Anda di halaman 1dari 12

BIOLOGICIANISME

Dunia Biologi Ada Disini... ^_^

Ada kesalahan di dalam gadget ini


AIR LAYAK MINUM
TULISAN DARI JULIA LUBIS S.Si

Air Layak Minum


Air merupakan kebutuhan pokok bagi setiap mahluk hidup terutama manusia dalam
proses kehidupannya. Manusia memperoleh air yang dibutuhkannya untuk minum,
masak, mandi, cuci, dan pemenuhan kebutuhan lainnya, dapat berasal dari air
hujan, air mata air, sumur gali, sumur bor, sungai, danau, maupun air permukaan
lainnya. Khusus untuk pemenuhan kebutuhan untuk air minum, umumnya manusia
mengolah air baku terlebih dahulu dengan cara memasak. Hal ini dilakukan agar air
tersebut dapat terbebas dari segala jenis bibit penyakit yang mungkin terkandung
di dalamnya. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, syarat-syarat air
minum yang baik adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, tidak
mengandung mikroorganisme yang berbahaya, dan tidak mengandung logam
berat.
Menurut penjelasan pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
492/MENKES/PER/IV/2010, air minum adalah air yang melalui proses pengolahan
ataupun tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung di minum. Walaupun air dari sumber alam seperti air mata air dapat
diminum langsung oleh manusia, namun masih terdapat risiko bahwa air ini telah
tercemar oleh bibit penyakit (misalnya bakteri Escherichia coli) maupun zat-zat
kimia berbahaya lainnya, tergantung letak lokasi dari sumber mata airnya.

Sumber-Sumber Air Minum


1.Air Hujan
Air hujan yang ditampung, dapat dijadikan sebagai air baku untuk air minum,
namun terlebih dahulu harus melalui proses pengolahan terlebih jika berada di

sekitar kawasan industri. Hal ini dikarenakan air hujan tersebut umumnya bersifat
asam, sehingga berbahaya jika dikonsumsi langsung tanpa proses pemasakan.

2.Air Sungai dan Danau


Menurut asalnya, sebagian dari air sungai dan air danau ini berasal dari dari air
hujan dan mata air yang mengalir melalui saluran-saluran ke dalam sungai atau
danau. Kedua sumber air ini sering juga disebut sebagai air permukaan. Air hujan
dan mata air yang mengalir melalui alur sungai-sungai kecil maupun anak danau,
biasanya telah terkontaminasi oleh berbagai zat pencemar yang dapat berasal dari
pembuangan limbah domestik, tinja, limbah industri, maupun hasil dekomposisi
bahan organik yang ada di badan air penerima tersebut. Oleh karena air sungai dan
danau ini sudah tercemar oleh berbagai macam zat tersebut di atas, maka harus
terlebih dahulu harus diolah sebelum dijadikan pemenuhan akan kebutuhan air
minum.

3.Mata Air
Air yang keluar dari mata air ini biasanya berasal dari air tanah yang muncul secara
alamiah maupun rembesan air hujan yang turun di bagian atas dari suatu
pegunungan. Sebelum muncul ke permukaan melalui celah bebatuan/tanah, air
tersebut telah melalui proses penyaringan secara alamiah. Oleh karena itu, air dari
mata air ini, bila secara visual tidak tercemar oleh kotoran, sudah langsung dapat
dijadikan sebagai air minum. Walaupun demikian, untuk menghindari terjadinya
resiko penurunan kesehatan, lebih disarankan untuk mengolah air tersebut dengan
cara memasaknya sebelum digunakan sebagai air minum.

4.Air Sumur Dangkal


Air ini disebut demikian karena berasal dari lapisan air di dalam tanah yang
dangkal. Dalamnya lapisan air ini dari permukaan tanah dari tempat yang satu ke
yang lain berbeda-beda. Biasanya berkisar antara 5 sampai dengan 15 meter dari
permukaan tanah tergantung dari tingkat ketinggian wilayah dan keberadaan
wilayah resapan air di sekitarnya. Air sumur pompa (bor) dangkal ini umumnya
tidak cukup memenuhi persyaratan kesehatan, karena kontaminasi kotoran yang
dapat berasal dari permukaan tanah maupun infiltrasi dari kebocoran tangki septik.

