag
Dapat hidup lama
Mempunyai beberapa granul dan melepaskan berbagai bahan :
lisozim, komplemen, interferon, dan sitokin kontribusi dalam SIN
dan SIS
3. LGL (Large Granular Lymphocyte)
Mengandung banyak sitoplasma, granul sitoplasma azurofilik,
pseudopodia, dan nukleus eksentris
Bersifat seperti sel NK
SISTEM IMUN SPESIFIK
SPESIFIK HUMORAL
Benda asing sel B berproliferasi dan
berkembang menjadi sel plasma
membentuk antibodi mentetralisir toksin
infeksi ekstraseluler
SPESIFIK SELULER
Sel T Pertahanan terhadap infeksi
intraseluler
SISTEM LIMFOID
Tempat pematangan sel T dan sel B
ANTIGEN
Antigen (imunogen) adalah bahan yang dapat
merangsang respon imun atau bahan yang
dapat bereaksi dengan antibodi yang sudah ada
Epitop atau determinan antigen adalah bagian
antigen yang dapat merangsang sistem imun
dengan sangat kuat. Satu antigen dapat
memiliki satu atau lebih determinan antigen.
Hapten adalah antigen yang molekulnya
berukuran kecil yang tidak dapat menginduksi
respon imun jika sendirian, tetapi menjadi
imunogenik jika bersatu dengan carrier
ANTIGEN-ANTIBODI KOMPLEK
HAPTEN-CARRIER KOMPLE
ANTIBODI
Antibodi (imunoglobulin) merupakan kelas
molekul yang dihasilkan oleh sel plasma (proliferasi
dari limfosit B) dan dibantu oleh limfosit T dan
makrofag yang dirangsang oleh antigen asing
Semua molekul imunoglobulin mempunyai 4
rantai polipeptida dasar : 2 rantai berat (heavy
chain/H) dan 2 rantai ringan (light chain/L), serta 2
regio : variabel (V) dan constant (C)
Enzim papain memecah molekul antibodi dalam
fragmen masing-masing. Fab : Fragmen Antigen
Binding . Fc : Fragmen crystallizable
Ada 5 imunoglobulin : IgG, IgA, IgM, IgD, dan IgE
Rumus Bangun Dasar Imunoglobulin
Menentuka
n spesifitas
Ab thd Ag
Ig A
Imunoglobulin sekretori (mencegah
perlekatan)
Ditemukan dalam kolostrum, saliva,
air mata, cairan hidung, dan sekret
respiratorius, GI serta urogenital
15-20% merupakan imunoglobulin
dalam serum darah
Ig D
Dalam serum darah dan limfe relatif
sedikit, tetapi banyak ditemukan
dalam limfosit B
Membantu memicu respon imun
Ig E
Ditemukan dalam konsentrasi darah
sangat rendah
Kadar meningkat saat alergi dan
parasitik tertentu
Molekul ini terikat pada reseptor sel
mast dan basofil serta menyebabkan
pelepasan histamin dan mediator
kimia lainnya
Ig G
Mencapai 80% - 85% dari keseluruhan antibodi
yang bersirkulasi dan merupakan satu2nya
antibodi yg menembus plasenta dan
memberikan imunitas pada bayi baru lahir
Molekul ini akan diproduksi besar2an pada
pajanan kedua dan berikutnya thd antigen
spesifik
Molekul ini berfungsi sebagai pelindung
terhadap organisme dan toksin yang
bersirkulasi, mengaktifkan komplemen dan
meningkatkan keefektifan sel fagositik
Ig M
Ab pertama yang tiba di tempat
infeksi pada pajanan awal thd
antigen
Pajanan kedua peningkatan IgG
Mengaktivasi komplemen dan
memperbanyak fagositosis, tetapi
umur relatif pendek
Karena ukurannya molekul ini
menetap dalam pembuluh darah dan
tidak keluar ke jaringan
Interaksi Ab-Ag
Sisi pengikat Ag pada regio variabel (V) Ab berikatan
dengan sisi penghubung determinan pada Ag
komplek imun
1. Fiksasi komplemen :
Ab mengikat komplemen diaktivasi melalui
jalur klasik :
Opsonisasi : Ag diselubungi Ab/komplemen
fagositosis
Sitolisis : ruptur membran plasma isi seluser keluar
Inflamasi : produk komplemen melalui aktivasi sel
mast, basofil, dan trombosit
Lanjutan interaksi...
2. Netralisasi
Ab menutup sisi toksik antigen no
danger
3. Aglutinasi (penggumpalan)
Terjadi jika antigen adalah materi
partikulat, seperti bakteri atau sel-sel
merah
4. Presipitasi
Terjadi jika antigen dapat larut
SITOKIN
Sitokin adalah messenger kimia atau
perantara dalam komunikasi
interseluler yang sangat poten
Sitokin adalah protein yang berfungsi
memberikan isyarat antar sel untuk
berkomunikasi dalam respon imun
Autokrin : berefek pada sel yang
menghasilkannya
Parakrin : berefek pada sel yang
berdekatan
SITOKIN (lanjutan)
Sifatnya segera
Juga disebut Reaksi Anafilaktik
Patofis : pengikatan Ag dengan IgE pada
permukaan sel mast melepaskan mediator
alergi vasodilatasi, peningkatan permeabilitas
kapiler, kontraksi otot polos, dan eosinofilia
Contoh klinis : asma ekstrinsik, rinitis alergika,
reaksi sengatan serangga, reaksi alergi
obat/makanan, urtikaria, eczema
REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE II
REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE
II
Dependen komplemen
Disebut juga Reaksi Sitotoksik
Patofis : pengikatan IgG atau IgM dengan
Ag seluler mengaktifkan rangkaian
komplemen fagositosis/sitolisis
Contoh klinis : anemia pernisiosa, anemia
hemolitik autoimun, trombositopenia, reaksi
obat (sebagian), reaksi tranfusi, dan
myasthenia gravis
REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE
III
Disebut juga Reaksi
Kompleks Imun
Patofis : kompleks imun
(Ab-Ag) beredar dalam
darah mengendap
dalam jaringan (paling
sering : ginjal, persendian,
kulit, pembuluh darah)
respon imun kerusakan
jaringan sekitar
Contoh klinis : SLE, RA,
poliarteritis
REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE
IV
REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE
IV
4. Pemulihan
a. Regenerasi jaringan mitosis sel-sel
sehat
b. Pembentukan jaringan parut respon
alternatif
c. Regenerasi atau pembentukan parut
ditentukan oleh sifat jaringan yang
rusak dan luasnya cidera. Kulit
kemampuan regenerasi yang tinggi
regenerasi lengkap, kecuali jika cidera
terlalu dalam
TERIMA KASIH
MATERI KELOMPOK
1. Sistem imun non spesifik
2. Sistem imun spesifik
3. Antigen dan antibodi
4. ELISA
5. AUTOMUNITAS
6. Penyakit imun