5.Air Sumur Dalam

Air ini berasal dari lapisan yang lebih dalam di banding dengan air yang bersumber
dari sumur bor dangkal. Dalamnya air dari permukaan tanah biasanya di atas 15
meter. Oleh karena itu, sebagian besar air sumur di kedalaman seperti ini sudah
cukup sehat untuk dijadikan air minum yang langsung, tanpa melalui proses
pengolahan (Notoatmodjo, 2007). Walaupun demikian, kelarutan dari beberapa
logam yang berasal dari sumur tersebut turut untuk diperhitungkan dalam
kelayakan penggunaannya sebagai air minum. Apabila secara organoleptik tidak
ada indikasi ditemukannya kotoran secara visual maupun tidak adanya bau dan
rasa, maka air tersebut sudah layak untuk dikonsumsi langsung sebagai air minum.

Persyaratan Kualitas Air Minum


Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian air terhadap penggunaan tertentu
dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, mulai dari air untuk memenuhi
kebutuhan langsung yaitu air minum, air untuk MCK, air irigasi atau pertanian,
peternakan, perikanan, rekreasi, maupun transportasi. Menurut Suripin (2001),
kualitas air mencakup tiga karakteristik yang dapat diuraikan seperti berikut :
1.Kualitas Fisik

Kekeruhan

Air yang mengandung material kasat mata dalam larutan dapat menyebabkan air
tersebut keruh. Kekeruhan dalam air dapat berasal dari liat, dan bahan organik.
Baku Mutu (ambang batas) maksimal kekeruhan air yang memenuhi persyaratan
layak minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum adalah 5 NTU.

Warna

Warna pada air disebabkan adanya bahan kimia atau mikroorganisme (plankton
maupun koloni bakteri) yang terlarut dalam air. Warna yang disebabkan oleh bahan
kimia disebut sebagai apparent color dan berbahaya bagi tubuh manusia,
sedangkan warna yang disebabkan oleh mikroorganisme disebut true color yang
juga berbahaya bagi kesehatan manusia. Air yang layak dikonsumsi harus jernih
dan tidak berwarna sesuai dengan parameter amatan dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum, menyatakan bahwa kadar maksimum yang
diperbolehkan untuk parameter warna dalam air minum adalah 15 pada satuan
skala TCU (True Color Unit).

Bau dan Rasa

Air murni tidak berbau jika dicium dan tidak memiliki rasa. Bau dan rasa yang
timbul dalam air, dapat disebabkab oleh adanya kehadiran organisme, bahan
mineral, gas terlarut dan bahan-bahan organik lainnya.

Temperatur

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :


492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, air yang baik
mempunyai deviasi suhu 3 oC dari suhu udara. Suhu yang melebihi batas normal
menunjukkan indikasi terdapat bahan kimia yang terlarut dalam jumlah yang cukup
besar (misalnya fenol atau belerang) atau sedang terjadi proses dekomposisi bahan
organik oleh mikroorganisme.

2.Kualitas Kimia

Derajat Keasaman (pH)

pH (potensial hydro) merupakan derajat keasaman suatu larutan. Air yang baik
adalah air yang bersifat netral yaitu memiliki pH = 7. Air dengan pH kurang dari 7
dikatakan air bersifat asam, sedangkan air dengan pH di atas 7 bersifat basa.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, kadar maksimum
pH air yang layak minum adalah dengan kisaran 6,5-8,5.

Alkalinitas

Kebanyakan air yang bersifat alkalis disebabkan oleh karena kandungan garamgaram alkalis yang ada di dalam tanah. Keasaman air dapat disebabkan oleh
adanya karbon dioksida (CO2) maupun gas-gas lain hasil dekomposisi bahan
organik dalam air.

Tingkat Kesadahan

Adanya ion kalsium Ca++ dan magnesium Mg++ di dalam air, akan menyebabkan
tingginya sifat kesadahan. Air yang mempunyai tingkat kesadahan terlalu tinggi
dapat merugikan kehidupan manusia, misalnya menyebabkan sabun kurang
membusa sehingga meningkatkan konsumsi sabun, dapat menimbulkan endapan

atau kerak-kerak di dalam wadah-wadah memasak, dan juga dapat menimbulkan


karatan pada alat-alat yang terbuat dari besi (Hardjojo dan Moersidik, 1999).

3.Kualitas Biologis

Syarat kualitas air minum dari aspek biologis dapat dilihat dari segi keberadaan
bakteri indikator pencemaran air. Bakteri indikator ini adalah bakteri yang dapat
digunakan sebagai petunjuk adanya polusi feses atau kotoran manusia atau hewan.
Mikroorganisme yang digunakan sebagai indikator polusi kotoran adalah bakteri
yang tergolong dalam Escherichia coli, Streptococcus fekal, dan Clostridium
perfringens. Beberapa alasan pemilihan bakteri-bakteri tersebut sebagai indikator
pencemaran air adalah sebagai berikut :
Bakteri-bakteri tersebut dapat digunakan sebagai indikator kontaminan kotoran
karena terdapat dalam jumlah besar di dalam kotoran manusia dan hewan.

Bakteri-bakteri tersebut pada umumnya tidak tumbuh di dalam saluran


pencernaan organisme lainnya kecuali manusia dan hewan berdarah panas.

Prosedur untuk uji bakteri indikator harus sangat spesifik, dalam artian tidak
memberikan hasil positif yang salah. Uji bakteri ini juga harus sangat sensitif, yang
berarti dapat mendeteksi adanya bakteri indikator walaupun dalam jumlah yang
sangat kecil.

Prosedur untuk melakukan uji bakteri indikator harus aman, yang berarti tidak
boleh membahayakan bagi kesehatan orang yang melakukannya.

Jumlah bakteri indikator harus dapat menunjukkan tingkat polusi, yang berarti
kira-kira jumlahnya sebanding dengan jumlah mikroorganisme patogen yang
terdapat di dalam air (Widiyanti dan Ristiati, 2004).

Sebagaimana yang telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor : 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air
Minum, kadar maksimal Escherichia coli atau fecal coli yang diperbolehkan adalah
0/100 ml sampel.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum telah
dicantumkan, bahwa frekuensi pengujian sampel air minum yang siap dimasukan ke
dalam galon atau wadah air dengan ketentuan, parameter untuk mikrologi dan

fisika, frekuensi pengujiannya masing-masing dilakukan selama 1 (satu) bulan


sekali. Untuk kimia wajib dan kimia tambahan, pengujian dilakukan sekali dalam
kurun waktu enam bulan, (Sangata, 2010).

Escherichia coli Sebagai Indikator Kualitas Air


Dalam bidang mikrobiologi pangan dikenal istilah bakteri indikator sanitasi.
Bakteri indikator sanitasi adalah bakteri yang keberadaannya dalam pangan
menunjukkan bahwa air atau makanan tersebut pernah tercemar oleh feses
manusia. Bakteri-bakteri indikator sanitasi umumnya adalah bakteri yang lazim
terdapat dan hidup pada usus manusia

Coliform sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai bakteri berbentuk batang,


gram negatif, tidak membentuk spora, aerobik dan anaerobik fakultatif yang
memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam
pada suhu 35oC. Adanya bakteri coliform di dalam makanan/minuman
menunjukkan kemungkinan adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik dan
atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan (Widiyanti dan Ristiati, 2004) .
Bakteri coliform dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu :
1.
Coliform fekal misalnya Escherichia coli yang berasal dari kotoran hewan atau
manusia.
2.
Coliform nonfekal misalnya Enterobacter aerogenes, biasanya ditemukan pada
hewan atau tanam-tanaman yang telah mati.

Adanya Escherichia coli dalam air minum menunjukkan bahwa air minum
itu pernah terkontaminasi feses manusia dan mungkin dapat mengandung
patogen usus. Oleh karena itu, standar air minum mensyaratkan Escherichia coli
harus nol dalam 100 ml.
Escherichia coli adalah bakteri Gram negatif, mempunyai sifat-sifat merugikan dan
membentuk gas pada glukosa dan laktosa. Toksin yang diproduksi Escherichia coli
dapat menyebabkan diare baik pada binatang maupun manusia. Kemampuan
melekat (adhesi) bakteri pada permukaan epitel mukosa usus halus dengan
perantaraan plasmid yang merupakan ciri khas Escherichia coli, salah satu strain
Escherichia coli ini juga ada yang mampu melakukan invasi (menembus ke dalam
mukosa usus pada anak dan orang dewasa).

Escherichia coli dapat mengeluarkan eksotoksin yang disebut enterotoksin di


dalam lumen usus. Enterotoksin tersebut bersifat tahan panas (heat stable) yang
disebut ST (Stable Toxin) dan yang tidak tahan panas atau LT (Labile Toxin). Jika
enterotoksin kontak dengan mukosa usus halus, maka akan menyebabkan
pengeluaran cairan dan elektrolit ke dalam lumen usus sehingga dapat terjadi
penyakit diare, dehidrasi dan kehilangan elektrolit dalam jumlah yang banyak
(Sunoto, 1986).

Escherichia coli berbentuk batang pendek (kokobasil), gram negatif, ukuran 0,40,7m X 1,4 m, sebagian besar gerak positif dan beberapa strain mempunyai
kapsul. Escherichia coli membelah setiap 20 menit. Bila faktor-faktor luar tetap baik,
maka dalam waktu 24 jam akan terbentuk sebanyak 272 kuman. Sebab-sebab
kematian bakteri bisa akibat kurangnya nutrient bakteri ataupun akibat ekskresi
yang meningkat (Tamher, 2008).

Sistematika
Kerajaan

: Bacteria

Filum

: Proteobacteria

Kelas

: Gammaproteobacteria

Ordo

: Enterobakteriales

Famili

: Enterobacteriaceae

Genus

: Escherichia

Spesies

: Escherichia coli

Menurut Suripin (2004), Escherichia coli yang menyebabkan diare diklasifikasikan


berdasarkan karakteristik sifat-sifat virulensinya yaitu :
a. Enteropatogenik Escherichia coli (EPEC)
Bakteri jenis enteropatogenik Escherichia coli (EPEC) ini menyebabkan diare,
terutama pada bayi dan anak-anak. Bakteri ini mengeluarkan cairan yang berbau
spesifik seperti semen. Dalam usus halus, bakteri ini membentuk koloni tetapi tidak
memproduksi toksin dan tidak menembus dinding usus. Infeksi Enteropatogenik
Escherichia coli (EPEC) dapat menyebabkan diare cair yang biasanya sembuh
sendiri tetapi terkadang menyebabkan infeksi kronis.

b. Enterotoksigenik Escherichia coli (ETEC)


Bakteri jenis enterotoksigenik Escherichia coli (ETEC) ini menyebabkan kolera.
Bakteri ini mengeluarkan toksin LT (termolabil) atau ST (termostabil). Toksin LT
bersifat seperti toksin vibrio kolera yang dapat merangsang enzim adenyl cyclase
sel mukosa usus halus dan mempunyai sifat imunologik (antigenik) yang sama
dengan koleragen (antigen vibrio kolera).

c. Enteroinvasif Escherichia coli (EIEC)


Bakteri jenis enteroinvasif Escherichia coli (EIEC) ini menyebabkan diare yang
disertai darah. Enteroinvasif Escherichia coli (EIEC) ini dapat menembus sel mukosa
usus besar, sehingga dapat menimbulkan kerusakan jaringan mukosa. Sehingga
dapat ditemukan eritrosit dan leukosit dalam tinja penderita.

d.

Enterohemoragik Escherichia coli (EHEC)

Bakteri jenis enterohemoragik Escherichia coli (EHEC) ini menyebabkan nyeri


abdomen dan diare cair yang disertai darah. Bakteri jenis enterohemoragik
Escherichia coli (EHEC) ini memproduksi verotoksin, yaitu Escherichia coli yang
diinfeksi oleh bakteriofag dan dapat memproduksi sitotoksin.

e. Enteroagregatif Escherichia coli (EAEC)


Bakteri jenis enteroagregatif Escherichia coli (EAEC) ini menyebabkan diare akut
dan kronik. Masih sangat sedikit yang diketahui mengenai faktor-faktor virulensi
galur enteroagregatif Escherichia coli (EAEC) ini.

Penyakit yang Disebabkan Escherichia coli


Menurut Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (1994), penyakit
penyakit yang disebabkan oleh Escherichia coli adalah :

Penyakit diare

Infeksi saluran kemih dari sistitis sampai pielonefritis

Pneumonia

Meningitis pada bayi baru lahir

Infeksi luka terutama luka didalam abdomen

Cara Penularan Escherichia coli


Escherichia coli dapat berpindah dari tangan ke mulut atau lewat makanan dan
minuman. Escherichia coli juga dapat masuk ke dalam air yaitu dengan cara seperti
pada saat hujan turun, air membawa limbah dari kotoran hewan dan manusia
meresap ke dalam tanah atau mengalir dalam sumber air. Escherichia coli dapat
masuk ke dalam anak sungai, danau, atau air tanah. Apabila sumber air tanah dan
perairan ini digunakan sebagai sumber air minum dan tidak melalui proses
pengolahan air yang baik maka Escherichia coli akan berkembang biak didalam air
minum tersebut.
Infeksi yang timbul pada pencernaan akibat dari serangan bakteri Escherichia coli
ini pada dinding usus menimbulkan gerakan larutan dalam jumlah besar dan
merusak kesetimbangan elektrolit dalam membran mucus. Hal ini dapat
menyebabkan penyerapan air pada dinding usus berkurang dan menyebabkan
penyakit diare (Anonim, 2009).
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Bagikan ke Pinterest

1 komentar:

GORONTALO UTARA11 Februari 2014 16.51


Terimakasih atas informasi tulisan ini sangat bermanfaat bagi saya khususnya.
Mohon tulisan tentang kualitas biomassa

Balas

Muat yang lain...

Beranda
Langganan: Entri (Atom)
Digital Clock

Arsip Blog

2012 (9)
September (1)
sistem reproduksi ppt
Agustus (8)
Translate

Powered by Translate
Mengenai Saya

Foto saya
dicky bayu

Lihat profil lengkapku


Ada kesalahan di dalam gadget ini
Amazon MP3 Clips

mp3

Get Free Music at www.divine-music.info


Get Free Music at www.divine-music.info

Free Music at divine-music.info

MUSIKASIKASIK

Dmasiv - Jangan Menyerah Lyric

Tak ada manusia


Yang terlahir sempurna
Jangan kau sesali
Segala yang telah terjadi

Kita pasti pernah


Dapatkan cobaan yang berat
Seakan hidup ini
Tak ada artinya lagi

Reff 1:
Syukuri apa yang ada
Hidup adalah anugerah
Tetap jalani hidup ini
Melakukan yang terbaik

Tak ada manusia


Yang terlahir sempurna
Jangan kau sesali
[ *from http://www.index-of-mp3.com/lyric/dmasiv/jangan-menyerah.html ]
Segala yang telah terjadi

Back to: Reff 1

Reff 2:
Tuhan pasti kan menunjukkan
Kebesaran dan kuasanya
Bagi hambanya yang sabar
Dan tak kenal putus asa

Bridge:
Jangan menyerah (6x)

Back to: Reff 1 & Reff 2

Coda:
Dan tak kenal putus asa (2x)

Lyrics provided by index-of-mp3.com


SEMOGA BERMANFAAT. Template Tanda Air. Gambar template oleh konradlew.
Diberdayakan oleh Blogger.
http://biologicianisme.blogspot.co.id/p/air-layak-minum.html

Anda mungkin juga menyukai